• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Kompetensi yang Dibutuhkan sebagai Ahli Muda Perawatan Bangunan Gedung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Identifikasi Kompetensi yang Dibutuhkan sebagai Ahli Muda Perawatan Bangunan Gedung"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Identifikasi Kompetensi yang Dibutuhkan sebagai Ahli Muda Perawatan Bangunan Gedung

Nadiatul Huliyah1*, R. Eka Murtinugraha2, Irika Widiasanti3

1,2,3Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta, Indonesia

*Koresponden email: NadiatulHuliyah_1503619047@mhs.unj.ac.id

Diterima: 7 Juli 2023 Disetujui: 21 Juli 2023

Abstract

Building maintenance has often faced challenges and has been carried out without proper planning.

Building management has frequently overlooked or postponed maintenance, resulting in more serious issues in the future. The constraints encountered included a lack of understanding of the importance of maintenance, difficulties in making decisions related to maintenance strategies, and a lack of technical knowledge. The solution required skilled workers in the field of building maintenance. Building Maintenance Experts were professionals with competencies related to knowledge, skills, and attitudes in the maintenance of buildings. Graduates with a Bachelor's degree (S1) could become junior experts in building maintenance with relevant education programs. Implementing a planned maintenance system, accompanied by appropriate knowledge, skills, and attitudes, would help ensure that buildings remained in good and safe condition. This article aimed to identify competencies related to knowledge, skills, and attitudes related to building maintenance. Through literature studies and content analysis, this research compiled the results of competencies outlined in SKKNI No. 255 of 2019 concerning Building Maintenance Experts and several journals to identify relevant competencies. The results obtained consisted of the identification of 23 competencies grouped into 3 aspects: knowledge, skill, and attitude.

Keywords: competencies, expert workers, building maintenance, identification, literature review

Abstrak

Dalam pelaksanaannya, perawatan bangunan gedung masih mengalami kendala dan tanpa perencanaan yang baik. Seringkali, pihak pengelola bangunan mengabaikan atau menunda pelaksanaan perawatan, yang berakibat pada timbulnya masalah yang lebih serius di masa mendatang. Kendala yang dihadapi diantaranya yaitu kurangnya pemahaman pentingnya perawatan, kesulitan dalam pengambilan keputusan terkait strategi perawatan, dan kurangnya pengetahuan teknis perawatan. Sebagai solusinya, diperlukan tenaga kerja yang ahli di bidang perawatan bangunan gedung. Ahli Perawatan Bangunan Gedung adalah seorang profesional dengan kompetensi yang terkait dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung. Lulusan dengan gelar Sarjana (S1) dapat menjadi ahli muda perawatan bangunan gedung dengan program studi yang relevan. Implementasi sistem perawatan yang terencana dan disertai dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang tepat akan membantu memastikan bangunan tetap berada dalam kondisi baik dan aman. Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi kompetensi yang terkait dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam konteks perawatan bangunan gedung. Melalui studi literatur dan analisis isi, penelitian ini mengkompilasi hasil dari kompetensi pada SKKNI No. 255 Tahun 2019 Tentang Ahli Perawatan Bangunan Gedung dan beberapa jurnal untuk mengidentifikasi kompetensi yang relevan. Hasil yang didapatkan berupa identifikasi 23 kompetensi yang dikelompokkan ke dalam 3 aspek yaitu aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Kata Kunci: kompetensi, tenaga ahli, perawatan bangunan gedung, identifikasi, kajian literatur

1. Pendahuluan

Seringkali, dalam waktu beberapa tahun saja, bangunan yang tampak indah dan megah mengalami kerusakan bahkan sebelum mencapai umur yang direncanakan, sehingga tidak dapat digunakan lagi.

Kerusakan pada komponen bangunan merupakan tanda sebuah bangunan telah mengalami penurunan kondisi [1]. Tujuan dari perawatan bangunan gedung adalah untuk menjaga agar bangunan berfungsi dengan optimal dan tetap dalam kondisi yang sesuai dengan fungsinya, serta untuk memperpanjang umur bangunan melalui pemeriksaan yang dilakukan secara teratur [2]. Perawatan bangunan gedung mencakup upaya perawatan dan pemeliharaan bangunan. Pentingnya perawatan bangunan gedung berkaitan dengan upaya menjaga agar terhindar dari kerusakan fisik. Kualitas bangunan dapat diukur dari usia dan bagaimana

(2)

tepat agar tetap dalam kondisi yang baik [3]. Perawatan bangunan memiliki persentase waktu sekitar 80.1%

dari dari total waktu pada life cycle project, yaitu untuk pembuatan konsep, perencanaan, dan konstruksi masing-masing memiliki persentase waktu sebesar 10%, 6,6%, dan 3,3% [4]. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa proses perawatan bangunan memerlukan waktu yang paling lama.

Dalam praktiknya, perawatan bangunan gedung masih menghadapi kendala dan sering dilakukan tanpa perencanaan yang baik. Perawatan bangunan gedung seharusnya memiliki sistem yang jelas dan terencana [5]. Para pengelola sering kali mengabaikan atau menunda perawatan, yang berakibat pada timbulnya masalah yang lebih serius di masa mendatang [5]. Kerusakan gedung umumnya disebabkan oleh kurangnya pemahaman para pengelola gedung akan pentingnya melakukan perawatan, selain itu pihak pengelola menghadapi kesulitan dalam mengambil keputusan terkait strategi perawatan karena kompleksitas pekerjaan perawatan dan kekurangan pengetahuan teknis mengenai perawatan [6].

Perawatan bangunan gedung tidak hanya berkaitan dengan masalah pembersihan (cleaning service) yang bisa ditangani oleh tenaga-tenaga biasa, melainkan memerlukan sistem manajemen dan tenaga ahli tersendiri terutama pada bangunan-bangunan modern [7]. Oleh karena itu, diperlukan seorang tenaga kerja yang ahli di bidang perawatan bangunan gedung, yang bertanggung jawab untuk melaksanakan perawatan dengan tujuan menjaga nilai aset fisik dan kualitas bangunan, serta memastikan bangunan dan layanan terkait tetap dalam kondisi yang baik dan aman. Dengan adanya peran tersebut, diharapkan dapat memperpanjang siklus hidup bangunan.

Profesi yang relevan dalam bidang perawatan bangunan gedung adalah Ahli Perawatan Bangunan Gedung. Dalam SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) No. 255 Tahun 2019 Ahli Perawatan Bangunan Gedung yaitu tenaga ahli/terampil orang perorangan yang memiliki kompetensi keahlian/kompetensi keterampilan bidang pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan. Pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) jabatan Ahli Muda Perawatan Bangunan Gedung berada pada jenjang 7. Sehingga seorang lulusan S1 dapat menjadi seorang ahli muda perawatan bangunan gedung dengan pendidikan/program studi yaitu seluruh jurusan/program studi bidang konstruksi.

2. Metode Penelitian

Pada penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah studi literatur atau studi kepustakaan. Dalam studi literatur, langkah yang dilakukan adalah:

1. Mengumpulkan referensi yang terdiri dari beberapa penelitian terdahulu 2. Mengkompilasi data dari penelitian-penelitian tersebut

3. Menarik kesimpulan

Dalam mengkompilasi data digunakan teknik analisis data yaitu analisis isi antara kompetensi yang terdapat pada SKKNI No. 255 Tahun 2019 dan kompetensi yang relevan dari jurnal-jurnal terdahulu, referensi jurnal tersebut dapat menjadi dasar untuk mengidentifikasi kompetensi ahli muda perawatan bangunan gedung dalam konteks yang lebih luas. Setelah itu kompetensi-kompetensi tersebut dikelompokkan menjadi 3 aspek yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dalam analisisnya akan dilakukan pemilihan, penggabungan, dan pemilahan sehingga ditemukan yang relevan [8].

3. Hasil dan Pembahasan

Dalam SKKNI No. 255 Tahun 2019 Tentang Ahli Perawatan Bangunan Gedung, terdapat 8 kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang ahli perawatan bangunan gedung. Berdasarkan SKKNI No.

255 Tahun 2019 Jabatan Ahli Muda Perawatan Bangunan Gedung berada pada jenjang 7 yang memiliki 6 Unit Kompetensi. Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa Ahli Muda Perawatan Bangunan Gedung memiliki 6 unit kompetensi yang meliputi: Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Menerapkan Komunikasi di Tempat Kerja, Memeriksa Perhitungan Perkiraan Biaya Pekerjaan, Memeriksa Jadwal Keria, Mengelola Pekerjaan Perawatan Komponen-Komponen Bangunan Gedung, dan Membuat Laporan. Namun dalam penelitian ini penulis tidak mencantumkan kompetensi Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dikarenakan dalam SK DIRJEN BK TAHUN 2022 Tentang Penetapan Jabker dan Konversi Jabker Eksisting.

K3 memiliki jabatan tersendiri di luar perawatan bangunan gedung, oleh karena itu penulis hanya mencantumkan 5 unit kompetensi saja. Untuk masing-masing unit kompetensi tersebut terdapat kompetensi-kompetensi yang dikelompokan ke dalam 3 aspek yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Kompetensi tersebut dikompilasi dengan kompetensi yang terdapat pada jurnal-jurnal terdahulu.

(3)

Tabel 1. Unit Kompetensi Ahli Perawatan Bangunan Gedung Jabatan Kerja:

Ahli Perawatan Bangunan Gedung

No. Judul Unit Kompetensi Jenjang

9 8 7 1. Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) √ √ √

2. Menerapkan Komunikasi di Tempat Kerja √ √ √

3. Mengkoordinir Diagnosa Permasalahan √ √ -

4. Memeriksa Perhitungan Perkiraan Biaya Pekerjaan √ √ √

5. Memeriksa Jadwal Keria √ √ √

6. Mengelola Pekerjaan Perawatan Komponen- Komponen Bangunan Gedung

√ √ √ 7. Mengkoordinir Pelaksanaan Pengujian Kelayakan (Testing dan

Commissioning) Hasil Pekerjaan Perawatan Sesuai Dengan Persyaratan Untuk Difungsikan Kembali

√ - -

8. Membuat Laporan √ √ √

Sumber: SKKNI No. 255 Tahun 2019

Dari hasil identifikasi didapatkan 23 kompetensi yang terkait dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam konteks pekerjaan perawatan bangunan gedung yang disajikan dalam 3 tabel sesuai dengan aspek kompetensi. Kompetensi pengetahuan menunjukkan pemahaman terkait pekerjaan yang dilakukan, kompetensi keterampilan melibatkan penerapan praktik secara konkret, dan kompetensi sikap meliputi karakteristik individu dalam berperilaku. Berikut Tabel 2 adalah analisis isi berisi 3 aspek kompetensi:

Tabel 2. Aspek Pengetahuan

No. Kompetensi

1. Memahami pedoman, kerangka acuan, dan perundang-undangan berupa persyaratan teknis terkait perawatan bangunan gedung

Referensi Uraian

(Ofori et al., 2015) [9] Dalam penelitian ini didapatkan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan perawatan bangunan, salah satunya adalah pentingnya pengetahuan tentang peraturan perundang-undangan terbaru terkait dengan perawatan gedung.

(Zawawi et al., 2010) [10] Sebagian besar bangunan pemerintah tidak dipelihara secara teratur karena kerusakan sering tidak terdeteksi di awal. Oleh karena itu, disarankan menyusun panduan perawatan bangunan guna mengidentifikasi kerusakan lebih cepat. Hal ini penting agar kerusakan dan kegagalan dapat diidentifikasi lebih awal, sehingga langkah pencegahan dan prediksi dapat dilakukan dengan lebih efektif.

(Sari & Triwuryanto, 2021) [11] Adanya peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 24/PRT/M/2008 tentang pedoman pemeliharaan bangunan dan perawatan gedung bangunan yang menjadi pedoman untuk memastikan agar bangunan berfungsi dengan baik sesuai umur rencana, juga meningkatkan kesadaran akan pentingnya perawatan dan pemeliharaan bangunan gedung.

(Lee Jung & Park, 2010) [7] Kurangnya anggaran perawatan dan tidak adanya standar perawatan dapat menimbulkan permasalahan, fakta menunjukan bahwa hampir 1200 gedung pencakar langit di Korea Selatan tidak memiliki standar perawatan gedung.

2. Mengetahui komponen-komponen bangunan gedung sesuai ruang lingkup perawatan bangunan gedung yaitu Arsitektural, Struktural, Mekanikal, Elektrikal, Tata Ruang Luar, Tata Graha (Housekeeping)

Referensi Uraian

(Setiawan et al., 2021) [12] Tujuan penelitian ini adalah menentukan prioritas perawatan bangunan berdasarkan indeks kondisi, biaya, dan umur layan komponen. Hasil dari penelitian ini berupa presentase yang menunjukkan prioritas komponen perawatan yaitu cat dinding, plafon, dll. Jurnal ini relevan karena dalam penelitian ini mengharuskan untuk mengetahui komponen-komponen pada bangunan.

(4)

No. Kompetensi

(Alexander et al., 2022) [13] Tujuan dilakukan penelitian ini salah satunya adalah mendata komponen pemeliharaan pada gedung Asrama LPMP Sumatera Barat.

Maka, agar perawatan sesuai dengan ruang lingkup yang ada, perlu adanya kompetensi tentang pengetahuan komponen-komponen bangunan gedung.

3. Memahami prosedur perawatan komponen bangunan gedung

Referensi Uraian

(Lateef et al., 2010) [14] Untuk menjamin agar bangunan beroperasi dan berfungsi sesuai harapan penghuninya, perlu dilakukan prosedur perawatan bangunan yang melibatkan tiga elemen kunci: servis, perbaikan, dan penggantian.

(Talib et al., 2014) [15] Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan bangunan. Faktor tersebut salah satunya adalah kurangnya prosedur terkait perawatan gedung.

4. Memahami spesifikasi mutu bahan

Referensi Uraian

(Kolawole, 2002) [9] Dalam pemilihan bahan, penting untuk memenuhi persyaratan spesifikasi. Oleh karena itu, pemilihan material harus memenuhi persyaratan spesifikasi kinerja untuk mengurangi biaya yang lebih besar di masa depan selama proses perawatan.

(Clark, 2001) [16] Pentingnya pemahaman akan pemilihan bahan bangunan yang tepat pada perawatan bangunan. Hal ini termasuk pengetahuan tentang bahan yang digunakan sesuai dengan tipe bangunan, misalnya dalam bangunan bersejarah.

(Au-Young et al., 2014) [17] Dari hasil penelitian, diketahui bahwa kualitas dan mutu bahan material menjadi salah satu karakteristik perawatan bangunan yang paling signifikan terhadap performa perawatan secara keseluruhan.

(Horner et al., 1997) [17] Penggunaan bahan dan alat yang sesuai pada waktu yang tepat dapat mengurangi atau bahkan mencegah perawatan yang bersifat reaktif.

(Waziri et al., 2013) [18] Dalam penelitian ini dihasilkan 19 faktor yang mempengaruhi perawatan bangunan, salah satunya adalah pemilihan bahan material yang di bawah standar. Faktor tersebut menempati ranking ke-4 dengan kategori sangat signifikan mempengaruhi.

5. Membaca gambar kerja dan cara pengukurannya

Referensi Uraian

(Arifin, 2007) [19] Penelitian ini membahas tentang perawatan bangunan yang tidak terencana yang disebabkan karena salah satunya adalah tidak tersedianya as built drawing pada saat perencanaan perawatan bangunan gedung.

(Sholeh et al., 2020) [20] Tujuan dari penelitian ini adalah merencanakan perbaikan struktur yang dilakukan dalam beberapa tahap yaitu survei lapangan dan pembuatan desain renovasi menggunakan software Structure Analysis Program (SAP2000). Penelitian ini relevan karena sebelum merencanakan struktur, harus dapat membaca gambar kerja dan pengukurannya terlebih dahulu.

6. Dapat mengevaluasi pekerjaan perawatan bangunan gedung

Referensi Uraian

(Maintain Our Heritage, 2004) [16]

Inspeksi adalah proses evaluasi untuk mendapatkan informasi yang diperlukan. Hasil dari proses inspeksi ini digunakan untuk menentukan apakah objek, sistem, atau proses tersebut sesuai dengan standar atau kriteria yang telah ditetapkan dalam evaluasi.

(Sodangi et al., 2014) [21] Pemeriksaan berupa inspeksi perlu dilakukan dengan frekuensi yang beragam untuk menghindari adanya pemeliharaan yang lebih mahal di kemudian hari.

(Widianto et al., 2022) [22] Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Kampus UNJ, jurnal ini relevan karena di membutuhkan kemampuan mengevaluasi pekerjaan perawatan.

(5)

No. Kompetensi

7. Mengetahui metode yang tepat dalam perhitungan biaya perawatan bangunan

Referensi Uraian

(Devina et al., 2023) [23] Penelitian ini bertujuan untuk menghitung estimasi biaya perawatan bangunan gedung menggunakan perhitungan Analisa Harga Satuan pekerjaan secara mendetail. Hasil yang didapatkan lebih akurat dari perhitungan biaya perawatan berdasarkan tingkat kerusakan dan persentasenya (approximate estimate).

(Marliansyah, 2014) [24] Dalam penelitian ini, penulis merekomendasikan penggunaan pendekatan metode Davis Langdon dan ISO 15686 dalam perhitungan dan perencanaan perawatan bangunan. Pendekatan ini dianggap lebih sederhana dan mudah diterapkan di Indonesia.

8. Menghitung volume, biaya, dan harga perawatan bangunan sesuai prosedur yang berlaku

Referensi Uraian

(Ismail, 2014) [25] Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa biaya perawatan menjadi salah satu masalah dalam perawatan bangunan karena sulitnya dalam menghitung alokasi anggaran untuk fasilitas tertentu. Berdasarkan hal tersebut, disimpulkan bahwa perlunya kemampuan untuk menghitung volume, biaya, dan harga pada perawatan bangunan agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan perawatan gedung.

(Faremi et al., 2014) [26] Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya memiliki catatan keuangan yang akurat dalam upaya perawatan bangunan yang lebih efisien dan efektif, sehingga dapat mengurangi biaya perawatan secara signifikan.

(Apriani & Angreni, 2021) [27] Tujuan penelitian ini adalah menghitung biaya pemeliharaan gedung dengan mengacu pada peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2008 dan peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 49/PMK.02/2018.

9. Menghitung eskalasi dan deskalasi biaya perawatan bangunan

Referensi Uraian

(Hagogoan et al., 2020) [28] Penelitian ini membahas perencanaan biaya untuk gedung perpustakaan, dan setelah dilakukan analisis, ditemukan bahwa biaya perawatan gedung cenderung meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu, berdasarkan hasil penelitian tersebut, disarankan untuk melakukan penyesuaian harga (eskalasi dan deskalasi).

(Hanim, 2008) [26] Kenaikan harga bahan bangunan disebabkan oleh eskalasi biaya bahan baku serta tingginya biaya operasional yang dibutuhkan untuk produksi bahan bangunan.

Tabel 3. Aspek Keterampilan

No. Kompetensi

1. Melakukan komunikasi berupa koordinasi kepada pihak-pihak yang terkait sesuai ruang lingkup pekerjaan perawatan bangunan gedung

Referensi Uraian

(Wanjiru et al., 2017) [29] Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor pengaruh keberhasilan dalam perawatan bangunan, salah satu faktornya adalah adanya kompetensi yang dimiliki seperti kemampuan kepemimpinan, koordinasi dan pengawasan, komunikasi yang baik, dan anggota profesional yang memadai.

(Hebert & Chaney, 2011) [29] Komunikasi yang efektif antara berbagai pihak akan memfasilitasi transfer keterampilan antar individu secara lebih efisien.

2. Melakukan pendataan terhadap pemeliharaan bangunan

Referensi Uraian

(Arifin, 2007) [19] Dalam penelitian ini membahas tentang perawatan yang tidak terencana, disebabkan karena salah satunya adalah tidak adanya catatan perawatan (history record) dari peralatan yang terpasang.

(Zawawi et al., 2010) [10] Pentingnya mencatat aset pemeliharaan secara rutin. Catatan ini mencakup daftar semua aset yang memerlukan perawatan agar tetap berfungsi dengan baik. Setiap aset diberikan kode untuk memudahkan identifikasi prioritas pemeliharaan atau layanan yang diperlukan.

(Shepherd, 2006) [10] Manajemen arsip yang efektif dalam pengelolaan bangunan gedung

(6)

No. Kompetensi

memastikan pelaksanaan, pengelolaan, dan administrasi yang berkelanjutan.

3. Menyusun kebutuhan material, alat dan tenaga kerja pada pelaksanaan perawatan bangunan

Referensi Uraian

(Au-Yong et al., 2013) [30] Dalam penelitian ini dihasilkan 10 karakteristik yang signifikan dalam perawatan termasuk diantaranya adalah kebutuhan material, alat/spare part, dan jumlah tenaga kerja. Oleh karena itu perlu direncanakannya kebutuhan material, alat, dan tenaga kerja pada perawatan bangunan gedung.

(Tarore et al.,) [31] Tujuan dari perencanaan kebutuhan material dalam suatu proyek adalah untuk memastikan penggunaan material yang efisien dan optimal selama pelaksanaan pekerjaan, sehingga dapat menghindari masalah seperti keterlambatan atau ketidaktersediaan material saat dibutuhkan.

4. Menyusun jadwal perawatan bangunan secara rutin, periodik, dan insidental

Referensi Uraian

(Ghanbari & Mojtahedzadeh, 2021) [32]

Penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan panduan praktis dalam perawatan bangunan. Hasil dari penelitian ini berupa contoh daftar checklist yang terbagi menjadi kategori-kategori seperti struktur, arsitektur, instalasi listrik, dan mekanikal. Checklist ini disusun untuk membantu para ahli perawatan bangunan dalam melakukan inspeksi berkala secara efektif dan efisien.

(Forster & Kayan, 2009) [30] Perawatan yang terjadwal dianggap sebagai pendekatan yang paling optimal dalam perawatan bangunan.

(Widiasanti & Murtinugraha, 2016) [33]

Dengan melaksanakan perawatan secara berkala, risiko pengeluaran biaya akibat kerusakan gedung di masa depan dapat dikurangi. Maka, penting untuk memiliki kompetensi yang memungkinkan untuk mengikuti jadwal perawatan bangunan, sehingga dapat dilakukan tepat waktu dan secara teratur.

(Juwardi et al., 2023) [34] Penelitian ini menjelaskan tentang proses perhitungan waktu dalam pekerjaan perawatan bangunan, yang berdampak pada produktivitas dari pekerjaan perawatan tersebut. Jurnal ini relevan karena membahas kompetensi dalam menyusun jadwal pekerjaan perawatan yang akurat dan efektif.

5. Mengawasi pelaksanaan perawatan bangunan gedung

Referensi Uraian

(Hadfina et al., 2021) [35] Pengawasan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja bangunan secara keseluruhan, dan pengawas juga memainkan peran penting dalam mengurangi kegagalan dalam perawatan bangunan.

6. (Latieef, 2018) [36] Risiko paling tinggi dalam tahap implementasi perawatan bangunan adalah ketidaksesuaian pelaksanaan pekerjaan dengan spesifikasi teknis. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan perawatan gedung.

7. Melaksanakan strategi dalam pelaksanaan perawatan bangunan gedung

Referensi Uraian

(Kheradranjbar et al., 2022) [37] Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi strategi yang efektif dalam pelaksanaan perawatan bangunan dengan menggunakan pendekatan Multi Criteria Decision Making (MCDM). Hasil penelitian menghasilkan tiga strategi perawatan yaitu Emergency Maintenance, Breakdown Maintenance, dan Corrective Maintenance.

8. Memanfaatkan teknologi atau software yang bermanfaat dalam perawatan bangunan gedung

Referensi Uraian

(Ofori et al., 2015) [9] Perkembangan teknologi terbaru memiliki dampak pada keputusan terkait perawatan bangunan.

(Yu Cao et al., 2021) [38] Dalam penelitian ini, hasil yang didapatkan adalah adanya delapan kategori kemampuan BIM yang dapat digunakan dalam operasi dan perawatan green building.

(Sampaio & Simões, 2014) [39] Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa telah berhasil menciptakan sebuah program yang berperan sebagai alat bantu untuk

(7)

No. Kompetensi

inspeksi dan operasi perawatan bangunan di masa depan, dengan menggunakan model BIM arsitektur.

9. Menyusun laporan hasil pekerjaan pelaksanaan perawatan bangunan

Referensi Uraian

(Sari & Triwuryanto 2021) [11] Dalam penelitian ini dihasilkan formulir berupa checklist perawatan bangunan, hal tersebut merupakan keterampilan dalam menyusun laporan perawatan gedung. Laporan perawatan gedung juga berfungsi sebagai alat pengawasan dan evaluasi kinerja tim pemeliharaan.

Dengan keterampilan dalam menyusun laporan, kualitas pekerjaan dan efektivitas pemeliharaan dapat dievaluasi secara lebih mendalam.

10. Memiliki kemampuan pemecahan masalah (problem solving)

Referensi Uraian

(Zawawi et al., 2010) [10] Proses dalam penelitian ini melibatkan pengelompokan berbagai masalah perawatan bangunan yang mungkin timbul menjadi jenis perbaikan tingkat tinggi yang memerlukan perhatian atau solusi. Hal tersebut menunjukan pentingnya kemampuan pemecahan masalah terkait perawatan bangunan.

(Forster & Kayan, 2009) [16] Keterampilan pemecahan masalah yang efektif untuk mengatasi dan menyelesaikan masalah yang mungkin timbul sangat penting dalam perawatan bangunan.

11. Bekerja sama dalam kelompok kerja

Referensi Uraian

(Carbonari et al., 2016) [40] Kolaborasi antara tim perawatan bangunan gedung mendukung visualisasi dan desain yang konsisten, estimasi biaya, evaluasi, pemantauan, perencanaan.

(Manjula & Senaratne, 2012) [41] Di dalam Manajemen Fasilitas (FM) terdapat pelaksanaan perawatan bangunan gedung, yang memerlukan kerja sama tim karena FM berbagai pihak dan bersifat multi-fungsional.

Tabel 4. Aspek Sikap

No. Kompetensi

1. Cermat dalam melaksanakan pekerjaan perawatan bangunan

Referensi Uraian

(Awasho & Alemu: 2023) [42] Dalam konstruksi, cacat bangunan memiliki beberapa kategori yang masing-masing perlu dilakukan pemeriksaan dengan cermat.

2. Disiplin dalam melaksanakan pekerjaan perawatan bangunan

Jurnal Referensi Uraian

(Waziri & Vanduhe, 2013) [43] Aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan perawatan harus adanya standar, termasuk memiliki sikap kedisiplinan. Kedisiplinan terkait dengan kehadiran dan kepatuhan dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai jadwal yang telah ditentukan.

3. Teliti dalam melakukan seluruh pekerjaan perawatan bangunan

Referensi Uraian

(Setiawan, 2012) [44] Bekerja dengan teliti dan hati-hati dalam mengumpulkan informasi catatan, sketsa, gambar, dan mengambil foto, data, dan keterangan yang relevan dan akurat.

4. Bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan perawatan bangunan

Referensi Uraian

(Arifin, 2007) [19] Penelitian ini mencakup isu terkait perawatan yang tidak terencana, dimana salah satunya disebabkan oleh kurangnya tanggung jawab petugas yang sering absen atau tidak berada di tempat.

(Zawawi et al., 2010) [10] Untuk memastikan kelancaran dan kesuksesan pekerjaan perawatan, orang yang berada dalam departemen perawatan harus memiliki kompetensi dan kualitas tanggung jawab yang baik.

(Ibrahim & Koswara, 2010) [45] Diperlukan program pelatihan dan pembinaan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab dalam mengamankan informasi perusahaan bagi staf dan karyawan.

(8)

4. Kesimpulan

Dalam melakukan perawatan bangunan gedung, seorang ahli muda perlu memiliki berbagai kompetensi yang diperlukan. Artikel ini telah mengidentifikasi beberapa kompetensi utama yang terdiri dari 23 kompetensi mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Untuk bidang administrasi diperlukan pengetahuan terkait pedoman, kerangka acuan dan perundang-undangan perawatan bangunan gedung, pengetahuan terkait metode perhitungan anggaran biaya perawatan bangunan gedung beserta eskalasi dan deskalasinya, keterampilan terkait penyusunan penjadwalan perawatan bangunan gedung, keterampilan terkait penyusunan kebutuhan alat, material, dan tenaga kerja, keterampilan terkait pendataan pelaksanaan perawatan bangunan gedung, dan keterampilan terkait penulisan laporan pelaksanaan perawatan bangunan gedung. Sedangkan, untuk bidang teknis diperlukan pengetahuan terkait komponen bangunan sesuai dengan ruang lingkup perawatan bangunan gedung, pengetahuan terkait prosedur perawatan bangunan gedung, pengetahuan terkait spesifikasi mutu bahan, pengetahuan terkait gambar kerja dan pengukurannya, pengetahuan terkait teknologi yang bermanfaat dalam perawatan bangunan gedung.

Untuk bidang pelaksanaan diperlukan keterampilan komunikasi dan koordinasi antar rekan kerja, pengetahuan terkait evaluasi pelaksanaan perawatan bangunan gedung, keterampilan terkait pengawasan pelaksanaan bangunan gedung, keterampilan terkait penerapan strategi pemeliharaan bangunan gedung.

Dengan dimilikinya kompetensi-kompetensi di atas memungkinkan ahli muda perawatan bangunan gedung untuk menjalankan tugas mereka dengan baik dan memastikan bangunan tetap berfungsi dengan optimal.

5. Referensi

[1] M. N. Sholeh, E. J. Malelak, and S. Fauziyah, “Manajemen Pemeliharaan Fasilitas Bangunan Gedung Pada Proyek Swasta: Studi Kasus,” J. Proyek Teknik Sipil, vol. 2, no. 1, 2019. [Online]. Available:

https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/potensi

[2] Z. Nugrahayu N., Dewantoro, and A. B. P. Gawei, “Manajemen Perawatan Dan Pemeliharaan Gedung, Aset Dan Fasilitas Di Universitas Palangka Raya,” J. Kacapuri, vol. 4, no. 2, 2021.

[3] R. Faulinda and S. Nasehati Sunaningsih, “Analisis Prosedur Pemeliharaan Gedung Bangunan Pada Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi Dan Sosial Kota Magelang,” Jurnal Edukasi, vol. 8, pp. 2580–

8818, 2020, [Online]. Available: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/edukasi/article/view/3742 [4] Y. Suprayatna, “Estimasi Biaya Pemeliharaan Bangunan Gedung,” Majalah Ilmiah UNIKOM, 2011.

[5] M. A. Risanji and Rafli S, “Analisis Faktor Pemeliharaan Bangunan Gedung Terhadap Kenyamanan Pekerja Kantor,” Potensi: Jurnal Sipil Politeknik, vol. 20, no. 2, 2018.

[6] D. Wardhana, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Pada Pemeliharaan Gedung Hunian Vertikal,” Jurnal Infrastruktur, vol. 3, no. 2, hal. 1-9, 2017.

[7] Sugiyanto and M. Wena, “Tinjauan Teoritik Dan Empirik Perawatan Dan Pemeliharaan Gedung Tinggi (High Rise Building) Di Indonesia,” Jurnal Bangunan, vol. 24, no. 1. hal. 15-24, 2019.

[8] A. H. Setiawan and H. Dani, “Studi Terhadap Media Augmented Reality (Ar) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Kd Memahami Jenis-Jenis Alat Berat,” J. Kajian Pendidikan Teknik Bangunan, vol. 7, no. 1, 2021.

[9] I. Ofori, M. Duodu, and S. O. Bonney, “Establishing Factors Influencing Building Maintenance Practices: Ghanaian Perspective,” Online, 2015. [Online]. Available: www.iiste.org

[10] E. M. A. Zawawi, S. N. Kamaruzzaman, A. S. Ali, and R. Sulaiman, “Assessment of building maintenance management in Malaysia: Resolving using a solution diagram,” Journal of Retail and Leisure Property, vol. 9, no. 4, pp. 349–356, Nov. 2010, doi: 10.1057/rlp.2010.16.

[11] S. Novita Sari and Triwuryanto, “Kajian Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung Sesuai Dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 24/PRT/M/3008,” Prosiding CEEDRiMS, 2021.

[12] B. Setiawan, Haasrullah, and Feriansyah, “Analisis Skala Prioritas Pemeliharaan Bangunan Gedung Menggunakan Metode AHP (Analitycal Hierarchy Process),” Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, vol. 1, no.

2, 2021, doi: 10.51510/agregat.v1i2.538.

[13] H. Alexander, M. Elan Aqsa, J. Teknik Sipil, P. Negeri Padang, K. Padang, and S. Barat,

“Perencanaan Manajemen Pemeliharaan Komponen Arsitektur dan Utilitas Pada Gedung Asrama LPMP Sumatera Barat,” Jurnal Ilmiah Rekayasa Sipil, vol. 19, no. 2, 2022, [Online]. Available:

http://ejournal2.pnp.ac.id/index.php/jirs/TerakreditasiSINTAPeringkat5

[14] H. Arshad, S. N. Mohd Ali, N. S. Fauzi, and H. Ihsan, “Content Validation of the Competencies Component of Building Maintenance Management for Waqf-based Religious Schools,”

Environment-Behaviour Proceedings Journal, vol. 8, no. 23, pp. 71–80, Mar. 2023, doi:

10.21834/ebpj.v8i23.4504.

(9)

[15] R. Talib, A. G. Ahmad, N. Zakaria, and Z. Sulieman, “Assessment of Factors Affecting Building Maintenance and Defects of Public Buildings in Penang, Malaysia,” Architecture Research, vol. 4, no. 2, pp. 48–53, 2014, doi: 10.5923/j.arch.20140402.03.

[16] A. M. Forster and B. Kayan, “Maintenance for historic buildings: A current perspective,” Structural Survey, vol. 27, no. 3, pp. 210–229, Jul. 2009, doi: 10.1108/02630800910971347.

[17] C. P. Au-Yong, A. S. Ali, and F. Ahmad, “Preventive Maintenance Characteristics towards Optimal Maintenance Performance: A Case Study of Office Buildings,” World Journal of Engineering and Technology, vol. 02, no. 03, pp. 1–6, 2014, doi: 10.4236/wjet.2014.23b001.

[18] B. Shehu Waziri and B. Abraham Vanduhe, “Evaluation of Factors Affecting Residential Building Maintenance in Nigeria: Users’ Perspective,” Civil and Environmental Research, vol. 3, no. 8, hal.

19-24, 2013, [Online]. Available: www.iiste.org

[19] D. Arifin, “Perawatan Bangunan,” 2007 Jurnal Teknik Sipil KALIBRASI, vol. 2, no. 1, 2007.

[20] M. Nur Sholeh and F. Suwarto, “Perencanaan Struktur Renovasi Masjid Darussalam Semarang Dengan Structure Analysis Program,” Jurnal Pengabdian Vokasi, vol. 01, no. 04, 2020.

[21] M. Sodangi, M. F. Khamdi, A. Idrus, D. B. Hammad, and A. Ahmedumar, “Best practice criteria for sustainable maintenance management of heritage buildings in Malaysia,” in Procedia Engineering, Elsevier Ltd, 2014, pp. 11–19. doi: 10.1016/j.proeng.2014.07.017.

[22] F. Widianto, Lenggogeni, and H. Rahmayanti, “Evaluasi Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung K. H. Hasjim Asj’arie, Kampus A, Universitas Negeri Jakarta,” Jurnal Teknik Sipil, vol. 17, 2022.

[23] P. I. Devina, Rudi Waluyo, and Veronika Happy Puspasari, “Analisis Estimasi Biaya Perawatan Bangunan Gedung Di Universitas Palangka Raya,” Jurnal Teknik Sipil, vol. 17, no. 2, pp. 95–102, Apr. 2023, doi: 10.24002/jts.v17i2.6407.

[24] J. Marliansyah, “Analisis Rencana Life Cycle Cost Gedung Hostel Pada Kawasan Rumah Sakit Jimbun Medika Kediri.” Jurnal Magister Teknik Sipil, pp. 1–17, 2015, [Online]. Available: http://e- journal.uajy.ac.id/id/eprint/6923

[25] Z.-A. Ismail, “Improving Maintenance Management Practices for Building Facility,” Journal of Construction Engineering and Project Management, vol. 4, no. 3, pp. 21–32, Sep. 2014, doi:

10.6106/jcepm.2014.4.3.021.

[26] O. Faremi, O. Adenuga, and B. John, “Factors Affecting Maintenance Cost of Institutional Buildings.” 2014, [Online]. Available: https://ir.unilag.edu.ng/handle/123456789/7133

[27] R. Apriani, I. Ayu, and A. Angreni, “Analisis Biaya Pemeliharaan Bangunan Gedung Dengan Konsep Green building Dan Bangunan Gedung Dengan Konsep Non Green building,” Jurnal Borneo Engineering, vol. 5, no. 3, 2021, [Online]. Available:

http://jurnal.borneo.ac.id/index.php/borneoengineering

[28] A. Caesar Hagogoan and E. Moelyani, “Perencanaan Biaya Pemeliharaan Bangunan Gedung Perpustakaan Universitas Tanjungpura Pontianak Kalimantan Barat.” Jurnal PWK, Laut, Sipil, Tambang, vol. 7, no. 23, 2020, doi: http://dx.doi.org/10.26418/jelast.v7i3.42540.

[29] P. M. Wanjiru, M. Amuhaya, and Y. Muchelule, “Determinants of Successful completion of Building Maintenance Projects in West lands Sub-County, Kenya,” 2017. [Online]. Available:

www.researchpublish.com

[30] C. P. Au-Yong, A. S. Ali, and F. Ahmad, “Significant Characteristics of Scheduled and Condition- Based Maintenance in Office Buildings,” Journal of Performance of Constructed Facilities, vol. 28, no. 2, pp. 257–263, Apr. 2014, doi: 10.1061/(asce)cf.1943-5509.0000432.

[31] Tarore, J. Tjakra, and Walangitan, “Manajemen Pengadaan Material Bangunan Dengan Menggunakan Metode Mrp (Material Requirement Planning) Studi Kasus: Revitalisasi Gedung Kantor Bps Provinsi Sulawesi Utara,” Jurnal Sipil Statik, vol. 1, pp. 421–429, 2013.

[32] M. Ghanbari and M. M. Asl, “Proposing a Building Maintenance Management Framework to Increase the Useful Life of the Building,” International Journal of Industrial Engineering &

Management Science, vol. 8, no. 1, pp. 52–61, 2021.

[33] I. Widiasanti and R. E. M. Nugraha, “Kajian Pengelolaan Pemeliharaan dan Perawatan Gedung Perguruan Tinggi: Studi Kasus Universitas Negeri Jakarta,” JTERA - Jurnal Teknologi Rekayasa, vol. 1, pp. 41–46, 2016.

[34] U. Juwardi et al., “Perhitungan Waktu Baku Dan Penentuan Produktivitas Pada Pengerjaan Pembersihan Kaca Gedung X Standard Time Calculation and Determination of Productivity for Glass Cleaning Works of Building X,” Jurnal Konversi Energi dan Manufaktur, vol. 8, 2023.

(10)

[35] N. I. Hadfina, M. E. Mamat, S. Mamter, and M. N. Abdullah, “The Effectiveness of the Maintenance Management System Implementation for High-Rise Building,” Virtual Go Green: Conference And Publication (v-GOGREEN 2021), 2021.

[36] Y. Latief, “Development of Quality Management System in the Process Implementation Maintenance Risk-Based in Government Building.”

[37] M. Kheradranjbar, M. Mohammadi, and S. Rafiee, “Appropriate building repair and maintenance strategies using multi-criteria decision making analysis – A Delphi study,” Acta Structilia, vol. 29, no. 1, 2022, doi: 10.18820/24150487/as29i1.4.

[38] Y. Cao, S. N. Kamaruzzaman, and N. M. Aziz, “Building Information Modeling (BIM) Capabilities in the Operation and Maintenance Phase of Green Buildings: A Systematic Review,” Buildings, vol.

12, no. 6. MDPI, Jun. 01, 2022. doi: 10.3390/buildings12060830.

[39] A. Z. Sampaio and D. Simões, “Maintenance of Buildings Using BIM Methodology,” The Open Construction and Building Technology Journal, vol. 8, no. 1, pp. 337–342, Jan. 2015, doi:

10.2174/1874836801408010337.

[40] Z.-A. Ismail and I. Motawa, “Integrating CMMS, Expert Systems and BIM for IBS Building Maintenance,” Association of Researchers in Construction Management, pp. 245–254, 2019, [Online]. Available: https://strathprints.strath.ac.uk/76594/

[41] C. Naiduwa-Handi, S. Senaratne, N. H. C. Manjula, and S. Senaratne, “Teamwork in Facilities Management Sustainable Water Management of Irrigation Systems View project Electronic accident reporting for Sri Lankan Apperal Industry View project Teamwork In Facilities Management,” 2012.

[Online]. Available: https://www.researchgate.net/publication/317715156

[42] T. T. Awasho and S. K. Alemu, “Assessment of public building defects and maintenance practices:

Cases in Mettu town, Ethiopia,” Heliyon, vol. 9, no. 4, Apr. 2023, doi:

10.1016/j.heliyon.2023.e15052.

[43] B. Shehu Waziri and B. Abraham Vanduhe, “Evaluation of Factors Affecting Residential Building Maintenance in Nigeria: Users’ Perspective,” vol. 3, no. 8, 2013, [Online]. Available: www.iiste.org [44] T. H. Setiawan, “Manajemen Pemeliharaan Pusat Belanja (Studi Kasus Cihampelas Walk

Bandung),” Jurnal Teknik Sipil, vol. 12, no. 1, pp. 40–50, 2012..

[45] R. Nur Ibrahim and H. Koswara, “Kerangka Kerja Manajemen Keamanan Berdasar ISO 27000 Beserta Turunannya Untuk Sistem Pada E-Goverment,” Jurnal Computech & Bisnis, vol. 4, no. 1, pp. 7–16, 2010, [Online]. Available: http://grouper.ieee.org/groups/802/11/in

Referensi

Dokumen terkait

Pada komponen ruang luar bangunan gedung di bedakan menjadi dua formulir yaitu formulir pemeliharaan dan formulir perawatan. Pada formulir pemeliharaan dibahas item