PENDAHULUAN
Rumusan Masalah dan Batasan Masalah
Bagaimana pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Rejang Lebong No. 5 Tahun 2012 tentang Pemberdayaan PKL di Kecamatan Curup Kabupaten Rejang Lebong. Bagaimana pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Rejang Lebong No. 5 Tahun 2012 tentang Pemberdayaan PKL di Kecamatan Curup Kabupaten Rejang Lebong dalam perspektif Siyasah Dusturiyah. Agar penelitian ini lebih fokus, penulis hanya fokus pada pemberdayaan pedagang kaki lima berdasarkan Pasal 41 Peraturan Daerah Kabupaten Rejang Lebong No. 5 tahun 2012.
Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
Untuk mengetahui ulasan Siyasah Dusturiyah Terhadap Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Rejang Lebong Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Di Kecamatan Curup Kabupaten Rejang Lebong. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu hukum sehingga dapat memberikan data tentang pemahaman pelaksanaan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong mengenai pemberdayaan pedagang kaki lima (PKL) menurut Siyasah Dusturiyah. Semoga bermanfaat untuk menambah referensi ilmu dalam menunjang pengembangan ilmu hukum khususnya bagi penulis sendiri dalam menjalankan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong mengenai pemberdayaan pedagang kaki lima (PKL) ditinjau menurut Siyasah Dusturiyah.
Harapan kami, penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap kesadaran masyarakat luas, khususnya PKL, tentang pemberdayaan PKL dan terus mengabdi kepada lembaga, pemerintah dan masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan terkait pemberdayaan PKL.
Penelitian Terdahulu
Hal ini belum dirasakan oleh para pedagang kaki lima, khususnya di Kecamatan Curup, karena masih banyak pedagang kaki lima yang menggunakan sarana/gerobak yang kurang memadai. Masih banyak PKL yang belum mendapat pembinaan dan peraturan. Oleh karena itu, PKL yang diberdayakan oleh Rejang Lebong harus sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 5 Pasal 41 Tahun 2012 tentang Pemberdayaan PKL. Disertasi Yusdi Ghozali berjudul ‘Pemberdayaan PKL di Alun-alun Brebes, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes.’19 Permasalahan yang dibahas dalam penelitian Yusdi Ghozali adalah dampak negatif dari keberadaan PKL yang dianggap sebagai kambing hitam atas kekacauan kota dan kedamaian jalanan. Permasalahan pedagang kaki lima sebagai objek harus dihilangkan karena menyebabkan kemacetan lalu lintas dan mendatangkan sampah, sehingga lingkungan masyarakat menjadi kumuh karena adanya PKL. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang akan dilakukan membahas tentang pemberdayaan PKL di Kabupaten Rejang Lebong khususnya di Kecamatan Curup, karena pemberdayaan PKL meliputi peningkatan kemampuan usaha, kemudahan akses permodalan. , fasilitasi bantuan fasilitas perdagangan, penguatan.
19Disertasi Yusdi Ghozali yang berjudul “Pemberdayaan PKL di Alun-Alun Brebes Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes”, (Fakultas Pendidikan Universitas Negeri Semarang, 2011). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang akan dilakukan membahas tentang pemberdayaan PKL di Kabupaten Rejang Lebong khususnya di Kecamatan Curup karena adanya pemberdayaan PKL. 20Disertasi Ema Indriani berjudul “Pemberdayaan PKL Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus di Alun-Alun Simpang Pematang Kabupaten Mesuji)”, (Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN Metro, 2018.).
Terdapat persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian penulis yang akan dilakukan yaitu sama-sama membahas tentang Pedagang Kaki Lima (PKL).
Metode Penelitian
Karena lokasi ini merupakan lokasi dimana penulis ingin mengetahui bagaimana Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong melaksanakan tanggung jawabnya dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Rejang Lebong No. 5 Tahun 2012 tentang Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (PKL). Karena masih adanya PKL di Kabupaten Rejang Lebong khususnya di Kecamatan Curup yang belum mendapatkan pendampingan atau bimbingan mengenai pemberdayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 Perda No. 5 Tahun 2012, penelitian ini akan berlangsung kurang lebih 6 bulan (1 Juli-31 Desember 2021). Jadi, sampel yang diambil peneliti dalam penelitian ini adalah pelanggan yang berhubungan langsung dan berkepentingan dengan implementasi peraturan daerah no. 5 Tahun 2012 Pasal 41 Tentang Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (PKL) yaitu Kementerian Perdagangan, Koperasi, UKM, dan Industri, serta Masyarakat Lebong Kabupaten Rejang sebagai Pedagang Kaki Lima (PKL).
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari data primer dan data sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang memberikan data secara langsung kepada pengumpul 23 Sumber data diperoleh langsung dari lapangan dengan cara wawancara kepada pihak-pihak yang terlibat langsung dalam pelaksanaan tanggung jawab mengenai pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (PKL). Hal ini dilakukan dalam rangka memperoleh dan memahami konsep dan teori serta ketentuan terkait dengan pelaksanaan undang-undang mengenai pelaksanaan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong terhadap pemberdayaan pedagang kaki lima (PKL). Kemudian dikaitkan dengan permasalahan hukum yang akan diteliti yaitu penelitian.
Analisis data yang digunakan adalah analisis data yang berupaya memberikan gambaran secara jelas dan konkrit mengenai kajian “Implementasi Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 Pasal 41 Tentang Pemberdayaan PKL di Kecamatan Curup Perspektif Siyasah Dusturiyah”.
Sistematika Penulisan
Teknik analisis data adalah suatu cara menganalisis data penelitian, termasuk alat statistik yang relevan untuk digunakan dalam penelitian. Data yang diperoleh dan dikumpulkan baik data primer maupun sekunder dianalisis secara kualitatif. Data yang diperoleh melalui wawancara dalam penelitian ini dianalisis dengan bantuan analisis deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara data yang diperoleh dari wawancara informan diuraikan secara menyeluruh.
Data wawancara dalam penelitian ini merupakan sumber data utama yang dijadikan bahan analisis data untuk menjawab seluruh permasalahan penelitian. Berisi tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 tentang Pengaturan dan Pemberdayaan PKL, Pasal 41 tentang Pemberdayaan PKL. Berisi referensi dalam daftar pustaka ini yang bersumber dari buku, artikel/majalah dan internet.
KAJIAN TEORI
Urgensi Penataan Pedagang Kaki Lima
46 Damai Magdalena dan Jorawati Simarmata, “Pengaturan dan Pemberdayaan PKL dari Janji Politik Pilkada Serentak Tahun 2017 dan Urgensinya Membentuk Peraturan Daerah”, Jurnal Hukum Indonesia, Vol.14 No.2, Juni 2017, hal. 218. PKL harus mendapat perhatian dan tidak boleh diabaikan oleh pemerintah daerah karena mereka adalah kelompok masyarakat bawah. 51 Damai Magdalena dan Jorawati Simarmata, “Pengaturan dan Pemberdayaan PKL dari Janji Politik Pilkada Serentak Tahun 2017 dan Urgensinya dalam Pembentukan Peraturan Daerah”…….p.219.
52 Damai Magdalena dan Jorawati Simarmata, “Pengaturan dan Pemberdayaan PKL dari Janji Politik Pilkada Serentak 2017 dan Urgensinya dalam Pembentukan Peraturan Daerah” hal.219. Pemerintah Kabupaten melalui Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 tentang Pengaturan dan Pemberdayaan PKL sebagaimana tercantum dalam Pasal 2 menyatakan bahwa “Bupati wajib menata dan memberdayakan PKL.” Pengaturan PKL merupakan upaya pemerintah daerah dengan menentukan sasaran lokasi untuk menentukan, memindahkan, mengendalikan dan.
55 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 41 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan dan Perizinan PKL.
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima
Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Rejang Lebong Nomor 5 Tahun 2012 Pasal 41, Bupati memperbolehkan PKL. Berjualan kaki lima merupakan pekerjaan yang paling jelas dan penting bagi masyarakat miskin di sebagian besar kota di negara-negara berkembang pada umumnya. Pedagang Kaki Lima atau disingkat PKL adalah istilah yang digunakan untuk menyebut pedagang asongan yang melakukan kegiatan niaga di kawasan jalan raya (DMJ) yang diperuntukkan bagi pejalan kaki.
Pedagang kaki lima (sektor informal) adalah mereka yang melakukan kegiatan usaha perdagangan perorangan atau kelompok yang menggunakan fasilitas umum dalam menjalankan usahanya, seperti trotoar, pinggir jalan umum. Keberadaan pedagang kaki lima yang menjadi pusat kehidupan masyarakat bukan sekedar kegiatan ekonomi, namun juga merupakan fenomena sosial. Hal ini dikarenakan PKL lahir dari proses sosial, sehingga fenomena kehadiran mereka juga dapat dijelaskan secara teoritis.
Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh PKL tidak lepas dari berbagai pertimbangan ekonomi. 64Rholen Bayu Saputra, Profil Pedagang Kaki Lima (PKL) yang Berjualan di Jalan (Survei Jalan Teratai dan Jalan Seroja Kecamatan Senapelan)………hal.4. Dalam hal ini PKL mempertimbangkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam menjalankan usahanya.66.
Seringkali terdapat unsur penipuan dan penawaran dengan harga tinggi sehingga menyebabkan citra masyarakat terhadap PKL menjadi kurang positif.67. Studi yang berbeda terhadap PKL di berbagai daerah menunjukkan bahwa terdapat pendekatan masyarakat yang berbeda dalam mengelola PKL. Secara umum pengelolaan PKL masih diposisikan sebagai bagian dari masalah, bukan bagian dari solusi.
Pedagang kaki lima sebagai sektor informal terlahir sebagai pelaku usaha yang lemah secara ekonomi dan hukum. Persepsi tersebut muncul akibat memposisikan PKL sebagai objek yang tidak berdaya sehingga tidak mampu mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
Letak Astronomis dan Geografis kecamatan Curup
Visi dan Misi Pemerintahan Kecamatan Curup
Berikut foto pedagang kaki lima yang berjualan dengan gerobak, sepeda motor, mobil atau mendirikan tenda. Sehubungan dengan pemberdayaan PKL di Kabupaten Rejang Lebong yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 tentang Pengaturan dan Pemberdayaan PKL, Bupati. Kebijakan ini merupakan tindak lanjut Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2012 tentang Koordinasi Pengelolaan dan Pemberdayaan PKL.
Pak Firdaus juga tidak pernah diundang atau ikut serta dalam pengembangan PKL yang dilakukan pemerintah. Mengenai proses pemberdayaan PKL di Kecamatan Curup, Bpk. Adi Candra mengatakan proses pemberdayaan PKL. Artinya, Pemerintah Daerah melalui dinas terkait tidak melakukan pemerataan dalam melakukan pembinaan terhadap PKL.
Sebab, hal ini menjadi keluhan sebagian PKL yang dieksploitasi oleh oknum-oknum jorok tersebut. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 tentang Pengaturan dan Pemberdayaan PKL merupakan bagian dari siyasah dusturiyah. Padahal, Pasal 2 Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 tentang Pengaturan dan Pemberdayaan PKL menyebutkan.
Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Rejang Lebong No. 5 Tahun 2012 tentang Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Curup Kabupaten Rejang Lebong belum dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang ada. Pemberdayaan PKL Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus Pasar Simpang Pematang Kecamatan Mesuji)”. Profil Pedagang Kaki Lima (PKL) yang Berjualan di Jalan (Studi di Jalan Teratai dan Jalan Seroja Kecamatan Senapelan.)
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan dan Pemberdayaan PKL.
Kependudukan Kecamatan Curup
Kondisi Ekonomi dan Sosial Budaya, Keagamaannya dan
Pedagang Kaki Lima Di Kecamatan Curup
Menurut Ny. Maysaroh, selama Ny. Mungkin saja, pendataan pemberdayaan PKL tidak pernah dilakukan oleh pemerintah daerah/dinas terkait.