• Tidak ada hasil yang ditemukan

Panduan Implementasi Pembelajaran Berpusat Pada Mahasiswa - Repositori Institusi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Panduan Implementasi Pembelajaran Berpusat Pada Mahasiswa - Repositori Institusi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

Untuk itu pada kesempatan ini saya menghimbau kepada seluruh perguruan tinggi untuk mengembangkan dan menerapkan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa sesuai dengan SN-Dikti. Semoga panduan ini bermanfaat bagi kita semua dalam menerapkan pembelajaran berpusat pada mahasiswa di perguruan tinggi yang sejalan dengan SN-Dikti.

PENDAHULUAN

Tantangan Pembelajaran di Era Industri 4.0

Interaksi antara dosen dan mahasiswa dapat terjadi kapanpun dan dimanapun, sehingga memungkinkan mahasiswa tidak tinggal diam di kampus, namun dapat memilih tempat belajar yang menyenangkan serta memudahkan mereka dalam belajar dan mendapatkan pengalaman nyata. . setelah menyelesaikan pelatihan mereka. Bentuk dan metode pembelajaran yang dipilih juga harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri dari berbagai sumber belajar dan pengalaman belajar yang bermakna.

Pergeseran Paradigma Pembelajaran

Pemilihan jenis kegiatan pembelajaran dan metode pembelajaran yang tepat dipadukan dengan pemanfaatan teknologi yang harmonis dalam pembelajaran merupakan kunci keberhasilan. Oleh karena itu, para pendidik harus didorong dan difasilitasi untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan dan menerapkan metode pembelajaran tersebut yang dipadukan dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (ICT).

Gambar 1. Pergeseran paradigma pendidikan
Gambar 1. Pergeseran paradigma pendidikan

Pengertian yang Digunakan dalam Panduan

Sistem Pengelolaan Pembelajaran (Learning Management System/LMS) merupakan sebuah sistem yang digunakan untuk melakukan proses

Tujuan penting dari LMS adalah memberikan akses dan ruang kepada mahasiswa untuk membangun pengetahuan secara mandiri dan terarah serta peran penting dosen sebagai perancang, inisiator, fasilitator dan motivator pembelajaran. Ciri MOOCs yang paling menonjol adalah pembelajaran dirancang untuk pembelajaran mandiri (self-paced/self-paced learning).

Tujuan Panduan Implementasi Pembelajaran Berpusat pada Mahasiswa

Pengertian Model Pembelajaran, Metode Pembelajaran, dan Bentuk Pembelajaran

KARAKTERISTIK PROSES PEMBELAJARAN

Standar proses pembelajaran merupakan kriteria minimal mengenai penyelenggaraan pembelajaran pada program studi untuk mencapai Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL). Standar proses pembelajaran pada SN-Dikti terdiri dari karakteristik proses pembelajaran, perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran dan beban belajar siswa.

Interaktif

Ciri-ciri proses pembelajaran antara lain interaktif, holistik, integratif, saintifik, kontekstual, tematik, efektif, kolaboratif dan berpusat pada siswa seperti tergambar pada Gambar 2. Salah satu contoh penerapan pembelajaran interaktif adalah proses pembelajaran terbalik, dimana sebelum memasuki pembelajaran di kelas, Siswa diharapkan dapat mengakses berbagai sumber belajar yang berkaitan dengan topik/materi pembelajaran yang akan dibahas di kelas.

Holistik

Interaksi aktif antara mahasiswa dengan dosen, mahasiswa dengan mahasiswa, serta kebebasan berinteraksi dengan media pembelajaran yang berbeda menjadi salah satu ciri fitur ini dalam memudahkan mahasiswa mencapai Hasil Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) dan Capaian Pembelajaran Pascasarjana (CPL). Siswa dapat terlibat kembali melalui berbagai kegiatan seperti diskusi kelompok, latihan, praktik dan sebagainya di kelas.

Integratif

Sebelum memasuki kelas, siswa juga mempunyai kesempatan untuk berinteraksi aktif dengan guru/pengawas atau berdiskusi dengan sesama siswa.

Saintifik

Kontekstual

Tematik

Prinsip yang melatarbelakangi proses pembelajaran yang bersifat tematik adalah: 1) memadukan beberapa bahan kajian ke dalam suatu tema yang sesuai dengan bidang ilmu keilmuan; Prinsip tematik tersebut setidaknya tercermin dalam Rencana Pembelajaran Semester (RPS) dalam bentuk dan metode pembelajaran serta pengalaman belajar mahasiswa. Misalnya saja penggunaan tema pelestarian lingkungan hidup pada pembelajaran IPA dengan menggunakan metode case based learning.

Beberapa kasus dapat diangkat dalam pembelajaran yang bertemakan pelestarian lingkungan, seperti kasus illegal logging, efek rumah kaca, limbah pabrik dan lain sebagainya.

Efektif

Kolaboratif

Contoh ciri kolaboratif dalam pembelajaran dapat dilihat pada diskusi kelompok, tugas kelompok, dan praktik kelompok, dimana terjadi interaksi antar anggota kelompok dan masing-masing berperan aktif dalam kegiatan kelompok.

Berpusat pada Mahasiswa

Student Centered Learning (SCL) telah lama dikenal luas sebagai salah satu pendekatan pembelajaran. Perubahan iklim akademik diperlukan agar proses belajar peserta didik dapat berkembang secara maksimal untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Berbagai metode Student Centered Learning (SCL) telah dikembangkan, namun kenyataannya tidak semua yang diklaim oleh lembaga pendidikan atau guru telah diterapkan dengan benar (Lea et al., 2003).

Diskusi Kelompok (Small Group Discussion)

Buku pegangan penerapan pembelajaran yang berpusat pada siswa. tanggung jawab individu), saling mendukung dan membantu antar anggota kelompok dalam menutupi kekurangan dan kelemahan masing-masing. Hal ini akan mendorong berkembangnya keterampilan sosial, termasuk yang berkaitan dengan perilaku santun, menghargai pendapat orang lain, belajar mendengarkan dan menghindari dominasi, serta keberanian memberikan saran dan menjaga pemikiran logis; dan 5) pemrosesan kelompok, yang berfokus pada evaluasi sejauh mana setiap anggota kelompok dapat berpartisipasi secara efektif dalam mencapai tujuan bersama, serta mengevaluasi anggota kelompok mana yang berpartisipasi atau kurang berpartisipasi, atau mana yang berpartisipasi dan mana yang tidak, sehingga dapat dilakukan perbaikan. dibuat di masa depan. Dosen juga dapat menilai penguasaan individu mahasiswa terhadap mata pelajaran yang telah dipelajarinya serta dapat menilai sikap dan keterampilan yang ditunjukkan mahasiswa dalam diskusi kelompok.

Dosen dapat menilai setiap kelompok, serta setiap siswa dalam kelompok tersebut.

Bermain Peran dan Simulasi (Role-Play And Simulation)

Persiapan

Hasil evaluasi dan refleksi dapat digunakan mahasiswa untuk meningkatkan hasil belajarnya sesuai rekomendasi yang diberikan dosen. Pengecoran dapat dilakukan oleh mahasiswa, namun bila kelas masih pasif dapat dilakukan oleh dosen. Panggung dapat diatur menyerupai keadaan nyata, seperti suasana di lapangan atau di unit gawat darurat rumah sakit dengan peralatan dan kostum yang sesuai, namun dapat juga dibuat secara sederhana di depan kelas tanpa peralatan dan kostum khusus.

Pelaksanaan

Penutup

Panduan penerapan pembelajaran yang berpusat pada siswa.. hasil diskusi kelas, menciptakan situasi atau konteks berdasarkan kenyataan. Misalnya dengan menerapkan metode pembelajaran role play, untuk mencapai hasil belajar tentang radioaktivitas, siswa ditugaskan berperan sebagai presenter televisi yang menyampaikan informasi tentang radioaktivitas dengan bahasa yang dapat dipahami oleh audiens. Contoh lainnya adalah permainan peran yang dilakukan sekelompok mahasiswa kedokteran atau keperawatan tentang penanganan kecelakaan lalu lintas di ruang gawat darurat.

Pembelajaran Berbasis Kasus (Case Based Learning/CBL)

Pada tahap persiapan ini, instruktur mengidentifikasi dan mengatur hal-hal yang akan dibahas dalam bentuk narasi tertulis, menetapkan prosedur dan alternatif pemecahan masalah, menyiapkan pengaturan kelas sesuai kebutuhan untuk diskusi kelompok. Pada tahap ini diadakan diskusi kelas dimana setiap kelompok mempresentasikan hasil penyelesaian masalah dari kasus yang ditugaskan kepada mereka. Topik yang dibahas berasal dari kasus nyata, misalnya kasus yang pernah atau sedang terjadi di suatu institusi atau perusahaan.

Kasus-kasus yang muncul di suatu perusahaan dan berhasil ditangani dapat dijadikan contoh manajemen kasus pada awal penerapan pembelajaran berbasis kasus di kelas.

Pembelajaran Kolaboratif (Collaborative Learning/CL)

Desain Mata kuliah

Capaian Pembelajaran

Pemilihan Materi

Fasilitator

Peserta Pembelajaran

Bahan dan Sumber Pembelajaran

Sarana dan Prasarana

Rencana Penilaian/Asesmen

Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning/CoL)

Proses Cooperative Learning (CoL) dilakukan antara mahasiswa dan dosen melalui interaksi yang saling menghormati dan menghargai. Kolaborasi merupakan kebutuhan yang sangat penting sehingga prosedur sistem penilaian Cooperative Learning (CoL) mencakup tanggung jawab pribadi dan kelompok. Perbedaan antara Cooperative Learning (CoL) dan Collaborative Learning (CL) dapat dilihat pada Tabel 1 (L, S, Davidson, & Hawkes, 1995).

Setiap anggota kelompok mempunyai bagian tugas yang sama dan nantinya akan diadakan forum untuk menunjukkan hasil tugas tersebut.

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning/PjBL)

Dalam taksonomi Bloom, Project-Based Learning (PBL) termasuk dalam tingkat kemampuan menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Penerapan Project-Based Learning (PBL) dapat memberikan pengalaman otentik bagi siswa dalam mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari melalui kolaborasi dan komunikasi. Penerapan metode Project-Based Learning (PBL) dalam pembelajaran kimia mempunyai beberapa manfaat bagi siswa, antara lain: 1) meningkatkan motivasi belajar siswa, 2) meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, 3) meningkatkan keterampilan siswa dalam mencari dan memperoleh informasi , 4) mengembangkan dan melatih keterampilan komunikasi dan kerjasama, 5) memberikan pembelajaran dan pengalaman praktis kepada siswa dalam mengorganisasikan proyek, mengalokasikan waktu dan sumber daya lainnya, 6) memberikan pengalaman belajar dalam mengambil informasi dan mendemonstrasikan pengetahuan yang dimilikinya, dan kemudian menerapkannya dalam dunia nyata, dan 7) menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

Pembelajaran berbasis proyek (PjBL) selain mempunyai kelebihan, juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain: 1) membutuhkan banyak waktu dalam menyelesaikan masalah, 2) memerlukan biaya yang tidak sedikit, 3) siswa mempunyai kelemahan dalam melakukan percobaan dan pengumpulan informasinya akan mengalami kendala, dan 4) apabila topik yang diajarkan pada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan siswa tidak menguasai materi secara maksimal.

Gambar 3. Tahapan pembelajaran menggunakan metode Project-Based Learning (PjBL)
Gambar 3. Tahapan pembelajaran menggunakan metode Project-Based Learning (PjBL)

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning/PBL)

Siswa akan dinilai kemampuannya dalam memecahkan permasalahan yang ada berdasarkan setiap tahapan penyelenggaraan suatu acara. Proses pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk menemukan pengetahuannya sendiri atau solusi terhadap suatu masalah, seperti yang biasa dilakukan oleh para ilmuwan, disebut pembelajaran inkuiri. Pembelajaran inkuiri merupakan suatu metode yang memfasilitasi siswa untuk berperan sebagai ilmuwan dalam menanyakan mengapa fenomena terjadi, kemudian mencoba mengumpulkan data atau informasi dan menganalisisnya, dilanjutkan dengan menarik kesimpulan, sehingga pada akhirnya siswa dapat menemukan jawaban dari suatu permasalahan. sendiri (Wiyanto, 2008). .

Tahap pertama disebut penemuan, dimana dosen mendefinisikan masalah dan proses penyelesaiannya, sedangkan mahasiswa mengerjakan proses yang ditentukan dosen hingga mereka menemukan sendiri solusinya.

Stimulasi

Identifikasi Masalah dan Pengajuan Hipotesis

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Pengujian Hipotesis

Penarikan Kesimpulan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA MAHASISWA MENGGUNAKAN

TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

STRATEGI PEMILIHAN METODE PEMBELAJARAN

Hal ini berimplikasi pada tanggung jawab dosen untuk menguasai strategi pemilihan dan penerapan metode pembelajaran secara konsisten. Secara umum metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara untuk mencapai hasil belajar atau tujuan pembelajaran. Sejalan dengan hal tersebut, menurut Biggs (Biggs, 1996), pemilihan dan penerapan metode pembelajaran hendaknya ditujukan untuk mencapai hasil belajar.

Selain kesesuaian metode pengajaran dengan hasil belajar (CP), menurut Shailaja (2017) dan Taylor et al.2013, faktor-faktor seperti karakteristik bahan ajar, karakteristik siswa, ketersediaan sumber daya dan lingkungan belajar juga harus diperhatikan. memperhitungkan.

Keselarasan dengan Capaian Pembelajaran (CP)

Kurikulum yang baik dan didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai tidak akan berfungsi sebagaimana diharapkan jika pendidik tidak memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat. Terdapat banyak pilihan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa, antara lain diskusi kelompok, bermain peran, pembelajaran berbasis kasus, pembelajaran berbasis proyek, dan lain-lain sebagaimana dijelaskan pada Bab III. Biggs mengidentifikasi kecenderungan siswa untuk belajar hanya tentang apa yang akan diuji, akibatnya penilaian akan menjadi orientasi mereka dalam belajar.

Oleh karena itu, keselarasan antara CP, penilaian dan metode pembelajaran harus diperhatikan agar siswa mempelajari apa yang perlu dipelajari untuk mencapai CP.

Karakteristik Materi Ajar

Hal ini tidak menjadi masalah, jika penilaiannya sesuai dengan kurikulum, atau penilaiannya sesuai dengan KP yang telah dirumuskan. Salah satu cara untuk memeriksa cakupan tersebut adalah dengan membuat tabel pemetaan seperti terlihat pada Tabel 2. Ada materi pembelajaran yang dapat diajarkan dengan baik dengan beberapa pilihan metode pengajaran, namun ada juga materi pembelajaran yang hanya sesuai dengan metode tertentu.

Oleh karena itu, dosen diharapkan mempunyai kemampuan memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang paling sesuai dengan bahan ajar.

Karakteristik Mahasiswa

Misalnya, mata pelajaran pengukuran dalam fisika atau dalam pembelajaran IPA tepat jika diajarkan dengan menggunakan metode yang melibatkan kegiatan laboratorium atau praktek sehingga siswa tidak hanya memahami konsep pengukuran tetapi juga terampil dalam penggunaan alat ukur.

Ketersediaan Sumber Daya

Lingkungan Belajar

PENUTUP

Metode SCL ini mendorong keterlibatan siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran yang mereka ikuti. Secara khusus, dua metode SCL terakhir yaitu Project-Based Learning dan Case-Based Learning juga merupakan metode SCL yang didorong untuk diterapkan dalam bentuk kegiatan pembelajaran Merdeka Belajar-Kampus Merdeka. Perkembangan teknologi khususnya pemanfaatan ICT dalam proses pembelajaran juga mewarnai berbagai variasi metode SCL yang dapat diterapkan secara campuran.

Panduan ini disusun secara sistematis dan terstruktur sehingga diharapkan dapat menjadi panduan bagi para pendidik dalam memahami berbagai metode pengajaran SCL, termasuk bentuk-bentuk penilaian dan pemanfaatan TIK yang diperlukan dalam perancangan proses pembelajaran. untuk mata kuliah yang diajarkan.

DAFTAR PUSTAKA

Gambar

Gambar 1. Pergeseran paradigma pendidikan
Gambar 2. Karakteristik proses pembelajaran
Gambar 3. Tahapan pembelajaran menggunakan metode Project-Based Learning (PjBL)
Gambar 5. Perbedaan cara pandang metode tradisional dengan flipped learning dilihat  dari pencapaian level pada Taksonomi Bloom Revised
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sekretariat:GedungSCLantai3JalanGajayana50DinoyoMalang65144 Email:[email protected] KELOMPOK2 M.Dawam Rahardjo NamaPendamping:AfwanYusufBahtiar085646335299