• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTITAS JURNAL

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "IDENTITAS JURNAL"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

Judul penelitian: Pemanfaatan asam pektat kulit jeruk bali, eugenol dan asam oleat sebagai eksipien pada edible film dextromethorphan hydrobromide. Formulasi edible film ini menggunakan kombinasi kulit jeruk bali dan kitosan pektin sebagai pembentuk film serta ditambahkan asam oleat dan eugenol sebagai plasticizer untuk memperbaiki sifat edible film berupa kekuatan tarik dan elongasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan pengaruh penggunaan eugenol dan oleic acid plasticizer terhadap karakteristik edible film dextromethorphan hydrobromide yang dihasilkan.

Pelaksanaan penelitian ini dimulai dengan pembuatan edible film dextromethorphan hydrobromide menggunakan konsentrasi asam oleat dan eugenol, dan setiap formulasi dievaluasi meliputi organoleptik, keseragaman bobot, ketebalan, kekuatan tarik dan perpanjangan, pH, waktu hancur, penentuan kandungan dan keseragaman. isi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa edible film dengan plasticizer eugenol memiliki kekuatan tarik dan elongasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan asam oleat. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa eugenol sebagai plasticizer memiliki sifat yang lebih baik dibandingkan asam oleat pada konsentrasi 2%, 4% dan 6% untuk edible film dextromethorphan hydrobromide.

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang
  • Rumusan Masalah
  • Tujuan Khusus
  • Manfaat Riset

Dekstrometorfan hidrobromida merupakan turunan non-narkotika sintetik dari fenantren yang memiliki efek penekan batuk yang sama kuatnya dengan kodein tetapi bertahan lebih lama (Tan dan Raharja 2013). Sediaan dekstrometorfan hidrobromida yang ada di pasaran berupa tablet biasa, sirup, pelega tenggorokan, dll. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi, dextromethorphan hydrobromide akan diformulasikan menjadi bentuk sediaan alternatif lain yang unik dan praktis yaitu edible film.

Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah berapakah konsentrasi plasticizer (eugenol/asam oleat) yang dipadukan dengan kulit jeruk bali-kitosan sebagai pembentuk film sehingga dapat menghasilkan edible film dengan sifat fisik yang optimal. Memperoleh konsentrasi eugenol dan asam oleat sebagai emolien yang dikombinasikan dengan pektin kulit jeruk bali dan kitosan sebagai pembentuk film yang menghasilkan edible film dengan sifat fisik yang optimal. Dapat memberikan informasi potensi penggunaan bahan alam sebagai eksipien dalam pengembangan formulasi edible film yang memberikan sifat fisik yang optimal.

TINJAUAN PUSTAKA

  • Edible Film
  • Komponen Penyusun Edible Film
  • Karakteristik Edible Film
  • Dekstrometorfan Hidrobromida
  • Pektin
  • Kitosan
  • Asam Oleat
  • Eugenol

Kami menambahkan pemanis pada sediaan edible film karena kami menggunakan sediaan tersebut dengan cara ditempelkan pada lidah kemudian dibiarkan larut agar bahan aktifnya terlepas di dalam rongga mulut, sehingga penambahan pemanis diperlukan untuk penerimaan yang baik. oleh pasien. Penambahan bahan pengawet pada edible film dimaksudkan untuk mencegah tumbuhnya mikroba dari berbagai sumber pencemar selama penyimpanan dan penggunaan. Kemerataan bobot ditentukan berdasarkan ada atau tidaknya penyimpangan bobot yang dihasilkan dari bobot rata-rata edible film.

Kelarutannya sedikit larut dalam air, sedikit larut dalam etanol dan kloroform, tidak larut dalam eter (Kemenks RI 2014). Kitosan larut dalam asam asetat glasial dan HCl, tetapi tidak larut dalam larutan asam sulfat pada suhu kamar. Pada suhu kamar, asam oleat berbentuk cairan kuning pucat atau kuning kecoklatan dengan bau yang khas, tidak larut dalam air, memiliki titik leleh 15,3 ºC dan titik didih 360 °C.

Eugenol kurang larut dalam air, larut dengan etanol, kloroform, eter dan minyak lemak. Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian pemanfaatan pektin dari kulit jeruk bali dan kitosan sebagai polimer pembentuk film berupa edible film.

Tabel 1.  Persyaratan Keseragaman Bobot (Depkes RI 1979)  Bobot rata-rata  Penyimpangan bobot rata-rata
Tabel 1. Persyaratan Keseragaman Bobot (Depkes RI 1979) Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata

METODE PENELITIAN

  • Rancangan Penelitian
  • Lokasi Penelitian
  • Alat dan Bahan
  • Prosedur Kerja

Timbang serbuk sebanyak 25 g, lalu tambahkan 250 ml air, lalu tambahkan 10 ml HCl 1 N, lalu panaskan pada suhu 80°C selama 120 menit. Timbang secara akurat 2-4 g sampel bubuk dan tempatkan dalam wadah silikat yang ditandai, panaskan dalam oven, dan suhu secara bertahap dinaikkan menjadi 675°C ± 25°C, hingga bebas karbon. Timbang dengan teliti 1-2 g bahan ke dalam botol timbang pipih tertutup yang telah dipanaskan hingga 105° selama 30 menit dan ditara.

Sebarkan secara merata bahan dalam neraca dengan cara mengocok botol hingga ketebalan lapisan sekitar 5-10 mm, masukkan ke dalam ruang pengering, buka tutupnya, keringkan pada suhu 105 °C hingga beratnya tetap. Titrasi dilakukan perlahan-lahan dengan titran NaOH 0,1 N standar sampai warna campuran berubah menjadi merah muda (pH 7,5) dan bertahan selama minimal 30 detik. Sebanyak 25 ml NaOH 0,25 N ditambahkan ke dalam larutan netral hasil penetapan BE lalu dikocok dan dibiarkan selama 30 menit dalam keadaan tertutup.

Kemudian ditambahkan 25 ml HCl 0,25 N dan dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N dengan indikator PP sampai larutan menjadi merah muda muda. Kandungan galakturon dihitung dari mek (miliekivalen) NaOH yang diperoleh dari penentuan berat ekivalen dan kandungan metoksil. Pektin dilarutkan dalam air suling panas hingga terbentuk gel bening, kemudian ditambahkan kitosan sambil diaduk dengan magnetic stirrer, kemudian ditambahkan 16 ml asam asetat 1% pada suhu 40°C selama 45 menit, kemudian ditambahkan asam oleat, diaduk hingga homogen ( M1).

Kelengketan adalah pengamatan apakah sediaan lepas dari cetakan atau tidak, dan kelengketan sediaan selama penyimpanan. Cawan petri berdiameter 10 cm diisi air suling sebanyak 10 ml, masukkan edible film ke dalam cawan petri dan letakkan di tengah cawan petri. Hitung waktu yang diperlukan agar edible film benar-benar hancur hingga menjadi lunak (film pecah), dicatat sebagai waktu hancurnya edible film.

Elektroda direndam hingga terendam dan dibiarkan selama +1 menit hingga tercapai angka stabil, kemudian dicatat nilai pH edible filmnya. Pipet larutan baku induk sesuai konsentrasi hasil perhitungan Cmin dan Cmax, kemudian tambahkan konsentrasi tersebut ke dalam masing-masing labu ukur 100 ml dan encerkan dengan buffer fosfat pH 6,8 sampai garis tanda. Penentuan kandungan dekstrometorfan hidrobromida dalam edible film Film jenuh dilarutkan dengan dapar fosfat pH 6,8 dalam labu ukur 100 ml.

Tabel 2. Formula Edible film
Tabel 2. Formula Edible film

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebelum membuat formula edible film dengan dextromethorphan hydrobromide, formula terlebih dahulu diorientasikan dengan melihat bentuk fisik dari edible film yang terbentuk. Sehingga setelah dilakukan percobaan didapatkan bahwa fleksibilitas dan waktu disolusi yang baik dari edible film dengan dextromethorphan hydrobromide dengan plasticizer jenis asam oleat dan eugenol adalah pada konsentrasi 2%, 4% dan 6%. Cling film dengan plasticizer asam oleat memiliki bau khas dari plasticizer yang digunakan yaitu asam oleat, sedangkan cling film dengan plasticizer eugenol menghasilkan bau khas seperti eugenol.

Pada proses pengeluaran edible film dari cetakan tidak ada kendala, karena penggunaan asam oleat dan eugenol sebagai plasticizer tidak membuat edible film menjadi lengket sehingga mudah dikeluarkan dari cetakan. Semakin besar konsentrasi plasticizer maka semakin besar pula viskositas dan total padatan pada edible film sehingga ketebalan film akan meningkat (Marseno 2003). Berdasarkan hasil evaluasi ketebalan, edible film tertinggi terdapat pada formula VI, sedangkan terendah pada formula I.

Sedangkan nilai ketebalan minimum edible film dengan plasticizer jenis asam oleat adalah 0,163 mm. Hal ini karena konsentrasi asam oleat dan eugenol yang lebih tinggi akan meningkatkan viskositas larutan, yang seharusnya meningkatkan ketebalan lapisan film dextromethorphan hydrobromide. Pektin kulit jeruk bali – kitosan sebagai polimer pembentuk film dan rasio asam oleat dan eugenol sebagai plasticizer sangat mempengaruhi sifat mekanik edible film yang dihasilkan.

Hasil analisis sifat mekanik edible film yang terbentuk dari plasticizer asam oleat dan eugenol ditunjukkan pada Gambar 10 dan Gambar 11. Pada analisis kuat tarik, semakin besar konsentrasi plasticizer maka kuat tarik edible film semakin rendah . Seiring dengan peningkatan konsentrasi asam oleat dan eugenol maka persentase elongasi edible film yang dihasilkan akan meningkat.

Edible film dengan plasticizer jenis eugenol memiliki nilai persentase elongasi yang lebih tinggi yaitu 36-52% dibandingkan dengan plasticizer asam oleat yaitu 23-34%. Hasil uji tambahan Tukey pada elongasi menunjukkan bahwa rentang konsentrasi adalah 2%. penggunaan asam oleat dan eugenol sebagai plasticizer menghasilkan nilai elongasi yang berbeda nyata pada sediaan edible film dextromethorphan hydrobromide. Berdasarkan hasil evaluasi, waktu degradasi asam oleat jenis pelembut edible film pada konsentrasi 2% memiliki waktu degradasi 1 menit 12 detik, sedangkan waktu degradasi pelembut eugenol pada konsentrasi 2% adalah 1 menit. dan 30 detik.

Berdasarkan hasil evaluasi dapat disimpulkan bahwa sediaan film dextromethorphan hydrobromide masih dalam kisaran pH saliva mukosa mulut. Dari data di atas dinyatakan bahwa penentuan edible film dextromethorphan hydrobromide secara spektrofotometri UV tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Tabel 4. Hasil Identifikasi Pektin Kulit Buah Jeruk Bali
Tabel 4. Hasil Identifikasi Pektin Kulit Buah Jeruk Bali

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran

LUARAN YANG DICAPAI

The edible film formulation added oleic acid and eugenol as plasticizers to improve tensile strength and elongation. This study aims to compare the impact of the use of plasticizer versus the characteristic of edible dextromethorphan hydrobromide film. The study began with the production of dextromethorphan hydrobromide edible film using the comparative use of oleic acid and eugenol at 2%, 4% and 6% concentration.

The results showed that edible film with eugenol has higher tensile strength and elongation than with oleic acid. It can be concluded from the results that eugenol as a plasticizer produces a better property than oleic acid at a concentration of 2%, 4% and 6% against dextromethorphan hydrobromide edible film. Dextrometorphan hidrobromide can be formulated into dosage forms of an alternative that is unique and practical, namely edible film, where edible film can be quickly dissolved in the mucous membrane of the mouth making it easier to consume.

Edible film is a thin sheet made of edible materials, including other carbohydrates (starch, pectin, carrageenan, alginate, and gum), protein, and fat, or a combination of both. 10 sheets of edible film dissolved one by one with buffer phosphate pH 6.8 in 100 ml volumetric flask. The data result of tensile strength and stretchable edible film of each formula was analyzed by two-way ANOVA by comparing each formula to notice any difference or not.

Based on statistical analysis, data elongation shows that concentrations interval 2% of oleic acid and eugenol produce significantly different elongation on DMP edible film. The concentration of oleic acid and eugenol becoming high can delay the disintegration time of edible film. Disintegration time of edible film 2% oleic acid is 1 min 12 seconds while disintegration time of edible film 2% eugenol is 1 min 30 seconds.

Disintegration time edible film of oleic acid is destroyed faster than edible film of eugenol. Solution pH of edible film of sixth formula shows significant differences due to the presence of interactions between materials with the amount of plasticizer used. Based on results of research, typical edible film DMP of eugenol as a plasticizer is better than typical edible film DMP of oleic acid at a concentration of 2%, 4%.

Table 1. Formula of Edible film
Table 1. Formula of Edible film

Gambar

Tabel 1.  Persyaratan Keseragaman Bobot (Depkes RI 1979)  Bobot rata-rata  Penyimpangan bobot rata-rata
Gambar 1. Struktur Dekstrometorfan HBr (Kemenkes RI 2014)
Gambar  2.Segmen  berulang  dari  molekul  pektin  (a)  dan  grup  fungsional:
Gambar 4. Struktur kimia Eugenol (Rowe et al. 2009)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Segala Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena berkat kerja keras dan ridlo-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul