• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH IKAN TUNA 2023

N/A
N/A
mila

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH IKAN TUNA 2023"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH IKAN TUNA

“Makalah ini Disusun Sebagai Syarat untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Ikhti ologi”

OLEH :

ADIATNA AYU KAMILA H041 2010 22

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2023

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan tuna merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki kekuatan, keang gunan, dan kecepatan yang mengesankan. Ikan tuna akan menunjukkan kekuatannya yang luar biasa ketika ditangkap dengan menggunakan tali pancing.

Bentuk tubuh yang sangat ramping mencerminkan aktivitasnya yang tiada henti.

Bahkan nama ilmiah keluarga tuna, Thunnlas, berasal dari kata kerja Yunani “thu no” yang berarti terburu-buru. Hampir 40 tahun yang lalu kehidupan tuna yang se benarnya terungkap ketika seekor tuna sirip biru yang ditangkap di Bahama ditang kap kurang dari 50 hari kemudian di Pantai lepas Norwegia, yang berjarak 6.700 k m (Mather, 1962).

Gaya hidup yang berpindah-pindah dan ciri-ciri anatomi dan fisiologis luar biasa yang memungkinkannya menarik minat para pengamat bahkan sejak zamannya Aristoteles. Perburuan, penangkapan, dan bahkan studi tentang tuna tel ah lama terkait dengan budaya dan tradisi kuno. Selama dua dekade terakhir, ilmu pengetahuan tentang tuna telah memicu minat baru dan partisipasi sejumlah besar ahli biologi yang sangat berbakat dengan menggunakan teknik inovatif. Tuna tent u saja sangat berharga dan hal ini meningkatkan minat terhadap ikan sebagai kom oditas. Meskipun jumlah tangkapannya kurang dari 5% dari total tangkapan kome rsial dunia, kontribusinya jauh lebih besar jika dilihat dari nilai dolar. Volume ini mencerminkan meningkatnya minat dari dua jenis peneliti yang mempelajari tuna:

yang pertama didorong oleh penemuan fitur morfologi dan fisiologis luar biasa ya ng membuat tuna unik, dan yang lainnya karena keprihatinan perikanan. Berdasar kan uraian diatas dalam makalah ini dibahas mengenai ikan tuna utamanya morfol oginya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah morfologi dari ikan tuna ? 1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk morfologi dari ikan tuna

(3)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Taksonomi dan Klasifikasi

2.1.1 Sistematika tuna dan spesies jenis tuna [Family: Scombridae] : Scombrid [Family: : Istiophoridae: Xiphiidae] : Billfish

Scombrid dan billfish memiliki subordo dari Scombroidei yang posisinya adalah s ebagai berikut:

Phylum : Chordata

└─ Subphylum Vertebrata

└─ Superclass Gnathostomata └─ Class Osteichthy

└─ Subclass Actinopterygii └─ Infraclass Teleostei

└─ Superorder Acanthopterygii └─ Order Perciformes ├─ Suborder Scombroidei └─ Family Scombridae └─ Suborder Xiphioidei └─Family Istiophoridae └─ Family Xiphiidae Scombrid

Scombrid memiliki family terdiri dari Scombridae 15 genera dan 51 jenis. Spesies ini ditetapkan ada 2 sub-family yaitu Gasterochismatinae dengan hanya 1 spesies dan Scombrinae dibagi menjadi 4 suku : mackerel (Scombrini) atau makarel Span yol (Scomberomorini) , bonito (Sardini) tuna (Thunnini). Suku Thunnini (tuna unt uk ichthylogist) terdiri dari 14 spesies dalam 4 genera:

Thunnus (8 spesies) Katsuwonus (1 spesies)

(4)

Euthynnus (3 spesies) Auxis (2 spesies)

Namun, dalam beberapa bahasa, kata "tuna" digunakan untuk anggota kedua suku Thunnini dan suku Sardini (8 spesies).

2.1.2 Asal kata "tuna"

Kata "tuna" diterapkan untuk beberapa anggota family Scombridae, sekelo mpok ikan laut termasuk tuna, bonito, mackerel, seerfish dan butterfly kingfish. N amun, untuk ichthyologist, dari 14 spesies tuna mengacu pada setiap suku dari T hunnini dalam keluarga Scombridae (Klawe, 1977). Kata "tuna" tampaknya telah ada dan digunakan pada paruh kedua abad terakhir, tetapi tidak jelas mengapa dig anti nama yang lebih tua "ikan tongkol". Mungkin dibawa ke California Selatan ol eh nelayan asal Eropa, baik dari pantai Dalmatian bekas Yugoslavia atau dari Sem enanjung Iberia (Klawe, 1976). Nama-nama tuna Eropa (thon di Perancis, atún di Spanyol, tonno di Italia, ...) mereka menemukan asal-usul dalam nama latin. Thun nus sendiri dikeluarkan dari nama θύννος, Yunani, (thýnnos) berasal dari kata kerj a "thynno" yang berarti "bergegas”

2.1.3 Pasar Utama Spesies Tuna

Ikan tuna (Thunnus sp) merupakan sekelompok ikan yang merupakan pri madona ekspor ikan laut konsumsi asal Indonesia. Ikan tuna merupakan pengemb ara lautan yang luas yang mampu bermigrasi dalam rentang yang jauh. Salah satu ciri dari ikan tuna adalah mempunyai kecepatan berenang mencapai 50 km/jam, u kurannya raksasa, dan mempunyai panjang ratarata lebih dari 1,5 meter serta mem punyai berat sampai ratusan kilo (3). Diantara 14 spesies tuna, skipjack, yellowfin, bigeye dan albacore merupakan hasil dari tangkapan dunia, lebih dari 80% sejak t ahun 1950. Tiga spesies lainnya, Bluefin Atlantik, Bluefin Pasifik dan Southern B luefin, juga penting secara komersial karena harga yang tinggi untuk jenis spesies ini, spesies ini sering disebut sebagai "spesies utama untuk pasar tuna ".

2.1.4 Klasifikasi ikan tuna (FAO 2010 dalam Nurjanah, 2011) adalah:

Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Class : Teleostei Sub class : Actinopterygii

(5)

Ordo : Perciformes Sub ordo : Scombridae Genus : Thunnus

Species : Thunnus albacares, Thunnus alalunga, Thunnus obesus, Thunnus macoyii

2.2 Morfologi Ikan Tuna 2.2.1 Morfologi Larva

` Untuk mengidentifikasi larva dan juvenil awal, ini sering sulit atau tidak m ungkin, dalam beberapa kasus dengan anatomi karakteristik atau pola warna. Met ode biokimia atau genetik dapat digunakan untuk membedakan larva berbagai spe sies (Elliott dan Ward, 1995, Chow et al., 2003). Kunci diagnostik yang tersedia u ntuk larva standar panjang antara 3 dan 12 mm. Larva dengan ukuran kecil 3 mm hampir tidak bisa dibedakan (Nishikawa dan Rimmer,1987).

2.2.2 Morfologi Juvenil dan Dewasa

Pada umumnya tubuh ikan terbagi atas tiga bagian, yaitu (Anjasari., 2011):

1) Caput atau sering disebut dengan bagian kepala.

2) Truncus atau bagian badan.

3) Cauda atau bagian ekor.

Morfologi dari Ikan tuna yaitu memiliki tubuh berbentuk cerutu menyerupai torpedo dengan kepala yang lancip. Tubuhnya licin, sirip dada melen gkung dan sirip ekor bercagak dengan celah yang lebar. Dibagian belakang sirip p unggung dan sirip dubur juga terdapat sirip-sirip tambahan yang kecil-kecil dan te rpisah-pisah. Pada sirip punggung, dubur, perut, dan dada pada pangkalnya memp unyai lekukan pada tubuh, sehingga dapat memperkecil daya gesekan pada air pad a saat ikan sedang berenang dengan kecepatan penuh (Ghufron dan kordi., 2011)

(6)

Ikan tuna yang termasuk ke dalam famili scombridae memiliki tubuh berb entuk tegak, memanjang dan fusiform dengan dua buah sirip dorsal terpisah yang memliki satu jari-jari keras pada jari-jari pertamanya dan sirip kaudal berbentuk b ulan sabit. Sirip ventral berukuran lebih kecil atau sama dengan sirip pectoral, sert a terletak menjorok ke belakang dari dasar sirip pectoral. Seluruh ikan scombroids memiliki finlet di belakang sirip dorsal dan sirip anal, serta sepasang caudal pedun cle keel di tengah pangkal ekornya. Ikan ini memiliki empat lekuk/lengkuk insang pada setiap sisinya dan filament insangnya mengeras sebagai Gill rays (FAO, 201 0 dalam Nurjanah, 2011).

Menurut Widiastuti (2008), ikan tuna memiliki warna biru kehitaman pada bagian punggung dan berwarna keputih-putihan pada bagian perut. Tubuh ikan tu na ditutupi oleh sisik sisik kecil. Ikan tuna pada umumnya mempunyai panjang an tara 40–200 cm dengan berat antara 3-130. Daging yang dimiliki berwarna merah muda sampai merah tua. Hal ini karena otot tuna lebih banyak mengandung miogl obin dari pada ikan lainnya kg (Novriyanti 2007). Beberapa spesies tuna yang lebi h besar, seperti tuna sirip biru (Thunnus thynnus), dapat menaikkan suhu darahny a di atas suhu air dengan aktivitas ototnya. Hal ini menyebabkan mereka dapat hid up di air yang lebih dingin dan dapat bertahan dalam kondisi yang beragam.

Karakteristik Umum Untuk Kedua Scombrid dan Billfish

Kedua scombrid dan billfish memiliki dua sirip punggung yang berbeda, u mumnya dipisahkan, yang pertama disokong dengan duri dan kedua dengan warn a yang lebih terang. Sirip perut masuk di bawah dasar sirip dada. sirip ekor denga n lekukan tajam. Semua scombrid dan billfish kecuali swordfish memiliki sepasan g keel ekor di tengah batang ekor pada dasar sirip ekor. Swodfish hanya memiliki keel ekor besar menengah. Anggota yang lebih berkembang dari family Scombrid ae juga memiliki keel anterior sedang hingga besar untuk beberapa pasangan keel ekor. Tubuh semua Scombroidei kuat, memanjang dan ramping. Bagian dorsal per tama dan sirip dubur pertama scombrid dan billfish, kecuali swordfish, dapat dite kan melipat ke dalam alur dada dan sirip perut ke dalam, ketika ikan berenang den gan cepat. Scombrid dan billfish, semua memiliki empat lengkungan insang di seti ap sisi. Filamen insang yang mengeras sebagai "Gill rays ".

(7)

Scombrid ditandai dengan kehadiran setidaknya empat sirip tambahan di b elakang punggung dan sirip dubur. Sirip perut lebih kecil dari sirip dada atau ukur an yang sama. Kecuali untuk butterfly kingfish, tubuhnya ditutupi oleh sisik cyclo id berukuran besar, tubuh semua scombrid dengan sedikit tertutup untuk skala ke cil hingga sedang. Bonito (Sardini) merupakan intermediet antara seerfish dan tun a. Seperti halnya untuk tuna, mereka memiliki corselet yang berkembang, tetapi m ereka tidak memiliki longitudinal membujur pada permukaan atas dari lidah. Yan g paling sederhana dari Scombrinae adalah tongkol (Scombrini), seerfish (Scomb eromorini) dan makarel, dua strain (Grammatorcynus spp.). Skipjack hanya memil iki dua keel ekor, sedangkan seerfish dan makarel memiliki keel median dua baris yang lebih besar di depan sepasang keel. Tuna merupakan yang paling sangat berk embang dari scombrid. Mereka adalah unik di antara ikan bertulang, ia memiliki s istem pertukaran panas yang memungkinkan mereka untuk mengatur suhu tubuh mereka, seperti terdapat pada burung dan mamalia.

2.3 Distribusi/Habitat.

Ditemukan di perairan beriklim hangat di Samudera Atlantik, Hindia, dan Pasifik, spesies yang berkelompok, pelagis, dan bermigrasi musiman ikan ini didu ga melakukan migrasi yang cukup ekstensif. Kawanan tuna mata besar umumnya berenang jauh di siang hari, sedangkan kawanan tuna sirip biru, sirip kuning, dan beberapa tuna lainnya diketahui kadang-kadang berenang di permukaan, terutama di perairan hangat.

Berdasarkan ukuran tuna, di Indonesia terdapat dua kelompok tuna yaitu t una besar dan tuna kecil. Ikan tuna besar yang hidup di perairan laut Indonesia yai tu tuna madidihang (Thunnus albacares), tuna mata besar (Thunnus obesus), tuna albakora (Thunnus alalunga) dan tuna sirip biru (Thunnus thynnus).

Ikan tuna madidihang dan tuna mata besar terdapat di seluruh wilayah pera iran laut Indonesia. Tuna albakore hidup di perairan sebelah Barat Sumatera, Sela tan Bali sampai dengan Nusa Tenggara Timur. Ikan tuna sirip biru hanya hidup di perairan sebelah Selatan Jawa sampai ke perairan Samudera Hindia bagian Selata n yang bersuhu rendah (Widiastuti 2008).

Tuna Tropis Dan Subtropis

(8)

Karena perbedaan penyebaran, mereka memiliki toleransi yang spesifik te rhadap panas dan pengupayaan perikanan yang berbeda, perbedaan ini yang mem buat antara tuna tropis dan subtropis ditemukan di perairan dengan suhu lebih dar i 18 °C (meskipun mereka dapat menyelam di perairan dingin) sedangkan tuna su btropis ditemukan di perairan sedingin 10 °C, tetapi juga dapat ditemukan di perai ran tropis (Brill, 1994).

Tuna tropis : Skipjack dan yellowfin tuna Tuna Menengah : Bigeye

Tuna Subtropis : Albacore, Pacific bluefin, Atlantic bluefin dan southern bl uefin

Scombrid

Tuna lebih memilih perairan samudera, dan 3 dari 8 spesies Thunnus ditemukan d i seluruh dunia kecuali di Lautan Kutub Utara. Kebanyakan bonito dan tuna kecil (Euthynnus spp.) Terutama neretic, yaitu perairan pantai, tetapi distribusi spesies i ndividu sering meluas. Fregat dan bullet tuna (Auxis spp.) mereka ada di samuder a dan perairan pantai (Olson dan Boggs, 1986). Tuna slender dan butterfly kingfis h memiliki penyebaran dan distribusi di Samudera Selatan. Kebanyakan tongkol d an seerfish rentang penyebaran terbatas.

2.3.1 Ekologi

Tuna merupakan ikan laut pelagis, menghabiskan seluruh hidup mereka rel atif dekat permukaan tropis, subtropis dan lautan beriklim sedang dan laut sekitarn ya. Scombrid dan billfish hidup terutama di lapisan air di atas termoklin, tetapi da pat menyelam ke kedalaman beberapa meter (lihat bagian distribusi vertikal). spe sies tuna mencapai hanya ukuran kecil dan juvenil dari mereka mencapai ukuran b esar yang ditemui di perairan epipelagic (dari permukaan untuk termoklin) sedang kan tuna besar cenderung mesopelagic dan ditemukan juga di dalam dan perairan dingin.

Tuna epipelagic : Skipjack and bonitos, juveniles of large tunas, billf ishes

Tuna mesopelagic (dewasa) : Albacore, bigeye dan bluefin

Tuna yang ditemukan pada kedua rentang kedalaman : Yelowfin, swordfish

(9)

Beberapa tuna ditemukan di kedua perairan lepas pantai dan pesisir dan lai n-lain seluruhnya, atau hampir seluruhnya, di perairan pantai.

Spesies pada Mid ocean : Yelowfin dan bigeye, swordfish

Spesies pantai : Skipjack, Albacore, Pacific bluefin, Atlantic bluefi n and southern bluefin, Auxis spp.

Spesies yang ditemukan di kedua perairan : skipjack, albacore, Pacific bluefin, Atlantic bluefin dan southern bluefin, Auxis spp Seerfish umumnya terbatas pada perairan pantai dan masuk muara untuk mecari makan. Salah satu spesies, seerfish Cina bergerak jarak jauh di air tawar sa mpai Sungai Mekong di Cina

2.3.2 Ikan Tuna Dan Lingkungannya

Parameter lingkungan yang penting untuk tuna adalah suhu permukaan lau t, jumlah oksigen terlarut dalam air dan salinitas. Batas suhu rendah bervariasi ant ara 10 °C untuk tuna beriklim sedang dan 18 °C untuk tuna tropis (lihat di atas, Br ill, 1994). Kebutuhan oksigen minimum diperkirakan antara 2-2,7 ml/l untuk spesi es tuna utama kecuali untuk bigeye tuna yang dapat mentolerir konsentrasi oksige n serendah 0,6 ml/l (Sharp, 1978; Lowe, 2000). Kebanyakan tuna cenderung berk onsentrasi di sepanjang diskontinuitas panas seperti front samudera (Sund, 1981).

2.3.3 Hambatan Distribusi Vertikal dan Perilaku Menyelam

Distribusi vertikal sebagian besar spesies tuna dipengaruhi oleh struktur su hu dan oksigen dari air kolom. spesies tuna mencapai ukuran hanya kecil dan juve nile dari mereka mencapai ukuran besar cenderung tinggal di dekat permukaan, se dangkan ikan dewasa dari spesies besar ditemukan di perairan yang lebih dalam.

Penggunaan long line di perairan dalam menunjukkan bahwa bigeye dapat ditemu kan pada kedalaman yang besar seperti 300 m (Suzuki et al., 1977). Albacore juga tertangkap di bawah rumpon di kedalaman sekitar 200 m (Bard et al., 1998). Tele metri akustik telah menunjukkan bahwa billfish ditemukan dekat dengan permuk aan pada siang hari, lebih sering turun ke kedalaman yang lebih besar pada malam hari (Blok et al., 1992a).

Perilaku Schooling/gerombolan

Tuna memanfaatkan gerombolan untuk keuntungan mereka, ketika merek a mencari makanan. Beberapa tuna membentuk gerombolan berbentuk parabola u

(10)

ntuk mengelilingi mangsanya. Kebanyakan gerombolan tuna menurut ukuran. tun a juvenile mencapai ukuran besar, oleh karena itu, sering dikaitkan dengan tuna m encapai hanya ukuran kecil, seperti cakalang atau bonito. Schooling ikan dewasa b esar terdiri dari beberapa individu yang tersebar. Schooling menawarkan perlindu ngan bagi tuna juvenil untuk membingungkan predator dan mengurangi kemungki nan bahwa setiap ikan tunggal akan menjadi korban predator. Bluefin Tuna Atla ntik dapat membentuk Schooling raksasa tersebar di beberapa mil laut ketika berm igrasi ke Laut Mediterania untuk bertelur selama musim panas. Seperti halnya den gan ikan lain, struktur Schooling tuna dipertahankan oleh garis lateral. Schooling dapat berkumpul lebih dari 5000 ekor.

Migrasi Dan Gerakan Lainnya

Semua tuna dan ikan jenis tuna bergerak terus-menerus untuk mencari ma kanan dan untuk menjaga air yang lewat melebihi insang mereka. Migrasi adalah gerakan musiman, sering jarak jauh, untuk tujuan mencari makan atau reproduksi.

tuna sedang, yaitu albacore, bluefin Atlantik dan bluefin Pasifik, bermigrasi jarak yang jauh antara perairan beriklim sedang, di mana mereka makan, dan perairan tr opis, di mana mereka bertelur tanpa bergerak di antara lautan yang berbeda.

Southern bluefin tuna bermigrasi antara bagian selatan Atlantik, Hindia dan Pasifi k. Walaupun distribusi dari tiga spesies sirip biru jarak yang cukup jauh, pemijaha n mereka dibatasi untuk daerah relatif kecil dari perairan tropis. Tuna tropis, yaitu cakalang dan yellowfin, bermigrasi kurang dari segi jarak jauh arah gerakan, wala upun beberapa yellofin yang ditandai dirilis di Atlantik Barat telah tertangkap ke mbali di Atlantik timur. Bigeye memiliki beberapa karakteristik dari kedua tuna b eriklim sedang dan tropis.

Mereka tampaknya tidak membuat migrasi trans-samudera, tapi seperti tun a subtropis, mereka bermigrasi kembali dan balik antara makan alasan di perairan beriklim sedang dan bertelur mereka di perairan tropis. Ketika mereka tidak mem buat migrasi langsung, tuna bergerak hampir sepanjang waktu dalam mencari daer ah di mana makanan yang paling berlimpah. Nelayan kadang-kadang dapat memp rediksi atas dasar kondisi kelautan di mana ikan cenderung muncul dan kemudian, mereka dapat mentransfer operasi mereka ke daerah-daerah. Sedikit yang diketahu i tentang gerakan billfish, tapi rupanya, mereka membuat migrasi musiman antara

(11)

perairan beriklim sedang, di mana mereka makan, dan perairan tropis, di mana me reka bertelur. Misalnya, tampilan blue marlin luas trans-equatorial dan Interoseani a gerakan dari Atlantik ke Samudera Hindia (Ortiz et al., 2003).

Renang

Tuna adalah perenang yang sangat baik, dan tubuh mereka dirancang untu k kinerja tinggi pada kedua berkelanjutan dan meledak kecepatan renang (Dickson 1995). Tuna harus berenang terus-menerus untuk memenuhi kebutuhan oksigen d an akibatnya tetap hidup. Arah pergerakan dari beberapa spesies, seperti cakalang, tampaknya didikte semata-mata oleh ketersediaan makanan. Pergerakan spesies la in, seperti tiga spesies sirip biru, tampaknya dipengaruhi oleh distribusi makanan dan kebutuhan untuk kembali ke tempat ikan bertelur leluhur mereka di waktu yan g tepat. Tuna dapat bergerak hingga 15 km per malam untuk mencari makan pada organisme yang berenang ke atas dari perairan yang lebih dalam pada waktu itu.

Tunas memiliki kecepatan jelajah lebih tinggi daripada ikan aktif lainnya, t ermasuk scombroid lainnya (Beamish, 1978; Blok et al, 1992b.). Morfologi tubuh dan sirip ekor tuna optimal untuk keberlangsungan, berenang kecepatan tinggi. Be ntuk tubuh serupa ditemukan juga di Cetacea, carangid, hiu tertentu dan bahkan ic hthyosaurus reptil punah. Webb (1984) daftar adaptasi berikut morfologi: ekor bul an sabit dari rentang yang besar, tetapi chord yang relatif kecil untuk memaksimal kan dorong sebuah batang ekor sempit untuk menyediakan perpindahan amplitudo lokal-besar dan untuk mengontrol sudut serangan kedalaman tubuh anterior besar dan massal untuk mengurangi kerugian energi recoil tubuh ramping yang relatif k aku untuk kedua meminimalkan hambatan dan memaksimalkan daya dorong.

2.4 Jenis-jenis Ikan Tuna

Tuna Ikan tuna mempunyai bermacam-macam jenis yaitu tuna mata besar, tuna albakor, tuna sirip kuning, tuna sirip biru dan juga tuna gigi anjing.

1) Tuna Mata Besar (Thunnus Obesus)

Tuna mata besar dapat tumbuh mencapai 2,5 meter dengan berat hingga 21 0 kg. Umurnya dapat mencapai 11 tahun. Ikan Tuna jenis ini tersebar luas di S amudra Hindia, Lautan Atlantik dan Pasifik di daerah tropis dan subtropis. Ika n tuna jenis ini dapat hidup di laut lepas sampai kedalaman 250 meter, waktu untuk penggandaan populasinya dari 1,4 tahun sampai 4,4 tahun dengan jumla

(12)

h telur mencapai 2 juta butir. Musim sangat mempengaruhi keberadaan ikan tu na jenis ini, karena mereka hidup pada suhu 17-22 . Ikan tuna mata besar yang masih kecil biasanya hidup bergerombol dan berada di dekat objek-objek mela yang, seperti daun kelapa, sampah dll. Ikan tuna jenis ini dapat hidup dengan memakan berbagai hewan laut termasuk ikan kecil-kecil.

2) Tuna Albakor (Thunnus Alalunga)

Tuna Albakor termasuk jenis ikan tuna yang paling kecil, dapat tumbuh m encapai 1,4 meter dengan berat 60 kg, umurnya dapat mencapai 9 tahun dan ik an tuna jenis ini tersebar luas di seluruh daerah tropis. Ikan ini hidup di laut le pas sampai kedalaman 600 meter, biasanya tuna jenis ini bergerombol dalam j umlah sangat besar dengan ikan tuna lainnya. Ikan ini matang kelaminnya sete lah panjangnya mencapai 90 cm. waktu yang dibutuhkan untuk perkembangbi akannya sekitar 1,4 sampai 4,4 tahun untuk dapat menggandakan populasinya, serta jumlah telur yang dihasilkan dapat mencapai 2 juta butir.

Albakor umumnya mempunyai badan yang relatif pendek yaitu dengan per mulaan sirip dada terletak di belakang lubang insang, panjang dan melengkun g ke arah ekor hingga di belakang ujung sirip punggung kedua. Sirip dada jeni s Albakor ini panjangnya dapat mencapai sepertiga dari seluruh panjang badan nya. Tubuh atau badannya berwarna perak dan warna perak tersebut akan sem akin memudar sampai ke arah perut (Ghufron dan Kordi., 2011).

3) Tuna Sirip Biru (Thunnus Maccoyii)

Tuna sirip biru mempunyai 2 jenis, yaitu tuna sirip biru selatan dan tuna si rip biru utara. Tuna sirip biru dapat tumbuh mencapai 245 cm dengan berat ma ksimal mencapai 269 kg dan umurnya dapat mencapai 10 tahun. Ikan jenis ini hidup di kedalaman 50-2443 meter di bawah air dan tersebar di Lautan Atlanti k, Pasifik, dan Samudra Hindia ( Kuncoro dan Wiharto).

Tuna sirip biru dapat meningkatkan temperatur tubuhnya lebih tinggi darip ada suhu air yang ditempati, hal ini terjadi merupakan akibat dari aktivitas oto t-otot dalam tubuhnya. Pada kondisi ini memungkinkan ikan tuna sirip biru da pat bertahan hidup di perairan bersuhu dingin dan mampu mendiami habitat y ang lebih luas di laut daripada jenis ikan lainnya. Ikan tuna sirip biru juga dap at mempertahankan suhu tubuh antara 24 - 35 °C, di air dingin bersuhu 6 °C.

(13)

Akan tetapi, ikan jenis ini tidak sama dengan hewan endotermik tertentu, misa lnya pada mamalia atau burung, ikan tuna menjaga suhu tubuhnya tidak dalam kisaran suhu yang relatif sempit. Tubuh tuna sirip biru berbentuk oval, tinggi, tebal, dan padat. Ikan ini mempunyai sirip punggung kedua, sirip dada dan siri p duburnya yang pendek. Pada bagian punggung badannya berwarna biru tua dan pada bagian perutnya berwarna keperak-perakan. Ikan ini mempunyai jar i-jari sirip punggung dan dubur berwarna kuning dengan bintik-bintik kuning pada siripnya (8).

4) Tuna Sirip Kuning (Thunnus Albacares)

Tuna sirip kuning dapat tumbuh mencapai 239 cm dengan berat maksimal mencapai 2 kwintal, dapat berumur mencapai umur 9 tahun. Ikan ini tersebar l uas di perairan tropis dan subtropis akan tetapi tidak ada pada laut Mediterania Ikan tuna jenis ini dapat hidup di laut sampai kedalaman 250 meter, mempun yai daya perkembangbiakan yang cepat karena hanya butuh waktu 1,4 sampai 4,4 tahun untuk menggandakan populasinya. Jumlah telur yang dihasilkan bisa mencapai sekitar 200 ribu butir. Namun, tuna sirip kuning jarang terlihat di se kitar karang, karena hidupnya dengan cara berkelompok dalam jumlah yang se dang sampai besar dan kadang juga bergerombol dengan ikan lumba-lumba. I kan ini sangat sensitif terhadap kandungan oksigen yang terlarut dalam air laut sehingga ikan ini jarang sekali ditemukan di bawah kedalaman 250 meter (9).

Ikan tuna sirip kuning mempunyai tubuh yang gemuk dan kuat. Ikan ini m empunyai sirip punggung kedua dan sirip dubur yang melengkung panjang ke arah ekor yang ramping dan runcing yang berbentuk sabit. Pada bagian ujung sirip dada berakhir pada permulaan sirip dubur, dan semua sirip yang ada pada ikan jenis ini mempunyai warna kuning keemasemasan cerah, yang pada bagia n pinggir dan ujungnya berwarna hitam yang tajam. Pada badan bagian atas m empunyai warna kehijau-hijauan dan semakin ke bawah berwarna keperak-per akan (10).

5) Tuna Gigi Anjing (Gymnosarda Unicolor)

Jenis tuna ini dinamakan sebagai tuna gigi anjing karena mempunyai mulu t seperti anjing. Ikan ini dapat tumbuh mencapai 2,5 meter tetapi rata-rata han ya mencapai 1,5 meter. Ikan ini tersebar luas di perairan tropis dunia, dapat hi

(14)

dup di laut lepas dengan kedalaman 20-300 meter. Ikan jenis ini yang masih k ecil lebih suka dan lebih sering berada di sekitar karang karena untuk memang sa ikan-ikan karang dan ikan pelagis kecil di sekitar pantai sedangkan ikan jen is ini yang sudah besar biasanya berada di laut dalam. Ikan tuna gigi anjing hi dup dengan cara bergerombol dalam jumlah kecil, sehingga apabila terpancing satu maka teman-temannya akan menyusul. Ikan ini menjadi favorit dari kalan gan pemancing karena mempunyai tarikan yang kuat dan banyak terdapat di la ut selatan pulau jawa sehingga lebih mudah untuk mendapatkannya (11).

2.5 Karakteristik Biologi Ikan Tuna 2.5.1 Termoregulasi Pada Tuna

Sebagai konsekuensi dari berenang terus-menerus untuk menjaga kesetimb angan hidrostatik (Magnuson, 1973) dan oksigen darah (Roberts, 1978), metabolis me otot terus menerus menghasilkan panas sebagai produk sampingan. Tuna men yingkirkan kelebihan ini, tapi, di sisi lain, panas dapat digunakan oleh tuna untuk memungkinkan mereka untuk mencari makan pada perairan dingin. Mekanisme m etabolisme untuk termoregulasi dii antara semua ikan bertulang, untuk Thunnini u nik dalam kemampuan mereka untuk mengatur suhu tubuh mereka, karena kompl eks kontra-saat sistem pertukaran panas, juga disebut rete mirabile (jaringan ajaib) (Stevens dan Neil, 1978). Satu-satunya ikan lainnya dengan sistem ini adalah bebe rapa hiu dari keluarga Lamnidae (Collette, 1978) rete mirabel pada ikan tuna Rete mirabile (from Weinheimer, 2003)

Tuna mempertahankan suhu tubuh mereka di atas air sekitar dengan mele wati darah arteri melalui vaskular penukar panas berlawanan. Semua spesies tuna memiliki rete lateral, yang terdiri dari arteri kecil bercabang dari arteri subkutan la teral dan vena kecil bermuara ke vena lateral (Graham et al., 1983). Selain itu, ban yak spesies tuna juga memiliki rete sentral dalam kanal darah vertebral, terdiri dar i arteri dari aorta dorsal dan vena ke vena posterior kardinal (Stevens dan Neil, 19 78). Darah arteri, kemudian, hangat oleh darah vena yang mengalir melalui otot re nang merah (Holland et al., 1992). Rete mirabile mempertahankan antara 70 dan 9 9% dari panas yang dihasilkan oleh serat-serat otot merah, dan memberikan pengh alang antara otot merah dan lingkungan (Graham et al., 1983). Namun, ketika berl ebihan suhu telah dihasilkan oleh aktifitas yang berat, tuna muncul untuk dapat m

(15)

engontrol efisiensi penukar panas dengan menutup beberapa pembuluh darah mira bile rete, yang memungkinkan panas menghilang ke dalam air dingin sekitar (Bus hnell dan Holand, 1997).

Pengukuran suhu tubuh dan suhu sekitar dengan analisis histologis dari mirabile rete menunjukkan bahwa tuna sekecil dengan panjang 207 mm dapat me mpertahankan suhu tubuh mereka lebih dari 3 °C di atas suhu lingkungan, dan den gan demikian dapat dianggap endotermik (Graham et al., 1983). Suhu tubuh tuna sering 10 °C lebih besar daripada air sekitar. Perbedaan suhu maksimum adalah di rekam untuk Bluefin tuna Atlantik, dimana suhu tubuh adalah 21,5 °C lebih besa r dari air sekitarnya (Graham et al., 1983).

Sistem termoregulasi tidak dapat mempertahankan panas tanpa batas, da n ketika ikan mencari makan di dalam air dingin untuk jangka waktu yang panjan g, suhu tubuhnya menurun. Ketika ini terjadi, ikan akan naik ke air yang lebih ha ngat dan melepaskan sistem termoregulasi untuk memungkinkan mekanisme pem anasan dari jaringan dengan cepat (Holland et al., 1992).

Perilaku pada Termoregulasi

Dikombinasikan dengan mekanisme fisiologis, gerakan ke dalam air dingi n akan memfasilitasi pembuangan panas (Bushnell dan Holand, 1997). Termoregu lasi memungkinkan tuna untuk mempertahankan kecepatan tinggi dalam berenang untuk waktu yang lama dan pulih dengan cepat setelah bertenaga terus-menerus (Carey et al., 1971), karena melanjutkan reaksi biokimia yang lebih cepat pada su hu yang lebih tinggi. Oleh karena itu, menurut Bushnell dan Holand, tahun 1997, suhu tubuh tinggi memungkinkan otot merah untuk kontraksi lebih cepat, mendek ati tingkat kontraksi otot putih dan akibatnya, kontribusi untuk kecepatan renang yang tinggi dihasilkan dari kontraksi otot putih lebih kecepatan transfer oksigen d ari darah ke sel-sel otot pemulihan yang lebih cepat, dengan meningkatkan pemec ahan asam laktat. Selain itu, " bertubuh menjadi hangat " memungkinkan tuna unt uk memiliki penglihatan yang lebih baik pada kedalaman yang signifikan dengan menjaga otak mereka dan mata pada suhu sekitar (Bushnell dan Holand, 1997).

Hal ini juga memungkinkan tuna untuk lebih peka terhadap gradien termal (Sharp dan Dizon, 1978). Juga, karena itu, tuna dapat mencari makan di bawah termoklin, di air yang dalam, intnya mereka tanpa menderita dengan penurunan suhu radikal

(16)

Misalnya, tuna bigeye diamati untuk menyelam 250 meter dalam satu menit, pind ah dari air 24 °C sampai 9 °C (Holland et al., 1992)

2.5.2 Hubungan Trofik Dan Pertumbuhan Tahap Pertumbuhan

Berikut tiga tahap dapat dibedakan: larva (baru menetas individu yang san gat berbeda dalam penampilan dari juvenile atau ikan dewasa), juvenil (mirip dala m tampilannya dewasa, tapi belum matang secara seksual), dan ikan dewasa (ikan matang secara seksual)

1) Posisi Trofik Larva

Larva tuna dan ikan jenis tuna hidup di permukaan air hangat dan makana n rutama adalah zooplankton termasuk krustasea kecil dan larva krustasea, ikan, m oluska dan ubur-ubur. Larva tuna dan spesies sejenisnya dimangsa oleh pemburu zooplankton, seperti larva yang lebih besar dan juvenil awal ikan pelagis. Merupa kan Kanibalis , oleh karena itu merupakan penyebab penting kematian larva ikan t una.

2) Posisi Trofik Juvenil dan Dewasa

Tuna dan ikan sejenis tuna pada jejaring makanan lautan

Tuna dan billfish memangsa ikan, cumi-cumi dan krustasea. Individu yang lebih b esar (wahoo, bonito, tuna dan billfish), memakan ikan pelagis, diposisikan di bagi an atas jejaring trofik. Individu yang lebih kecil (Juvenile tuna dan billfish, tongko l dan seerfish) memangsa zooplankton (terutama krustasea) dan merupakan bagian dari jatah besar scombroid , hiu, paus dan burung laut. Analisis isi didapat dari isi perut dari yellowfin dan cakalang menunjukkan bahwa mereka memakan ikan epi pelagic kecil antara 1 sampai 10 cm (Roger, 1994). Dari sejak awal yelowfin dan cakalang langsung memangsa zooplankton (terutama copepoda). Tampaknya bah wa tuna berada di atas jejaring makanan yang pendek, dan ini sangat efisien dari s udut pandang energetika.

Position of tunas and tuna-like fishes in the oceanic food web Makanan

Tuna dan billfish merupakan pemangsa oportunistik. Pada tingkat spesies, mereka tidak memiliki preferensi yang kuat untuk jenis mangsa tertentu. Namun, pada skala regional dan pada waktu tertentu, beberapa spesies dapat mewakili ha

(17)

mpir semua makanan ikan dari kelompok usia tertentu (Cayre et al., 1988). Tuna d an billfish memangsa ikan pelagis atau epipelagic (termasuk juvenil tuna), krustas ea dan cumi. Yellowfin tuna dan bigeye dan ikan seperti swodfish memakan ikan mesopelagic (Ménard et al., 2000, Allain, 2005). Makanan tuna perairan pantai pa kannya adalah ikan-ikan neritik dan epipelagic (Olson dan Boggs, 1986). tuna yan g lebih besar memakan ikan pelagis kecil seperti makarel, tuna kecil, carangid ata u ikan terbang.

Perilaku Mencari Makan dari Juvenil dan Dewasa

Tuna dan billfish merupakan predator yang dalam mencari mangsa mereka secara visual. Untuk memenuhi kebutuhan makanan mereka, tuna dan billfish har us berenang jarak jauh. Jenis daya penggerak mereka, oleh karena itu, terutama di sesuaikan untuk pencarian mangsa dalam volume air yang besar dengan pengeluar an sedikit energi. Namun, mereka tampak kurang efektif dari predator sementara, seperti esocid, dalam benar-benar menangkap mangsa (Webb, 1984). Untuk meng kompensasi hal ini, tuna cenderung meninggalkan schooling mangsa, membuat di sorientasi dan terurai, dan / atau mencari mangsa di schooling (Webb, 1984; Partri dge, 1982).

Tuna dapat mendeteksi jejak secara cepat dari aroma minyak, protein dan asam amino dari lapisan lendir yang dihasilkan oleh mangsanya. Ketika mangsa te rdeteksi, beberapa tuna menunjukkan perubahan perilaku mereka yang terdiri dari peningkatan aktivitas umum (juga disebut frenzy): peningkatan kecepatan berenan g, perubahan pola berenang, jaw snapping dan tampilan garis-garis gelap di sisi-si si. Tuna tropis dan ikan todak sering menyelam ke bawah pada kedalaman yang si gnifikan di bawah termoklin (umumnya di 500 m) untuk mendapatkan makan pad a ikan mesopelagic (Holland et al., 1992). Hal ini umumnya percaya bahwa tuna makan siang hari. Namun, pelacakan sonic percobaan menunjukkan bahwa bebera pa tuna makan juga pada sore hari, ketika mesopelagic micronecton bermigrasi ke arah permukaan (Bard et al., 1998).

Pertumbuhan Juvenil Dan Dewasa Tingkat Pertumbuhan

Kebanyakan scombrid tumbuh dengan cepat dan mereka mencapai ukuran dewasa dalam beberapa tahun. tingkat pertumbuhan rata-rata bervariasi menurut s

(18)

pesies, umur dan lokasi. Secara umum, tuna yang lebih besar tumbuh sekitar 40 s ampai 55 cm pada tahun pertama, kemudian tingkat pertumbuhan tahunan berkisa r antara 20 sampai 30 cm per tahun menurun dengan usia. Spesies tuna mencapai hanya ukuran kecil tumbuh 20 sampai 35 cm pada tahun pertama dan kenaikan pa njang tahunan mereka cepat menurun menjadi kurang dari 10 cm.

Di Atlantik dan Hindia, beberapa studi telah menunjukkan bahwa yellowfi n tumbuh pesat selama tahun pertama, memperlambat pertumbuhan mereka selam a satu atau dua tahun dan kemudian memiliki lagi pertumbuhan yang cepat sebelu m secara bertahap melambat sebagai ukuran maksimum mencapai. Seerfish dan to ngkol juga memiliki pertumbuhan yang cepat selama tahun-tahun pertama kehidu pan mereka. Pada umumnya ukuran 35 sampai 45 cm pada usia 1 tahun. Billfish dapat tumbuh lebih dari 80 cm selama tahun pertama kehidupan mereka. Setelah i ni sangat cepat pertumbuhan juvenil, dewasa tingkat pertumbuhan yang sebanding dengan tuna.

Bobot dan Rentang Panjang

Bobot maksimum dicapai oleh tuna berkisar dari sekitar 1 sampai 2 kg unt uk bullet dan tuna frigate lebih dari 600 kg untuk bluefin tuna Atlantik. Panjang maksimum dicapai oleh tuna berkisar dari sekitar 50 cm untuk bullet dan tuna freg at lebih dari 300 cm untuk bluefin tuna Atlantik. Seerfish, tongkol dan bonito relat if kecil (kurang dari 1 meter panjangnya), kecuali untuk beberapa spesies seerfish seperti king mackerel atau narrow-barred king mackerel yang tumbuh lebih dari 240 cm, berat 70 kg. Billfish terkecil adalah spearfish Mediterania, yang mencapai panjang maksimal sedikit lebih dari 180 cm. Billfish terbesar adalah black marlin dan blue marlin Indo-Pasifik, yang mencapai panjang lebih dari 4 m dan berat lebi h dari 600 kg

Dimorfisme Seksual

Dimorfisme seksual diobserfasi pada billfish, Sebagai contoh, tampilan se ksual dimorfik Atlantic Blue marlin. Pola pertumbuhan: pertumbuhan somatik dar i jantan lambat sekitar 100 kg berat badan dan jantan tidak melebihi 150 kg, seme ntara betina dapat mencapai hingga 910 kg (Wilson et al., 1991). Demikian pula, s woodfish memperlihatkan pertumbuhan dimorfisme seksual: jantan tumbuh lebih lambat dan mencapai panjang asimtotik lebih rendah daripada betina..

(19)

Panjang/lama Umur

Longevities dari tuna bervariasi dari beberapa tahun untuk tuna yang lebih kecil , dan 12 sampai 15 tahun untuk tuna yang lebih besar. Rekor lama umur unt uk tuna adalah sekitar 20 tahun untuk tuna bluefin Atlantik (Cort, 1990) atau 25 ta hun untuk Bluefin tuna southern. (Gunn et al., 2008). Longevities 15 sampai 27 ta hun (blue marlin Pacific) atau 28 tahun (Indo Pacific blue marlin) telah diperkirak an untuk billfish dan swoodfish. Longevities dari seerfish dan tongkol adalah seda ng dengan beberapa catatan pada 16 tahun untuk Spanish mackerel.

Kematian Alami

Untuk tuna yang lebih besar dan billfish, kematian alami dewasa berkisar 0,2-0,6. Kematian alami Juvenile lebih tinggi. Sedikit yang diketahui tentang kem atian alami seerfish dan makarel.

2.6 Reproduksi Ikan Tuna Perilaku Pemijahan

Tuna bertelur di perairan terbuka dekat dengan permukaan. Telur yang diri lis oleh betina di beberapa gerombolan. Sebagai contoh, yellowfin tuna di Pasifik bertelur hampir setiap hari. Namun, untuk beberapa spesies seperti spesies sirip bi ru, pemijahan lebih musiman.

Daerah Pemijahan Dan Musim

Tuna bertelur di daerah di mana kelangsungan hidup larva mereka terbesar Sebagian besar spesies tuna bertelur hanya di perairan di mana suhu permukaan l ebih besar dari 24 °C. Tuna tropis muncul untuk bertelur di daerah khatulistiwa se panjang tahun di sekitar lintang tinggi dan selama musim hangat. Albacore dan bi geye muncul untuk bermigrasi setiap tahun dari daerah makan beriklim sedang ke daerah pemijahan tropis.. Larva bigeye kurang melimpah dibandingkan tuna tropi s lainnya, dan ditemukan terutama di perairan khatulistiwa di mana suhu lebih ti nggi dari 28 °C (Collette dan Nauen, 1983). Bluefin Atlantik, Bluefin Pasifik dan southern bluefin menujnjukkan sebuah perilaku migrasi ketika mereka dewasa, da n kembali ke daerah tertutup di Atlantik, Pasifik dan Hindia untuk bertelur. Hal in i umumnya diterima bahwa ada perilaku homing, tetapi pada tingkat lebih rendah, yellowfin tuna di Samudera Atlantik. Billfish muncul untuk bertelur musiman di p erairan tropis dan subtropis yang hangat.

(20)

Kematangan dan Fekunditas

Dengan pengecualian dari Bluefin tuna (Thunnus thynnus, T. orientalis da n T. maccoyii), sebagian besar tuna, seerfish, tongkol dan billfish mencapai usia k ematangan antara 2 dan 5 tahun. Karena pertumbuhan seksual dimorfisme mereka billfish jantan dewasa pada ukuran lebih kecil dari billfish betina.

Maturasi dan Fekunditas

Dengan pengecualian dari tuna ikan tuna sirip biru (Thunnus thynnus, T. o rientalis dan T. maccoyii), sebagian besar tuna, seerfish, tongkol dan billfish menc apai usia kedewasaan antara 2 dan 5 tahun. Karena pertumbuhan seksual dimorfis me, mereka billfish jantan dewasa pada ukuran lebih kecil dari billfish betina.

Fekunditas sekumpulan sebagian besar spesies tuna berkisar 2-70 juta telur, fekunditas terendah adalah untuk albacore dan tertinggi untuk tuna cakalang dan t una berukuran kecil lainnya. sejumlah fekunditas diketahui dari tongkol berkisar d ari 300.000 -1.500.000 telur. Sedikit yang diketahui tentang fecunditas dari seerfis h. Fekunditas wahoo diperkirakan memiliki 6 juta telur. Sedikit yang diketahui ten tang biologi reproduksi billfish, tetapi sekumpulan fekunditas adalah diperkirakan berkisar antara 1 dan 7 jutaan telur. Sekumpulan fekunditas Swordfish di Atlantik diperkirakan 3,9 jutaan telur.

2.7 Anatomi Ikan Tuna

(21)

Anatomi Ikan Eksternal

Ikan tuna merupakan hewan berdarah dingin, mempunyai sirip dan tulang punggung. Kebanyakan ikan mempunyai sisik dan bernapas dengan insang. Mulut nya merupakan tipe terminal. Sirip sebagai pelengkap yang terdapat pada ikan unt uk mempertahankan posisinya, bergerak, mengarahkan dan berhenti. Sirip tersebu t berupa sirip tunggal di sepanjang garis tengah ikan, seperti sirip punggung (pung gung), sirip ekor (ekor), dan sirip dubur, atau sirip berpasangan, yang mencakup si rip dada (dada) dan sirip perut (pinggul). Sirip punggung dan sirip dubur terutama membantu ikan tuna agar tidak berguling ke samping. Sirip ekor merupakan sirip utama sebagai penggerak untuk menggerakkan ikan ke depan. Sirip berpasangan membantu mengarahkan, menghentikan, dan melayang. Sirip punggung dan sirip ekor yang lembut tersusun atas sinar. Insang adalah alat pernapasan ikan dan mem iliki banyak vaskularisasi sehingga memberikan penutup berwarna merah cerah. O perkulum (penutup insang) yang merupakan pelat tulang fleksibel melindungi insa ng yang sensitif. Air "dihirup" melalui mulut, melewati insang dan "dihembuskan"

dari bawah operkulum. Ikan tuna melihat melalui matanya dan dapat mendeteksi warna. Mata ikan tuna lebih bulat dibandingkan mamalia karena indeks bias air da n fokus dicapai dengan lensa masuk dan keluar, tidak mendistorsinya seperti pada mamalia. Lubang hidung berpasangan, atau lubang hidung, pada ikan digunakan u ntuk mendeteksi bau. Ikan tuna termasuk hewan piscivora (seperti pemakan, Gura t sisi adalah organ sensorik yang terdiri dari kantung berisi cairan dengan alat sens orik seperti rambut.

(22)

Anatomi Ikan Bagian Dalam

Semakin besar jenis ikan tuna maka semakin besar pula mangsa yang bisa dimakannya. Ikan memiliki indra perasa dan mungkin mencicipi makanan untuk d icicipi sebelum ditelan jika makanan tersebut bukan mangsa yang jelas. Beberapa pada dasarnya adalah ikan lainnya). Ikan tuna memiliki gigi yang tajam berbentuk taring yang jelas. Gigi tersebut terbuka ke air melalui serangkaian pori-pori (mem buat garis di sepanjang sisi ikan). Gurat sisi terutama merasakan arus air dan tekan an, dan pergerakan di dalam air.tepat di depan sirip dubur.

Tulang tunggang: Kerangka struktural utama yang menjadi dasar pembentukan t ubuh ikan; terhubung ke tengkorak ke ekor di belakang. Tulang belakang terdiri d ari banyak sekali tulang belakang, yang menghubungkan otak ke seluruh tubuh da n menyampaikan informasi sensorik dari tubuh ke instruksi dari otak ke seluruh tu buh. Hal yang sangat penting dalam mengatur konsentrasi air dan garam di dalam ikan yang dikeluarkan dari kantung renangnya sebelum mereka dapat keluar dari g injal adalah juga tubuhnya, memungkinkan spesies ikan tertentu untuk hidup di air tawar atau air asin, dan dalam beberapa kasus

Perut dan Usus:

Memecah (mencerna) makanan dan menyerap nutrisi. Ikan seperti ikan tuna yang bersifat piscivora (makan ikan lain) memiliki usus yang cukup pendek karena mak anan tersebut mudah diurai dan dicerna secara kimia. Banyak hal tentang kebiasaa n makan ikan dapat ditentukan dengan memeriksa isi perutnya.

Caeca Pyloric:

Organ dengan tonjolan seperti jari ini terletak di dekat persimpangan lambung dan usus. Fungsinya tidak sepenuhnya dipahami, tetapi diketahui mengeluarkan enzim yang membantu pencernaan, mungkin berfungsi menyerap makanan yang dicerna, atau melakukan keduanya.

Kloaka:

Tempat pembuangan kotoran dari tubuh ikan.

Hati:

Organ penting ini memiliki sejumlah fungsi. Ini membantu pencernaan dengan me ngeluarkan enzim yang memecah lemak, dan juga berfungsi sebagai tempat penyi mpanan lemak dan karbohidrat. Hati juga penting dalam penghancuran sel- sel dar

(23)

ah tua dan dalam menjaga kimia darah yang baik, serta berperan dalam ekskresi ni trogen (limbah).

Jantung:

Mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Oksigen dan nutrisi yang dicerna dikirim ke sel- sel berbagai organ melalui darah, dan darah mengangkut produk limbah dari s el ke ginjal dan hati untuk dibuang.

Gonad (Organ Reproduksi):

Pada ikan betina dewasa, massa telur berwarna oranye terang terlihat jelas selama musim pemijahan. tetapi biasanya masih dapat diidentifikasi pada waktu lain dala m setahun. Organ jantan, yang menghasilkan susu untuk membuahi sel telur, beru kuran jauh lebih kecil dan berwarna putih tetapi ditemukan di lokasi umum yang s ama. Telur (atau telur) ikan tertentu dianggap sebagai makanan lezat, seperti halny a kaviar dari ikan sturgeon.

Otot:

Memberikan gerakan dan penggerak. Ini adalah bagian ikan yang biasa dimakan d an dijadikan fillet ikan.

Kandung Kemih Renang: Kandung kemih renang adalah organ panjang dan tipis yang dapat mengembang/mengempis dengan udara sehingga memungkinkan ikan tuna mengapung pada tingkat berbeda di kolom air.

Indra Ikan Tuna

 Penglihatan: Ikan tuna dapat melihat dalam dua arah (satu mata fokus pada suatu objek yang tidak bergantung pada yang lain sedangkan mata manusi a hanya dapat fokus pada satu objek pada satu waktu).

 Pendengaran: Ikan tuna mempunyai telinga tetapi tidak memiliki bukaan t elinga luar seperti manusia. Telinga mereka tidak memiliki telinga tengah dan luar karena suara merambat lebih cepat di air dibandingkan di udara. I kan tuna memiliki telinga bagian dalam dengan sepasang tulang telinga ba gian dalam yang disebut otolit. Otolit memungkinkan ikan merasakan suar a di dalam air. Ahli biologi perikanan juga dapat menggunakan tulang-tula ng ini (otolit) untuk menentukan umur ikan dan menentukan kesehatan po pulasi ikan.

(24)

 Penciuman: Ikan tuna menggunakan indra penciumannya untuk mencari m akanan dan membantu migrasi. Ikan tun memiliki reseptor penciuman di hidung yang sensitive terhadap zat kimia yang terlarut dalam air, seperti asam amino, peptide dan amin. Ikan tuna juga menggunakan indra ini untuk mendeteksi lingkungan sekitar

 Rasa: Ikan tuna memiliki pengecap, namun pengecap ini terletak di bagian luar kepala dan sirip ikan di pori-pori kecil. Indra pengecap pada ikan tuna juga berperan penting dalam mendeteksi dan memilih makanan.

 Gurat Samping: Gurat sisi, yang terdapat di sepanjang tubuh ikan tuna mul ai dari operkulum hingga ekor (sirip ekor), merasakan getaran atau geraka n di dalam air. Hal ini memungkinkan ikan untuk menemukan predator da n menemukan mangsa. Sistem ini terdiri dari serangkaian saluran berisi cai ran tepat di bawah kulit kepala ikan dan di samping tubuh. Kanal-kanal ter sebut dipenuhi dengan struktur mirip rambut kecil yang mendeteksi peruba han tekanan air melalui pori-pori kecil yang terhubung ke sistem.

2.8 Sistem Reproduksi

Sistem reproduksi pada ikan merupakan proses perbanyakan individu yang tingkat keberhasilannya dipengaruhi oleh keadaan habitat atau kondisi lingkungan perairan. Ikan tuna melakukan perjalanan yang jauh untuk pemijahan

Seperti ikan pada umumnya, ikan tuna merupakan kelompok hewan ovivar. Organ reproduksinya dibedakan menjadi organ reproduksi eksternal (kloaka) dan internal (ovarium, oviduk, testis, dan urogenitalis). Sel telur yang dihasilkan oleh ovarium dilepas di lingkungan melalui oviduk dan selanjutnya melalui kloaka. Bersamaan dengan itu, ikan Jantan juga melepaskan spermatozoa

(25)

dari testis yang disalurkan melalui urogenital (saluran kemih dan saluran reproduksi Jantan) dan keluarb melalui kloaka sehingga terjadi fertilisasi di dalam air (fertilisasi eksternal).

Sistem pencernaan Sistem sekresi Sistem Saraf Sistem rangka Sisteme Pernafasan System homeostasis System reproduksi

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tubuh kekar dan mata besar menjadi ciri spesies ini. Umumnya tidak ada t anda khusus pada tubuhnya, Tingkat keselarasan bentuk tubuh, profil penampang, dan desain sirip ekor dan dada merupakan ciri utama mekanisme lokomotor tuna.

Profil tubuh dan luas permukaan sangat penting dalam perhitungan gaya hambat, dan bentuk sirip ekor merupakan penentu utama gaya dorong.

3.2 Saran

Informasi mengenai gaya hidup yang berpindah-pindah dan ciri-ciri anato mi dan fisiologis luar biasa yang dimiliki oleh ikan tuna perlu digali/dipelajari lebi h dalam lagi.

DAFTAR PUSTAKA

(26)

Barbara, A. B. dan Stevens, E. D. (2001). TUNA Physiology, Ecology and Evoluti on. Academic Press.

Schultz, K. (2003). Saltwater Fish. Fishing Editor of Field and stream.

8 M. Ghufron H. Kordi K, Buku Pintar Budi Daya 32 Ikan Laut Ekonomis, hlm. 327

9 Eko Budi Kuncoro dan F.E Ardi Wiharto, Ensiklopedia Populer Ikan Air Laut, hlm. 100-10 2 10 M. Ghufron H. Kordi K, Buku Pintar Budi Daya 32 Ikan Laut Ekonomis, hlm. 32 4-325

11 Eko Budi Kuncoro dan F.E Ardi Wiharto, Ensiklopedia Populer Ikan Air Laut, hlm. 101

7 Eko Budi Kuncoro dan F.E Ardi Wiharto, Ensiklopedia Populer Ikan Air Laut, hlm. 100-10 2

1 Bonita Anjasari, Pangan Hewani Fisiologi Pasca Mortem dan Teknologi, (Yogyakarta : Gr aha Ilmu, 2010), hlm. 105-106

2 M. Ghufron H. Kordi K, Buku Pintar Budi Daya 32 Ikan Laut Ekonomis, (Yogyakarta : Lily Publishier, 2011), hlm. 323-324

2 Eko Budi Kuncoro dan F.E Ardi Wiharto, Ensiklopedia Populer Ikan Air Laut, (Yogayaka rta : Lily Publisher, 2009), hlm. 100

3 Eko Budi Kuncoro dan F.E Ardi Wiharto, Ensiklopedia Populer Ikan Air Laut, hlm. 101- 102

4 M. Ghufron H. Kordi K, Buku Pintar Budi Daya 32 Ikan Laut Ekonomis,

hlm. 326

2.1.1 Nama Lain Ikan Tuna

Big eyed tuna, bigeye tunny; French: patudo, thon obèse; Hawaiian: ahi; Indonesi an: taguw, tongkol; Italian: tonno obeso; Japanese: mebachi, mebuto; Portuguese:

albacora bandolim, atum patudo, patudo; Spanish: albacoraatún ojo grande, patud o.

(27)

Tubuh kekar dan mata besar menjadi ciri spesies ini. Umumnya tidak ada t anda khusus pada tubuhnya, namun beberapa spesimen mungkin memiliki deretan bintik keputihan vertikal pada ventilasi. Sirip punggung pertama berwarna kuning tua. Sirip punggung kedua dan sirip dubur berwarna coklat kehitaman atau kuning dan mungkin berpinggiran hitam. Finletnya berwarna kuning cerah dengan tepi hit am sempit. Ekornya tidak memiliki tepi belakang berwarna putih seperti pada alba core. Sirip dada bisa mencapai sirip punggung kedua. Sirip punggung kedua dan s irip dubur tidak pernah mencapai sejauh sirip tuna sirip kuning besar. Ia memiliki total 23 hingga 31 penyapu insang pada lengkungan pertama. Pinggiran hati lurik.

Kedua sirip punggung tersusun rapat, sirip pertama memiliki 13 hingga 14 duri da n sirip kedua memiliki 14 hingga 16 jari. Sirip dubur memiliki 11 hingga 15 jari.

Di kedua sisi tangkai ekor terdapat lunas lateral yang kuat di antara dua lunas keci l yang terletak agak jauh ke belakang pada ekor.

Ukuran.

Mata besar biasanya ditemukan dengan panjang 16 hingga 67 inci tetapi bi sa mencapai 75 inci. Rekor dunia dengan seluruh tekel adalah ikan seberat 435 po n yang ditangkap di lepas pantai Peru pada tahun 1957.

Perilaku pemijahan.

Tuna mata besar mencapai kematangan seksual dengan panjang sekitar 40 hingga 50 inci dan bertelur setidaknya dua kali setahun. Hal ini terjadi sepanjang t ahun di perairan tropis, dan puncaknya terjadi pada bulan-bulan musim panas.

Makanan.

Makanan ikan mata besar termasuk cumi-cumi, krustasea, belanak, sarden, makarel kecil, dan beberapa spesies perairan dalam. Mereka sering berada di keda laman, terutama pada siang hari, dan, tidak seperti tuna lainnya, jarang terlihat me ngejar ikan umpan di permukaan.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis yang dilakukan pada ikan tuna dalam penelitian ini menghasilkan lama waktu pengosongan lambung pada ikan tuna jenis mata besar, sirip biru selatan, maupun

Pada pengamatan hasil fiksasi fetus mencit dengan larutan Alizarin merah pada dosis ikan tuna yang mengandung formalin 1,82mg/kg BB dan ikan tuna yang

Berbagai cara pengolahan ikan tuna madidihang, baik rebus, goreng, asap dan bakar sangat berpengaruh terhadap jenis asam lemak tak jenuh omega-3 ikan tuna. madidihang

Kebijakan pemerintah dalam mendukung perdagangan internasional ikan tuna segar Indonesia perlu diimbangi dengan kebijakan dalam meningkatkan produksi ikan tuna Indonesia,

Puji syukur kepada Allah S.W.T karena atas berkat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Produksi Ikan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi sumberdaya ikan tuna mata besar di Samudera Hindia yang berbasis di Pelabuhan Benoa dilihat dari aspek

dalam melakukan penanganan ikan tuna di atas kapal. c) Cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat. Pengamatan yang dilakukan ikan tuna hasil tangkapan dimatikan

Penangkapan ikan tuna terutama untuk je- nis tuna madidihang, tuna mata besar dan cakalang antara lain dengan menggunakan alat tangkap pan- cing tuna (tuna handline) dengan alat