• Tidak ada hasil yang ditemukan

iklim tradisional dan ritual subak di bali - Universitas Udayana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "iklim tradisional dan ritual subak di bali - Universitas Udayana"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

IKLIM TRADISIONAL DAN RITUAL SUBAK DI BALI

I Gusti Ngurah Santosa

Fakultas Pertanian Universitas Udayana

(3)

DAFTAR ISI

I. PROFIL BALI

II. DEFINISI DAN FUNGSI SUBAK

III. APRESIASI DAN PELESTARIAN SUBAK IV. IKLIM TRADISIONAL BALI

V. RITUAL SUBAK

VI. PELAKSANAAN RITUAL VII. PENUTUP

(4)

I. PROFIL BALI

❑Provinsi Bali merupakan salah satu dari 34 Privinsi di Indonesia yg meliputi luas wilayah 5.636,66 km2

(0,29% dari Indonesia) termasuk Nusa Penida, Nusa Ceningan, Nusa Lembongan, Serangan dan Pulau

Menjangan

❑ Terdiri dari 8 Kabupaten, 1 Kota, 57 Kecamatan, 716 desa/kelurahan, 1.480 desa pekraman (desa adat), dan 1.604 subak sawah serta 1.107 subak abian

❑Bali memiliki iklim tropis, dengan musim hujan mulai Nopember - April, musim kemarau Mei – Oktober

(5)

Profil Bali

❑ Curah hujan tahunan berkisar : 1500 mm (pesisir) – 3000 mm (pegunungan), rata-rata tahunan 2003 mm

❑ Jumlah penduduk : 4,152,800 orang (BPS Bali, 2015)

❑ Penggunaan lahan :

Lahan sawah : 80.063 ha (14,20 %)

Lahan sawah : 273.739 ha (48,56 %)

Non Pertanian : 209.864 ha (37,23 %) ---

Total : 563.666 ha (100 %) (BPS Bali, 2015)

(6)

BALI

© Copyright Bali Government Tourism Office 2012

Introduction

(7)

BALI ADMINISTRATION MAP

(8)

II. DEFINISI DAN FUNGSI SUBAK

Definisi Subak :

Peraturan pemerintah Provinsi Bali No.

02/PD/DPRD/1972 menyebutkan bahwa Subak adalah :

“CUSTOMARY LAW SOCIETIES WITH SOCIO-AGRARIAN-

RELIGIOUS NATURE WHICH WERE ESTABLISHED SINCE LONG TIME AGO AND DEVELOPED CONTINOUSLY AS LANDHOLDING ORGANIZATIONS IN THE SPHERE OF WATER DISTRIBUTION AND OTHER FOR RICE FIELDS IN ONE IRRIGATION AREA”

(9)

Definisi Subak

Masyarakat hukum adat yang bersifat sosio-

agraris-religius yang telah berdiri sejak dulu dan

terus berkembang sebagai organisasi pemegang

tanah dibidang distribusi air dan lainnya untuk

sawah di satu Daerah Irigasi

(10)

Definisi Subak

Subak: Sistem Irigasi Tradisional di Bali yg sudah ada sejak 882 M (Dinas Pekerjaan Umum

Provinsi Bali, 1997). Menurut PERDA 9/2012, subak : organisasi tradisional yg mengelola air dan atau tanaman pada tingkat petani

masyarakat adat di Bali berdasarkan socio- agraris, religious, ekonomi yang berdasarkan sejarah terus tumbuh dan berkembang

(http://simkum.baliprov.go.id)

(11)

Fungsi Subak

• Sumber mata pencaharian petani

• Mendukung pembangunan sektor pertanian

• Mendukung ketahanan pangan

• Antisipasi banjir dan erosi

• Menjaga kelestarian lingkungan

• Untuk Agrowisata

• Meningkatkan potensi kearifan lokal

• Tempat pendidikan untuk belajar ilmu Irigasi dan Pertanian

(12)

III. APRESIASI DAN PELESTARIAN SUBAK

• Subak merupakan salah satu warisan Budaya Dunia

• Pujian para ahli masyarakat internasional, salah satu John S Ambler (1990) menyatakan bahwa subak

dengan alat keirigasian yang nampaknya sangat

sederhana, adalah merupakan salah satu organisasi petani pemakai air yang paling canggih di seluruh dunia

• Merupakan salah satu destinasi wisata dunia yang unik yang mengagumkan

• Merupakan warisan leluhur yg tak ternilai harganya dan merupakan satu-satunya di dunia

(13)

Pelestarian Subak

• Mengingat subak memiliki fungsi yang sangat vital, juga adanya apresiasi yg luar biasa baik lokal nasional dan internsional maka Subak perlu dilestarikan

• Caranya adalah dengan : memelihara

komponen komponen yang ada pada sistem subak, ….salah satunya adalah Pedoman

bercocok tanam berdasarkan iklim tradisional

dan pelaksanaan ritual pada subak

(14)

IV. IKLIM TRADISIONAL BALI

• Sebelum ilmu pertanian moderen masuk, subak telah memiliki pegangan : Ilmu Iklim tradisional sebagai

pedoman untuk bercocok tanam

Ilmu Iklim Tradisional

(Pedoman Bercocok Tanam)

(15)

Iklim Tradisional Bali

Dalam Wariga Penanggalan Saka Bali beberapa perhitungan sasih disebutkan sebagai berikut : 1. Sasih wuku lan Pancawara : mengikuti jalannya

wuku yaitu 2x210 hari = 420 hari. Tiap sasih umurnya 35 hari

2. Sasih dalam perhitungan Surya Candra

a. Sasih Candra : mengikuti peredaran Bulan mengelilingi Bumi lamanya 354/355 hari,

setiap bulan umurnya 29/30 hari tepatnya 29 hari 12 jam 44 menit 9 detik

(16)

Iklim Tradisional Bali

b

. Sasih Surya : mengikuti peredaran bumi

mengelilingi matahari lamanya 365/366 hari.

Tepatnya dalam setahun 365 hari 5 jam 43 menit 46 detik. Tiap bulan umurnya berkisar 30/31 hari dan sasih kawulu umurnya 26/29 hari.

Untuk Subak di Bali, Sasih mengikuti perhitungan Sasih Wuku, seperti disebutkan pada no 1 di atas, dan untuk Bulan Masehi perhitungan mengikuti Sasih Surya

(17)

Iklim Tradisional Bali

• Pengetahuan iklim tradisional di Bali seperti

disebutkan di atas disebut dengan “Sasih”. Sasih artinya bulan, masa atau waktu.

• Sasih tersebut ada 12, yang disebut dengan sasih Kasa, Karo, Ketiga, Kapat, Kelima, Kenem, Kepitu, Kaulu, Kesanga, Kedasa, Desta dan Sada (Tabel 1)

(18)

Iklim Tradisional Bali

• Dari 12 sasih ini : enam bulan termasuk musim kemarau (Desta, Sada, Kasa, Karo, Ketiga,

Kapat dan enam bulan berikutnya termasuk

musim hujan (Kalima, Kenam, Kepitu, Kawulu, Kesanga dan Kedasa)

• Mengenai sifat/kondisi setiap sasih dan waktu

terjadinya disajikan pada Tabel 2.

(19)

Tabel 1. Sasih Bali dan Bulan Masehi

No. Sasih Bali Bulan Masehi

Sasih Umur (hari) Bulan Umur (hari)

1 Kasa 35 Januari 31

2 Karo 35 Pebruari 28

3 Katiga 35 Maret 31

4 Kapat 35 April 30

5 Kalima 35 Mei 31

6 Kanem 35 Juni 30

7 Kapitu 35 Juli 31

8 Kaulu 35 Agustus 31

9 Kasanga 35 September 30

10 Kadasa 35 Oktober 31

11 Desta 35 Nopember 30

12 Sada 35 Desember 31

Jumlah 420 Jumlah 365

(20)

Tabel 2. Sifat Sasih Dan Waktu Terjadinya

No Sasih Sifat/Ciri Sasih Terjadi Sekitar

Bulan

1 Kasa Musim kemarau

Pohon tidak berdaun

Mulai musim palawija

Belelang bertelur

Matahari di garis utama menuju ke selatan

Angin bertiup dari timur laut ke barat daya

Juli

2 Karo Musim kemarau, tanah terbelah karena kering

Tanaman Palawija harus dapat air

Pohon kapuk dan mangga keluar daun mudanya

Matahari bergeser dari utara menuju ke selatan

Angin bertiup dari barat laut ke barat daya

Agustus

(21)

No Sasih Sifat/Ciri Sasih Terjadi sekitar Bulan

3 Ketiga Musim kemarau

Mulai tumbuh ubi, gadung, bangsa temu dan bumbu, palawija juga mulai tumbuh

Matahari dari utara mulai masuk garis katulistiwa

Angin bertiup dari utara ke selatan

September

4 Kapat Musim labuh, memasuki musim hujan

Sumur kering

Pohon kapuk berbuah

Burung manyar membuat sarang

Matahari di garis katulistiwa menuju selatan

Angin bertiup dari barat laut ke tenggara

Oktober

(22)

No Sasih Sifat/Ciri Sasih Terjadi sekitar Bulan

5 Kalima Musim labuh, memasuki musim hujan

Sumur kering

Pohon kapuk berbuah

Burung manyar membuat sarang

Matahari di garis katlistiwa menuju selatan

Angin bertiup dari barat laut ke tenggara

Nopember

6 Kenem Musim hujan

Musim buah mangga dan rambutan

Mulai membajak sawah

Matahari bergeser lagi ke selatan

Angin kencang dari barat ke timur

Desember

(23)

No Sasih Sifa/Ciri Sasih Terjadi sekitar Bulan

7 Kapitu Musim Penyakit

Banjir dan angin besar

Mulai menanam padi

Matahari berada di garis selatan

Angin kencang dari barat tak tentu arah

Januari

8 Kaulu Musim hujan

Tanaman padi mulai berbuah

Banyak ulat dalam tanah

Matahari dari selatan bergeser ke utara

Angin dari barat laut ke timur tak tentu arah

Pebruari

(24)

No Sasih Sifat/Ciri Sasih Terjadi sekitar Bulan 9 Kasanga Musim hujan

Gangsir dan gareng (uir-uir) berbunyi

Anjing berbirahi dan melolong

Tanaman padi hampir tua

Matahari dari selatan bergeser ke utara

Angin dari selatan bertiup kencang

Maret

10 Kadasa Peralihan musim hujan ke musim kemarau

Musim binatang mengandung

Burung membuat sarang

Padi sudah tua, siap panen

Nelayan melaut

Matahari bergeser ke utara

Angin dari tenggara bertiup cukup kuat

April

(25)

No Sasih Sifat/Ciri Sasih Terjadi sekitar Bulan 11 Desta Musim kemarau

Burung bertelu sudah mulai menetas

Puncak panen padi

Unggas kekeringan

Matahari bergeser lagi ke utara

Angin dari tenggara berhembus ke timur laut

Mei

12 Sada Hawa dingin

Mulai panen buah jeruk, apel, nenas dll

Akhir panen padi

Musim tanam palawija

Matahari ke utara lagi

Angin sepoi-sepoi dari timur ke barat

Juni

(26)

Iklim Tradisional Bali

• Dalam ajaran hindu ada pengetahuan astronomi, yg kemudian secara sistematis diwujudkan dalam

bentuk kalender

• Melalui kalender hindu kita bisa memprediksi cuaca, baik bulanan maupun harian

• Untuk prediksi cuaca bulanan dapat diketahui melalui pengunyan sasih

• Pengunyan sasih artinya kunjungan bulan,

maksudnya kunjungan suatu bulan (sasih) tertentu kepada bulan yang lainnya, sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan musim

(27)

Iklim Tradisional Bali

• Misalnya sasih Kanem ngunya Kapitu (Kanem-Kapitu) artinya bualan Kanem mengambil sifat bulan Katujuh

• Dari pertemuan dua sasih, kita bisa memprediksi cuaca bulanan, seperti contoh misalnya sasih

Kesanga ngunya Karo, Sasih Kedasa juga ngunya Karo

• Dari dua sasih ini terjadi penyatuan antara Sasih Penghujan bertemu sasih Kemarau. Akibatnya terjadilah jarang hujan.

(28)

Iklim Tradisional Bali

• Bilamana Sasih yang termasuk Sasih penghujan

bertemu sasih penghujan maka akan sering terjadi banjir besar, seperti misalnya Sasih Kepitu ngunya Kawulu atau Kawulu ngunya Kesanga dsb.

• Panas menyentak atau menimbulkan kering

kerontang di Bumi bilamana sasih musim kering menyatu dengan sasih musim kering. Umpamanya sasih Ketiga ngunya Karo, Ketiga ngunya Kasa dsb.

(29)

Padi Normal (Cuaca bagus/kiri) dan Padi Rebah Akibat Kelebihan Air (Cuaca kurang bagus/kanan)

(30)

Padi Normal (Cuaca bagus/kiri) dan Padi Kurang Air Tanah pecah (Cuaca tidak bagus/kanan)

(31)

Iklim Tradisional Bali

• Bagaimana sistem ini bekerja ?

• Saya bukanlah seorang astronom, tetapi hipotesa sederhana ini bisa menjelaskan . Sistem Kalender dibuat berdasarkan kedudukan benda-benda

angkasa di langit. Kedudukan bintang-bintang dan planet-planet ini berpengaruh terhadap suhu di Bumi, suhu ini berpengaruh terhadap arah angin, angin berpengaruh terhadap kelembaban udara, kelembaban udara bepengaruh pada cuaca; cerah, panas, berawan, hujan dsb.

(32)

V. KEGIATAN RITUAL DI SUBAK

Agar aktivitas pertanian di Subak dapat berlangsung dengan baik, maka subak memohon kepada Tuhan YME untuk

keberhasilan dan keselamatan kegiatan tersebut. Permohonan tersebut diwujudkan dengan melakukan ritual/upacara.

Subak/Kerama Subak melakukan upacara-upacara dengan menghaturkan sesajian kehadapan Tuhan YME dalam

manifestasinya sebagai Dewi Danu (Penguasa air) dan Dewi Sri (Dewi kesuburan) dan lain-lain , mulai dari membuka lahan

sampai memetik hasil (Budiastra dan Suanda, 1985/1986)

(33)

Kegiatan Ritual di Subak

Pelaksanaan ritual yang dilakukan pada subak dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Ritual di tingkat Petani yang dilakukan secara individu

2. Ritual di tingkat Subak/Tempek yang dilakukan secara bersama-sama

(Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Tabanan, 2011)

(34)

Kegiatan Ritual di Subak

Lebih lanjut disebutkan bahwa upacara keagamaan yang dilakukan oleh para petani secara perorangan adalah :

a. Ngendagin : mulai melakukan pencangkulan pertama

b. Ngawiwit : dilaksanakan pada waktu petani menabur benih di pembibitan

c. Memula/nandur : dilaksanakan pada saat menanam d. Neduh : dilakukan pada saat padi berumur satu

bulan, dg harapan agar padi tidak diserang hama penyakit

(35)

Gambar Ritual Nangkluk Merana (Kiri)

dan Ritual Biukukung (Kanan)

(36)

Kegiatan Ritual di Subak

e. Biukukung : dilakukan pada saat padi bunting f. Nyangket/Ngusaba : dilakukan pada saat

menjelang panen

g. Mantenin : dilakukan pada saat padi

disimpan di lumbung atau tempat lainnya

sebelum padi diolah menjadi beras untuk

pertama kalinya

(37)

Kegiatan Ritual di Subak

Pada tingkat Subak/Tempek upacara yang dilakukan antara lain :

a. Upacara mapag toya : dilakukan di dekat bendungan menjelang pengolahan tanah

b. Upacara Nyaeb/Mecaru : dilakukan agar padi tidak diserang hama penyakit

c. Upacara ngusaba : dilakukan menjelang panen

(38)

Kegiatan Ritual di Subak

Adapun upacara/Kegiatan lain yang harus dilakukan oleh para petani adalah berupa :

• Nyepi di Sawah : sebagai simbolis pembersihan buana agung dan buana alit yang nantinya akan menghasilkan keseimbangan di dalam kehidupan manusia

• Nangkluk Merana : merupakan suatu ritual dalam rangka menolak hama yang ada di sawah dengan

melaksanakan suatu upacara yang berkaitan dengan pura yang mempunyai hubungan dengan penguasa hama

(39)

Kegiatan Ritual di Subak

Selanjutnya Windia et al. (2015) menyebutkan secara lebih rinci kegiatan Ritual yang dilakukan di tingkat petani dan ritual yang dilakukan di tingkat Subak seperti pada Tabel 3 dan uraian berikut

.

Pada Tabel 3 disebutkan mengenai nama ritual, waktu pelaksanaan dan tujuan ritual.

(40)

5.1. Ritual di Tingkat Petani

Tabel 3. Jenis ritual yang dilaksanakan petani pada lahan sawah masing-masing

No. Nama ritual Waktu Tujuan

1. Ngendagin/mem ungkah/nuasen tedun

Pada saat akan

memulai kegiatan di sawah untuk

bertanam

Permakluman kepada Tuhan YME (Dewa-Dewi yang

bersemayam di sawah, sebagai Manifestasi Tuhan YME), bahwa petani akan memulai melakukan aktivitas pertanian di sawah 2. Pengwiwit/ngurit Segera setelah benih

disemai

Memohon kepada Tuhan agar bibit yg disemai dapat tumbuh dengan baik

(41)

No. Nama ritual Waktu Tujuan 3. Nuasen nandur Pada saat akan

menanam benih padi di sawah

Memohon kepada Tuhan, agar proses penanaman bibit dapat berjalan dengan lancar 4. Ngulapin Setelah selesai

menanam padi, dan ada tanaman padi yang rusak

Memohon kepada Tuhan, agar bibit padi yang ditanam dapat tumbuh dengan baik, dan tidak mengalami

kerusakan 5. Ngeroras Setelah padi

berumur 12 hari

Memohon kepada Tuhan YME, agar tanaman padi dapat tumbuh dengan baik 6. Mubuhin Setelah padi

berumur 15 hari

Idem 7. Neduh/Ngebulan

in

Setelah padi berumur satu bulan (35 hari)

Idem

(42)

No Nama ritual Waktu Tujuan

8. Nyungsung/ngiseh/n gelanus/dedinan

Setelah padi berumur 42 hari

Memohon kepada Tuhan YME agar tanaman padi dapat tumbuh dengan baik 9. Biukukung/miseh/ngi

seh

Setelah padi

berumur dua bulan (70 hari)

Idem

10. Nyiwa Sraya Setelah padi berbunga secara merata di

hamparan sawah

Memohon kepada Tuhan YME agar tanaman padi tetap dapat tumbuh dan menghasilkan buah yang baik

11. Ngusaba/ngusaba nini/mantenin Dewi Sri

Saat menjelang panen

Memohon kepada Tuhan YME agar panen padi berhasil dengan baik

(43)

No Nama ritual Waktu Tujuan 12. Mebanten

manyi

Pada saat panen Memohon kepada Tuhan YME , agar pelaksanaan panen dapat berjalan dengan baik

13. Ngerasakin Setelah panen Menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan YME, bahwa panen telah berjalan dengan baik, dan bersiap untuk melakukan persiapan tanam pada musim berikutnya

14. Mantenin Setelah padi

berada di lumbung atau tempat

penyimpanan padi

Menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan YME, karena padi telah dapat disimpan dg baik

(44)

No Nama ritual Waktu Tujuan

15. Ngerestiti/Nangkl uk merana

Kalau

tanaman padi diserang

penyakit

Memohon kepada

Tuhan YME, agar hama dan penyakit tidak

merusak tanaman padi

16. Mendak Toya Pada saat

akan memulai menjemput air di

sumbernya

Memoon kepada Tuhan agar air irigasi cukup untuk pertanamannya

(45)

5.2. Ritual di Tingkat Subak

• Dilakukan oleh semua anggota subak secara

bersamaan, pada hari tertentu yg disepakati subak yang bersangkutan

• Upacara yang umum dilakukan di tingkat subak adalah :

(1) Upacara mendak toya (menjemput air), yg dilaksanakan pada sumber air dari subak berangkutan (dam,

bangunan bagi, atau mata air)

(2) Upacara Piodalan/Ngusaba di Pura Subak (Pura Ulun Sui atau Pura Bedugul)

(46)

Ritual di Tingkat Subak

Selanjutnya ada juga upacara piodalan yang

diselenggarakan pada beberapa pura di Bali yang

dipercaya oleh subak memiliki kaitan dengan sumber air.

Dalam pelaksanaan upacara itu, pihak subak hanya memberikan iuran, dan bukan sebagai

penyelenggara. Misalnya upacara piodalan pada pura yang berkait dengan eksistensi danau (Pura Ulun

Danu Batur di Danau Batur, Kintamani, Bangli ; Pura Beratan di Danau Beratan, Tabanan)

(47)

VI. PELAKSANAAN RITUAL

Pelaksanaan ritual yang dilaksanakan baik tingkat petani yang dilakukan secara individu maupun di tingkat Subak/Tempek yang dlaksanakan secara berkelompok tidaklah persis sama antar subak.

Misalnya di tingkat petani ada yang melakukan 7 aktivitas saja (seperti disebutkan di atas) yaitu :

Ngendagin, Ngawiwit, Mamula, Neduh, Binkukung, Nyangket dan Mantenin. Itu sudah dianggap cukup

(48)

Pelaksanaan Ritual

Ada juga petani yang melakukan upacara 16 kali

kegiatan, ada nyepi di sawah, nangkluk merana dsb.

Pada tingkat Subak/Tempek ada yang melakukan

upacara 3 jenis : Mapag toya, Nyaeb/mecaru/Nedun, Upacara Ngusaba atau hanya 2 jenis : Mapag toya dan Upacara Ngusaba.

(49)

Pelaksanaan Ritual

Dan barangkali di tempat lain juga ada perbedaan variasi pelaksanaan, Itu semuanya tidak masalah,

karena tergantung pada kekhasan dari subak masing- masing, keperluan subak, aturan dan tradisi yang

diterima dan sudah dilaksanakan secara turun temurun.

Dengan adanya tradisi seperti itu timbul istilah yang disebut Desa, Kala, Patra yang dijadikan pedoman bagi masyarakat Bali.

(50)

Pelaksanaan Ritual

Berdasarkan penelitian Artajaya et al. (2016) bawa

pelaksanaan ritual untuk Usahatani Padi Sawah, ritual kolektif yang menyangkut 3 macam ritual dan ritual individual yang menyangkut 13 macam ritual :

• Di Subak Sulangai (Kawasan Pedesaan) tergolong baik, mencapai skor 72,85 %, sedangkan

• Di Subak Ayung (Kawasan Perkotaan) pelaksanaan ritualnya termasuk sedang dengan skor 66,50 %

(51)

Pelaksanaan Ritual

• Pada setiap kegiatan ritual yang dilakukan tidak disadari dapat terkandung aspek pendidikan,

• Yang jelas pelakunya senantiasa ingat, bakti pada Tuhan YME untuk keberhasilan , keselamatan lahan pertaniannya dan sekaligus mewujudkan hubungan selaras antara Manusia dg Tuhannya….sebagai

implementasi dari Tri Hita Karana

• Makin baik pelaksanaan Tri Hita Karana maka akan semakin baik, sukses Pekerjaannya, Dirinya, Alamnya

(52)

Pelaksanaan Ritual

Sebagai contoh nilai pendidikan yg didapat pada upacara Ngadegang Nini di Subak Pendem,

Kecamatan Jemberana, Kabupaten Jemberana adalah mencakup :

➢ Nilai pendidikan Tattwa,

➢ Nilai pendidikan Etika, dan

➢ Nilai pendidikan Upacara/ritual

(Setiani, 2017)

(53)

VII. PENUTUP

Iklim tradisional di Bali dikenal ada 12 sasih, yaitu sasih Kasa, Karo, Katiga, Kapat, Kalima, Kanem, Kapitu, Kaulu, Kasanga, Desta dan Sada, yang masing-masing punya sifat tertentu

Pada iklim tradisional Bali dikenal istilah ngunya yaitu kunjungan bulan, antar bulan saling menyipati

Subak melaksanakan ritual di tingkat petani dan di tingkat subak. Di tingkat petani ada 16 ritual yang dilakukan yaitu : Ngendagin, Pengwiwit, Nuasen nandur, Ngulapin, Ngeroras, Mubuhin, Neduh, Nyungsung, Biukukung, Nyiwa seraya, Ngusaba, Mebanten manyi, Ngerasakin, Mantenin, Ngeretiti, Mendak Toya.

(54)

Penutup

• Di tingkat Subak ada 3 ritual yang dilakukan yaitu : mendak toya, Nyaeb/mecaru, dan upacara ngusaba

• Pelaksanaan ritual antar petani dan antar subak, itu tidak persis sama tergantung pada : aturan, tradisi, dan kebutuhan

• Implementasi iklim tradisional di Subak perlu disinergikan dengan iklim moderen

• Pelaksanaan ritual perlu lebih dimantapkan dan dimaknai

(55)

TERIMA KASIH

Matur Suksma

Gambar

Tabel 1. Sasih Bali dan Bulan Masehi
Tabel 2. Sifat Sasih Dan Waktu Terjadinya
Gambar Ritual Nangkluk Merana (Kiri) dan Ritual Biukukung (Kanan)
Tabel 3. Jenis ritual yang dilaksanakan petani pada lahan sawah  masing-masing

Referensi

Dokumen terkait

The results of a study on the effect of verbal and written preparation program on state anxiety in the parents of children undergoing surgery in a pediatric surgery outpatient clinic