• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLIKASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN PADA SURAT AL-KAHFI AYAT 18 DAN 19 DAN RELEVANSINYA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "IMPLIKASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN PADA SURAT AL-KAHFI AYAT 18 DAN 19 DAN RELEVANSINYA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL "

Copied!
145
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Identifikasi Masalah

Kurangnya kesadaran generasi muda saat ini terkait dengan kecerdasan emosional, yang penting kecerdasan intelektual saja.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Penelitian yang Relevan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat al-Isra`. Ada dua pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu: Apa saja nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat al-Isra`. 19 Herpin Dalimunthe, Nilai Pendidikan dalam Al-Qur'an (Kajian Kisah Nabi Hud As), Disertasi Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (Medan: Unpublished, 2014).

20 Sofa Mudana, Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Surat Al-Isra`, Tesis Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (Medan: Tidak diterbitkan, 2017),. Karena dalam penelitian ini penulis mengkaji tentang nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam QS.

Metode Penelitian

Dalam penelitian kepustakaan, tahap pertama sebelum peneliti mengumpulkan data, terlebih dahulu harus diperhatikan kualifikasi sumber data yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Sumber data dalam penelitian kepustakaan dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data yang diperlukan untuk penelitian kepustakaan adalah sumber tekstual kualitatif, dengan menggunakan acuan pemikiran melalui pernyataan tokoh yang menjadi objek penelitian.

Data yang diperoleh dari karya-karya tersebut masih bercampur antara data primer dan data sekunder. Memilih bahan pustaka untuk dijadikan sumber data primer, dilengkapi dengan sumber data sekunder yang berkaitan dengan pendidikan.

Sistematika Penulisan

Setelah semua langkah selesai, penulis kemudian menjelaskan seluruh aspek dari semua penafsiran yang kemudian dikaitkan dengan kecerdasan emosional mengenai isi dan makna ayat Alquran surat Al-Kahfi ayat 18-19. Bab keempat, pada bab ini hasil penelitian dan pembahasan menjawab rumusan masalah, menjelaskan nilai-nilai pendidikan yang dapat dipahami dari QS.al-kahfi dan implikasi nilai-nilai pendidikan dalam surat al-kahfi ayat 18 dan 19 dan relevansinya dengan kecerdasan emosional. Bab kelima, pada bab penutup ini memuat kesimpulan dari keseluruhan pembahasan penelitian wisuda ini, yang dirumuskan dalam definisi masalah.

Selain itu, pada bab penutup ini, penulis telah mencantumkan saran-saran terkait penelitian dalam skripsi ini yang mungkin terlewatkan atau diabaikan untuk ditindaklanjuti pada penelitian selanjutnya.

HAKEKAT NILAI DAN KECERDASAN EMOSIONAL

Hakekat Pendidikan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang dalam upaya mendewasakan manusia melalui upaya pendidikan dan pelatihan.31. Jenderal TNI Moeldoko juga menyampaikan pendapatnya mengenai pengertian pendidikan, yaitu pendidikan adalah senjata yang dapat digunakan untuk mengubah dunia karena pendidikan adalah pintu masuk menuju masa depan dan masa depan adalah milik manusia yang mempersiapkan dirinya sejak kecil.34 . 34Pendidikan adalah Senjata untuk Mengubah Dunia”, dalam http://www.tribunnews.com/nasional panglima-tni-pendidikan-is-weapon-to-change-the-world, diakses 21 Juni 2020.

Pendidikan adalah nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa serta diidentifikasikan dengan sumber agama, karena masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang religius, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu berlandaskan pada ajaran agama dan keyakinan. Artinya nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, dan seni.

Kecerdasan Emosional

  • Definisi Kecerdasan Emosional
  • Kiat-Kiat Mengembangkan Kecerdasan Emosional

Orang-orang dengan gelar dan gelar yang lebih tinggi seringkali kalah dengan orang-orang yang pendidikan formalnya sedikit. Kecerdasan emosional mengacu pada kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain, kemampuan memotivasi diri, dan kemampuan mengelola emosi. Oleh karena itu, orang dengan IQ tinggi mungkin kesulitan memahami dirinya sendiri dan mudah frustrasi.

Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri maupun dalam hubungan dengan orang lain. Salah satu cara terbaik untuk mengukur kecerdasan emosional seseorang adalah dengan menggunakan parameter kerangka kecerdasan emosional yang dirancang oleh Daniel Goleman. Kerangka ini terdiri dari lima kategori utama, yaitu: kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial.47.

Empati terdiri dari: memahami orang lain, melayani, mengembangkan orang lain, menghadapi keberagaman dan kesadaran politik. Orang tua yang berkomitmen menjadi teladan kecerdasan emosional akan memancarkan pancaran emosi ke lingkungan dan memudahkan anak dalam meningkatkan kecerdasan emosional. Hakikat kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan dan memahami, lalu merespons secara manusiawi.

Orang dengan EQ yang baik dapat memahami perasaan orang lain, dapat memahami perasaan orang lain, dapat membaca huruf dan garis tingkah laku orang lain, serta dapat memahami bahasa verbal dan nonverbal. 54 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia sukses membangun kecerdasan emosional dan spiritual ESQ: Kecerdasan spiritual emosional berdasarkan 6 rukun iman dan 5 rukun Islam, Cet. Berkaitan dengan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa seseorang yang sukses dalam studinya tidak menjamin sukses dalam dunia bisnis, apabila ia tidak diimbangi dengan kecerdasan emosional.

DESKRIPSI SURAT AL-KAHFI

Konteks Sejarah Ashhabul Kahfi

Memuaskan naluri keingintahuan manusia yang menghiasi jiwa mereka, mendorong para sarjana dan ahli berdebat dan meneliti tentang siapa dan kapan peristiwa ini terjadi dan di mana terjadinya. Banyak sekali pendapat mengenai hal ini sehingga generasi demi generasi diajarkan tentang hal tersebut secara global, kemudian, disadari atau tidak, melahirkan rincian-rincian yang tidak berdasar dan memberi label pada tempat-tempat tertentu sesuai dengan keyakinan dan kecenderungannya. Pengarang tafsir al-Muntakhab yang terdiri dari sekelompok ulama dan ahli Mesir mencoba mengungkap tempat dan waktu melalui tanda-tanda Al-Qur'an.

Ketika mereka berangkat dari sana, mereka menyatakan bahwa Ashhabul Kahfi adalah sekelompok pemuda yang beriman kepada Allah, mengalami penindasan agama, sehingga mereka mengasingkan diri ke gua yang tersembunyi. Kesimpulan yang sama dapat diambil dari catatan sejarah ini bahwa para pemuda tersebut adalah pengikut Yudaisme. Peristiwa pertama sepertinya lebih berkaitan dengan kisah Ashhâbul Kahfi karena kezaliman mereka lebih sadis.

Sehingga mengenai tempat atau goa yang digunakan oleh pemuda Eshhâbul Kehfi ini menimbulkan ketidaksesuaian pendapat, baik di kalangan peneliti maupun peneliti sejarah. Hal inilah yang membuat para ahli sejarah bekerja keras melakukan penelitian untuk mengetahui tentang gua Ashâbul Kahfi yang disebutkan atau dijelaskan dalam Al-Qur'an.

Identitas Surat Al-Kahfi

Ada yang istimewa pada letak surah ini, yakni di tengah-tengah Al-Qur'an, yakni akhir juz XV dan awal juz XVI. Sebagian besar ayat-ayat yang tersisa merupakan komentar terhadap kisah-kisah ini, kecuali beberapa ayat yang menggambarkan peristiwa kiamat. Benang merah dan tema utama yang menghubungkan kisah-kisah surah ini adalah tegaknya akidah tauhid dan keyakinan yang benar.

Al-Bika'i berpendapat bahwa tema utama Surat Al-Kahfi adalah untuk menggambarkan keagungan Al-Qur'an. Al-Qur'an telah terbukti menghalangi manusia untuk menyekutukan Allah.73 Hal yang paling menggambarkan tema ini adalah kisah Ashbaul Kahfi. Dapat disimpulkan bahwa Surah Al-Kahfi bertemakan penjelasan keimanan yang benar melalui penyajian cerita.

Asbabul Nuzul Surat Al-Kahfi

Kaum Quraisy menganggap para pendeta mempunyai kepakaran dalam memahami kitab yang diturunkan sebelumnya dan mempunyai pengetahuan tentang tanda-tanda kenabian yang tidak diketahui oleh kaum Quraisy. Setelah Quraisy selesai bertanya, Nabi SAW berjanji akan menjawab keesokan harinya tanpa berkata insya-Allah. Setelah itu Jibril datang dengan membawa surah Al-Kahfi di dalamnya menegur Rasulullah SAW atas kesedihannya, yaitu Surah Al-Kahfi ayat: 6, sedangkan yang satu menjelaskan.

Menurut Hamka, selepas lima belas hari, Jibril datang dengan membawa wahyu iaitu keseluruhan ayat Al-Kahfa secara tertib. Dalam sebuah riwayat (riwayat Ibn Jarir, dari Ibn Marduwaih, dari Ibn Abbas) ada menyatakan bahawa Rasulullah SAW pernah bersumpah. Dilarang menziarahi para sahabat Nabi SAW yang dianggap sebagai orang yang lemah, orang yang hina dalam masyarakat zaman itu.

Orang-orang musyrik datang dan memberitahu Nabi saw. mengusir para sahabat Nabi yang mereka anggap hina. Kemudian datang ayat 28, sebagai peringatan kepada Nabi s.a.w.s. untuk bersabar dengan orang yang beriman kepada Allah. 76. Suatu ketika, setelah berdakwah kepada kaumnya, tiba-tiba nabi Musa ditanya oleh seorang pemuda tentang orang yang paling cerdik di muka bumi.

Kerana Allah mengetahui perkara ini, Allah menegur Nabi Musa dengan memberitahu bahawa ada orang yang lebih pandai daripadanya. Kemudian berlaku pertemuan ilmiah dan interaksi pendidikan antara Nabi Musa dengan orang yang lebih cerdik darinya, seorang yang soleh iaitu Khidir. Kisah lain mengatakan bahawa ayat 110 diturunkan sebagai celaan kepada orang-orang yang solat atau berpuasa atau bersedekah, yang apabila dipuji bertambah ibadatnya dan berasa gembira dengan pujian itu. 77 Demikianlah asbabun nuzul daripada ayat-ayat yang terdapat dalam surah Al Kahf.

Kandungan Isi Surat Al-Kahfi

Keyakinan akan pertolongan Allah untuk orang-orang yang bertaqwa Dalam kisah Eshbabul Kehfi, perilaku takut kepada Allah ditunjukkan oleh pemuda Eshbabul Kehfi. Pemuda Eshbabul Kehfi meninggalkan larangan tuannya, antara larangannya ialah pergaulan tuannya dengan orang lain. Pemuda Eshbabul Kehfi takut kepada Allah salah satunya dengan beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah.

Terdapat beberapa dalil tentang ketakwaan pemuda Ashbaul Kahfi kepada Allah, yang menjadikan pertolongan Allah kepada mereka. Dalam kisah Eshbabul Kahfi, terdapat bukti tentang sikap pemuda Eshbabul Kahfi yang beriman kepada Tuhan, yang dijelaskan dalam jalan cerita. Maka walaupun mereka sampai di pintu masuk gua tempat pemuda-pemuda Eshbabul Kehfi bersembunyi, mereka tidak melihatnya.

Bahkan dalam kisah Ashhabul Kahfi digambarkan bahwa generasi muda adalah anak-anak orang-orang hebat. Dalam kisah Ashhabul Kahfi, para pemuda saling mencintai dan peduli terhadap keselamatan rekan seiman. Pemuda Ashhabul Kahfi tidak ingin ada saudaranya yang menderita celaka atau dalam bahaya.

Seperti dalam kisah Ashhabul Kahfi, para pemuda Ashhabul Kahfi meyakini kematian setelah hidup di dunia. Selain meyakini kematian, pemuda Ashhabul Kahfi juga meyakini adanya hari kebangkitan setelah kematian. Ketika para pemuda Ashhabul Kahfi dihadirkan di hadapan raja, mereka mengakui dengan lantang agama yang mereka yakini.

Selain nilai ibadah, nilai pendidikan Islam terkandung dalam kisah pendidikan akhlak Ashhabul Kahfi. Pemuda Ashhabul Kahfi sentiasa mendekatkan diri kepada Allah dan beribadat kepada Allah walaupun keselamatan mereka terancam.

Referensi

Dokumen terkait

Karena itu dalam proses, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki: kekuatan