• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTITAS JURNAL

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "IDENTITAS JURNAL"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui fraksi ekstrak etanol daun kersen (Muntingia calabura L.) yang memiliki efek antiinflamasi melalui parameter penurunan volume eksudat, penurunan jumlah leukosit, monosit, neutrofil dan limfosit dalam eksudat. tikus putih jantan yang diinduksi karagenan. Hewan percobaan dibagi menjadi lima kelompok yaitu kelompok I (kontrol negatif diberi NaCMC 0,5%), kelompok II (kontrol positif diberi Dikofenak Na 50 mg/kgBB), kelompok III, IV dan V diberi fraksi n-heksana, fraksi asetat etil dan fraksi air masing-masing dengan dosis 5,15 mg/KgBB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi etil asetat pada dosis 5,15 mg/kgBB mencit dapat menurunkan volume eksudat dan jumlah leukosit secara bermakna (p<0,05).

Efek antiinflamasi fraksi ini juga sebanding dengan kontrol positif yaitu Na Diklofenak dengan dosis 10,28 mg/Kg BB tikus. Sarimanah et al (2015) menyimpulkan bahwa ekstrak etanol daun kersen 95% dosis 50 mg/kgBB dan 100 mg/kgBB menunjukkan efek antiinflamasi dengan persentase penghambatan inflamasi 58,33% dan 52,78%. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Nurdin et al (2016) menyimpulkan bahwa ekstrak daun kersen pada konsentrasi 2,5%, 5% dan 10% memiliki aktivitas inflamasi topikal.

Fraksinasi dilakukan untuk mengetahui apakah fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi air daun kersen memiliki efek antiinflamasi dibandingkan ekstrak etanol daun kersen 95%. Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan uji aktivitas antiinflamasi fraksi ekstrak etanolik daun kersen (Muntingia calabura L.) melalui parameter volume eksudat, penurunan jumlah leukosit, monosit, neutrofil dan limfosit eksudat pada karagenan. oedema yang diinduksi pada tikus putih jantan.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

  • Tanaman Kersen (Muntingia calabura L.)
  • Ekstraksi
  • Inflamasi
  • Leukosit
  • Roadmap Penelitian Penelitian

Penurunan tekanan osmotik koloid menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga cairan eksudat keluar dari pembuluh darah dan menumpuk di jaringan sekitar pembuluh darah sehingga terjadi edema yang disebut edema inflamasi. Protein yang terlepas ini akan hancur sebagian dan menyebabkan tekanan osmotik jaringan meningkat sehingga cairan plasma tidak dapat mengalir ke dalam pembuluh darah. Tiga sel leukosit polimorfonuklear dibedakan satu sama lain dengan adanya butiran yang ditemukan di sitoplasma mereka.

Umur sel neutrofil dalam keadaan normal hanya sekitar 4 hari, dan pada pH sekitar 6,8 sel ini akan mati (Sudiono et al. Eosinofil memiliki sitoplasma yang berupa butiran kasar berwarna terang. Sel ini merupakan dapat dilihat dalam aliran darah hanya beberapa jam dan dengan cepat ditarik untuk bermigrasi ke jaringan meningkatkan konsentrasi histamin yang dilepaskan.Eosinofil yang terjadi di jaringan dan pembuluh darah sering dikaitkan dengan reaksi alergi.

Jika sel ini pecah maka akan mengeluarkan histamin yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga banyak antibodi yang keluar dan berguna untuk menetralkan antigen (Sudiono et al. Darah yang dapat timbul dari sel mast di sekitar pembuluh darah merupakan sumber utama histamin dan heparin.

METODOLOGI PENELITIAN

  • Langkah Penelitian a. Determinasi tanaman
  • Lokasi Penelitian
  • Alat dan Bahan
  • Pembuatan Simplisia Daun Kersen
  • Pembuatan Ekstrak Etanol 95% Daun Kersen
  • Pembuatan Fraksi dari Ekstrak Etanol 95% Daun Kersen
  • Pemeriksaan Karakteristik Mutu
  • Penapisan Fitokimia
  • Penentuan dosis a. Dosis Fraksi
  • Persiapan Hewan Uji
  • Pengujian Efek Antiinflamasi dengan Metode Granuloma Pouch
  • Analisis Data
  • Fisbond Penelitian

Daun kersen (Muntingia calabura) diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) dan diidentifikasi di Herbarium Bogoriensi Bogoriensi LIPI Cibinong, Bogor. Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi dan fraksinasi meliputi etanol 95%, aquadest, n-heksana dan etil asetat. Eluen yang digunakan adalah n-heksana, etil asetat, kloroform dan metanol Reagen yang digunakan untuk skrining fitokimia adalah asam vanilin-sulfat, Dragendorff, Citroborate, besi klorida, reagen dispersi Liebermann-Bouchard.

Sebanyak 1,5 kg daun kersen dipotong-potong dan dijemur di udara tanpa sinar matahari langsung. Maserasi yang terkumpul kemudian diuapkan dengan vacuum rotary evaporator pada suhu 50º C kemudian diuapkan kembali dengan penangas air hingga diperoleh ekstrak kental (Depkes RI 2008). Dilakukan fraksinasi kemudian dikocok sehingga terbentuk 2 lapisan cairan yaitu fraksi n-heksan di bagian atas dan fraksi air di bagian bawah.

Fraksi air dipisahkan kembali dalam corong pisah dengan etil asetat kemudian dikocok hingga terbentuk 2 lapisan cairan yaitu etil asetat di bagian atas dan fraksi air di bagian bawah. Kemudian dilakukan pengecekan kadar air dengan metode destilasi dan hitung rendemen ekstrak kental dengan cara menghitung berat ekstrak kental yang diperoleh terhadap berat serbuk simplisia yang diekstraksi kemudian dikalikan 100% dan perhitungan rendemen fraksi kental dapat dibuat. menghitung berat fraksi kental yang diperoleh terhadap berat ekstrak kental yang diperoleh kemudian dikalikan 100% (Kemenkes 2011). Skrining fitokimia ekstrak dan fraksi daun kersen menggunakan metode KLT (Mauliandani et al 2014, Harborne 1987, Yanti et al 2014).

Ekstrak daun kersen dosis 50 mg/kg yang digunakan pada penelitian sebelumnya mampu menghambat inflamasi sebesar 58,33% pada tikus putih jantan (Sarimanah et al 2015). Dengan demikian pada penelitian ini dosis fraksi yang akan digunakan didasarkan pada dosis ekstrak sebelumnya dengan rendemen fraksi terkecil. Fraksi daun kersen ditimbang, kemudian ditambahkan Na CMC secukupnya dan digerus hingga homogen membentuk suspensi.

Selain itu, tengkuk yang dicukur dilap dengan etanol 70% dan diinjeksi ±20 ml udara, jarum 23 G menggunakan filter steril. Diklofenak diberikan secara oral, kelompok fraksi n-heksana diberikan fraksi n-heksana secara oral, kelompok fraksi etil asetat diberikan fraksi etil asetat, dan kelompok fraksi air diberikan fraksi air secara oral. Satu jam kemudian semua hewan dibius lagi dan peradangan diinduksi dengan menyuntikkan 5 ml larutan karagenan 2% ke dalam kantung udara menggunakan jarum suntik 5 ml.

Tabel 1. Penapisan Fitokimia Ekstrak Dan Fraksi Daun Kersen dengan  Metode KLT ( Mauliandani dkk 2014, Harborne 1987, Yanti dkk 2014)
Tabel 1. Penapisan Fitokimia Ekstrak Dan Fraksi Daun Kersen dengan Metode KLT ( Mauliandani dkk 2014, Harborne 1987, Yanti dkk 2014)
  • Hasil Ekstraksi Daun Kersen
  • Hasil Fraksinasi Ekstrak Kental Daun Kersen
  • Hasil Penapisan Fitokimia Menggunakan Metode KLT
  • Hasil Pengukuran Volume Eksudat dan Perhitungan Persentase Penghambatan Radang
  • Hasil Perhitungan Leukosit Total , Persentase Monosit, Neutrofil dan Limfosit Eksudat

Berdasarkan hasil yang diperoleh, kandungan flavonoid, saponin dan terpenoid pada ekstrak, fraksi n-heksan dan fraksi etil asetat. Volume eksudat rata-rata yang diperoleh masing-masing kelompok yaitu kelompok kontrol negatif adalah 2,48 ml; kelompok kontrol positif 0,88 ml; kelompok fraksi n-heksan sebanyak 1,68 ml; 1,20 ml gugus fraksi etil asetat; dan kelompok fraksi air sebanyak 1,72 ml. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa masing-masing fraksi berpotensi sebagai anti inflamasi, namun hanya fraksi etil asetat yang memiliki persentase penghambatan inflamasi lebih dari 50%.

Hasil uji Tukey HSD menunjukkan bahwa kelompok fraksi air, n-heksana dan etil asetat berbeda nyata dengan kelompok kontrol negatif (p<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa ketiga fraksi daun kersen memiliki efek antiinflamasi karena berbeda nyata dengan kelompok kontrol negatif. Namun kelompok fraksi etil asetat lebih efektif karena volume eksudat yang terbentuk lebih kecil dibandingkan kelompok fraksi lainnya dan secara statistik sebanding dengan kontrol positif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, fraksi air dan Na Diklofenak yang diberikan secara oral lebih mampu menurunkan jumlah eksudat total leukosit tikus putih jantan dibandingkan dengan kontrol negatif yang diberikan CMC Na. Hasil uji Tukey HSD menunjukkan bahwa fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi air memiliki efek antiinflamasi, namun fraksi etil asetat memiliki efek antiinflamasi yang paling baik karena fraksi etil asetat memiliki efek antiinflamasi yang paling baik. efek yang sebanding dengan kontrol positif dalam mengurangi jumlah leukosit total. Hasil uji Tukey HSD menunjukkan bahwa fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi air memiliki efek antiinflamasi, namun fraksi tersebut memiliki efek antiinflamasi yang paling baik.

Hasil analisis dengan menggunakan uji Tukey menunjukkan bahwa semua kelompok memiliki perbedaan bermakna dengan kontrol negatif yang berarti dapat memberikan efek antiinflamasi dengan penurunan persentase neutrofil. Fraksi etil asetat memiliki perbedaan bermakna dengan kelompok kontrol negatif, n-heksan dan fraksi air, namun tidak berbeda nyata efek antiinflamasinya dengan kontrol positif. Fraksi etil asetat memiliki persentase yang mendekati kontrol positif, artinya dari ketiga fraksi tersebut, fraksi etil asetat memiliki efek antiinflamasi yang sebanding dengan kontrol positif.

Hasil analisis uji Tukey menunjukkan bahwa semua kelompok memiliki perbedaan bermakna dengan kontrol negatif yang berarti dapat memberikan efek antiinflamasi dengan penurunan persentase limfosit. Namun dari ketiga kelompok fraksi, fraksi etil asetat yang memiliki efek antiinflamasi tidak berbeda nyata dengan kontrol positif dalam hal penurunan persentase limfosit. Hasil penelitian tentang efek antiinflamasi dengan parameter penurunan volume eksudat dan sel leukosit eksudat menunjukkan bahwa efek antiinflamasi fraksi etil asetat lebih baik dibandingkan fraksi lainnya.

Tabel 4. Hasil Penapisan Fitokimia dengan Metode KLT  Senyawa  Ekstrak
Tabel 4. Hasil Penapisan Fitokimia dengan Metode KLT Senyawa Ekstrak

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Saran

LUARAN YANG DICAPAI

IDENTITAS JURNAL

Antiinflamasi topikal ekstrak daun kersen (Muntingia calabura L) dengan parameter penurunan jumlah leukosit dan monosit pada tikus putih jantan. Oleh karena itu, penelitian ini menguji aktivitas antiinflamasi fraksi ekstrak etanol 95% daun kersen pada tikus putih jantan melalui parameter penurunan volume eksudat dan penurunan jumlah eksudat leukosit pada tikus putih jantan dengan edema akibat karagenan. Daun kersen (Muntingia calabura L.) diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) dan diidentifikasi di Herbarium Bogoriensi LIPI Cibinong, Bogor.

Ekstrak daun kersen dosis 50 mg/kgBB dapat menghambat inflamasi sebesar 58,33% pada tikus putih jantan (Sarimanah et al. 2015). Pembuatan Uji Pembuatan Fraksi Daun Kersen Fraksi daun kersen ditimbang, kemudian ditambahkan Na CMC secukupnya dan digerus hingga homogen membentuk suspensi. Proses ekstraksi daun kersen menghasilkan ekstrak etanol 95% dengan persentase rendemen simplisia terekstraksi sebesar 27,84%.

Hasil tersebut menunjukkan adanya penurunan volume eksudat pada masing-masing kelompok yang diberikan fraksi daun kersen dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif yang hanya diberikan CMC Na. Persentase penghambatan pembentukan eksudat pada kelompok kontrol positif sebesar 64,52%; fraksi n-heksan sebesar 32,26%; fraksi etil asetat 51,61%; dan fraksi air sebesar 30,65%. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa masing-masing fraksi memiliki potensi antiinflamasi, namun hanya fraksi etil asetat yang memiliki potensi antiinflamasi.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa ketiga fraksi daun kersen memiliki efek antiinflamasi karena berbeda nyata dengan kelompok kontrol negatif. Namun kelompok fraksi dengan etil asetat lebih efektif karena volume eksudat yang dihasilkan lebih besar. Hasil uji Tukey HSD menunjukkan bahwa fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi air berbeda nyata dengan kontrol negatif (p<0,05).

Namun fraksi etil asetat memiliki efek antiinflamasi yang paling baik karena fraksi etil asetat memiliki efek yang sebanding dengan kontrol positif dalam menurunkan jumlah leukosit total. Hasil skrining fitokimia daun kersen dengan metode KLT pada penelitian ini menunjukkan bahwa fraksi etil asetat mengandung flavonoid, tanin, saponin, alkaloid, terpenoid. Penelitian Yusof et al (2013) menunjukkan bahwa daun kersen mengandung senyawa seperti flavonoid, tanin, alkaloid, saponin, terpenoid dan steroid yang memiliki sifat antiinflamasi.

Berdasarkan pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa fraksi ekstrak etanol 95% daun kersen memiliki efek antiinflamasi dengan parameter volume eksudat dan jumlah leukosit total.

Gambar

Tabel 1. Penapisan Fitokimia Ekstrak Dan Fraksi Daun Kersen dengan  Metode KLT ( Mauliandani dkk 2014, Harborne 1987, Yanti dkk 2014)
Gambar 1. Diagram Fishbond Penelitian
Tabel 3. Hasil Fraksinasi dan Pemeriksaan Karakteristik Mutu Fraksi  No  Jenis uji  Fraksi
Tabel 2. Hasil Ekstraksi Daun Kersen  No  Jenis  Rende
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pada penelitian ini dilakukan uji aktivitas antibakteri dengan menggunakan ekstrak kental etanol lumut daun Pogonatum cirratum, Polytrichum commune dan Sphagnum