• Tidak ada hasil yang ditemukan

implementasi nilai-nilai pendidikan karakter di

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "implementasi nilai-nilai pendidikan karakter di"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

1 SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Dan Tadris Institut Agama Islam Negeri Bengkulu Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Dalam Bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Oleh:

PUTRI WULAN DARI NIM. 1516240024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU TAHUN 2021

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

Jangan Menyesali Hal Yang Telah Terjadi, Jadikan Pelajaran Agar Dimasa Depan Tidak Terulang Kembali

(Putri Wulan Dari)

(6)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbilalamin puji syukur kepada Allah SWT yang selalu memberikan nikmat serta rahmat karunia-Nya sehingga hamba dapat menyelesaikan skripsi ini. Ku persembahkan skripsi ini kepada orang-orang terkasih yang selalu mendukung dan mendoakanku dalam menyelesaikan pedidikan ku ini.

1. Teristimewa kedua orang tuaku yang tercinta dan tersayang, Ayahanda Syamsul Ardi dan Ibunda Yusniati yang telah merawat, membesarkan, mendidik, dan selalu mensuport serta mendoakan aku sehingga aku dapat menyelesaikan pendidikanku ini. Hanya kata terima kasih yang mendalam yang dapat aku berikan atas segala perjuangan dan pengorban ayah dan ibu.

2. Kakak dan Adik ku tercinta dan tersayang, Rahayu Pratiwi dan Kurniawan serta kakak iparku Taufik Trisila, serta Keluarga besarku yang terkasih Jorong Family yang tidak pernah lelah memberikan dukungan, semangat dan motivasi serta doa untukku.

3. Sahabat-sahabatku Uni Elsi, Uniang Dila, Zufaiza. Terima kasih karena telah mengingatkan, memotivasi dan membantuku.

4. Terima kasih kepada teman-teman PGMI C angkatan 2015 5. Almamaterku IAIN Bengkulu

(7)

Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Aufa Kota Bengkulu

Putri Wulan Dari

Institut Agama Islam Negeri Bengkulu [email protected]

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses implementasi nilai- nilai pendidikan yang dilakukan guru di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu, mengetahui nilai-nilai karakter yang menjadi prioritas di SDIT Al Aufa Kota Begkulu, mengetahui kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan nilai- nilai pendidikan karakter di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu, mengetahui solusi yang diupayakan untuk menghadapi kendala dalam mengimplementasikan nilai- nilai pendidikan karakter di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu.

Metode yang digunkan yaitu metode kualitatif deskriptif, Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Subjek dalam penelitian ini yaitu kepala sekolah, wakil kurikulum, guru kelas Iv dan kelas V, guru mata pelajaran tahsin, dan guru ekstrakurikuler sains club dan TU di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Proses implementasi nilai-nilai pendidikan karakter yang dilakukan oleh guru melalui kegiatan pembelajaran, pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar, kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, taekwondo, renang, sains club, tahfiz, dai cilik, dan english club melalui pengenalan nilai karakter itu sendiri kepada siswa, memberikan pemahaman, pengarahan dan pengertian tentang perbuatan yang baik, memberikan contoh teladan dan dilakukan melalui pengulangan atau pembiasaan kepada siswa. (2) Nilai-nilai pendidikan karakter yang menjadi prioritas yaitu nilai religius, jujur, disiplin, kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu, dan tanggung jawab. (3) kendala yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan yaitu kurangnya kesadaran siswa, kesibukan orang tua, serta sarana dan prasana yang masih terbatas. (4) Solusi yang diupayakan untuk menghadapi kendala dalam mengimplementasika nilai-nilai pendidikan karakter diantaranya memberikan arahan dan motivasi kepada siswa, memberikan hukuman, membangun komunikasi dengan orang tua di rumah pemanggilan orang tua oleh wali kelas.

Kata Kunci: Implementasi, Nilai-nilai Pendidikan Karakter, kendala, solusi.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Aufa Kota Bengkulu.” Shalawat dan salam untuk Nabi besar Muhammad SAW, yang telah berjuang untuk menyampaikan ajaran Islam sehingga umat Islam mendapatkan petunjuk ke jalan yang lurus baik di dunia maupun akhirat.

Dalam pembuatan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Sirajuddin, M, M.Ag, M.H, selaku Rektor IAIN Bengkulu 2. Bapak Dr. Zubaedi, M.Ag., M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Dan

Tadris IAIN Bengkulu.

3. Ibu Nurlaili, M.Pd selaku Ketua Jurusan Tarbiyah IAIN Bengkulu 4. Ibu Dra Aam Amaliyah, M.Pd selaku ketua Prodi PGMI

5. Bapak Dr. H. Mawardi Lubis, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, motivasi, semangat, dan arahan dengan penuh kesabaran.

(9)

6. Ibu Beti Dian Wahyuni, M.Pd. Mat selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, sumbangan pikiran, motivasi semangat, dan arahan dengan penuh kesabaran

7. Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang telah membantu penulisan menyelesaikan skripsi ini.

8. Staff dan karyawan Perpustakaan yang telah menyediakan refrensi

9. Staff dan karyawan Fakultas Tarbiyah Dan Tadris IAIN Bengkulu yang telah memberikan pelayanan dengan baik dalam hal administrasi.

10. Kepala Sekolah, seluruh guru dan staf serta siswa SDIT Al Aufa yang telah banyak membantu penulis dalam kegiatan penelitian.

11. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Tadris IAIN Bengkulu

12. Semua pihak yang telah membantu dan bekerja sama dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam peulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis minta kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang. Atas kritik dan sarannya penulis ucapakan terimakasih. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya pembaca.

Bengkulu, Desember 2020 Saya Yang Menyatakan

Putri Wulan Dari NIM. 1516240024

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

NOTA PEMBIMBING ... iii

SURAT KETERANGAN REVISI JUDUL SKRIPSI ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Batasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

G. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Konsep Implementasi ... 13

2. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ... 14

B. Hasil Penelitian Yang Relavan ... 34

C. Kerangka Berpikir ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 38

B. Setting Penelitian Penelitian ... 38

C. Sumber Data ... 39

(11)

D. Teknik Pengumpulan Data ... 39 E. Teknik Keabsahan Data ... 41 F. Teknik Analisis Data ... 42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Sekolah ... 44 B. Hasil Penelitian ... 51 C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 67 BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ... 74 B. Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter ... 33

4.1. Daftar Guru dan Karyawan ... 48

4.2. Sarana dan Prasarana ... 49

4.3 Data Siswa ... 50

(13)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Instrumen Observasi dan Dokumentasi Lampiran 2 Pedoman Wawancara dengan Kepala Sekolah Lampiran 3 Pedoman Wawancara dengan Wakil Kurikulum

Lampiran 4 Pedoman Wawancara dengan Guru Kelas dan Guru Mata Pelajaran Lampiran 5 Pedoman Wawancara dengan Guru Ekstrakurikuler

Lampiran 6 Hasil Wawancara Peneliti dengan Informan Lampiran 7 Dokumentasi PhotoKegiatan Penelitian

(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses membentuk sosok individu sebagai sumber daya manusia yang berperan besar dalam proses pembangunan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, pendidikan merupakan kunci utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.1 Ki Hajar Dewantara menyebutkan konsep pendidikan adalah sebagai daya upaya untuk memberikan tuntunan pada segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup lahir dan batin yang setinggi-tingginya. Pendidikan di istilahkan sebagai to education yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual.2

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 1989, pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.3

1 Khairiah, Kesempatan Mendapatkan Pendidikan Dalam Kajian Tingkat Pendidikan Dan Pendapatan Keluarga cet. 1, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2018), h. 1

2 Khairiah, Kesempatan Mendapatkan Pendidikan, h. 11

3 Khairiah, Kesempatan Mendapatkan Pendidikan,h. 21

(15)

Tujuan pendidikan nasional berdasarkan pancasila yaitu meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas dan terampil, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bertnggung jawab atas pembangunan bangsa.4

Tujuan pendidikan nasional tidak terlepas dari pembentukan karakter siswa. Menurut Lickona inti karakter adalah tindakan. Karakter berkembang ketika nilai-nilai diadaptasi menjadi keyakinan, dan digunakan untuk merespon suatu kejadian agar sesuai dengan nilai-nilai moral yang baik.5

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20. Tahun 2003 pasal 3 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.6

Pemerintah secara intensif dan berkesinambungan telah menebar gagasan akan pentingnya pendidikan karakter di sekolah-sekolah yang selama ini terabaikan. Ditandai dengan lunturnya karakter dan jati diri bangsa sehingga dianggap sebagai tonggak kearah perubahan. Namun di sisi lain ada keraguan jika nantinya pendidikan karakter hanya menjadi pengetahuan saja tanpa adanya praktik nyata. Pendidikan berkarakter menyangkut berbagai

4 Khairiah, Kesempatan Mendapatkan Pendidikan,h. 22

5 Dyah Sriwilujeng, Panduan implementasi penguatan pendidikan karakter, (Jakarta:

Erlangga, 2017), h. 3

6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

(16)

ranah yang sangat menentukan bagi berlangsungnya kehidupan bangsa di benua mana pun, termasuk bangsa Indonesia. Hal ini penting sebab mengingat bangsa akan terus membutuhkan bagimana karakter dipelajari, dibina, dan dipertahankan sehingga melekat kuat pada pribadi anak bangsa dan akan membawanya kelak sebagai tenaga pembangun dimasa mendatang. 7

Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai- nilai karakter peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud insan kamil.8

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.9

Saat ini, bangsa Indonesia memiliki musuh besar, yaitu kemiskinan, kebodohan, merajalelanya korupsi, kurangnya penegakan hukum, tawuran

7 Zainal Aqib, Pendidikan Karakter Di Sekolah; Membangun Karakter Dan Kepribadian Anak, (Bandung: CV Yrama Widya, 2012), h. 63

8 Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter Di Sekolah, h. 18

9 Sofan Amri, Dkk. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran, (Jakarta:

Prestasi Pustaka, 2011), h. 31

(17)

pelajar, serta pragmatisme dan budaya instan yang semakin menguat.

Banyaknya penyimpangan dan prilaku negatif yang terjadi di lingkungan masyarakat kita perlu dicermati secara bersama. Persoalan-persoalan tersebut muncul karena lunturnya nilai-nilai karakter bangsa.10 Pendidikan di Indonesia masih terfokus pada aspek-aspek kognitif atau akademik, sedangkan aspek soft skills atau non-akademik yang merupakan unsur utama pendidikan karakter selama ini masih kurang mendapatkan perhatian.11

Di Indonesia pelaksanaan pendidikan karakter saat ini memang dirasakan mendesak. Gambaran situasi masyarakat bahkan situasi dunia pendidikan di Indonesia menjadi motivasi pokok implementasi pendidikan karakter di Indonesia. Pendidikan karakter di Indonesia dirasakan amat perlu pengembangannya bila mengingat makin meningkatnya tawuran antar pelajar, serta bentuk-bentuk kenakalan remaja lainnya terutama di kota-kota besar, pemerasan/kekerasan (bullying), kecenderungan dominasi senior terhadap yunior, penggunaan narkoba, dan lain-lain.12

Sementara itu, dalam dunia pendidikan kasus bertindak curang baik berupa tindakan mencontek, mencontoh pekerjaan teman atau mencontoh dari buku pelajaran seolah-olah merupakan kejadian sehari-hari. Bahkan dalam pelaksanaan ujian akhir sekolah dibeberapa daerah ditegarai ada guru yang

10 Evinna Cinda Hendriana dan Arnold Jacobus, “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah Melalui Keteladanan Dan Pembiasaan,” Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia, Vol 1 No. 2 (September 2016): h. 25

11 Sri Judiani, “Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah DasarMelalui Penguatan Pelaksanaan Kurikulum,” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol 16 No. 3 (Oktober 2010): h.

288

12 Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 2

(18)

memberikan kunci jawaban kepada siswa karena takut muridnya tidak lulus sehingga mencoreng nama sekolah. Seakan-akan dalam dunia pendidikan kejujuran menjadi barang yang langka, sebagai contoh hilangnya kejujuran dimasyarakat Indonesia seperti maraknya korupsi dan kolusi sudah amat banyak.13

Sejak tahun 2010, pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pendidikan Nasional mencanangkan penerapan pendidikan karakter bagi semua tingkat pendidikan, baik di sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

Program ini dirancang karena selama ini dunia pendidikan dinilai kurang berhasil dalam mengantarkan generasi bangsa menjadi pribadi-pribadi yang bermatabat dan sesuai dengan tujuan dan fungsi pendidikan Nasional.14

Dunia pendidikan dinilai hanya mampu melahirkan lulusan-lulusan manusia dengan tingkat intelektualitas yang memadai. Banyak dari lulusan sekolah yang memiliki nilai tinggi (itu pun terkadang sebagian nilai diperoleh dengan cara tidak murni), berotak cerdas, brilian, serta mampu menyelesaikan berbagai soal mata pelajaran dengan sangat tepat. Namun sayangnya, tidak sedikit pula diantara mereka yang cerdas itu jusrtu tidak memiliki perilaku cerdas dan sikap yang brilian, serta kurang mempunyai mental kepribadian yang baik, sebagaimana nilai akademik yang telah mereka raih di bangku- bangku sekolah ataupun kuliah. Pada hakikatnya, pendidikan dilaksanakan bukan sekedar untuk mengejar nilai-nilai, melainkan memberikan pengarahan

13 Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, h. 2

14 Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter Di Sekolah Cet. 1, (Jakarta, Laksana, 2011), h. 9

(19)

kepada setiap orang agar dapat bertindak dan bersikap benar sesuai dengan kaidah-kaidah dan spirit keilmuan yang dipelajari.15

Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik. Orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga kurang waktu dalam memperhatikan anaknya.

Baik itu sikap maupun sifat anaknya. Tak jarang pula orang tua yang memaklumi sikap anaknya yang tidak baik seperti anak yang memukul temannya. Bahkan banyak orang tua yang memberikan smartphone kepada anaknya tanpa adanya pengontrolan dari orang tua seperti apa yang dilihat, dibaca, ditonton, didengar dan diakses melalui smartphone sehingga hal-hal tersebut mempengaruhi perkataan maupun perbuatan anak, seperti mengucapkan kata-kata kasar dan tidak pantas akibat tontonan tersebut.

Bahkan sebagian orang tua tidak menegur dan mengedukasi anak mana sikap dan perkataan yang baik mana yang tidak baik. 16

Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang relatif tinggi, kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar dan media elektronik dapat berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik terutama dalam pembentukan karakter peserta didik. maka dari itu, pentingnya

15 Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter Di Sekolah Cet. 1, (Jakarta, Laksana, 2011), h. 9-10

16 Sofan Amri, Dkk. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran, h. 30

(20)

mengoptimalkan dan memadukan kegiatan pendidikan informal dengan pendidikan formal. 17

Dari hasil penelitian Rosalin Helga Amazo (2016) proses implementasi nilai-nilai karakter dilakukan melalui pembiasaan dalam keseharian siswa. Nilai-nilai karakter yang menjadi prioritas sekolah yaitu nilai religius, jujur, tekun, disiplin, dan peduli lingkungan, dan tanggung jawab.

Fauzi Latifah (2017: 114-115) menyatakan bahwa ada 13 yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Pendidikan karakter dapat di imppementasikan melalui proses pembelajaran, peraturan sekolah, ekstrakurikuler, dan kelas sore.

Metode yang digunakan dalam mengimplementasikan pendidikan karakter di SD NU adalah dengan ceramah atau memberikan contohnya secara langsung.

Kendala-kendala mengimplementasikan pendidikan karakter di SD Nahdlatul Ulama adalah permainan digital, lingkungan di rumah yang tidak bagus, beberapa guru kurang menguasai anak, pengaruh tontonan TV, kurangnya memahami karakter siswa.

Dari hasil penelitian Muhammad Arfin (2017) nilai-nilai pendidikan karakter yang terintegrasi pada mata pelajaran yaitu nilai religius, disiplin, tekun, rasa ingin tahu, peduli dan tanggung jawab. Implementasi nilai-nilai

17 Sofan Amri, Dkk. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran, h. 30

(21)

pendidikan karakter pada kegiatan ekstrakurikuler adalah melalui kegiatan drumband, seni tari, olahraga, dan pengayaan dengan memberikan motivasi, pemahaman, teladan, nasihat, sangsi, dan hadiah. Hasil implemetasi nilai-nilai pendidikan karakter adalah kepribadian yang mantap, integritas moral yang tinggi, dan akhlak yang mulia.

Hasil penelitian Yulian Siska (2018:36) Proses implementasi nilai- nilai pendidikan karakter direncanakan berdasarkan pedoman yang telah dibuat Kemendikbud melalui Balitbang dan Puskur, yaitu melalui perencanaan dan pelaksanaan. Pelaksanaan implementasi nilai-nilai pendidikan karakter dilakukan melalui pembiasaan dan budaya sekolah.

Dalam penelitian ini membahas bagaimana proses implementasi nilai- nilai pendidikan karakter yang dilakaukan oleh guru melalui strategi pendidikan karakter di sekolah, nilai-nilai pendidikan karakter yang menjadi prioritas sekolah, kendala yang dihadapi oleh guru dan solusi yang diupayakan oleh guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter di Sekolah Islam Terpadu Al Aufa Kota Bengkulu.

Lembaga pendidikan di Indonesia, khususnya di Bengkulu mulai memberikan respon positif terhadap tantangan dan tanggung jawab. Ditandai dengan muculnya sistem pendidikan yang mengacu pada pendidikan karakter,18 seperti yang diterapkan oleh Sekolah Dasar Islam Terpadu Al Aufa Kota Bengkulu. Berdasarkan hasil obseravsi yang dilakukan pada hari rabu tanggal 19 Februari 2020, Sekolah Dasar Islam Terpadu Al Aufa Kota

18 Kusnadi, “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Iqra’ 2 Kota Bengkulu,” Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah Dan Tadris, Institut Agama Islam Negeri Bengkulu, 2018), h. 6

(22)

Bengkulu merupakan salah satu sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Hal tersebut terintegrasi dalam misi sekolah nomor 4 yaitu

“menyelenggarakan pendidikan yang berkarakter”. Sekolah ini sangat memperhatikan pendidikan akhlak atau karakter bagi anak didiknya.

Pendidikan karakter khususnya di SDIT Al Aufa tidak hanya dijadikan sebagai wacana atau slogan saja, tetapi diterapkan melalui tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari khususnya di lingkungan sekolah seperti shalat dhuha setiap pagi, hafalan surah, tilawah Al-Qur’an dan shalat dzuhur berjamaah. Berbagai kegiatan lainnya yang diadakan sekolah ini seperti perayaan hari besar nasional dan perayaaan hari besar Islam. Penerapan pendidikan karakter di sekolah ini dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan kepada siswa, dan diintegrasikan melalui kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler seperti yang harus diikuti siswa seperti pramuka, taekwondo, renang, sains club, tahfiz, dai cilik, dan english club.19

Berdasarkan hasil observasi diatas, maka penelitian ini mengkaji tentang nilai-nilai pendidikan karakter dengan judul “Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Al Aufa Kota Bengkulu”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu:

19 Wawancara pribadi dengan Widya Puspitasari, Bengkulu, 19 Februari 2020

(23)

1. Kurangnya peranan orang tua dalam pembentukan karakter peserta didik karena kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang relatif tinggi.

2. Pengaruh teknologi yang dapat mempengaruhi karakter anak.

3. Pengaruh pergaulan lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi karakter anak.

4. Tingginya kecerdasan intelektual anak didik namun karakter anak didik masih jauh dari tujuan pendidikan nasional.

5. Ipmlementasi nilai-nilai pendidikan karakter belum terlaksana dengan maksimal

6. Terdapat berbagai kendala-kendala dalam mengimplementasikan nilai- nilai pendidikan karakter.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini akan dibahas yaitu:

1. Proses implementasi nilai-nilai pendidikan karakter yang dilakukan guru di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu.

2. Nilai-nilai karakter yang menjadi prioritas di SDIT Al Aufa Kota Begkulu.

3. Kendala yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu.

4. Solusi yang diupayakan untuk menghadapi kendala dalam mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu.

D. Rumusan Masalah

(24)

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana proses implementasi nilai-nilai pendidikan karakter yang dilakukan guru di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu?

2. Nilai-nilai karakter apa yang mejadi prioritas di SDIT Al Aufa Kota Begkulu?

3. Apa kendala yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu?

4. Bagaimana solusi yang diupayakan untuk menghadapi kendala dalam mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui proses implementasi nilai-nilai pendidikan yang dilakukan guru di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu.

2. Untuk mengetahui nilai-nilai karakter yang menjadi prioritas di SDIT Al Aufa Kota Begkulu.

3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu.

4. Untuk mengetahui solusi yang diupayakan untuk menghadapi kendala dalam mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu.

(25)

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian ini yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini mempunyai manfaat bagi pengembangan teori, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan wahana dan masukan bagi perkembangan dan konsep pendidikan terutama pengetahuan tentang implementasi nilai-nilai pendidikan karakter di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu.

b. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran tentang implementasi nilai-nilai pendidikan karakter khusunya di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu dan dapat menjadi acuan bagi keluarga dn masyarakat untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter kepada anak.

b. Bagi peneliti, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai wacana untuk memperdalam pemikiran dan pengetahuan, khusunya tentang implementasi nilai-nilai pendidikan karakter di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu.

(26)

13 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual

1. Konsep Implementasi

Implementasi merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien sehingga akan memiliki nilai.20

Implementasi merupakan suatu tindakan pada suatu rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap sempurna. Nurdin Usman berpendapat bahwa implementasi bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan hanya sekedar aktivitas tetapi suatu kegiatan yang terencana dan tersusun. 21

Menurut Prof Tachjan, implementasi merupakan suatu tindakan atau juga kegiatan atau aktivitas yang dilakukan setelah adanya kebijakan. Menurut Solichin Abdul Wahab, implementasi merupakan segala tindakan yang dilakukan, baik individu maupun kelompok didalam pemerintah atau juga swasta, yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah atau sudah ditentukan dalam kebijakan. Menurut Pressman dan Wildavsky implementasi

20 Zulhijrah, “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah,” Tadrib, Vol. 1 No. 1 (Juni 2015): h. 10

21 Muhammad Arfin, “Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter Pada SD Negeri Mannuruki Makassar,” (Tesis S2 Pascasarjana Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2017), h. 16

(27)

merupakan suatu tindakan untuk dapat melaksanakan, mewujudkan serta juga menyelesaikan kewajiban atau juga kebijakan yang telah dirancang.22

Implementasi memiliki tujuan, adapun tujuan dari implementasi diantaranya yaitu:

a. Untuk melaksanakan rencana yang telah atau sudah disusun dengan cermat, baik itu oleh individu atau juga kelompok.

b. Untuk menguji serta juga mendokumentasikan suatu prosedur didalam penerapan rencana tau juga kebijakan.

c. Untuk dapat mewujudkan tujuan-tujuan yang hendak akan dicapai didalam perencanaan atau juga atau sudah dirancang.

d. Untuk dapat mengetahui kemampuan masyarakat didalam menerapkan suatu kebijakan atau juga rencana sesuai dengan yang diharap

e. Untuk dapat mengetahui tingkat keberhasilan suatu kebijakan atau rencana yang telah/sudah dirancang demi perbaikan atau peningkatan mutu.

2. Nilai-nilai Pendidikan Karakter a. Pengertian Nilai

Nilai dalam bahasa Inggris yaitu Value sedangkan dalam bahasa Latin yaitu velere yang berarti berguna, mampu, berdaya, berlaku dan kuat.nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dihargai, dan dapat menjadi objek kepentingan. Nilai

22 Parta Ibeng, “Pengertian Implementasi” diakses pada 12 Juli 2020 dari https://pendidikan.co.id/implementasi-adalah/

(28)

merupakan dasar acuan dan motivasi dalam bertingkah laku di kehidupan sehari-hari.23

Menurut Djahari, nilai adalah suatu jenis kepercayaan, yang letaknya berpusat pada sistem kepercayaan seseorang, tentang bagaimana seseorang sepatutnya, atau tidak sepatutnya daalam melakukan sesuatu, atau tentang apa yang berharga dan yang tidak berharga untuk dicapai. Gordon Allfrot seorang ahli psikologi kepribadian berpendapata bahwa nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas pilihannya.24

Nilai merupakan sesuatu yang melekat pada diri manusia yang patut untuk dijalankan dan dipertahankan, sebagai makhluk ciptan Tuhan yang mempunyai karakter kas daripada makhluk lain. Menurut Mulyana, nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Nilai merupakan sesuatu yang diinginkan sehingga melahirkan tindakan pada diri seseorang.

Menurut Frankel nilai adalah standar tingkah laku, keindahan, keadilan, kebenaran dan efesiensi yang mengikat manusia dan sepatutnya untuk dijalankan dan dipertahankan.25

Menurut Milton Roceach dan James Bank, nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan, dimana seseoranng harus bertindak atau menghindari tindakan, atau mengenai sesuatu yang pantas atau tidak pantas untuk dilakukan, dimiliki dan

23 Mei Kusumawardani “Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Yogyakarta,” Skripsi S1 Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta, 2013), h. 14

24 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasi, h.31

25 Tri Sukitman, “Internalisasi Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran (Upaya Menciptakan Sumber Daya Manusia yang Berkarakter),” JPSD: Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, Vol. 2 No 2 (Agustus 2016): h. 86-87

(29)

dipercayai. Ini berarti nilai itu merupakan sifat yang melekat pada sesuatu yang berhubungan dengan subjek (manusia pemberi nilai). Selain itu, Fraenkel mengartikan nilai itu adalah standar tingkah laku, keindahan, keadilan, kebenaran, dan efisien yang mengikat manusia dan sudah sepatutnya dijalankan dan dipertahankan. Sementara itu Sidi Gazalba mengartikan nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak dan ideal. Nilai bukan benda konkret (nyata), bukan fakta dan tidak hanya soal penghayatan yang dikehendaki atau tidak dikehendaki, yang disenangi dan tidak disenangi.26

b. Konsep pendidikan karakter

Sebelum mengetahui apa yang dimaksud dengan pendidikan karakter, kita harus mengetahui apa itu karakter. Untuk mengetahui pengertian karakter kita dapat lihat dari dua sisi, yakni kebahasaan dan istilah, serta beberapa definisi dari beberapa ahli.

Menurut bahasa (etimologis), istilah karakter berasal dari bahasa latin kharakter, kharassaein, dan kharax. Dalam bahasa Yunani character dari kata charassein yang berarti membuat tajam dan membuat dalam.

Dalam bahasa Inggris, character dan dalam bahasa Indonesia lazim digunakan dengan istilah karakter.27

Menurut istilah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan

26 Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai Perkembangan Moral Keagamaan Mahasiswa PTAIN Cet. 1, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008), h. 16-17

27 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter-Konsep Dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2016), h. 1-2

(30)

seseorang dengan yang lain, atau bermakna bawaan hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, tempramen, dan watak.28

Adapun pengertian karakter menurut ahli telah banyak dikemukakan.

Diantaranya, Faisal Jalal menyebutkan bahwa karakter ialah nilai-nilai yang khas-baik (tau nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) terpatri dalam diri dan terlihat dalam perilaku. Selain itu, Simon Philip menjelaskan, karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandaskan pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan.29 Menurut Ki Hajar Dewantara, karakter atau watak berarti panduan segala tabiat manusia yang bersifat tetap sehingga menjadi tanda yang khusus untuk membedakan orang yang satu dengan yang lainnya.30

Karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas (pewarisan) maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari- hari.31

Dunia pendidikan di Indonesia saat ini tidak bisa lepas dari pendidikan karakter. Pemerintah sudah mencanangkan pendidikan karakter di lembaga-lembaga pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA bahkan

28 Saptono, Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 17

29 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter - Konsep Dan Implementasi, h. 2

30 Abdul Aqib, Pendidikan Karakter Di Sekolah, Membangun Karakter Dan Kepribadian Anak, (Bandung: CV Yrama Widya, 2015) h. 64

31 Muchlas Samani &. Hariyanto, Konsep Dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 43

(31)

Perguruan Tinggi. Berikut beberapa definisi pendidikan karakter yang diungkapkan oleh para pakar pendidikan.

Pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi yaitu sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat memberikan kontribusi positif kepada masyarakat. Sedangkan menurut Fakry Gaffar, pendidikan karakter adalah sebuah transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh-kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam kehidupan orang itu. Dalam definisi tersebut, ada tiga pemikiran penting, yaitu proses transformasi, ditumbuh- kembangkan dalam kepribadian, dan menjadi salah satu dalam perilaku.32

Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang melalui pendidikan budi pekerti yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya. Aristoteles berpendapat bahwa karakter itu erat kaitannya dengan kebiasaan yang kerap dimanifestasikan dalam tingkah laku.33

Pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik (good character) yang

32 Novan Ardy Wiyani, Konsep, Praktik, &Strategi Membumikan Pendidikan Karakter DI SD, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h. 26

33 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter - Konsep Dan Implementasi, h. 23

(32)

berlandaskan kebajikan-kebajikan inti (core virtues) yang secara objektif baik bagi individu maupun masyarakat.34

Pendidikan karakter diartikan sebagai usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk membantu pengembangan karakter dengan optimal. Hal ini berarti bahwa untuk mendukung perkembangan karakter peserta didik harus melibatkan seluruh kompenen di sekolah baik dari aspek isi kurikulum, proses pembelajaran, kualitas hubungan, penanganan mata pelajaran pelaksanaan aktifitas ko-kurikuler, serta etos seluruh lingkungan sekolah.35

Menurut Departemen Pendidikan Amerika Serikat, pendidikan karakter didefinisikan sebagai proses belajar yang memungkinkan siswa dan orang dewasa untuk memahami, peduli dan bertindak, pada nilai-nilai etika inti, seperti rasa hormat, keadilan, kebajikan warga negara yang baik, dan bertanggung jawab, pada diri sendiri dan orang lain.36

c. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter memiliki tujuan. Adapun tujuan pendidikan karakter adalah:

1) Mendorong kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji sejaan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.

2) Meningkatkan kemampuan untuk menghindari sifat-sifat tercela yang dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

34 Saptono, Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter, h. 23

35 Zubaedi, Desain Pendidikan karakter: Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2011), h.14

36 Barnawi & M. Arifin, Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 23

(33)

3) Memupuk ketegaran dan kepekaan peserta didik terhadap siswa sekitarnya sehingga tidak terjerumus kedalam perilaku yang menyimpang baik secara individual maupun sosial.

4) Menanmkan jiwa kepemimpinan dan tanggu jawab peserta didik sebagai penerus bangsa.37

Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan pancasila.38

Menurut Said Hamid Hasan,dkk. pendidikan karakter secara perinci memiliki lima tujuan diantaranya:

1) Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa.

2) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.

3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa.

4) Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif dan berwawasan kebangsaan.

37 Zainal Aqib, Pendidikan Karakter Di Sekolah, Membangun Karakter Dan Kepribadian Anak,Cet. 1, (Bandung, CV Yrama Widya, 2012), h. 65

38 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter - Konsep Dan Implementasi, h. 30

(34)

5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreatifitas dan persahabatan, dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.39

d. Fungsi Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama, yaitu:

1) Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi.

Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi peserta didik agar berpikir baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup pancasila.

2) Fungsi perbaikan dan penguatan

Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi warga negara dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera.

3) Fungsi penyaringan

Pendidikan karakter berfungsi memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermatabat.

Ketiga fungsi tersebut dilakukan melalui pengukuhan pancasila sebagai falsafah dan ideologi negara, pengukuhan nilai dan norman konstitusional UUD 1945, penguatan komitmen kebangsaan Negara

39 Zubaedi, Desain Pendidikan karakter: Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan, h 18

(35)

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), penguatan nilai-nilai keberagaman sesuai dengan konsepsi Bhineka Tunggal Ika, dan penguatan keunggulan dan daya saing bangsa untuk keberkelanjutan kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia dalam konteks global.40

Fungsi pendidikan karakter menurut Heri Gunawan dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Karakter - Konsep Dan Implementasi yaitu:

1) pengembangan potensi dasar agar berhati baik, berpikir baik dan berprilaku baik.

2) Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikural.

3) Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.41

e. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

Manakala sekolah akan melaksanakan pendidikan karakter, pertama- tama perlu memperhatikan prinsip-prinsip pendidikan karakter. Ada sebelas prinsip pendidikan karakter, meliputi:

1) Sekolah harus berkomitmen pada nilai-nilai etis inti.

2) Karakter harus dipahami secara utuh mencakup pengetahuan atau pemikiran, perasaan atau tindakan.

3) Sekolah harus bersikap proaktif dan bertindak sistematis dalam pembelajaran karakter dan tidak sekedar menunggu datangnya kesempatan.

40 Zubaedi, Desain Pendidikan karakter: Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan, h. 18-19

41Heri Gunawan, Pendidikan Karakter - Konsep Dan Implementasi, h. 30

(36)

4) Sekolah harus membangun suasana saling memperhatikan satu sama lain dan menjadi dunia kecil (mikrokosmos) mengenai masyarakat yang saling peduli.

5) Kesempatan unuk mempraktikan tindakan moral harus bervariasi dan tersedia bagi semua.

6) Studi akademis harus menjadi hal utama.

7) Sekolah perlu mengembangkan cara-cara meningkatkan motivasi imtrinsik siswa yang mencakup nilai-nilai inti.

8) Sekolah perlu bekerja bersama dan mendialogkan norma mengenai pendidikan karakter.

9) Guru dan siswa harus berbagi dalam kepemimpinan moral di sekolah.

10) Orang tua dan masyarakat harus menjadi rekan kerja dalam pendidikan karakter di sekolah.

11) Harus dilakukan evaluasi mengenai efektivitas pendidikan karakter di sekolah, terutama terhadap guru dan karyawan serta siswa.42

Pendidikan karakter di sekolah akan terlaksana dengan lancar jika guru dalam pelaksanaannya memperhatikan beberapa prinsip pendidikan karakter. Kemendiknas memberikan rekomendasi 11 prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif sebagai berikut:

1) Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.

2) Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku.

42 Saptono, Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter, h. 24

(37)

3) Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter.

4) Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.

5) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik.

6) Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan memantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses.

7) Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik.

8) Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama.

9) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.

10) Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter.

11) Mengevaluasi pendidikan karakter, fungsi staf sekolah sebagai guru- guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.43

Berdasarkan pada prinsip-prinsip yang direkomendasikan oleh Kemendikanas diatas, Dasyim Budimansyah berpendapat bahwa program

43 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasi, h. 35-36

(38)

pendidikan karakter di sekolah perlu dikembangkan dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Pendidikan karakter di sekolah harus dilaksanakan secara berkelanjutan (kontinitas). Hal ini berarti bahwa proses pengembangan nilai-nilai karakter merupakan proses yang panjang, mulai sejak awal peserta didiki masuk sekolah hingga mereka lulus sekolah pada satuan pendidikan.

2) Pendidikan karakter hendaknya dikembangkan melalui semua mata pelajaran (terintegrasi), melalui pengembangan diri, dan budaya suatu satuan pendidikan. Pembinaan karakter bangsa dilakukan dengan mengintegrasikan dalam seluruh mata pelajaran, dalam kegiatan kurikuler mata pelajaran, sehingga semua mata pelajaran diarahkan pada pengembangan nilai-nilai karakter tersebut. Nilai-nilai karakter juga dapat dilakukan dengan melalui pengembangan diri, baik melalui konseling maupun kegiatan ekstra kurikuler, seperti kepramukaan dan lain sebagainya.

3) Sejatinya nilai-nilai karakter tidak diajarkan (dalam bentuk pengetahuan), jika hal tersebut diintegrasikan dalam mata pelajaran.

Kecuali bila dalam bentuk mata pelajaran agama (yang di dalamnya mengandung ajaran) maka tetap diajarkan dengan proses, pengetahuan (knowing), melakukan (doing), dan akhirnya membiasakan (habit).

4) Proses pendidikan dilakukan peserta didik dengan secara aktif (active learning) dan menyenangkan (enjoy full learning). Proses ini

(39)

menunjukkan bahwa proses pendidikan karakter dilakukan oleh peserta didik bukan hanya oleh guru. Sedangkan guru menerapkan sistem “Tut Wuri Handayani” dalam setiap perilaku yang ditunjukkan oleh agama.44 f. Strategi Pendidikan Karakter Di Sekolah

Strategi pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah merupakan suatu kesatuan dari program manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang terimplementasi dalam pengembangan. Pengembangan atau pembentukan karakter peserta didik diyakini perlu dan penting dilakukan oleh sekolah untuk menjadi pijakan dalam penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah.

Kemendiknas menyebutkan bahwa strategi pelaksanaan pendidikan karakter dikembangkan melalui tiga tahap, yaitu: pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai pengetahuannya, jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut.45

Strategi pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah dasar dilakukan pada proses kegiatan pembelajaran, pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar, kegiatan ko-kurikuler atau kegiatan ekstrakurikuler, serta koordinasi dengan keluarga untuk memantau kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat.46

44 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasi, h. 36

45 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasi, h. 193

46 Zulhijrah, “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah,” Tadrib, Vol. 1 No. 1 (Juni

2015): h. 10

(40)

1) Kegiatan Pembelajaran

Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah pada kegiatan pembalajaran dapat dilaksanakan dengan Mengintegrasikan keseluruh mata pelajaran, yaitu pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa diintegrasikan kedalam setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut di cantumkan dalam silabus dan RPP dan mengintegrasikan ke dalam kegiatan sehari-hari.47

Pendidikan karakter pada pelaksanaan pembelajaran kegiatan dalam rangka pengembangan karakter peserta didik dapat dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan konstektual sebagai konsep belajar dan mengajar yang membantu guru dan peserta didik menghubungkan materi yang dipelajari dengan kejadian nyata, harapannya siswa dapat mencari dan menemukan hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pendekatan itu, siswa lebih memiliki hasil yang komprehensif tidak hanya pada tataran kognitif (olah pikir), tetapi pada tataran afektif (olah hati, rasa dan karsa), serta psikomotor (olah raga).

Pembelajaran berbasis kontekstual mencakup beberapa strategi, yaitu:

a) pembelajaran berbasis masalah b) pembelajaran kooperatif c) pembelajaran berbasis proyek d) pembelajaran pelayanan, dan

47 Zulhijrah, “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah,” Tadrib, Vol. 1 No. 1 (Juni 2015): h. 10

(41)

e) pembelajaran berbasis kerja.

Kelima strategi tersebut dapat memberikan efek kepada pengembangan karakter siswa seperti, karakter cerdas, berpikir terbuka, tanggung jawab dan rasa ingin tahu.

2) Pengembangan Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar.

Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri yaitu kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan pengkondisian. Adapun hal-hal tersebut adalah sebagai berikut :

a) Kegiatan rutin

Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang rutin dilakukan setiap saat. Kegiatan rutin dapat juga berarti kegiatan yang dilakukan siswa secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Beberapa contoh kegiatan rutin antara lain kegiatan upacara hari Senin, upacara besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan, piket kelas, shalat berjama’ah, berbaris ketika masuk kelas, berdoa sebelum pelajaran dimulai dan diakhir pelajaran, serta mengucapkan salam apabila bertemu guru.48 Nilai-nilai pendidikan karakter yang diharapkan dari kegiatan rutin di sekolah adalah: religius, disiplin, peduli lingkungan, peduli sosial, kejujuran, dan cinta tanah air.49

48 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasi, h. 195

49 Zulhijrah, “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah,” Tadrib, Vol. 1 No. 1 (Juni 2015): h. 10

(42)

b) Kegiatan Spontan.

Kegiatan ini dilakukan secara spontan tanpa perencanaan terlebih dahulu. Contoh kegiatan ini adalah mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah atau sumbangan untuk masyarakat ketika terjadi bencana.

c) Keteladanan.

Keteladanan merupakan sikap menjadi contoh. Sikap menjadi contoh merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan dan siswa dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi siswa lain. Contoh kegiatan ini misalnya guru menjadi contoh pribadi yang bersih, rapi, ramah dan supel.

d) Pengkondisian.

Pengkondisian berkaitan dengan upaya sekolah untuk menata lingkungan fisik maupun non fisik dan terciptanya suasana mendukung terlaksananya pendidikan karakter. kegiatan menata lingkungan fisik misalnya adalah mengkondisikan toilet yang bersih, tempat sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan, poster katakata bijak yang dipajang dilorong sekolah dan di dalam kelas.

Adapun pengkondisian lingkungan nonfisik misalnya mengelola konflik antar guru supaya tidak menjurus kepada perpecahan atau bahkan menghilangkan konflik tersebut.

(43)

3) Kegiatan Ko-Kurikuler atau Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler merupakan kegiatan kegiatan di luar kegiatan pembelajaran. Meskipun di luar kegiatan pembelajaran, guru dapat juga mengintegrasikannya dalam pembelajaran.

Kegiatan-kegiatan ini sebenarnya sudah mendukung pelaksanaan pendidikan karakter. namun demikian, tetap diperlukan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang baik atau merevitalisasi kegiatan- kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler tersebut agar dapat melaksanakan pendidikan karakter kepada siswa.

4) Kegiatan Keseharian di Rumah Dan Masyarakat

Kegiatan ini merupakan kegiatan penunjang pendidikan karakter yang ada di sekolah, rumah (keluarga), dan masyarakat merupakan partner penting suksesnya pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah.

Pelaksanaan pendidikan karakter sebaik apa pun, kalau tidak didukung oleh lingkungan keluarga dan masyarakat akan sia-sia. Dalam kegiatan ini sekolah dapat mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakter yang dikembangkan di sekolah dengan pembiasaan di rumah dan di masyarakat. 50

Kerjasama sekolah dengan orang tua merupakan peran penting agar terwujudnya suasana yang kondusif dan tujuan dalam pendidikan karakter itu dapat terwujud dengan baik. Sekolah perlu mengkomunikasikan segala kebijakan dan pembiasaan yang

50 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasi, h. 195-197

(44)

dilaksanakan di sekolah kepada orang tua/wali murid dan masyarakat sekitar. Sehingga program pendidikan karakter tidak hanya terlaksana di sekolah dan menjadi tanggung jawab satu-satunya. Dengan kerjasama yang baik antara ligkungan tersebut maka akan berpengaruh kepada pertumbuhan dan perkembangan karakter peserta didik lebih terkontrol.51 g. Langkah-langkah Pembentukan Karakter

Langkah artinya suatu usaha yang dilakukan untuk mendapatkan suatu hasil. Langkah yang dimaksud disini adalah proses pembentukan karakter pada peserta didik. adapun langkah-langkah pembentukan karakter sebagai berikut:

1) Pengenalan

Seorang peserta didik diperkenalkan tentang hal-hal positif atau hal-hal yang baik pada lingkungan maupun keluarga. Contohnya, anak diajarkan tentang kejujuran, tengang rasa, atau saling menghormati, gotong royong, bertanggung jawab dan sebagainya.

2) Pemahaman

Memberikan pengarahan atau pengertian tentang perbuatan baik yang sudah dikenalkan kepada peserta didik. tujuannya agar dia tahu dan mau melakukan hal tersebut pada keluarga, masyarakat dan sekolah.

3) Keteladanan

Memberikan contoh yang baik pada kehidupan sehari-hari terutama lingkungan sekolah.

51 Zulhijrah, “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah,” Tadrib, Vol. 1 No. 1 (Juni 2015): h. 10

(45)

4) Pengulangan atau pembiasaan

Setelah peserta didik paham dan menerapkan perbuatan baik yang telah dikenalkan, kemudian dilakukan pembiasaan dengan cara melakukan perbuatan baik tersebut secara berulang-ulang agar peserta didik terbiasa melakukan hal-hal yang baik.52

Berikut adalah langkah-langkah penerapan pendidikan karakter untuk menjadi budaya sekolah:

1) Kesepakatan mengenai karakter yang hendak dicapai dan ditargetkan disekolah. Karena tidak mungkin satu sekolah dapat menerapkan ke 18 karakter yang diterapkan oleh Kemendikbud.

2) Membangun pemahaman bahwa sekolah ingin membudayakan karakter positif untuk seluruh warga sekolah dan ini membutuhkan sebuah proses.

3) Menyusun rencana menyeluruh untuk mengintensifkan pengembangan dan pembelajaran mengenai karakter yanghendak dicapai atau ditargetkan di sekolah.

4) Mengintegrasikan karakter yang sudah dipilih ke dalam pembelajaran di seluruh kurikulum secaraterus-menerus.

5) Melalui suatu workshop, para guru harus menentukan pendekatan/

metode yang jelas terhadap mata pelajaran yang dapat digunakan untuk menanamkan karakter yang sudah disepakati sekolah.

6) Sosialisasi karakter yang disepakati kepada seluruh warga sekolah.

52 Zubaedi, Desain Pendidikan karakter: Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan, h. 25

(46)

7) Mengembangkan moto/semboyan sekolah, yang bertumpu pada karakter yang disepakati.

8) Menentukan indikator (petunjuk) terhadap keberhasilan program ini.

9) Melakukan evaluasi terhadap program karakter.

10) Memberikan apresiasi bagi warga sekolah yang menunjukkan perubahan ke arah karakter yang dibudayakan.53

Pendidikan karakter tidak hanya mengajarkan tentang pengetahuan kepada peserta didik saja, akan tetapi pendidikan karakter merupakan suatu proses mengimplementasikan nilai-nilai positif kepada peserta didik untuk memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter. Ada 18 nilai-nilai pendidikan karakter yang telah diidentifkasi oleh pemerintah yang bersumber pada agama, budaya, falsafah, negara, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu:

religius, jujur, toleransi, disipin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokrasi, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, gemar membaca, bersahabat/komunikatif, peduli ligkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.54 Nilai tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Tabel 2.1

Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter

No Nilai Deskripsi

1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama

53 Retno Listyarti, Pendidikan Karakter Dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif, (Jakarta:

Erlangga, 2012), h 10-11

54 Retno Listyarti, Pendidikan Karakter Dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif, h. 5-8

(47)

yang dianut, toleran terhadap pelaksanaan ibadah lainnya, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agam, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas serta menyelesaikan.

6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil

(48)

baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam meyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9. Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10. Semangat kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta tanah air Cara berpikir, bersikap, dan berubuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap

(49)

bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

12. Menghargai prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14. Cinta damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemar membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16. Peduli lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada alam di sekitarnya, dan

(50)

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. .55

Meskipun telah terdapat 18 nilai pembentukan karakter bangsa, namun satuan pendidikan dapat menentukan prioritas pengembangannya.

Dalam implementasi pendidikan karakter, jumlah dan jenis karakter yang dipilih tentu akan berbeda antara suatu daerah dengan daerah lain atau satu sekolah dengan sekolah lain. Hal ini tergantung pada kepentingan dan kondisi satuan pendidikan masing-masing.

55 Retno Listyarti, Pendidikan Karakter Dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif, h. 5-8

(51)

B. Hail Penelitian Yang Relevan

Adapun hasil penelitian yang relevan dalam penelitian ini diantaranya yaitu:

1. Muhammad Arfin, Tesis Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, tahun 2017 yang berjudul “Implementasi nilai-nilai pendidikan karakter pada SD Negeri Mannuruki Makassar”. Hasil penelitian disimpulkan bahwa: nilai-nilai pendidikan karakter yang terintegrasi pada mata pelajaran yaitu nilai religius, disiplin, tekun, rasa ingin tahu, peduli dan tanggung jawab. Implementasi nilai- nilai pendidikan karakter pada kegiatan ekstrakurikuler adalah melalui kegiatan drumband, seni tari, olahraga, dan pengayaan dengan memberikan motivasi, pemahaman, teladan, nasihat, sangsi, dan hadiah. Hasil implemetasi nilai-nilai pendidikan karakter adalah kepribadian yang mantap, integritas moral yang tinggi, dan akhlak yang mulia.

2. Fauzi Latifah, skripsi tahun 2017 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negri Yogyakarta dengan judul “Implementasi pendidikan karakter di sekolah dasar Nahdatul Ulama” hasil penelitian disimpulkan bahwa: nilai karakter yang dikembangakan di SD Nahdlatul Ulama, Gampping, Sleman, Yogyakarta ada 13 yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Pendidikan karakter dapat di implementasikan melalui proses pembelajaran, peraturan sekolah, ekstrakurikuler, dan kelas sore. Kendala- kendala mengimplementasikan pendidikan karakter di SD

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Penelitian

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Fannia Sulistiani Putri, “Implementasi Sikap Sopan Santun terhadap Karakter dan Tata Krama Siswa Sekolah Dasar”, Jurnal Ilmu Pendidikan 3 no... Fauziah, “Penanaman Nilai Karakter

1 – 122 Media Pembelajaran Pop Up sebagai Penanaman Nilai-Nilai Karakter Socmed Social Media sebagai Sarana Implementasi Pendidikan Karakter pada Siswa Pendidikan Dasar Pendidikan