Identifikasi dan Pengukuran Resiko
Chapter · November 2021
CITATIONS
0
READS
12,818
1 author:
Aditya Wardhana Telkom University
301PUBLICATIONS 669CITATIONS SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Aditya Wardhana on 29 September 2023.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
79
6
IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN RISIKO
Aditya Wardhana Universitas Telkom
Pengertian Identifikasi Risiko
Risiko sudah menjadi bagian dari kehidupan baik individual maupun organisasi. Risiko dapat terjadi karena minimnya informasi yang dimiliki bahkan tidak milikinya informasi yang dimiliki oleh individu maupun organisasi berkaitan dengan kejadian yang akan terjadi (Crouhy, Galai, et al., 2014; Dionne, 2013; Dumitrascu, 2018; Hopkin, 2018; Hui, Yi-qian, Wan, 2009).
Identifikasi risiko adalah bagian dari manajemen risiko yang menyediakan proses terstruktur yang mengidentifikasi bagaimana tujuan individu maupun organisasi dapat dipengaruhi oleh risiko. Proses identifikasi risiko harus mengidentifikasi kejadian yang tidak diinginkan, hasil yang tidak diinginkan, ancaman yang muncul, serta peluang yang ada dan yang akan muncul (Almeida, Telhado, Morais, Barreiro, 2021; Broad, Buel et al., 2019; Chapelle, 2019; Dionne, 2013; Hui, Yi- qian, Wan, 2009; Tharanga, 2020).
Identifikasi dapat dilakukan dengan dengan pertanyaan mendasar menurut (Almeida, Telhado, Morais, Barreiro,
80
2021; Crouhy, Galai et al., 2014; Khodabakhsh, Yayilgan, Abomhara, Istad, Hurzuk, 2020), Tharanga. (2020) yaitu:
1. Apa yang kemungkinan dapat terjadi dan mengapa dapat terjadi dikarenakan risiko tersebut?
2. Bagaimana tujuan individu maupun organisasi dapat terancam oleh risiko tersebut?
3. Dampak buruk apa yang mungkin terjadi karena risiko tersebut yang dapat menghambat individu maupun organisasi dalam mencapai tujuannya?
4. Berapa probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko tersebut di masa depan?
5. Apakah ada faktor-faktor yang dapat meminimalisir atau menghindari dampak dari risiko tersebut?
6. Apakah tingkat risiko tersebut masih dapat dapat diterima atau ditolerir?
Identifikasi risiko pada prinsipnya merupakan kegiatan analisis secara terstrukur, sistematis, detail, akurat, dan berkesinambungan guna mengidentifikasi berbagai kemungkinan terjadinya potensi kerugian yang akan dihadapi oleh individu maupun organisasi (Almeida, Telhado, Morais, Barreiro, 2021; Chapelle, 2019;
Khodabakhsh, Yayilgan, Abomhara, Istad, I., Hurzuk, 2020).
Tahapan identifikasi risiko menurut Broad, Bue et al.
(2019). Dionne (2013), Hui,Yi-qian, Wan (2009), Kirimova, Sorochkina, Savvin (2021) secara ringkas, yaitu:
1. Tentukan berbagai risiko yang perlu diidentifikasi.
2. Pelajari berbagai karakteristik dari setiap risiko tersebut karena akan bermanfaat dalam merumuskan metode yang tepat guna menangani risiko tersebut.
3. Menentukan prioritas dari setiap risiko mengingat penentuan prioritas risiko menjadi hal penting guna mengukur tinggi rendahnya risiko dan dampak dari
81
risiko tersebut terhadap kinerja individu maupun organisasi (Lam, 2017).
4. Memfokuskan pada risiko yang paling relevan dengan suatu kondisi yang memiliki dampak paling besar dan probabilitas atau kemungkinan terjadinya paling besar bagi individu maupun organisasi.
Adapun tahapan dalam melakukan identifikasi risiko secara detail dan contohnya menurut Broad, Buel et al.
(2019), Crouhy, Galai, et al. (2014), Dumitrascu (2018) dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Menentukan unit risiko yang akan diidentifikasi seperti. unit penjualan, maka pemilik risiko (risk owner) nya adalah unit penjualan.
2. Memahami proses bisnis dari unit risiko yang akan diidentikasi tersebut yang memberikan produk dan atau layanan kepada unit lainnya bahkan juga kepada pelanggan. Dengan memahami proses bisnis, maka dapat diketahui berbagai aktivitas yang ada pada suatu unit risiko tersebut (Lam, 2017).
3. Menentukan aktivitas yang krusial (kritis) ketika unit risiko tersebut tidak dapat menghasilkan produk atau layanan yang disebabkan karena aktivitas yang bersangkutan terganggu atau tidak berjalannya sebagaimana mestinya (Lam, 2017).
4. Menentukan barang dan orang yang berada pada aktivitas krusial tersebut dalam hubungannya dengan siapa orang-orangnya dan produk atau layanannya.
5. Menentukan bentuk kerugian yang dapat terjadi pada produk atau layanan maupun orang-orang dari aktivitas krusial tersebut. Bentuk kerugian yang terjadi pada orang antara lain seperti kecelakaan, hilang, meninggal dunia, sakit, mogok kerja, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), demonstrasi, berhenti bekerja (resign), berhalangan hadir, dan lain sebagainya. Bentuk kerugian pada barang seperti
82
cacat produk, kerusakan, kehilangan, ketidaksesuaian, usang, kadaluwarsa, kebakaran, tidak berkualitas, pencurian, penyelewengan, tak tertagih, dan lain sebagainya (Kubanova dan Kubasanova, 2021; Lam, 2017).
6. Menentukan risiko atau penyebab terjadinya kerugian tersebut seperti Tampak pada Tabel 6.1. Mengetahui penyebab risiko sangat penting karena penanganan risiko yang sama akan berbeda penanganannya apabila penyebabnya berbeda. Contohnya seperti penanganan risiko kebakaran yang disebabkan karena listrik akan berbeda dengan penanganan risiko kebakaran karena ledakan tabung gas (Kubanova dan Kubasanova, 2021; Lam, 2017; Wang, Ma, Huang, Wang, 2018).
7. Membuat daftar risiko yang berisi dua hal penting yaitu pernyataan risiko dan penyebab risiko (Rösch dan Scheule, 2010).
Semua tahapan tersebut diatas perlu mmepertimbangkan berbagai faktor sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar dan tabel berikut ini:
Gambar 6.1
Faktor-Faktor Pertimbangan dalam Identifikasi Risiko (Sumber: Disarikan dari Berbagai Sumber, 2021)
83
Tabel 6.1 Karakteristik dari Setiap Risiko
Sumber: Disarikan dari Berbagai Sumber, 2021 Fisik
• Persediaan bahan yang rusak
• Produktivitas peralatan yang rendah
• Fluktuasi harga material
Logistik
• Produktivitas tenaga kerja yang rendah
• Keterlambatan dalam
pengiriman peralatan
• Lingkup kerja yang tidak ditentukan
Konstruksi
• Gaya
kepemimpinan yang tidak sesuai
• Metode
konstruksi yang tidak tepat
• Kualitas,
kesehatan, dan keselamatan yang tidak tepat
• pengelolaan Lingkungan
• Faktor lingkungan (misalnya banjir)
• Efek hujan pada kegiatan konstruksi
• Efek cuaca panas pada kegiatan konstruksi
Keuangan
• Pembayaran tertunda dalam kontrak
• Arus kas yang tidak dikelola
• Inflasi dan perubahan harga yang tiba- tiba
• Kegagalan keuangan kontraktor
Politik
• Kurangnya transparansi
• Tindakan atau undang-undang pemerintah baru
• Orientasi politik
• Ketidakstabilan dalam tata kelola proyek.
Desain
• Desain rusak
• Jumlah yang tidak akurat
• Desain tidak terkoordinasi (Struktural, mekanikal, elektrikal, dll.)
• Memberikan desain kepada desainer yang tidak
memenuhi syarat
Hukum
• Penyelesaian sengketa yang tertunda
• Deputi hukum selama tahap konstruksi di antara para pihak dalam kontrak
• Perubahan dan modifikasi hukum yang sering terjadi
Pengelolaan
• Manajemen sumber daya yang buruk
• Manajemen dan pengawasan situs yang buruk
• Komunikasi yang buruk antara pihak- pihak yang terlibat
84
Adapun teknik yang digunakan dalam mengidentifikasi risiko dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Brainstorming merupakan teknik yang umum digunakan dalam mengidentifikasi risiko.
Brainstorming melibatkan proses menyatukan semua pihak terkait dalam bidang pekerjaan atau proyek atau unit risiko guna mengidentifikasi berbagai kemungkinan risiko yang mungkin akan mempengaruhi bidang pekerjaan atau proyek atau unit risiko tersebut. Agar brainstorming menjadi efektif, dalam prosesnya harus melibatkan individu yang memiliki pengetahuan, pengalaman, dan keahlian yang luas dalam manajemen risiko terutama di lingkungan bidang pekerjaan atau proyek atau unit risiko tersebut (Crouhy, Galai, et al., 2014;
Dumitrascu, 2018; Garrido, Ruotolo, Ribeiro, Naked, 2011; Hayford, Ahmed, 2013; Hopkin, 2018; Hui, Yi- qian, Wan, 2009; Podzines, Romanovs, 2017; Renault, Agumba, Ansary, 2016; Rostami, 2016).
2. Teknik Delphi (the Delphi technique) merupakan teknik yang dapat digunakan dengan melibatkan para ahli dalam manajemen risiko untuk mengidentifikasi risiko atau memperkirakan dampak dan probabilitas dari risiko spesifik yang telah diidentifikasi sebelumnya melalui kuesioner terbuka atau wawancara mendalam. Manajer risiko merangkum dan menyimpulkan berbagai tanggapan dari para ahli yang didapat dan memunculkan perkiraan berdasarkan hasil kuesioner terbuka atau wawancara mendalam tersebut. Informasi ini didistribusikan kembali untuk melakukan beberapa kali pengulangan lagi hingga keputusan aklamasi tercapai dari para ahli tersebut (Wardhana, et al., 2015; Dumitrascu, 2018;
Garrido, Ruotolo, Ribeiro, Naked, 2011; Hayford,
85
Ahmed, 2013; Hui, Yi-qian, Wan, 2009; Renault, Agumba, Ansary, 2016; Rostami, 2016).
3. Wawancara (interviews) merupakan teknik yang banyak digunakan untuk menindaklanjuti teknik brainstorming dan teknik Delphi. Para ahli dalam manajemen risiko diwawancarai untuk menilai berbagai parameter risiko, mengidentifikasi berbagai kemungkinan mitigasi, merumuskan berbagai tindakan kontingensi dan memperoleh informasi.
Karena keterbatasan waktu, pertanyaan harus disusun dengan tepat agar berhasil mengumpulkan data yang diperlukan dan agar umpan balik yang diperoleh dari responden tidak membingungkan (Wardhana, et al., 2015; Dumitrascu, 2018; Garrido, Ruotolo, Ribeiro, Naked, 2011; Hayford, Ahmed, 2013;
Hopkin, 2018; Hui, Yi-qian, Wan, 2009; Renault, Agumba, Ansary, 2016; Rostami, 2016).
4. Pengetahuan pengalaman (experiential knowledge) merupakan teknik yang melibatkan individu yang memperoleh informasi melalui pengalaman di masa lalu yang terkait dengan bidang pekerjaan atau proyek atau unit risiko tersebut. Hal yang sangat penting untuk menyatakan bahwa dalam teknik ini, informasi berbasis pengetahuan yang diperoleh harus sesuai dan dapat diterapkan pada bidang pekerjaan atau proyek atau unit risiko saat ini (Chapelle, 2019;
Dumitrascu, 2018; Garrido, Ruotolo, Ribeiro, Naked, 2011; Hayford, Ahmed, 2013; Hui, Yi-qian, Wan, 2009;
Podzines, Romanovs, 2017; Renault, Agumba, Ansary, 2016; Rostami, 2016)
5. Analisis daftar periksa (checklist analysis) merupakan teknik yang umumnya digunakan untuk mengidentifikasi atau menemukan risiko dan mengelolanya dengan menggunakan daftar periksa dengan membuat daftar (list) berbagai item, langkah, atau bahkan tugas dan kemudian dianalisis lebih
86
lanjut terhadap kriteria untuk mengidentifikasi dan menentukan apakah prosedur diselesaikan dengan benar atau tidak (Wardhana, et al., 2015; Dumitrascu, 2018; Garrido, Ruotolo, Ribeiro, Naked, 2011;
Hayford, Ahmed, 2013; Hui, Yi-qian, Wan, 2009;
Renault, Agumba, Ansary, 2016; Rostami, 2016).
6. Keluaran dari analisis berorientasi risiko (outputs from risk-oriented analysis) merupakan analisis berorientasi risiko seperti menggunakan analisis pohon kesalahan, analisis pohon peristiwa, dan analisis top-down yang mengidentifikasi peristiwa, kondisi, atau kesalahan yang akan mengarah pada peristiwa yang tidak diinginkan atau tidak dapat diterima (Dumitrascu, 2018; Garrido, Ruotolo, Ribeiro, Naked, 2011; Hayford, Ahmed, 2013; Hui, Yi- qian, Wan, 2009; Renault, Agumba, Ansary, 2016;
Rostami, 2016).
7. Daftar risiko (risk register) merupakan daftar risiko berisi format yang digunakan untuk mendokumentasikan berbagai informasi risiko dan berbagai tindakan untuk mengelola risiko. Tujuan dari daftar risiko adalah untuk mengidentifikasi, mencatat, dan melacak potensi risiko dari bidang pekerjaan atau proyek atau unit risiko tersebut.
Daftar risiko adalah catatan komprehensif dari semua risiko di seluruh unit risiko tergantung pada tujuan pembuatan daftar risiko tersebut (Dumitrascu, 2018;
Garrido, Ruotolo, Ribeiro, Naked, 2011; Hayford, Ahmed, 2013; Hui, Yi-qian, Wan, 2009; Renault, Agumba, Ansary, 2016; Rostami, 2016).
87 Pengukuran Risiko
Pengukuran risiko merupakan tahapan lanjut melakukan identifikasi risiko guna mengetahui besaran risiko tersebut. Hal ini dilakukan untuk melihat tingkat risiko yang dihadapi oleh individu maupun organisasi sehingga dapat diperkirakan dampak dari risiko terhadap kinerja individu maupun organisasi dan dapat ditentukan prioritisas risiko dan relevansi risiko terhadap kondisi saat ini. Apabila risiko tidak bisa diidentifikasi, maka risiko tersebut tidak dapat diukur dan pada akhirnya tidak bisa dilakukan pengendalian risiko (Dionne, 2013;
Dumitrascu, 2018). Dimensi-dimensi yang harus diukur menurut Hicham dan Ibnalkadi (2021) dan Podzines, Romanovs, 2017), yaitu:
1. Frekuensi atau jumlah kejadian yang akan terjadi yang dapat menimbulkan dampak kerugian yang terjadi dalam suatu periode sehingga dapaty ditentukan nilai rata-rata dari kerugian selama suatu periode anggaran. Maka yang perlu diperhatikan yaitu beberapa jenis kerugian yang dapat menimpa suatu objek dan beberapa jenis objek yang dapat terkena suatu jenis kerugian. Berdasarkan dimensi frekuensinya ada empat kategori kerugian:
a. Almost nil (hampir nihil atau tidak ada).
b. Moderate (sedikit ada).
c. Slight (sedikit hampir tidak ada).
d. Definite (pasti ada).
Dari hasil pengukuran risiko tersebut maka kerugian yang menimpa individu maupun organisasi dapat dikategorikan dalam skala sebagai berikut:
1 = kerugian sangat kecil 2 = kerugian kecil
3 = kerugian sedang
88 4 = kerugian besar
5 = kerugian sangat besar
2. Besarnya kemungkinan kejadian yang dapat menimbulkan dampak kerugian yang ditimbulkan dari risiko tersebut sehingga dapat ditentukan variasi nilai kerugian dari satu periode anggaran ke periode anggaran yang lain dan dampak keseluruhan dari kerugian-kerugian tersebut, terutama kerugian yang ditanggung sendiri (diretensi) bukan hanya nilai finansialnya saja (Wang, WangXu, Yang., Wang, 2015).
Adapun tujuan pengukuran risiko menurut Dionne (2013), yaitu:
1. Memahami karakteristik risiko dengan lebih baik.
2. Melakukan pengukuran besar kecilnya risiko.
3. Mengukur dampak risiko tersebut terhadap individu maupun organisasi.
4. Melakukan skala prioritas risiko.
Apabila pemahaman risiko mennjadi lebih baik, maka risiko akan lebih mudah dikendalikan.
Adapun manfaat dari pengukuran risiko menurut Dionne (2013), Hicham dan Ibnalkadi (2021), yaitu:
1. Untuk menentukan kepentingan relatif dari suatu risiko yang dihadapi.
2. Untuk mendapatkan informasi yang sangat diperlukan oleh manajer risiko dalam menentukan berbagai metode atau cara yang paling baik dalam penanganan risiko.
Teknik pengukuran risiko menurut Crouhy, Galai, et al.
(2014), Dumitrascu (2018) Hayford dan Ahmed (2013), Wardhana, et al. (2015), Rösch dan Scheule (2010) meliputi:
89
1. Pengukuran risiko dengan menggunakan distribusi probabilitas. Pengukuran risiko ini diigunakan dalam memberikan gambaran kualitatif dari peluang atau frekuensi suatu kejadian. Probabilitas dari kejadian diukur dengan rasio antara kejadian yang spesifik terhadap jumlah kemungkinan kejadian. Nilai probabilitas berkisar antara angka dari 0 dan 1 dimana angka 0 menunjukkan kejadian atau hasil yang tidak mungkin terjadi sedangkan angka 1 menunjukkan kejadian yang pasti. Sample Space atau Set S merupakan suatu set kejadian yang diamati.
Misalnya jumlah orang yang terpapar Covid-19 di wilayah tertentu selama periode tertentu. Suatu Set S bisa terdiri dari beberapa bagian atau SubSet atau kejadian yang dilanmbangkan dengan (Set E).
Misalnya, jumlah orang yang terpapar Covid-19 di atas terdiri dari bagian orang yang mengidap penyakit berat dan orang tidak mengidap penyakit berat.
Seberapa besar kemungkinan (probabilitas) risiko akan terjadi. Ada lima kategori probabilitas risiko yaitu:
a. Paling kecil kemungkinan terjadinya (very rare) b. Jarang (rare)
c. Mungkin (possible) d. Sangat mungkin (likely) e. Hampir pasti (almost certain).
Untuk menghitung secara cermat probabilitas dari orang yang terpapar Covid-19 tersebut masing-masing Set E perlu diberi bobot. Pembobotan tersebut biasanya didasarkan pada bukti empiris dari pengalaman masa lalu. Misalnya, untuk orang yang mengidap penyakit berat diberi bobot 2, sedang untuk orang yang tidak mengidap penyakit berat diberi bobot 1, maka probabilitas dari kecelakaan mobil tersebut dapat dihitung dengan rumus:
90
a. bila tanpa bobot : P(E) = E/S
b. bila dengan bobot : P(E) = W(E) x W (S) Keterangan :
P (E) = probabilitas terjadinya event.
E = SubSet atau event S = sample space atau set
W = bobot dari masing-masing event Contohnya adalah:
Dari catatan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat diketahui jumlah orang yang terpapar Covid-19 di Jawa Barat selama tahun 2019-2021 sebanyak 1.000.000 orang. Dari jumlah tersebut, 100.000 menimpa orang yang mengidap penyakit berat dan 900.000 menimpa orang tidak mengidap penyakit berat. Bobot ditentukan 1,5. Dengan demikian, probabilitas terjadinya orang yang terpapar Covid-19 dengan penyakit beras adalah:
a. Tanpa dibobot P(E) = 100.000/1.000.000 = 0,1 = 10%
b. Dengan bobot P(E) = 1.500 = 15%
2. Pengukuran risiko dengan menggunakan notional.
Pengukuran risiko ini diukur berdasarkan nilai eksposur (objek yang rentan terhadap risiko).
Contohnya adalah pengukuran risiko kredit dengan metode notional. Jika Bank meminjamkan uang kepada pihak lain senilai 1 milyar rupiah, maka besarnya risiko kredit Bank berdasarkan pendekatan notional adalah 1 milyar rupiah (Bouteille, 2012).
3. Pengukuran risiko dengan menggunakan sensitivitas.
Pengukuran risiko ini diukur berdasarkan seberapa sensitif suatu eksposur (objek yang rentan terhadap risiko) terhadap perubahan faktor penentu.
91
Contohnya adalah degree of operating leverage (DOL) yang mengukur sensitivitas laba operasi terhadap perubahan penjualan. DOL dapat digunakan sebagai ukuran risiko bisnis.
4. Pengukuran risiko dengan menggunakan volatilitas.
Diukur berdasarkan seberapa besar nilai eksposur (objek yang rentan terhadap risiko) berfluktuasi.
Ukuran yang umum adalah standar deviasi (penyimpangan). Semakin besar standar deviasi suatu eksposur, semakin berfluktuasi nilai eksposur tersebut yang berarti semakin berisiko eksposur atau aset tersebut.
5. Pengukuran risiko dengan pendekatan value at risk (VAR). Pengukuran risiko ini diukur berdasarkan kerugian maksimum yang terjadi pada suatu aset atau investasi selama periode tertentu dengan tingkat keyakinan (level of confidence) tertentu. Untuk mengukur risiko dengan pendekatan VAR, diperlukan data standar deviasi dan skor Z dari tabel distribusi normal. Contohnya diketahui standar deviasi dari suatu aset bernilai 1 Miliar rupiah adalah 2,4%. Pada tingkat keyakinan 95%, skor Z-nya adalah 1,645.
Maka besarnya risiko (dalam nilai Z) adalah 0,024 x 1,645 = 0,040. Jika nilai Z tersebut dikembalikan ke nilai awalnya menjadi 0,040 x 1 Miliar rupiah = Rp 40 Juta.
6. Pengukuran risiko dengan menggunakan matriks frekuensi dan signifikansi risiko. Teknik pengukuran yang cukup sederhana dengan mengelompokkan risiko berdasarkan dua dimensi yaitu jumlah frekuensi kejadian dan signifikansi (keyakinkan).
Terdapat dua hal dalam proses tersebut yaitu mengembangkan standar risiko dan menerapkan standar tersebut untuk risiko yang telah diidentifikasi.
92
7. Pengukuran risiko dengan menggunakan analisis skenario. Kemampuan manajer atau pimpinan organisasi untuk memprediksi apa yang akan terjadi, dan berapa besarnya kerugian yang diperoleh.
Contohnya, teknik pengukuran yang berbeda tingkat kecanggihannya yang mengandung pengertian bahwa berbeda tipe risiko maka berbeda juga teknik yang digunakan.
93 Daftar Pustaka
Almeida, Maria do Céu., Telhado, M.J., Morais, M., Barreiro., J. (2021). Multisector Risk Identification to Assess Resilience to Flooding. Climate, 9(73), 1-21 Bouteille, Sylvain. (2012). The Handbook of Credit Risk
Management. New York: Wiley Finance.
Broad, James., Buel, James., et al. (2019). Mastering the Risk Management Framework Revision 2. New York:
Wiley Finance
Chapelle, Ariane. (2019). Operational Risk Management:
Best Practices in the Financial Services Industry: New Tork: The Wiley Finance Series)
Crouhy, Michel., Galai, Dan., et al. (2014). The Essentials of Risk Management. Second Edition. New York: Wiley.
Dionne, G. (2013). Risk Management: History, Definition, and Critique. Risk Management and Insurance Review, 16(2), 147-166.
Dumitrascu, Sorin. (2018). Risk Management: A Practical Guide. New York: Wiley
Garrido, M. C., Ruotolo, M. C. A., Ribeiro, F. M. L. &
Naked, H. A. (2011). Risk Identification Techniques Knowledge and Application in the Brazilian Construction, Brazil: Journal of Civil Engineering and Construction Technology, 1(10), 67-74.
Hayford, F., Ahmed, S. (2013). Tools and Techniques for Project Risk Management: Perspective of Micro to Small Scale Construction Firms in Ghana, Stockholm.
Sweden: KTH Campus Telge.
Hicham., Ibnalkadi, Mohamed. (2021). Introduction to Enterprise & Model Risk Management. New Delhi: 501 Non-Fiction Series Book 17
Hillson, D. (2002). Use A Risk Breakdown Structure (RBS) to Understand Your Risks. San Antonio: TX. Newtown Square, PA, Project Management Institute.
94
Hopkin, Paul. (2018). Fundamentals of Risk Management:
Understanding, Evaluating and Implementing Effective Risk Management. New York: Kogan Page
Hui, Xu., Yi-qian, Wan. (2009). Risk Identification and Measure Based on Data Analysis-Take Internationalization Risk as an Example. Conference:
Management Science and Engineering, 2009. ICMSE 2009. International Conference on Management Science and Engineering, 107-115.
Khodabakhsh, A., Yayilgan, S.Y., Abomhara, M., Istad, I., Hurzuk, N. (2020). Cyber-Risk Identification for a Digital Substation. Conference: ARES '20: 15th International Conference on Availability, Reliability and Security At: Virtual Event, Dublin, Ireland, 1-8.
Kirimova, K.V., Sorochkina, D.Y., Savvin, K.E. (2021). Risk Identification of Calibration Laboratories. Journal of Physics Conference Series, 1889(5), 052033.
Kubanova, J., Kubasanova, I. (2021). Transport Risk Identification and Assessment. Komunikacie, 23(3), F109-F115.
Lam, James. (2017). Implementing Enterprise Risk Management: From Methods to Applications. New York:
Wiley Finance
Podzines, Oskars., Romanovs, Andrejs. (2017). IT Risk Identification and Assessment Methodology.
Environment Technology Resources Proceedings of the International Scientific and Practical Conference, 2, 124.
Renault, B. Y., Agumba, J. N., Ansary, N. (2016).
Evaluating the use of risk-identification techniques in the South African construction industry. Port Elizabeth:
9th Annual Quantity Surveying Conference.
Rösch, Daniel., Scheule., Harald. (2010). Model Risk:
Identification, Measurement and Management. Sudney:
Risk Books.
Rostami, A. (2016). Tools and Techniques in Risk Identification: A Research within SMEs in the UK
95
Construction Industry. United Kingdom: Universal Journal of Management.
Tharanga, Dhanusha. (2020). Critical Review of Risk Identification Techniques.Research Paper University of the West of Scotland, 1-51.
Wang, Jin., Wang, Lu., Xu, Yang., Wang, Xiao Yu. (2015).
Financial Management Risk Identification and Measurement in UHV Project. Applied Mechanics and Materials, 740, 972-976.
Wang, Jun., Ma, H., Huang, Z., Wang, X. (2018). Lightning Disaster Risk Identification and Risk Management Measures. Conference: 8th Annual Meeting of Risk Analysis Council of China Association for Disaster Prevention (RAC 2018), 107-112.
Wardhana, Aditya, et al. (2015). Metode Riset Bisnis.
Bandung: Karyamanunggal Lithomas.
96 Profil Penulis Aditya Wardhana
Penulis merupakan dosen tetap Universitas Telkom dan menyelesaikan studi Sarjana Ekonomi (S.E) di prodi Manajemen Universitas Padjadjaran pada tahun 1997.
Kemudian, penulis menyelesaikan studi Magister Sains (M.Si) di prodi Manajemen Universitas Padjadjaran tahun 2003 dan menyelesaikan studi Magister Manajemen (MM) di prodi Manajemen Universitas Pasundan tahun 2012. Saat ini penulis sedang melanjutkan studi Doktor Ilmu Manajemen di prodi Manajemen Universitas Pasundan.
Penulis memiliki kepakaran di bidang manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran, dan manajemen strategik.
Penulis memiliki pengalaman praktisi pemasaran di Citibank dan praktisi Human Resource Development, ISO Auditor, General Affairs, dan Logistic di Perusahaan Gas Negara Tbk serta sebagai konsultan di beberapa BUMN seperti Surveyor Indonesia, Badan Klasifikasi Kapal Indonesia, Pertamina, BNI 46, PTPN VIII, serta pada Kementerian Koordinator Perekonomian RI, dan Kementerian Perhubungan. Sebagai dosen tetap di Universitas Telkom, penulis juga aktif melakukan berbagai penelitian terindeks Scopus dan Sinta dan menulis berbagai buku dalam bidang manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran, manajemen strategik, manajemen risiko, perilaku organisasi, perilaku konsumen, pengantar manajemen, pengantar bisnis, sistem informasi manajemen, bisnis internasional, metode penelitian, model bisnis, bisnis ekspor impor, teknologi informasi. Penulis memiliki Sertifikasi Penulis Buku Non-Fiksi dari Badan Sertifikasi Nasional Profesi (BSNP) RI.
E-mail Penulis: [email protected]
View publication stats