• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI AKAD MUSAQOH DALAM SISTEM MARO DITINJAU DALAM EKONOMI SYARIAH (Studi Pada Petani Karet di Desa Raja wali Kec. Bandar

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "IMPLEMENTASI AKAD MUSAQOH DALAM SISTEM MARO DITINJAU DALAM EKONOMI SYARIAH (Studi Pada Petani Karet di Desa Raja wali Kec. Bandar "

Copied!
93
0
0

Teks penuh

PENDAHULIAN

Pertanyaan Penelitian

Tujuan dan Manfaat penelitian

Setelah memperhatikan fokus penelitian pada latar belakang tersebut, maka pertanyaan penelitiannya adalah: Bagaimana implementasi akad musaqoh sistem maro ditinjau dari ekonomi Islam bagi petani karet di desa Raja Wali kecamatan Bandar Surabaya Lampung Tengah - daerah. Memberikan pengetahuan kepada peneliti dan pembaca tentang Ekonomi Islam mengenai penetapan bagi hasil yang sesuai dengan muamalat, sehingga mampu memilih jalan yang aman dan ma'ruf untuk mengadakan akad musaqah sistem maro yang sesuai dengan muamalah yang diharapkan oleh Islam.

Penelitian Relevan

Skripsi Husnul Hatimah Tahun 2015 Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Syariah IAIN Antasari Banjarmasin yaitu Mekanisme Bagi Hasil Tenaga Kerja Kebun Karet di Desa Anjir Mambulau Tengah Kecamatan Kapuas Timur Kabupaten Kapuas ini adalah permasalahan bagi hasil kesepakatan yang dibuat oleh pemilik kebun karet dan para penggarap terjadi perselisihan pada saat mereka melakukan pembagian keuntungan. Sengketa tersebut terjadi karena salah satu pihak ingkar terhadap kesepakatan yang telah disepakati.15 Kesimpulan dalam tesis ini adalah bahwa bagi hasil harus dibagi sesuai akad yang disepakati, sehingga keuntungan tidak menguntungkan salah satu pihak. Skripsi Suhartono 2007, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah, UIN Sunan Kalijaga dengan judul Kajian Hukum Islam Pelaksanaan Bagi Hasil Perkebunan Karet di Kinande, Kecamatan Samalantan, Kabupaten Bangkayan, Kalimantan Barat.

Permasalahan yang terjadi adalah sebelum berakhirnya perjanjian, pemilik kebun meminta kebunnya sebelum akad. 15Husnul hatimah, Mekanisme Bagi Hasil Bekerja di Kebun Karet Desa Anjir Mambulau Tengah Kecamatan Kapua Timur Kabupaten Kapuas, Skripsi, (IAIN Antasari Banjarmasin, 2015). Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ini memiliki kajian yang berbeda yaitu pada penelitian ini fokusnya pada kajian ekonomi Islam yang menekankan permasalahan yang berbeda.

Penelitian ini dilakukan di desa Raja Wali, kecamatan Bandar Surabaya, kabupaten Lampung Tengah. 16Suhartono, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Bagi Hasil Perkebunan Karet di Kinande, Kecamatan Samalantan, Kabupaten Bangkayan, Kalimantan Barat, Tesis, (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007).

LANDASAN TEORI

  • Pengertian Musaqah
  • Landasan Hukum
  • Rukun dan Syarat-syarat Musaqah
  • Akad Musaqah
  • Berakhirnya Akad Musaqah
  • Ekonomi Syariah
    • Pengertian Ekonomi Syariah
    • Landasan Hukum Ekonomi Syariah
    • Tujuan Ekonomi Syariah
    • Prinsip-prinsip Ekonomi Syariah

Yang disebut dengan kata pohon dalam hal ini adalah : Segala sesuatu yang ditanam agar dapat bertahan selama satu tahun atau lebih, tidak terbatas dan akhirnya ditebang. Namun menurut sebagian ulama muta'akhirin Hanafiyah, musaqah juga berlaku bagi pohon yang tidak berbuah jika hal tersebut diwajibkan oleh masyarakat. Bahwa pohon yang ada dalam musaqah diketahui dengan cara memandangnya, atau dengan mengenalkan ciri-ciri yang tidak bertentangan dengan hakikat pohon tersebut.

Pemegang saham tidak boleh mengadakan akad musakah lain dengan pihak ketiga, kecuali atas izin pemilik perkebunan (pihak pertama). Jadi penanam yang tidak terkait dengan buah tidak diharuskan bekerja dan mungkin tidak diperlukan. Bahwa semua pekerjaan yang rutin setiap tahun menjadi tanggung jawab penanam, sedangkan pekerjaan yang tidak rutin menjadi tanggung jawab pemilik kebun.

Usia yang mereka maksudkan dalam hal ini termasuk fakta bahwa petani penggarap dikenal sebagai pencuri hasil panen dan penggarap sakit yang membuat hal ini tidak mungkin. Ekonomi syariah adalah perbuatan dan/atau kegiatan usaha yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah.36 Dunia saat ini memasuki era budaya global dengan kemajuan teknologi informasi di satu sisi dan kebangkitan nasionalisme dan spiritualitas. Sumber hukum Islam ada empat, yaitu Alquran, Sunnah/Hadis, Ijma' dan Qiyas/Ijtihad.37 Demikian juga sumber hukum.

Qiyas adalah salah satu kegiatan ijtihad yang tidak ditekankan dalam Al-Qur'an dan Sunnah/Hadis. Tujuan ekonomi syariah sejalan dengan tujuan hukum Islam itu sendiri (maqashid asy syari'ah), yaitu mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat (falah) melalui tatanan kehidupan yang baik dan mulia (hayyah thayyibah). Tujuan Falah yang hendak dicapai oleh ekonomi Islam mencakup aspek mikro atau makro yang mencakup cakrawala waktu dunia atau akhirat.

Akhlaq (Etika), etika yang sesuai dengan ajaran Islam, sangat diperlukan dalam semua aktivitas atau kegiatan ekonomi syariah. Ulil Amri (Pemimpin), dalam melakukan kegiatan ekonomi, ekonomi syariah harus melibatkan pemerintah, selain itu ekonomi syariah atau yang sering disebut ekonomi syariah harus mematuhi aturan yang ditetapkan pemerintah selama tidak menyimpang. dari ajaran atau nilai-nilai Islam yang ada. Jamaah (kerja sama), dalam ekonomi Islam, segala aktivitas dan aktivitas dilakukan secara berjamaah dengan niat yang baik untuk menghasilkan output yang baik pula.

METODOLOGI PENELITIAN

  • Jenis Penelitian
  • Sifat Penelitian
  • Sumber Data
    • Sumber Data Primer
    • Sumber Data Sekunder
  • Teknik Pengumpulan Data
    • Wawancara/interview
    • Dokumentasi
  • Teknik Analisis Data

Pada bagian uraian ini, penulis memaparkan hasil penelitian dari wawancara dengan pemilik kebun dan petani kebun. Dalam konteks ini, pemilik kebun dan petani akan membagi hasil setelah memanen buah yang dihasilkan. Pihak pelaksana adalah pihak pelaksana kontrak kerjasama ini, pemilik kebun dan pekebun.

Tidak ada jangka waktu tertentu untuk menggarap tanah kebun karet tersebut, sehingga penggarap akan diberhentikan jika salah satu pemilik atau penggarap kebun tersebut berhenti atau berhenti. Pemilik kebun hanya menyediakan tanaman karet dan bibit, sedangkan petani menanggung modal atau seluruh biaya yang berkaitan dengan proses pemeliharaan, pekerjaan pemeliharaan dan perawatan. Panen dilakukan dua kali sebulan dan hasilnya langsung dibagi dua, antara pemilik kebun dan petani sesuai kontrak di awal.

Hal ini karena pemilik kebun hanya menyerahkan kebun kepada petani dan biaya operasional atau kebutuhan lainnya ditanggung oleh petani. Sedangkan untuk pembagian keuntungan, petani hanya mendapat 50% dari hasil panen dan 50% lainnya menjadi milik pemilik kebun. Setelah melakukan penelitian melalui wawancara, penulis berpendapat bahwa pelaksanaan perjanjian kerjasama antara pemilik kebun dengan petani perkebunan karet di Desa Raja Wali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah dilakukan secara lisan, hal ini sebaiknya dilakukan secara tertulis agar tidak ada perselisihan atau tidak mengubah akad seperti yang dikehendaki oleh pemilik atau tukang kebun.

Hal ini berdasarkan hasil wawancara, dimana penggarap menanggung semua biaya pemeliharaan kebun karet, sedangkan pemilik kebun tidak membantu biaya penggarap. Implementasi akad musaqah sistem maro dalam agribisnis antara pemilik kebun dan petani penggarap pada perkebunan karet di Desa Raja Wali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah yang praktiknya kurang tepat jika menggunakan akad musaqoh, seharusnya menggunakan akad muzaraah , hal ini mengingat pengiriman bibit karet jarak panen/siap sadap terlalu lama dan harus lebih dekat dengan pohon siap panen/sadap. Pelaksanaan akad musaqoh dalam sistem maro ditinjau dalam ekonomi Islam Desa Raja Wali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah sebagai berikut :.

Kadang dilakukan di rumah pemilik kebun dan kadang di rumah tukang kebun, tidak terlihat oleh lembaga atau instansi manapun. Dalam pembagian hasil harus diukur secara adil yaitu dengan melihat biaya yang telah dikeluarkan oleh pemilik kebun dan penggarap. Wawancara dengan Bapak Miftakhul Fanani selaku pemilik perkebunan karet di Desa Raja Wali, 8 Oktober 2016.

PEMBAHASAN

Pelaksanaan Sistem Maro Pada Petani Karet di Desa

Pertama, Miftahul Fanani adalah seorang petani yang memiliki dua kebun, karet dan singkong, karena tidak mampu bekerja di kebun karet, ia menyewa seseorang untuk merawat kebun karet yang luasnya 100 m2. Zaenal Abidin adalah seorang petani karet yang pekerjaannya merawat kebun karet orang lain salah satunya milik Miftahul Fanani, dan hasil yang diperolehnya setiap bulan berbeda-beda, entah karena kesuburan tanamannya, cuacanya atau yang lainnya. Pembagian hasil dilakukan pada saat tanaman dipanen dua kali dalam sebulan, kemudian langsung dijual dan hasilnya dibagi sesuai kesepakatan yang mereka buat dalam akad yaitu menggunakan akad maro, dengan persentase 50% untuk petani dan 50% untuk para petani. pemilik kebun.

Sedangkan pemilik kebun mendapat untung banyak, karena menerima hasilnya tanpa mengeluarkan modal, melainkan hanya merawat kebun. Masing-masing membuat perjanjian kerjasama, dimana pemilik kebun menyerahkan kebunnya kepada penanam untuk ditanami, dan mereka menerima bagian dari hasil tanah sesuai dengan kesepakatan pada saat kontrak. Dalam kerjasama antara pemilik kebun dan petani, mereka membuat kesepakatan tidak tertulis atau lisan, yang berarti bahwa kebun dialihkan kepada petani atas dasar pengetahuan dan kepercayaan bersama.

Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh kebutuhan perawatan tanaman karet dipenuhi oleh para penggarap. Jika dihitung dari tabel di atas, pemilik kebun membelanjakan Rp.0 dan mendapat Rp.1.500.000/bulan, maka pemilik kebun tetap mendapat untung 100% dari bagi hasil. Bahkan menimbulkan ketidakadilan dalam pembagian hasil, karena uang operasi pemeliharaan tidak dibagi dengan pemilik kebun atau diganti dengan upah atau hasil yang diterima penggarap, semua murni dari panen tanpa ada tambahan uang operasi pemeliharaan.

Karena jika memasukkan bahan-bahan yang digunakan untuk mengelola kebun karet, para penggarap sudah cukup banyak menggunakan, baik berupa pupuk, tenaga kerja, semprotan dan lain-lain. Kajian Hukum Islam Bagi Hasil Bagi Penggarap Kebun Karet di Desa Ukut Selabu Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan. Mekanisme bagi hasil perkebunan karet di Desa Anjir Mambulau Tengah Kecamatan Kapuas Timur Kabupaten Kapuas.

Wawancara dengan Bpk. Kepada Zainal Abidin sebagai buruh perkebunan karet di desa Raja Wali, 8 Oktober 2016.

Implementasi Akad Musaqoh Dalam Sistem Maro Ditinjau

PENUTUP

Saran

Menurut perjanjian kerjasama, hal ini harus dilakukan secara tertulis, ada saksi, ada batas waktu berakhirnya kontrak, dan hak dan kewajiban pemilik dan pekebun harus dipenuhi, dengan cara ini menjadi lebih jelas dan menghindari perselisihan. Revisi Hukum Islam tentang Pelaksanaan Bagi Hasil Perkebunan Karet di Kinande, Kecamatan Samalantan, Kabupaten Bangkayan, Kalimantan Barat.

Referensi

Dokumen terkait

IDENTIFIKASI SAMPAH LAUT (MARINE DEBRIS) DI PANTAI BODIA KECAMATAN GALESONG, PANTAI KARAMA KECAMATAN GALESONG UTARA, DAN PANTAI MANDI KECAMATAN GALESONG SELATAN