• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ide-ide kreatif dan imajinasi tersebut dapat lebih bermanfaat jika diaplikasikan dalam bentuk karya sastra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Ide-ide kreatif dan imajinasi tersebut dapat lebih bermanfaat jika diaplikasikan dalam bentuk karya sastra"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

Diksi atau pilihan kata adalah jenis kata yang dipilih yang dapat digunakan secara selaras untuk menyampaikan pikiran secara jelas. Pemilihan kata tidak hanya mempertanyakan apakah penggunaan kata tersebut tepat, tetapi juga mengkaji apakah kata-kata yang dipilih tersebut dapat diterima atau berbahaya bagi suasana. Menurut Sudjiman, ruang lingkup stilistika terdiri atas diksi atau pilihan kata (lexical choice), struktur kalimat, kiasan, kiasan, dan pola rima yang digunakan seorang pengarang dalam karya sastranya (dalam Bunga Rampai Stilistika.

Kajian stilistika ini hanya berfokus pada pilihan kata atau diksi, kiasan atau gaya bahasa, struktur kalimat, dan perumpamaan. Menurut Lamuddin (2002:89), pilihan kata atau diksi pada hakikatnya merupakan hasil upaya pemilihan kata tertentu untuk digunakan dalam tuturan linguistik. Pemilihan kata merupakan syarat mutlak karena seseorang yang mengetahui dan menggunakan kata yang tepat akan mampu menyampaikan gagasannya dengan baik.

Hidayati berpendapat, keakuratan pilihan kata mempertanyakan kemampuan sebuah kata dalam membangkitkan ide yang tepat dalam imajinasi pembaca atau pendengar. Artinya makna pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dibandingkan apa yang dicerminkan oleh kata-kata saja. Diksi atau pilihan kata merupakan kecermatan seseorang dalam memilih dan menggunakan kata sesuai dengan situasi dan keadaan.

Pemilihan kata tidak hanya sekedar persoalan penggunaan kata yang benar, namun juga membahas apakah kata yang dipilih tersebut dapat diterima atau tidak merusak suasana yang ada (dalam Keraf.

Pengertian Majas atau Gaya Bahasa

Jargon adalah kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, perkumpulan rahasia atau kelompok khusus lainnya. Kata-kata slang adalah kata-kata informal dan tidak baku yang disusun dengan cara yang khusus, kuat, dan tajam yang digunakan dalam percakapan. Kata-kata slang juga merupakan kata-kata yang tinggi atau bersih. Kata asing adalah unsur yang berasal dari bahasa asing yang masih mempertahankan bentuk aslinya karena belum menyatu dengan bahasa aslinya.

Kata serapan adalah kata-kata dari bahasa asing yang telah disesuaikan dengan bentuk atau struktur bahasa Indonesia. Gaya bahasa juga merupakan cara mengekspresikan diri dengan cara yang khas dilakukan seseorang. Gaya bahasa sangat diperlukan dalam karya sastra untuk menambah nilai estetis pada karya sastra tersebut.

Gaya bahasa merupakan upaya mengungkapkan gagasan melalui bahasa secara spesifik yang menunjukkan kepribadian dan jiwa pengguna bahasa (dalam Gorys Keraf 2006: 113). Perumpamaan atau gaya bahasa merupakan suatu susunan kata yang timbul akibat perasaan yang timbul atau hidup dalam hati pengarang sehingga menimbulkan perasaan tertentu dalam hati pembacanya (dalam Waridah, 2014: 2).

Jenis-jenis Majas atau Gaya Bahasa

Majas dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu kiasan kontradiksi, kiasan perbandingan, kiasan afirmasi, dan kiasan sindiran (dalam Waridah, 2014: 5).

Metafora

Sinestesia

Simile

Alegori

Alusio

Metonimia

Antonomasia

Antropomorfisme

Hiperbola

Litotes

Hipokorsme

Personifikasi

Sinekdoke

Synecdoche dibagi menjadi pars pro toto (bagian untuk keseluruhan) dan totem pro parte (keseluruhan untuk sebagian).

Eufemisme

Perifrase

Simbolik

Kiasmus

Repetisi

Bukan uang, bukan mobil, bahkan rumah mewah yang kuharapkan dari ayah dan ibu.

Apofasis atau Preterisio

Aliterasi

Pleonasme

Paralelisme

Tautologi

Inversi

Elipsis

Retoris

Klimaks

Antiklimaks

Antanaklasis

Pararima

Koreksio

Asindeton

Polisindeton

Eklamasio

Alonim

Interupsi

Silepsis

Pengertian Citraan

Kehadiran ungkapan bahasa yang disajikan dalam teks sastra membuat pembaca merasakan apa yang terjadi dalam cerita tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut Pradopo (2000:79) berpendapat bahwa pencitraan adalah gambaran dalam pikiran dan bahasa yang menggambarkannya. Gambaran dalam pikiran disebut sebagai gambaran mental yang menghasilkan efek serupa dengan objek yang dilihat oleh mata, saraf penglihatan dan pendengaran.

Jadi dapat disimpulkan bahwa imajinasi adalah suatu ekspresi kebahasaan yang timbul dari pemikiran imajinatif guna menggambarkan dengan jelas apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan.

Fungsi Citraan

Melalui penggunaan perumpamaan, apa yang dikatakan menjadi lebih nyata, lebih mudah dibayangkan, lebih mudah dibayangkan, dan lebih mudah dipahami. Dengan demikian, penggunaan bentuk-bentuk pencitraan tersebut pada hakikatnya adalah upaya penulis untuk memudahkan pembaca, agar lebih mudah menangkap makna dari apa yang ingin disampaikan. Nurgiyantoro berpendapat bahwa perumpamaan adalah suatu susunan kata yang menjadikan makna abstrak menjadi nyata dan tepat.

Jenis-jenis Citraan

Benda-benda tersebut, yang dilengkapi dengan spesifikasi rinci, merupakan objek-objek visi imajinatif yang sengaja diciptakan oleh pengarangnya (Nurgiyantoro, 2014: 277). Gambaran figuratif mengganggu penglihatan pembaca sehingga akan membangkitkan imajinasinya untuk memahami karya sastra. Perasaan estetis akan lebih mudah dirangsang oleh gambaran visual (menurut Fathurohman b) Gambaran pendengaran (suara).

Citraan pendengaran berupaya mengkonkretkan bunyi-bunyi tertentu yang diwakili oleh deskripsi verbal atau tiruan bunyi-bunyian, sehingga seolah-olah pembaca dapat mendengarkan bunyi-bunyian tersebut, meskipun hanya secara mental melalui relung imajinasi (Nurgiyantoro c) Citraan taktil (Ternal Tactile). Citraan taktil dalam karya sastra, khususnya novel, dihadirkan melalui tokoh dan situasi yang ada di dalamnya. Pembaca karya sastra akan membayangkan dirinya seolah-olah sedang merasakan pengaruh indra peraba, misalnya gambaran halus atau kasar (Fathurohman d) Penciuman (Olfactory).

Citra penciuman merupakan gambaran yang mewakili indera penciuman seolah-olah dapat merasakan bau dari sesuatu yang sedang dideskripsikan oleh penulis. Citraan penciuman mengacu pada gambaran nyata tentang penciuman, meskipun hanya muncul dalam imajinasi pembaca (Nurgiyantoro). Gambar bergerak (kinestetik) menggambarkan sesuatu yang sebenarnya tidak bergerak, tetapi digambarkan mampu bergerak atau representasi gerak secara umum (Pradopo, 2000:87) Senada dengan hal tersebut, Nurgiyantoro menyatakan bahwa gambar bergerak (kinestetik) adalah gambaran yang mengkonkretkan benda bergerak yang dapat dilihat dengan mata.

Kehadiran berbagai aktivitas yang dilakukan orang melalui susunan kata-kata tertentu yang benar dapat mengkonkretkan dan menghidupkan narasi, sehingga terkesan lebih lengkap dan meyakinkan.

Novel

Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang menggambarkan kehidupan nyata dengan memperhatikan tokoh dan tokoh dalam cerita tersebut. Novel merupakan karya fiksi yang mengungkap aspek kemanusiaan yang lebih dalam dan disajikan secara lebih halus. Dalam hal ini ditegaskan bahwa novel mengungkapkan pemusatan hidup pada momen yang menegangkan dan juga memusatkan kehidupan dengan tegas.

Henry Guntur Tarigan berpendapat bahwa novel adalah cerita fiksi dengan panjang tertentu yang menggambarkan tokoh, tindakan, dan alur atau situasi yang mewakili adegan kehidupan nyata. Novel mengangkat tema-tema yang sesuai dengan kehidupan nyata yang mengandung nilai-nilai vital. Jadi dapat disimpulkan bahwa novel merupakan karangan fiksi yang berkisah tentang kehidupan dan mengandung nilai-nilai sosial dan kehidupan.

Unsur Pembangun Novel

Unsur-unsur inilah yang membuat karya sastra tampak sebagai karya sastra dan merupakan unsur-unsur yang sebenarnya ditemui masyarakat jika membaca karya sastra. Unsur luar adalah unsur yang berada di luar karya sastra, namun secara tidak langsung mempengaruhi struktur atau sistem organisasi karya sastra tersebut (dalam Nurgiyantoro a) Tema. Kata topik berasal dari bahasa Inggris yaitu topik yang mengacu pada gagasan yang menjadi topik utama dalam suatu percakapan atau gagasan pokok dalam sebuah tulisan.

“Tema adalah gagasan pokok atau gagasan pokok yang menjadi landasan suatu karya sastra” (Burhan Nurgiyantoro b) Penokohan atau Tokoh. Penokohan berkaitan dengan cara pengarang mendefinisikan tokoh-tokoh dalam cerita dan tokoh berkaitan dengan ciri-ciri tokoh dalam cerita. Tokoh tambahan merupakan tokoh yang tidak terlalu menonjol dalam cerita, sehingga kemunculan tokoh tambahan dapat dilihat pada pembagian peranannya.

Tokoh protagonis adalah tokoh yang berperan dengan baik dan disukai, sedangkan tokoh antagonis berperan sebagai tokoh yang sering menimbulkan konflik. Latar merupakan salah satu unsur penyusun sebuah novel yang memuat tempat, waktu, dan suasana untuk menceritakan serangkaian peristiwa. Indrawati (2009:64) berpendapat bahwa latar atau latar adalah tempat, waktu, dan suasana yang digunakan pengarang dalam sebuah cerita.

Latar suasana adalah keadaan dalam diri tokoh (perasaan pribadi) dan lingkungan sekitar (kondisi lingkungan). Keadaan ini dapat membuat pembaca mengetahui perasaan menulis. d) Arus (grafik). Aminuddin berpendapat bahwa alur adalah rangkaian cerita yang terdiri dari fase-fase berbeda, sehingga terciptalah sebuah cerita yang disajikan oleh para pemainnya. Selain itu, alur cerita akan mempengaruhi tokoh-tokoh cerita, termasuk peristiwa yang menakjubkan, menjengkelkan, menakutkan, dan mengharukan. e) Amanat.

Kedua, pesan disampaikan secara implisit, artinya pesan tidak tertulis langsung di dalam teks, melainkan disampaikan melalui unsur-unsur yang ada.

Biografi Novel Cala Ibi Karya Nukila Amal

Novel Cala Ibi Nukile Amal mengandung nilai keagamaan, nilai sosial, dan nilai moral yang tinggi serta bermanfaat bagi pembacanya.

Kerangka Konseptual

Pernyataan Penelitian

Pendekatan Penelitian

Sumber Data dan Data Penelitian

Instrumen Penngumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Analisis Data

Miles dan Huberman (dalam Sugiyono) menyatakan ada tiga kegiatan dalam analisis data, yaitu reduksi data, visualisasi data, dan penarikan/verifikasi kesimpulan. Reduksi data adalah merangkum, menentukan hal yang paling penting, memusatkan perhatian pada hal yang penting, meneliti dan memilih hal-hal yang penting. topik Dengan demikian, data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih nyata dan memudahkan peneliti mengumpulkan data lebih lanjut dan menelitinya.

Adanya tampilan data tentunya memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan pekerjaan selanjutnya (dalam Penarikan Kesimpulan/Verifikasi Sugiyono.

Keabsahan Data

Referensi

Dokumen terkait

iii Proceeding of International Seminar on Science Education Yogyakarta State University, October 31st 2015 Science Process Skill Approach for Acquiring Science And Technology