IMPLEMENTASI SUPERVISI KLINIS DI SD NEGERI 2 LIMBANGAN KEC. WATUMALANG KAB. WONOSOBO
Dina Widianti Anugraheni
Satya Wacana Christian University, Indonesia.
E-mail: [email protected]
INFORMASIARTIKEL A B S T R A C T
Submitted : 2021-10-30 Review : 2022-02-07 Accepted : 2022-06-27 Published : 2022-06-30
Clinical supervision is one of the existing approaches in academic supervision which aim is to improve and upgrade teachers' teaching ability through a systematic cycle. This study aims to obtain an overview of the implementation of clinical supervision, the role of school principals in the implementation of clinical supervision and teachers' views on clinical supervision. This study uses a descriptive method with a qualitative analysis approach. Data collection techniques were carried out by interviews and documentation studies. The research subjects were the principal and teachers at SD Negeri 2 Limbangan Kec.
Watumalang Kab. Wonosobo. The results of this study indicate that (1) the implementation of clinical supervision in SD Negeri 2 Limbangan Kec. Watumalang Kab.
Wonosobo has not been implemented effectively so that principals need to maximize the implementation of clinical supervision in their schools by carrying out clinical supervision more effectively in accordance with ideal steps.
Therefore, the goal of clinical supervision, such as helping teachers improve their teaching, can be achieved. (2) The role of the principal is less optimal in the implementation of clinical supervision because it is hampered by a sense of reluctance to the teacher. As the executor of clinical supervision, the principal must be professional in carrying out his duties as a supervisor, so that the results of clinical supervision can be used by the teachers as materials to improve their teaching and professionalism. (3) Teachers do not fully understand clinical supervision, so they have never taken the initiative to promote themselves to the principal for clinical supervision in the teaching process.
Supervisi klinis adalah salah satu pendekatan yang ada dalam supervisi akademis dimana tujuannya adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan mengajar guru melalui siklus yang sistematis. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai pelaksanaan supervisi klinis, peran kepala sekolah dalam pelaksanaan KEYWORDS
Implementasi, Supervisi Klinis KORESPONDENSI
Phone: +6281325707901 E-mail: [email protected]
supervisi klinis dan pandangan guru terhadap supervisi klinis. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan analisis kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan studi dokumentasi. Subjek penelitian adalah Kepala sekolah dan Guru di SD Negeri 2 Limbangan Kec. Watumalang Kab. Wonosobo. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) pelaksanaan supervisi klinis di SD Negeri 2 Limbangan Kec. Watumalang Kab.
Wonosobo belum dilaksanakan secara efektif sehingga kepala sekolah perlu lebih memaksimalkan pelaksanaan supervisi klinis di sekolahnya dengan melakukan supervisi klinis sesuai dengan langkah-langkah yang ideal agar dapat lebih efektif sehingga apa yang menjadi tujuan dari supervisi klinis yaitu membantu guru dalam memperbaiki pengajarannya dapat tercapai. (2) Peran kepala sekolah kurang maksimal dalam pelaksanaan supervisi klinis karena terhambat oleh rasa sungkan kepada guru, sehingga sebagai pelaksana dari supervisi klinis kepala sekolah harus profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai supervisor agar hasil dari supervisi klinis dapat digunakan guru sebagai bahan untuk memperbaiki pengajarannya dan meningkatkan profesionalitasnya. (3) Guru belum memahami sepenuhnya tentang supervisi klinis sehingga tidak pernah berinisiatif mengajukan diri kepada kepala sekolah untuk dilakukan supervisi klinis dalam proses mengajarnya.
PENDAHULUAN
Pengelolaan pembelajaran yang baik adalah kunci dari keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan. Pengawasan dalam proses pembelajaran sangat diperlukan agar dapat diketahui atau membandingkan akan kondisi yang ada dengan kondisi yang seharusnya terjadi. Dalam dunia pendidikan istilah pengawasan diidentikan dengan supervisi, karena bila dilihat dari sisi etimologi istilah supervisi atau dalam bahasa inggris supervision sering didefinisikan sebagai pengawasan. Supardi dalam Shulhan (2013) menegaskan bahwa supervisi lebih banyak diartikan orang sebagai salah satu fungsi pengawasan pendidikan. Sedangkan Kristiawan et al. (2019) menyimpulkan bahwa supervisi hampir sama dengan pengawasan, namun supervisi lebih kepada pembinaan.
Kegiatan supervisi yang berfokus memberikan bantuan profesional kepada guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran atau bimbingan untuk mempertinggi hasil belajar siswa adalah supervisi akademik. Salah satu model supervisi akademik yang dapat digunakan oleh supervisor adalah supervisi akademik model kontemporer dengan pendekatan klinis, atau sering disebut juga sebagai model supervisi klinis. Ngaba et al.
(2017) mengemukakan bahwa penerapan program supervisi klinis adalah salah satu cara untuk memperbaiki mutu pengajaran yang dilakukan oleh pengawas atau kepala sekolah terhadap guru. Kondisi pelaksanaannya di lapangan masih banyak supervisor yang belum melakukan supervisi klinis sebagaimana mestinya. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh Aguswandi et al. (2015) dalam penelitiannya ditemukan fakta berupa pengakuan guru tentang supervisi klinis yang dilaksanakan oleh kepala sekolah di SMA
Negeri 1 Kuala Kecamatan Kuala kabupaten Nagan Raya belum memberikan kontribusi yang optimal, yaitu belum adanya langkah kerja yang sistematis dan upaya-upaya yang kreatif guna meningkatkan profesionalisme. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa kepala sekolah sebagai supervisor belum memahami tentang supervisi klinis.
SD Negeri 2 Limbangan merupakan salah satu sekolah dasar yang berada di kecamatan Watumalang Kabupaten Wonosobo Provinsi Jawa Tengah. Sekolah ini merupakan sekolah pedesaan terletak 8 km dari pusat kabupaten dengan jumlah peserta didik sebanyak 81 orang, serta jumlah tenaga pengajar 6 guru kelas dan 1 guru PAI.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada pra penelitian dengan kepala sekolah dan salah satu guru kelas diperoleh informasi bahwa motivasi peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran kurang. Selain itu apabila ada kegiatan lomba mata pelajaran guru tidak maksimal dalam memberikan pembimbingan karena hanya berprinsip mengikuti lomba untuk berpartisipasi saja dan tidak memiliki target menang.
Kedua hal ini menunjukkan bahwa ada permasalahan dalam proses pembelajaran yang ada di sekolah tersebut karena kinerja dan motivasi guru yang kurang. Apabila dibiarkan tentu apa yang menjadi tujuan dari pendidikan tidak akan tercapai, sehingga peran kepala sekolah sangat dibutuhkan untuk melakukan supervisi klinis agar terjadi perbaikan dalam proses pengajaran.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis ingin melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan supervisi klinis, peran kepala sekolah dalam pelaksanaan supervisi klinis dan pandangan guru terhadap supervisi klinis di SD Negeri 2 Limbangan Kec. Watumalang Kab. Wonosobo.
KAJIAN PUSTAKA
Makawimbang (2013) berpendapat bahwa supervisi klinik adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai dari tahap perencanaan, pengamatan dan analisis yang intensif terhadap pembelajarannya dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Ngaba et al. (2017) merumuskan supervisi klinis adalah suatu teknik supervisi yang dilakukan oleh supervisor (kepala sekolah) untuk memberikan bantuan yang bersifat profesional yang diberikan berdasarkan kebutuhan guru yang bersangkutan dalam mengatasi masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar melalui bimbingan yang intensif yang disusun secara sistematis dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan mengajar dan meningkatkan profesionalisme guru. Sedangkan Nazaruddin (2019) mendefinisikan supervisi klinis sebagai suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan keprofesionalan guru, dalam penampilan mengajarnya di kelas berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai pedoman untuk perubahan tingkah laku tersebut. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis adalah proses pemberian bantuan profesional yang diberikan supervisor kepada guru dalam mengatasi permasalahan proses mengajar melalui siklus yang sistematis dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan mengajar guru.
Tujuan supervisi secara umum adalah untuk perbaikan dan peningkatan keterampilan mengajar guru didalam kelas. Acheson dan Gall (dalam Makawimbang, 2013) merinci tujuan supervisi klinis menjadi lebih spesifik, yaitu (1) Menyediakan umpan balik yang objektif mengenai pengajaran yang dilaksanakan oleh guru, (2) Membantu mendiagnosis dan memecahkan masalah-masalah pengajaran. (3) Membantu guru dalam menggunakan strategi pengajaran untuk mengembangkan keterampilannya.
(4) Membantu guru dalam memenuhi kepentingan promosi jabatan dan keputusan lainnya. (5) Membantu pengembangan sikap positif guru terhadap pengembangan profesional yang berkesinambungan.
Ada beberapa hal yang membedakan antara supervisi umum dan supervisi klinis.
Acheson dan Gall dalam Makawimbang (2013) menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan supervisi klinis, supervisor harus memperhatikan prinsip-prinsip dari supervisi klinis.
Prinsip-prinsip tersebut yaitu : (1) Terpusat pada guru (2) Hubungan guru dengan supervisor lebih interaktif daripada direktif (3) Bersifat demokratis bukan otoritatif (4) Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru (5) Umpan balik dari hasil observasi mengajar diberikan segera dan harus sesuai dengan kontrak yang telah disetujui bersama (6) Sifat dari supervisi yang diberikan adalah bantuan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan mengajar dan sikap profesional (7) Pusat perhatian supervisi hanya pada beberapa keterampilan mengajar saja.
Selain prinsip, perbedaan antara supervisi umum dan supervisi klinis dapat dilihat dari ciri-cirinya. Makawimbang (2013) dan Masmin (2020) mengungkapkan hal sama terkait dengan ciri-ciri supervisi klinis. Dari pendapat mereka berdua dapat dirumuskan ciri-ciri dari supervisi klinis adalah (1) Bimbingan yang diberikan supervisor bersifat bantuan bukan perintah atau instruksi; (2) Sasaran supervisi diusulkan oleh guru dengan sebelumnya ada pengkajian dan kesepakatan bersama supervisor; (3) meskipun proses mengajar guru dikelas bersifat luas dan terintegrasi, namun yang menjadi fokus sasaran supervisi adalah bagian yang sudah disepakati agar mudah diobservasi; (4) Instrumen observasi dikembangkan dan disepakati bersama antara guru dan supervisor; (5) Umpan balik dari kegiatan observasi diberikan segera dan secara objektif; (6) Analisis dan interpretasi data observasi dilakukan bersama antara guru dan supervisor; (7) dalam melakukan analisis guru diberi kesempatan untuk menilai diri terlebih dahulu dan supervisor tidak banyak mengarahkan melainkan cenderung lebih banyak mendengar dan bertanya; (8) Hubungan yang terjalin dalam supervisi bersifat terbuka dan dalam suasana yang intim; (9) Pelaksanaan supervisi dilakukan secara bersiklus yang meliputi persiapan, observasi, dan diskusi umpan balik; (10) Supervisi klinis digunakan untuk perbaikan dan peningkatan keterampilan mengajar.
Supervisi klinis memiliki beberapa variasi, Wallace dalam buku Supervisi Klinis yang ditulis oleh Makawimbang (2013) menyebutkan bahwa variasi dari supervisi klinis yaitu (1) supervisi langsung (2) supervisi alternatif (3) supervisi kolaboratif (4) supervisi tidak langsung (4) supervisi kreatif (5) supervisi mengeksplorasi atau menolong diri sendiri.
Makawimbang (2013) menuliskan beberapa pendapat para ahli tentang tahapan dari supervisi klinis. Dari tahapan-tahapan tersebut ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan supervisi klinis dilakukan dalam bentuk siklus melalui tiga tahapan esensial yaitu (1) tahap pertemuan awal, (2) tahap observasi mengajar, (3) tahap pertemuan balikan. Untuk memperjelas siklus tersebut digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:
Sumber : Makawimbang (2019) Gambar 1. Siklus Supervisi Klinis
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha memberikan gambaran dengan sistematis dan cermat terhadap fakta-fakta aktual dan sifat-sifat populasi tertentu (Rahmadi, 2011).
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan studi dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah dan 3 guru di SD Negeri 2 Limbangan Kec.
Watumalang Kab. Wonosobo. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data berdasarkan model Miles dan Huberman, dimana disampaikan oleh Sugiyono (2020) bahwa aktivitas dalam analisis data model Miles dan Huberman ini yaitu data reduction, data display dan conclusion drawing / verification. Pada tahap data reduction, peneliti merangkum dan mengelompokan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dan studi dokumentasi kedalam tiga hal yang ingin diketahui peneliti yaitu proses pelaksanaan supervisi klinis yang dilakukan di SD Negeri 2 Limbangan, peranan kepala sekolah dalam supervisi klinis, dan pandangan guru terhadap supervisi klinis.
Langkah berikutnya yaitu data display, yaitu dari hasil pengelompokan informasi yang diperoleh peneliti menyajikan dalam bentuk urain singkat dari hasil wawancara dan studi dokumentasi tersebut. Berikutnya pada tahap akhir adalah membuat kesimpulan dari hasil yang telah diperoleh untuk menjawab rumusan masalah yang sudah ditetapkan sebelumnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
a. Pelaksanaan supervisi klinis di SD Negeri 2 Limbangan
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah SD Negeri 2 Limbangan diperoleh informasi bahwa supervisi dilakukan tiap satu semester satu kali oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah. Kepala sekolah lebih sering melakukan supervisi akademis dan sangat jarang melakukan supervisi klinis. Supervisi klinis biasanya dilakukan pada saat penerapan kurikulum baru di sekolah tersebut untuk melihat kekurangan guru dalam melakukan pembelajaran di kelas dengan menggunakan kurikulum baru dan kemudian dicari jalan keluar untuk memperbaiki kekurangannya.
TAHAP PERTEMUAN BALIKAN
Menganalisis hasil observasi bersama guru Menganalisis perilaku mengajar
Bersama menetapkan aspek-aspek yang harus dilakukan untuk membantu perkembangan keterampilan mengajar berikutnya
TAHAP OBSERVASI MENGAJAR
Mencatat peristiwa selama mengajar Catatan harus objektif dan selektif TAHAP PERTEMUAN AWAL
Menganalisis rencana pelajaran Menetapkan bersama aspek-aspek yang akan diobservasi dalam mengajar
Inisiatif untuk dilaksanakannya supervisi klinis di SD Negeri 2 Limbangan muncul bukan dari guru melainkan dari supervisor yaitu kepala sekolah atau pengawas sekolah.
Prosedur yang dilakukan dalam melaksanakan supervisi klinis di SD Negeri 2 Limbangan ini menggunakan tiga tahap pelaksanaan sesuai dengan siklus supervisi yang disampaikan oleh Makawimbang (2013), yaitu tahap pertemuan awal, tahap observasi mengajar dan tahapan pertemuan balikan. Pada tahapan pertemuan awal sebelum pelaksanaan supervisi klinis dilakukan kesepakatan terlebih dahulu antara kepala sekolah atau pengawas sekolah sebagai supervisor dengan guru yang akan di supervisi tentang waktu pelaksanaan supervisi dan instrumen yang akan digunakan dalam observasi pengajaran di kelas. Kemudian pada tahapan observasi mengajar kepala sekolah akan masuk kelas untuk melihat proses mengajar yang dilakukan guru. Dari hasil observasi kelas tersebut kepala sekolah atau pengawas sekolah melakukan analisis dan hasil analisis tersebut digunakan untuk memberikan pembinaan kepada guru pada tahap pertemuan balikan.
Guru tidak dilibatkan dalam menganalisis dan menginterpretasi data observasi supervisi klinis. Semua dilakukan oleh supervisor dan umpan baliknya pun diberikan tidak secara langsung melainkan diberikan secara umum berupa pembinaan di forum pertemuan guru. Apabila supervisi itu dilakukan oleh pengawas maka pengawas akan menyampaikan informasi hasil analisis kepada kepala sekolah dan kepala sekolah memberikan evaluasi atau balikan kepada guru secara umum di forum pertemuan guru.
Selain itu tindak lanjut dari supervisi klinis ini kadang dengan mengirim guru ke pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh KKG.
b. Peran kepala sekolah dalam pelaksanaan supervisi klinis
Suasana kekeluargaan yang sangat kental dirasakan oleh kepala sekolah selama melaksanakan tugas di SD Negeri 2 Limbangan karena berlokasi di pedesaan dengan jarak 5 km dari pusat kecamatan dan 8 km dari pusat kabupaten jumlah tenaga pengajar 6 guru kelas 1 guru PAI yang kadang dirasakan kepala sekolah sebagai kendala dalam melaksanakan supervisi khususnya supervisi klinis. Kepala sekolah menyadari adanya rasa sungkan (rikuh pekewuh) ketika harus melakukan supervisi klinis kepada guru- gurunya. Selain itu kepala sekolah menyampaikan bahwa banyak guru-guru yang lebih muda darinya dan memiliki keterampilan mengajar lebih dari yang dia miliki sehingga secara umum kepala sekolah sudah mengetahui kualitas dari masing-masing guru di sekolah tersebut dan ini menjadi salah satu alasan jarang sekali dilakukan supervisi klinis di SD Negeri 2 Limbangan ini.
Informasi yang didapat dari wawancara kepada tiga orang guru juga memberikan jawaban yang sama, bahwa supervisi jarang sekali dilakukan oleh kepala sekolah.
Supervisi klinis biasanya dilakukan pada saat ada penerapan kurikulum baru di sekolah.
Guru menangkap adanya rasa sungkan kepala sekolah kepada guru untuk melakukan supervisi klinis sehingga pelaksanaan supervisi hanya untuk memenuhi kebutuhan administrasi pendidikan.
c. Pandangan guru terhadap supervisi klinis
Salah satu upaya yang dapat meningkatkan profesionalisme guru adalah dengan dilakukannya supervisi klinis, karena dengan supervisi klinis guru dapat memperbaiki dan mengembangkan keterampilan mengajarnya di sekolah. Dari hasil wawancara dengan guru SD Negeri 2 Limbangan, peneliti memperoleh informasi bahwa masih adanya rasa takut ketika akan disupervisi oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah karena guru merasa akan dinilai walaupun sebenarnya guru tahu tujuan dari supervisi.
Guru-guru di SD Negeri 2 limbangan ini belum familiar dengan istilah supervisi klinis sehingga tidak pernah berinisiatif mengajukan diri kepada kepala sekolah untuk dilakukan supervisi klinis dalam proses mengajarnya. Untuk mengevaluasi kemampuan mengajarnya selain masukan dari kepala sekolah yang diberikan secara umum di forum rapat dari hasil supervisi, guru mengeksplorasi dirinya sendiri dengan memanfaatkan pengalaman mengajarnya di dalam kelas dengan melakukan observasi dan refleksi dirinya sendiri. Apabila ada kekurangan atau kelemahan guru tersebut akan meminta bantuan teman guru lain untuk memberi masukan.
Pembahasan
Tujuan dari diselenggarakannya supervisi klinis adalah untuk membantu guru memperbaiki dan meningkatkan keterampilannya dalam mengajar di kelas. Namun dalam kenyataannya ada kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan supervisi klinis, sehingga prosedur yang dilakukan tidak sesuai sebagaimana seharusnya. Hal ini juga dialami oleh SD Negeri 2 Limbangan. Kekurang pahaman tentang konsep supervisi klinis merupakan faktor pertama yang menjadi kendala dalam pelaksanaan di SD Negeri 2 Limbangan.
Kekurang pahaman konsep supervisi klinis ini tidak hanya terjadi pada kepala sekolah namun terjadi juga pada guru yang mengajar di sekolah tersebut. Kondisi ini yang menyebabkan jarang sekali dilakukannya supervisi klinis karena masing-masing pihak belum menyadari secara penuh manfaat dari supervisi klinis dalam pendidikan dan prosedur yang harus dilakukan dalam pelaksanaan supervisi klinis. Salma et al. (2018) dalam penelitiannya juga menyimpulkan bahwa salah satu faktor penghambat dalam pelaksanaan supervisi klinis adalah kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang pentingnya supervisi klinis. Faktor kedua yang menjadi kendala dalam pelaksanaan supervisi klinis di SD Negeri 2 Limbangan adalah adanya rasa sungkan kepala sekolah kepada guru ketika akan melakukan supervisi klinis. Perasaan ini yang menjadikan tahapan-tahapan dalam pelaksanaan supervisi klinis tidak dilakukan sebagaimana seharusnya, khususnya dalam melakukan analisis data observasi dan pemberian umpan balik kepada guru. Secara ideal dalam melakukan analisis data observasi supervisi klinis sesuai dengan Makawimbang (2013) dan Masmin (2020) adalah dilakukan bersama antara supervisor dan guru yang disupervisi dan umpan balik diberikan segera dan objektif. Sedangkan dalam pelaksanaanya kepala sekolah tidak melibatkan guru dalam menganalisis data observasi dan umpan balik dilakukan secara umum dalam forum rapat guru. Hal ini tentu kurang efektif dilakukan karena guru tidak akan secara langsung mendapatkan masukan yang mendetail untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang dimilikinya. Bagi guru-guru yang memiliki kepekaan tinggi akan menjadikan pembinaan tersebut sebagai bahan koreksi diri, namun bagi guru yang kurang memiliki kepekaan akan menangkap pembinaan dari kepala sekolah hanya sebagai informasi saja. Artinya bahwa penerapan supervisi klinis pada tiap guru seharusnya dilakukan secara berbeda dengan menyesuaikan keadaan guru tersebut. (Nurcholiq (2017) menyatakan bahwa pengawas harus membedakan jenis strategi supervisi klinis yang akan digunakan sesuai dengan tipe guru yang disupervisi.
Pelaksanaan supervisi klinis di SD Negeri 2 Limbangan ini belum dilakukan secara efektif, sehingga walaupun telah dilakukan supervisi klinis pada sekolah tersebut masih adanya guru yang komitmen, motivasi dan kinerjanya kurang sehingga berpengaruh terhadap motivasi belajar peserta didik. Kusumawati (2020) dalam penelitiannya menyatakan bahwa penerapan supervisi secara efektif dapat meningkatkan komitmen kerja guru SD. Dengan demikian semakin terbukti bahwa keefektifan pelaksanaan supervisi klinis akan membawa dampak pada komitmen, motivasi dan kinerja guru.
Pelaksanaan supervisi yang tepat akan membantu guru dalam melakukan refleksi diri dan melakukan perbaikan diri dalam tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Goktalay (2017) menunjukkan bahwa peserta yang telah mengikuti pelatihan model supervisi klinis memiliki pemikiran bahwa dengan mengikuti pelaksanaan supervisi klinis mereka memiliki kesempatan untuk melihat apa yang telah mereka lakukan selama pelajaran dan memiliki kesempatan untuk merenungkannya dan meningkatkan keterampilan mengajar mereka.
Melakukan supervisi adalah salah satu bagian dari tugas dan peran kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Herabudin dalam Muslikhah (2018) menyebutkan bahwa kemampuan kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam menyusun, dan melaksanakan program supervisi pendidikan, serta memanfaatkan hasilnya. Artinya bahwa kepala sekolah dituntut untuk dapat melakukan kegiatan supervisi di sekolahnya, termasuk didalamnya melakukan supervisi klinis. Supervisi klinis dilakukan dengan tujuan membantu guru untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan guru dalam mengajar di kelas. Lestari (2019) dalam penelitiannya tentang implementasi supervisi klinis untuk meningkatkan kinerja guru SMP Ganesa satria depok menyimpulkan bahwa supervisi klinis yang dilakukan berkala oleh kepala sekolah adalah sebagai upaya pembinaan bagi guru-guru untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam pengajaran. Dengan demikian sebagai supervisor kepala sekolah dituntut untuk lebih profesional dalam menjalankan tugasnya. Profesional artinya mampu menjalankan tugas sesuai dengan protokol atau peraturan yang ada, sehingga faktor-faktor pribadi harus dikesampingkan. Melalui penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kurangnya peranan kepala sekolah dalam pelaksanaan supervisi klinis di SD Negeri 2 Limbangan karena masih belum dipisahkannya perasaan pribadi dengan tugas profesional kepala sekolah. Perasaan sungkan kepada guru saat melakukan supervisi klinis inilah yang menjadikan supervisi klinis jarang dilakukan atau dilakukan namun pada tahap pertemuan balikan tidak dilakukan secara langsung kepada guru. Sudah menjadi tanggung jawab kepala sekolah untuk membina guru yang profesionalismenya kurang melalui supervisi klinis walaupun sedekat apapun hubungan kepala sekolah dengan guru tersebut. Hal ini dipertegas oleh Wardhani et al., (2021) dalam penelitiannya yang mengatakan bahwa jika profesionalisme guru kurang, kepala sekolah sebagai supervisor dapat melakukan kegiatan supervisi klinis untuk mengetahui kelemahannya dan solusi yang tepat untuk mengatasinya.
Supervisi klinis yang dilakukan di SD Negeri 2 Limbangan dilakukan dari inisiatif kepala sekolah atau pengawas. Sedangkan seharusnya supervisi klinis dilakukan atas dasar kesadaran dari guru untuk disupervisi karena merasakan adanya masalah dalam mengajarnya. Ansori et al. (2016) juga menjelaskan bahwa supervisi klinis berbeda dengan supervisi akademis, dimana letak perbedaannya adalah supervisi klinis inisiatif awal datangnya dari kesadaran guru sedangkan supervisi akademis inisiatif awal datang dari supervisor. Kurangnya kesadaran guru akan permasalahan pembelajaran yang dialami dan kekurang pahaman guru akan pentingnya supervisi klinis adalah faktor yang menjadi penyebab guru tidak memiliki inisiatif untuk mengajukan diri dilakukan supervisi klinis dalam dirinya. Namun disisi lain secara tidak langsung guru di SD Negeri 2 Limbangan memiliki inisiatif untuk meminta masukan dari teman guru yang lain jika ada permasalahan dalam proses pembelajaran, hal ini menunjukkan adanya kesadaran diri dari guru untuk memperbaiki diri. Adanya kesadaran dari dalam diri guru untuk melakukan perbaikan pembelajaran menunjukkan keprofesionalan yang ada dalam guru tersebut. Guru yang profesional adalah seseorang yang memiliki minat dan kemampuan,
serta peminatan khusus yang berkaitan dengan bidang pengajaran sehingga ia dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai guru dengan kemampuan yang optimal (Wardhani et al., 2021). Dengan demikian pemahaman tentang supervisi klinis harus benar-benar dimiliki oleh setiap guru, sehingga diharapkan tidak ada guru yang merasa takut untuk disupervisi. Kesadaran guru untuk menyediakan diri untuk disupervisi klinis oleh supervisor akan dapat membantu dalam meningkatkan keprofesionalitasannya sebagai seorang guru. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari et al. (2016) yang menyebutkan bahwa pelaksanaan supervisi klinis yang dilakukan secara berkesinambungan dapat meningkatkan kompetensi profesional guru.
SIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa (1) pelaksanaan supervisi klinis di SD Negeri 2 Limbangan belum dilaksanakan secara efektif. Hal ini ditunjukkan dengan masih adanya guru yang memiliki motivasi dan kinerja yang kurang dalam mengajar walaupun telah dilakukan supervisi klinis (2) Peran kepala sekolah dalam supervisi klinis belum maksimal. Perasaan sungkan kepada kepada guru saat akan melakukan supervisi klinis ataupun saat akan memberikan balikan pada guru menjadikan kepala sekolah kurang maksimal dalam melakukan supervisi klinis (3) Guru belum memahami sepenuhnya tentang supervisi klinis. Kurangnya pemahaman guru terhadap supervisi klinis yang menjadikan guru tidak pernah berinisiatif mengajukan diri kepada kepala sekolah untuk dilakukan supervisi klinis dalam proses mengajarnya.
Berdasarkan kesimpulan di atas maka diajukan beberapa saran sebagai berikut:
Bagi kepala sekolah (1) Hendaknya lebih memaksimalkan pelaksanaan supervisi klinis di sekolahnya dengan melakukan supervisi klinis sesuai dengan langkah-langkah yang ideal agar dapat lebih efektif sehingga apa yang menjadi tujuan dari supervisi klinis yaitu membantu guru dalam memperbaiki pengajarannya dapat tercapai. menyusun program pelaksanaan supervisi klinis secara terstruktur (2) sebagai pelaksana dari supervisi klinis harus profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai supervisor, sehingga hasil dari supervisi klinis tersebut dapat digunakan guru sebagai bahan untuk memperbaiki pengajarannya dan meningkatkan profesionalitasnya (3) mengedukasi atau memberikan penjelasan kepada guru tentang konsep dari supervisi klinis agar guru dapat memiliki pemahaman yang benar tentang supervisi klinis dan secara sadar memiliki inisiatif mengajukan dirinya untuk dilakukan supervisi klinis oleh kepala sekolah dalam rangka meningkatkan profesionalitasnya. Sedangkan untuk guru hendaknya memiliki kesadaran yang tinggi untuk meningkatkan profesionalitasnya sebagai pengajar dengan secara sadar mengajukan diri untuk disupervisi klinis. Dengan adanya kesadaran dari guru untuk memanfaatkan supervisi klinis maka membantu dirinya dalam perbaikan atau meningkatkan kompetensi mengajarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aguswandi, T. H., AR, M., & Idris, J. (2015). Pelaksanaan Supervisi Klinis Di SMA Negeri 1 Kuala Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya. Jurnal Intelektualita, 3(2). http://digilib.unila.ac.id/4949/15/BAB II.pdf
Ansori, A., Supriyanto, A., & Burhanuddin. (2016). Pelaksanaan Supervisi Klinis dalam Meningkatkan Kinerja Guru Sekolah dan Dasar. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, 1(12), 2321–2326.
Goktalay, S. B. (2017). Clinical Supervision Model : Mentor s ’ and Teacher Trainees ’ Journey in Teaching Practicum. Global Conference on Education and Research (GLOCER 2017), 134–136.
Kristiawan, M., Yuyun Yuniarsih, Mp., Happy Fitria, Mp., & Nola Refika SPd, Mp.
(2019). Supervisi Pendidikan. Alfabeta. www.cvalfabeta.com
Kusumawati, G. A. (2020). Implementation of Clinical Supervision to Increase Work Commitment of Primary School Teachers. International Journal of Elementary Education, 4(2), 219. https://doi.org/10.23887/ijee.v4i2.26594
Lestari, I. D. (2019). Implementasi Supervisi Klinis Untuk Meningkatkan Kinerja Guru SMP Ganesa Satria Depok. Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan, 6(2), 129–134.
Makawimbang, J. H. (2013). Supervisi Klinis Teori & Pengukurannya (Analisis di Bidang Pendidikan). Alfabeta.
Masmin, D. N. (2020). Penerapan Supervisi Klinis Untuk Meningkatkan Kerja Guru.
Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan, 4(4).
https://doi.org/10.23887/jppp.v4i1.24985
Muslikhah. (2018). Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Dalam Mengembangkan Profesionalisme Guru Di Sd Negeri 02 Gawanan Dalam Mengembangkan Profesionalisme. In Program Studi Pendidikan Guru Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Nazaruddin, H. . (2019). Pelaksanaan Supervisi Klinis Kepala Madrasah Bagi Guru Pendidikan Agama Islam Di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Palembang. MoerFikri.
https://buku.masuk.id/2021/04/10/pdf-buku-pelaksanaan-supervisi-klinis-kepala- madrasah-bagi-guru-pendidikan-agama-islam-di-madrasah-ibtidaiyah-negeri-2- palembang-terbitan-noer-fikri-offset/
Ngaba, A. L., P, A. G., Lalupanda, E. M., & Sari, S. I. (2017). Pengendalian Dan Penjaminan Mutu Pengajaran Melalui Supervisi Klinis. Satya Widya, 33(1), 1–10.
https://doi.org/10.24246/j.sw.2017.v33.i1.p1-10
Nurcholiq, M. (2017). Supervisi Klinis. Journal EVALUASI, 1(1).
https://doi.org/10.32478/evaluasi.v1i1.62
Rahmadi. (2011). Pengantar Metodologi Penelitian. In Antasari Press.
Salma, P., Yusrizal, & Usman, N. (2018). Pelaksanaan Supervisi Klinis Dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru Di Man Beureunuen. Jurnal Magister Administrasi Pendidikan : Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, 6(1), 18–23.
Sari, A. U. W., Supriyanto, A., & Burhanuddin. (2016). Implementasi Supervisi Klinis Di Sekolah Dasar Dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru. Jurnal Pendidikan : Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, 1(11), 2254–2260.
Shulhan, M. (2013). Supervisi Pendidikan (Teori dan Praktek dalam Mengembangkan SDM Guru). In Acima Publishing. Acima Publishing.
Sugiyono. (2020). Metode Penelitian Manajemen. Alfabeta.
Wardhani, N. I., Prestiadi, D., & Imron, A. (2021). Implementation of Clinical Supervision to Improve Teacher Professionalism in Learning. Advances in Social Science, Education and Humanities Research, 589, 17–20.