IKLIM TRADISIONAL DAN RITUAL SUBAK DI BALI
I Gusti Ngurah Santosa
Fakultas Pertanian Universitas Udayana
DAFTAR ISI
I. PROFIL BALI
II. DEFINISI DAN FUNGSI SUBAK
III. APRESIASI DAN PELESTARIAN SUBAK IV. IKLIM TRADISIONAL BALI
V. RITUAL SUBAK
VI. PELAKSANAAN RITUAL VII. PENUTUP
I. PROFIL BALI
❑Provinsi Bali merupakan salah satu dari 34 Privinsi di Indonesia yg meliputi luas wilayah 5.636,66 km2
(0,29% dari Indonesia) termasuk Nusa Penida, Nusa Ceningan, Nusa Lembongan, Serangan dan Pulau
Menjangan
❑ Terdiri dari 8 Kabupaten, 1 Kota, 57 Kecamatan, 716 desa/kelurahan, 1.480 desa pekraman (desa adat), dan 1.604 subak sawah serta 1.107 subak abian
❑Bali memiliki iklim tropis, dengan musim hujan mulai Nopember - April, musim kemarau Mei – Oktober
Profil Bali
❑ Curah hujan tahunan berkisar : 1500 mm (pesisir) – 3000 mm (pegunungan), rata-rata tahunan 2003 mm
❑ Jumlah penduduk : 4,152,800 orang (BPS Bali, 2015)
❑ Penggunaan lahan :
➢ Lahan sawah : 80.063 ha (14,20 %)
➢ Lahan sawah : 273.739 ha (48,56 %)
➢ Non Pertanian : 209.864 ha (37,23 %) ---
Total : 563.666 ha (100 %) (BPS Bali, 2015)
BALI
© Copyright Bali Government Tourism Office 2012
Introduction
BALI ADMINISTRATION MAP
II. DEFINISI DAN FUNGSI SUBAK
Definisi Subak :
Peraturan pemerintah Provinsi Bali No.
02/PD/DPRD/1972 menyebutkan bahwa Subak adalah :
“CUSTOMARY LAW SOCIETIES WITH SOCIO-AGRARIAN-
RELIGIOUS NATURE WHICH WERE ESTABLISHED SINCE LONG TIME AGO AND DEVELOPED CONTINOUSLY AS LANDHOLDING ORGANIZATIONS IN THE SPHERE OF WATER DISTRIBUTION AND OTHER FOR RICE FIELDS IN ONE IRRIGATION AREA”
Definisi Subak
Masyarakat hukum adat yang bersifat sosio-
agraris-religius yang telah berdiri sejak dulu dan
terus berkembang sebagai organisasi pemegang
tanah dibidang distribusi air dan lainnya untuk
sawah di satu Daerah Irigasi
Definisi Subak
Subak: Sistem Irigasi Tradisional di Bali yg sudah ada sejak 882 M (Dinas Pekerjaan Umum
Provinsi Bali, 1997). Menurut PERDA 9/2012, subak : organisasi tradisional yg mengelola air dan atau tanaman pada tingkat petani
masyarakat adat di Bali berdasarkan socio- agraris, religious, ekonomi yang berdasarkan sejarah terus tumbuh dan berkembang
(http://simkum.baliprov.go.id)
Fungsi Subak
• Sumber mata pencaharian petani
• Mendukung pembangunan sektor pertanian
• Mendukung ketahanan pangan
• Antisipasi banjir dan erosi
• Menjaga kelestarian lingkungan
• Untuk Agrowisata
• Meningkatkan potensi kearifan lokal
• Tempat pendidikan untuk belajar ilmu Irigasi dan Pertanian
III. APRESIASI DAN PELESTARIAN SUBAK
• Subak merupakan salah satu warisan Budaya Dunia
• Pujian para ahli masyarakat internasional, salah satu John S Ambler (1990) menyatakan bahwa subak
dengan alat keirigasian yang nampaknya sangat
sederhana, adalah merupakan salah satu organisasi petani pemakai air yang paling canggih di seluruh dunia
• Merupakan salah satu destinasi wisata dunia yang unik yang mengagumkan
• Merupakan warisan leluhur yg tak ternilai harganya dan merupakan satu-satunya di dunia
Pelestarian Subak
• Mengingat subak memiliki fungsi yang sangat vital, juga adanya apresiasi yg luar biasa baik lokal nasional dan internsional maka Subak perlu dilestarikan
• Caranya adalah dengan : memelihara
komponen komponen yang ada pada sistem subak, ….salah satunya adalah Pedoman
bercocok tanam berdasarkan iklim tradisional
dan pelaksanaan ritual pada subak
IV. IKLIM TRADISIONAL BALI
• Sebelum ilmu pertanian moderen masuk, subak telah memiliki pegangan : Ilmu Iklim tradisional sebagai
pedoman untuk bercocok tanam
Ilmu Iklim Tradisional
(Pedoman Bercocok Tanam)
Iklim Tradisional Bali
Dalam Wariga Penanggalan Saka Bali beberapa perhitungan sasih disebutkan sebagai berikut : 1. Sasih wuku lan Pancawara : mengikuti jalannya
wuku yaitu 2x210 hari = 420 hari. Tiap sasih umurnya 35 hari
2. Sasih dalam perhitungan Surya Candra
a. Sasih Candra : mengikuti peredaran Bulan mengelilingi Bumi lamanya 354/355 hari,
setiap bulan umurnya 29/30 hari tepatnya 29 hari 12 jam 44 menit 9 detik
Iklim Tradisional Bali
b
. Sasih Surya : mengikuti peredaran bumimengelilingi matahari lamanya 365/366 hari.
Tepatnya dalam setahun 365 hari 5 jam 43 menit 46 detik. Tiap bulan umurnya berkisar 30/31 hari dan sasih kawulu umurnya 26/29 hari.
Untuk Subak di Bali, Sasih mengikuti perhitungan Sasih Wuku, seperti disebutkan pada no 1 di atas, dan untuk Bulan Masehi perhitungan mengikuti Sasih Surya
Iklim Tradisional Bali
• Pengetahuan iklim tradisional di Bali seperti
disebutkan di atas disebut dengan “Sasih”. Sasih artinya bulan, masa atau waktu.
• Sasih tersebut ada 12, yang disebut dengan sasih Kasa, Karo, Ketiga, Kapat, Kelima, Kenem, Kepitu, Kaulu, Kesanga, Kedasa, Desta dan Sada (Tabel 1)
Iklim Tradisional Bali
• Dari 12 sasih ini : enam bulan termasuk musim kemarau (Desta, Sada, Kasa, Karo, Ketiga,
Kapat dan enam bulan berikutnya termasuk
musim hujan (Kalima, Kenam, Kepitu, Kawulu, Kesanga dan Kedasa)
• Mengenai sifat/kondisi setiap sasih dan waktu
terjadinya disajikan pada Tabel 2.
Tabel 1. Sasih Bali dan Bulan Masehi
No. Sasih Bali Bulan Masehi
Sasih Umur (hari) Bulan Umur (hari)
1 Kasa 35 Januari 31
2 Karo 35 Pebruari 28
3 Katiga 35 Maret 31
4 Kapat 35 April 30
5 Kalima 35 Mei 31
6 Kanem 35 Juni 30
7 Kapitu 35 Juli 31
8 Kaulu 35 Agustus 31
9 Kasanga 35 September 30
10 Kadasa 35 Oktober 31
11 Desta 35 Nopember 30
12 Sada 35 Desember 31
Jumlah 420 Jumlah 365
Tabel 2. Sifat Sasih Dan Waktu Terjadinya
No Sasih Sifat/Ciri Sasih Terjadi Sekitar
Bulan
1 Kasa • Musim kemarau
• Pohon tidak berdaun
• Mulai musim palawija
• Belelang bertelur
• Matahari di garis utama menuju ke selatan
• Angin bertiup dari timur laut ke barat daya
Juli
2 Karo • Musim kemarau, tanah terbelah karena kering
• Tanaman Palawija harus dapat air
• Pohon kapuk dan mangga keluar daun mudanya
• Matahari bergeser dari utara menuju ke selatan
• Angin bertiup dari barat laut ke barat daya
Agustus
No Sasih Sifat/Ciri Sasih Terjadi sekitar Bulan
3 Ketiga • Musim kemarau
• Mulai tumbuh ubi, gadung, bangsa temu dan bumbu, palawija juga mulai tumbuh
• Matahari dari utara mulai masuk garis katulistiwa
• Angin bertiup dari utara ke selatan
September
4 Kapat • Musim labuh, memasuki musim hujan
• Sumur kering
• Pohon kapuk berbuah
• Burung manyar membuat sarang
• Matahari di garis katulistiwa menuju selatan
• Angin bertiup dari barat laut ke tenggara
Oktober
No Sasih Sifat/Ciri Sasih Terjadi sekitar Bulan
5 Kalima • Musim labuh, memasuki musim hujan
• Sumur kering
• Pohon kapuk berbuah
• Burung manyar membuat sarang
• Matahari di garis katlistiwa menuju selatan
• Angin bertiup dari barat laut ke tenggara
Nopember
6 Kenem • Musim hujan
• Musim buah mangga dan rambutan
• Mulai membajak sawah
• Matahari bergeser lagi ke selatan
• Angin kencang dari barat ke timur
Desember
No Sasih Sifa/Ciri Sasih Terjadi sekitar Bulan
7 Kapitu • Musim Penyakit
• Banjir dan angin besar
• Mulai menanam padi
• Matahari berada di garis selatan
• Angin kencang dari barat tak tentu arah
Januari
8 Kaulu • Musim hujan
• Tanaman padi mulai berbuah
• Banyak ulat dalam tanah
• Matahari dari selatan bergeser ke utara
• Angin dari barat laut ke timur tak tentu arah
Pebruari
No Sasih Sifat/Ciri Sasih Terjadi sekitar Bulan 9 Kasanga • Musim hujan
• Gangsir dan gareng (uir-uir) berbunyi
• Anjing berbirahi dan melolong
• Tanaman padi hampir tua
• Matahari dari selatan bergeser ke utara
• Angin dari selatan bertiup kencang
Maret
10 Kadasa • Peralihan musim hujan ke musim kemarau
• Musim binatang mengandung
• Burung membuat sarang
• Padi sudah tua, siap panen
• Nelayan melaut
• Matahari bergeser ke utara
• Angin dari tenggara bertiup cukup kuat
April
No Sasih Sifat/Ciri Sasih Terjadi sekitar Bulan 11 Desta • Musim kemarau
• Burung bertelu sudah mulai menetas
• Puncak panen padi
• Unggas kekeringan
• Matahari bergeser lagi ke utara
• Angin dari tenggara berhembus ke timur laut
Mei
12 Sada • Hawa dingin
• Mulai panen buah jeruk, apel, nenas dll
• Akhir panen padi
• Musim tanam palawija
• Matahari ke utara lagi
• Angin sepoi-sepoi dari timur ke barat
Juni
Iklim Tradisional Bali
• Dalam ajaran hindu ada pengetahuan astronomi, yg kemudian secara sistematis diwujudkan dalam
bentuk kalender
• Melalui kalender hindu kita bisa memprediksi cuaca, baik bulanan maupun harian
• Untuk prediksi cuaca bulanan dapat diketahui melalui pengunyan sasih
• Pengunyan sasih artinya kunjungan bulan,
maksudnya kunjungan suatu bulan (sasih) tertentu kepada bulan yang lainnya, sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan musim
Iklim Tradisional Bali
• Misalnya sasih Kanem ngunya Kapitu (Kanem-Kapitu) artinya bualan Kanem mengambil sifat bulan Katujuh
• Dari pertemuan dua sasih, kita bisa memprediksi cuaca bulanan, seperti contoh misalnya sasih
Kesanga ngunya Karo, Sasih Kedasa juga ngunya Karo
• Dari dua sasih ini terjadi penyatuan antara Sasih Penghujan bertemu sasih Kemarau. Akibatnya terjadilah jarang hujan.
Iklim Tradisional Bali
• Bilamana Sasih yang termasuk Sasih penghujan
bertemu sasih penghujan maka akan sering terjadi banjir besar, seperti misalnya Sasih Kepitu ngunya Kawulu atau Kawulu ngunya Kesanga dsb.
• Panas menyentak atau menimbulkan kering
kerontang di Bumi bilamana sasih musim kering menyatu dengan sasih musim kering. Umpamanya sasih Ketiga ngunya Karo, Ketiga ngunya Kasa dsb.
Padi Normal (Cuaca bagus/kiri) dan Padi Rebah Akibat Kelebihan Air (Cuaca kurang bagus/kanan)
Padi Normal (Cuaca bagus/kiri) dan Padi Kurang Air Tanah pecah (Cuaca tidak bagus/kanan)
Iklim Tradisional Bali
• Bagaimana sistem ini bekerja ?
• Saya bukanlah seorang astronom, tetapi hipotesa sederhana ini bisa menjelaskan . Sistem Kalender dibuat berdasarkan kedudukan benda-benda
angkasa di langit. Kedudukan bintang-bintang dan planet-planet ini berpengaruh terhadap suhu di Bumi, suhu ini berpengaruh terhadap arah angin, angin berpengaruh terhadap kelembaban udara, kelembaban udara bepengaruh pada cuaca; cerah, panas, berawan, hujan dsb.
V. KEGIATAN RITUAL DI SUBAK
Agar aktivitas pertanian di Subak dapat berlangsung dengan baik, maka subak memohon kepada Tuhan YME untuk
keberhasilan dan keselamatan kegiatan tersebut. Permohonan tersebut diwujudkan dengan melakukan ritual/upacara.
Subak/Kerama Subak melakukan upacara-upacara dengan menghaturkan sesajian kehadapan Tuhan YME dalam
manifestasinya sebagai Dewi Danu (Penguasa air) dan Dewi Sri (Dewi kesuburan) dan lain-lain , mulai dari membuka lahan
sampai memetik hasil (Budiastra dan Suanda, 1985/1986)
Kegiatan Ritual di Subak
Pelaksanaan ritual yang dilakukan pada subak dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Ritual di tingkat Petani yang dilakukan secara individu
2. Ritual di tingkat Subak/Tempek yang dilakukan secara bersama-sama
(Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Tabanan, 2011)
Kegiatan Ritual di Subak
Lebih lanjut disebutkan bahwa upacara keagamaan yang dilakukan oleh para petani secara perorangan adalah :
a. Ngendagin : mulai melakukan pencangkulan pertama
b. Ngawiwit : dilaksanakan pada waktu petani menabur benih di pembibitan
c. Memula/nandur : dilaksanakan pada saat menanam d. Neduh : dilakukan pada saat padi berumur satu
bulan, dg harapan agar padi tidak diserang hama penyakit
Gambar Ritual Nangkluk Merana (Kiri)
dan Ritual Biukukung (Kanan)
Kegiatan Ritual di Subak
e. Biukukung : dilakukan pada saat padi bunting f. Nyangket/Ngusaba : dilakukan pada saat
menjelang panen
g. Mantenin : dilakukan pada saat padi
disimpan di lumbung atau tempat lainnya
sebelum padi diolah menjadi beras untuk
pertama kalinya
Kegiatan Ritual di Subak
Pada tingkat Subak/Tempek upacara yang dilakukan antara lain :
a. Upacara mapag toya : dilakukan di dekat bendungan menjelang pengolahan tanah
b. Upacara Nyaeb/Mecaru : dilakukan agar padi tidak diserang hama penyakit
c. Upacara ngusaba : dilakukan menjelang panen
Kegiatan Ritual di Subak
Adapun upacara/Kegiatan lain yang harus dilakukan oleh para petani adalah berupa :
• Nyepi di Sawah : sebagai simbolis pembersihan buana agung dan buana alit yang nantinya akan menghasilkan keseimbangan di dalam kehidupan manusia
• Nangkluk Merana : merupakan suatu ritual dalam rangka menolak hama yang ada di sawah dengan
melaksanakan suatu upacara yang berkaitan dengan pura yang mempunyai hubungan dengan penguasa hama
Kegiatan Ritual di Subak
Selanjutnya Windia et al. (2015) menyebutkan secara lebih rinci kegiatan Ritual yang dilakukan di tingkat petani dan ritual yang dilakukan di tingkat Subak seperti pada Tabel 3 dan uraian berikut
.
Pada Tabel 3 disebutkan mengenai nama ritual, waktu pelaksanaan dan tujuan ritual.
5.1. Ritual di Tingkat Petani
Tabel 3. Jenis ritual yang dilaksanakan petani pada lahan sawah masing-masing
No. Nama ritual Waktu Tujuan
1. Ngendagin/mem ungkah/nuasen tedun
Pada saat akan
memulai kegiatan di sawah untuk
bertanam
Permakluman kepada Tuhan YME (Dewa-Dewi yang
bersemayam di sawah, sebagai Manifestasi Tuhan YME), bahwa petani akan memulai melakukan aktivitas pertanian di sawah 2. Pengwiwit/ngurit Segera setelah benih
disemai
Memohon kepada Tuhan agar bibit yg disemai dapat tumbuh dengan baik
No. Nama ritual Waktu Tujuan 3. Nuasen nandur Pada saat akan
menanam benih padi di sawah
Memohon kepada Tuhan, agar proses penanaman bibit dapat berjalan dengan lancar 4. Ngulapin Setelah selesai
menanam padi, dan ada tanaman padi yang rusak
Memohon kepada Tuhan, agar bibit padi yang ditanam dapat tumbuh dengan baik, dan tidak mengalami
kerusakan 5. Ngeroras Setelah padi
berumur 12 hari
Memohon kepada Tuhan YME, agar tanaman padi dapat tumbuh dengan baik 6. Mubuhin Setelah padi
berumur 15 hari
Idem 7. Neduh/Ngebulan
in
Setelah padi berumur satu bulan (35 hari)
Idem
No Nama ritual Waktu Tujuan
8. Nyungsung/ngiseh/n gelanus/dedinan
Setelah padi berumur 42 hari
Memohon kepada Tuhan YME agar tanaman padi dapat tumbuh dengan baik 9. Biukukung/miseh/ngi
seh
Setelah padi
berumur dua bulan (70 hari)
Idem
10. Nyiwa Sraya Setelah padi berbunga secara merata di
hamparan sawah
Memohon kepada Tuhan YME agar tanaman padi tetap dapat tumbuh dan menghasilkan buah yang baik
11. Ngusaba/ngusaba nini/mantenin Dewi Sri
Saat menjelang panen
Memohon kepada Tuhan YME agar panen padi berhasil dengan baik
No Nama ritual Waktu Tujuan 12. Mebanten
manyi
Pada saat panen Memohon kepada Tuhan YME , agar pelaksanaan panen dapat berjalan dengan baik
13. Ngerasakin Setelah panen Menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan YME, bahwa panen telah berjalan dengan baik, dan bersiap untuk melakukan persiapan tanam pada musim berikutnya
14. Mantenin Setelah padi
berada di lumbung atau tempat
penyimpanan padi
Menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan YME, karena padi telah dapat disimpan dg baik
No Nama ritual Waktu Tujuan
15. Ngerestiti/Nangkl uk merana
Kalau
tanaman padi diserang
penyakit
Memohon kepada
Tuhan YME, agar hama dan penyakit tidak
merusak tanaman padi
16. Mendak Toya Pada saat
akan memulai menjemput air di
sumbernya
Memoon kepada Tuhan agar air irigasi cukup untuk pertanamannya
5.2. Ritual di Tingkat Subak
• Dilakukan oleh semua anggota subak secara
bersamaan, pada hari tertentu yg disepakati subak yang bersangkutan
• Upacara yang umum dilakukan di tingkat subak adalah :
(1) Upacara mendak toya (menjemput air), yg dilaksanakan pada sumber air dari subak berangkutan (dam,
bangunan bagi, atau mata air)
(2) Upacara Piodalan/Ngusaba di Pura Subak (Pura Ulun Sui atau Pura Bedugul)
Ritual di Tingkat Subak
Selanjutnya ada juga upacara piodalan yang
diselenggarakan pada beberapa pura di Bali yang
dipercaya oleh subak memiliki kaitan dengan sumber air.
Dalam pelaksanaan upacara itu, pihak subak hanya memberikan iuran, dan bukan sebagai
penyelenggara. Misalnya upacara piodalan pada pura yang berkait dengan eksistensi danau (Pura Ulun
Danu Batur di Danau Batur, Kintamani, Bangli ; Pura Beratan di Danau Beratan, Tabanan)
VI. PELAKSANAAN RITUAL
Pelaksanaan ritual yang dilaksanakan baik tingkat petani yang dilakukan secara individu maupun di tingkat Subak/Tempek yang dlaksanakan secara berkelompok tidaklah persis sama antar subak.
Misalnya di tingkat petani ada yang melakukan 7 aktivitas saja (seperti disebutkan di atas) yaitu :
Ngendagin, Ngawiwit, Mamula, Neduh, Binkukung, Nyangket dan Mantenin. Itu sudah dianggap cukup
Pelaksanaan Ritual
Ada juga petani yang melakukan upacara 16 kali
kegiatan, ada nyepi di sawah, nangkluk merana dsb.
Pada tingkat Subak/Tempek ada yang melakukan
upacara 3 jenis : Mapag toya, Nyaeb/mecaru/Nedun, Upacara Ngusaba atau hanya 2 jenis : Mapag toya dan Upacara Ngusaba.
Pelaksanaan Ritual
Dan barangkali di tempat lain juga ada perbedaan variasi pelaksanaan, Itu semuanya tidak masalah,
karena tergantung pada kekhasan dari subak masing- masing, keperluan subak, aturan dan tradisi yang
diterima dan sudah dilaksanakan secara turun temurun.
Dengan adanya tradisi seperti itu timbul istilah yang disebut Desa, Kala, Patra yang dijadikan pedoman bagi masyarakat Bali.
Pelaksanaan Ritual
Berdasarkan penelitian Artajaya et al. (2016) bawa
pelaksanaan ritual untuk Usahatani Padi Sawah, ritual kolektif yang menyangkut 3 macam ritual dan ritual individual yang menyangkut 13 macam ritual :
• Di Subak Sulangai (Kawasan Pedesaan) tergolong baik, mencapai skor 72,85 %, sedangkan
• Di Subak Ayung (Kawasan Perkotaan) pelaksanaan ritualnya termasuk sedang dengan skor 66,50 %
Pelaksanaan Ritual
• Pada setiap kegiatan ritual yang dilakukan tidak disadari dapat terkandung aspek pendidikan,
• Yang jelas pelakunya senantiasa ingat, bakti pada Tuhan YME untuk keberhasilan , keselamatan lahan pertaniannya dan sekaligus mewujudkan hubungan selaras antara Manusia dg Tuhannya….sebagai
implementasi dari Tri Hita Karana
• Makin baik pelaksanaan Tri Hita Karana maka akan semakin baik, sukses Pekerjaannya, Dirinya, Alamnya
Pelaksanaan Ritual
Sebagai contoh nilai pendidikan yg didapat pada upacara Ngadegang Nini di Subak Pendem,
Kecamatan Jemberana, Kabupaten Jemberana adalah mencakup :
➢ Nilai pendidikan Tattwa,
➢ Nilai pendidikan Etika, dan
➢ Nilai pendidikan Upacara/ritual
(Setiani, 2017)
VII. PENUTUP
• Iklim tradisional di Bali dikenal ada 12 sasih, yaitu sasih Kasa, Karo, Katiga, Kapat, Kalima, Kanem, Kapitu, Kaulu, Kasanga, Desta dan Sada, yang masing-masing punya sifat tertentu
• Pada iklim tradisional Bali dikenal istilah ngunya yaitu kunjungan bulan, antar bulan saling menyipati
• Subak melaksanakan ritual di tingkat petani dan di tingkat subak. Di tingkat petani ada 16 ritual yang dilakukan yaitu : Ngendagin, Pengwiwit, Nuasen nandur, Ngulapin, Ngeroras, Mubuhin, Neduh, Nyungsung, Biukukung, Nyiwa seraya, Ngusaba, Mebanten manyi, Ngerasakin, Mantenin, Ngeretiti, Mendak Toya.
Penutup
• Di tingkat Subak ada 3 ritual yang dilakukan yaitu : mendak toya, Nyaeb/mecaru, dan upacara ngusaba
• Pelaksanaan ritual antar petani dan antar subak, itu tidak persis sama tergantung pada : aturan, tradisi, dan kebutuhan
• Implementasi iklim tradisional di Subak perlu disinergikan dengan iklim moderen
• Pelaksanaan ritual perlu lebih dimantapkan dan dimaknai