• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indo Kelompok 1 Proyek PTS Laporan Esai Sistem Konsinyasi 22 Feb 2025 - Salin

N/A
N/A
Ade Rinni

Academic year: 2025

Membagikan "Indo Kelompok 1 Proyek PTS Laporan Esai Sistem Konsinyasi 22 Feb 2025 - Salin"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN ESAI

SISTEM KONSINYASI PRODUK MAKANAN KHAS YANG DIMODIFIKASI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1:

JUAN B.L. DJARA ANJELO SINE MARDIANA TEFBANA

KRISTINA RUWE ARCHANGELA P. NOMAN

CLARA MBORO

(2)

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Perkembangan zaman, dalam industri makanan mengalami perubahan besar. Produk makanan khas daerah, yang merupakan simbol budaya, sekarang menghadapi tantangan dengan makanan ringan atau snack modern yang lebih diminati karena produksi, pemasaran yang luas dan juga rasa makanan yang unik. Salah satu metode yang dapat digunakan yaitu sistem konsinyasi dan memodifikasi makanan.

Sistem konsinyasi merupakan metode pemasaran di mana produsen menyalurkan kepada penjual untuk dijual, dan pembayaran dilakukan setelah produk tersebut terjual. Metode ini menawarkan sejumlah keuntungan bagi produsen, terutama bagi usaha kecil dan menengah, karena dapat mengurangi risiko kerugian akibat produk yang tidak terjual. Dengan adanya sistem ini, produsen memiliki kesempatan untuk memperluas jangkauan pasar tanpa perlu mengeluarkan biaya besar untuk distribusi dan pemasaran.

Namun, untuk menarik minat konsumen, produk makanan khas perlu dimodifikasi agar sesuai dengan selera pasar yang terus berkembang. Modifikasi ini bisa berupa perubahan pada rasa, kemasan, atau bahkan cara penyajian produk. Inovasi dalam produk tidak hanya meningkatkan daya tariknya, tetapi juga berpotensi meningkatkan kualitas dan nilai jualnya.

Melihat adanya potensi, penulisan ini bertujuan untuk menganalisis manfaat sistem konsinyasi dalam memasarkan makanan khas yang telah dimodifikasi. Selain itu, laporan ini berisi bagaimana cara mengoptimalkan potensi produk makanan khas di pasar.

Sistem konsinyasi adalah sistem kerja sama, dimana pemilik barang atau produk (produsen) menitipkan produknya pada tempat penjualan seperti warung, tokoh, dll dengan tidak langsung dibayar, namun akan dibayar ketika produk selesai dijual atau dibayar pada periode waktu tertentu. Sistem ini memungkinkan untuk memperluas jangkauan pasar tanpa harus mengeluarkan biaya untuk memproduksi barang secara langsung ataupun biaya untuk menyewa tempat.

Sistem ini melibatkan dua pihak dimana salah satu pihak sebagai produsen (penitip) dan pihak lainnya sebagai penjual atau pemasar (tempat yang dititipkan produk). Pihak yang menitipkan produk disebut sebagai konsinyor sedangkan pihak penjual disebut konsinyi. Juga barang yang dititipkan disebut barang atau produk konsinyasi.

Dalam penerapan sistem konsinyasi, kedua pihak harus menyepakati perjanjian, mulai dari harga produk untuk dijual dan pembagian keuntungan. Kedua pihak harus mendapat keuntungan yang efektif dan tidak boleh salah satu pihak dirugikan. Jika sudah sepakat, produsen hanya perlu menyediakan barang dagangan, mengatur waktu untuk pengecekan barang, dan mengambil bayaran, serta melakukan penitipan barang baru.

(3)

Makanan Khas Daerah Yang Dimodifikasi. Makanan khas adalah jenis makanan yang memiliki ciri khas yang berasal dari daerah tertentu. makanan ini biasanya terbuat dari bahan- bahan lokal yang tersedia di daerah tersebut dengan jumlah yang cukup banyak. Makanan khas daerah sering kali menjadi simbol budaya, yang mencerminkan cara hidup dan masyarakat tersebut.

Dimodifikasi memiliki kata dasar modifikasi dimana artinya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), modifikasi adalah pengubahan atau perubahan. Contoh penggunaan modifikasi adalah "Ia setuju untuk melakukan beberapa modifikasi pada karangannya".

Modifikasi juga dapat berarti perubahan, seperti dalam kalimat "Rencana itu telah mengalami modifikasi dari keputusan sebelumnya". Modifikasi mencakup perubahan besar maupun kecil, tergantung pada tujuan yang ingin dicapai.

Jadi makanan khas daerah yang dimodifikasi artinya makanan yang memiliki ciri khas yang diubah seperti resep atau cara penyajian untuk menciptakan versi baru sehingga terlihat menarik, memiliki rasa yang lebih condong pada minat para konsumen sehingga produk yang dijual dapat dipasarkan dengan baik. Modifikasi ini dilakukan juga untuk beradaptasi dengan perubahan zaman.

Strategi Pemasaran Konsinyasi adalah rencana yang direncanakan untuk mencapai tujuan bisnis dengan memahami kebutuhan pelanggan atau konsumen. Strategi ini mencakup beberapa aspek diantaranya adalah area pemasaran, segmentasi pemasaran, dan metode pemasaran.

Area Pemasaran adalah jangkauan wilayah untuk melakukan aktivitas untuk melakukan aktivitas, jaringan organisasi, menghasilkan nilai bagi pelanggan, berkomunikasi, tawaran, klien, mitra, dan masyarakat umum. Pemasaran dimulai dari pemenuhan kebutuhan manusia yang berkembang menjadi keinginan manusia. Proses pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia merupakan konsep dari pemasaran. Mulai produksi barang, penetapan harga, dan distribusi.

Segmentasi Pemasaran adalah proses membagi pasar yang luas menjadi kelompok- kelompok yang lebih kecil dan kesamaan berdasarkan karakteristik tertentu. Tujuan dari segmentasi pasar adalah untuk memahami kebutuhan dan preferensi konsumen dengan lebih baik, sehingga perusahaan atau produsen dapat menyesuaikan produk, layanan, dan strategi pemasaran mereka untuk memenuhi kebutuhan spesifik dari setiap segmen.

Metode Pemasaran adalah cara atau strategi yang digunakan oleh perusahaan untuk mempromosikan dan menjual produk atau layanan mereka kepada konsumen, seperti metode tradisional dan metode digital. Metode pemasaran sedangkan digital adalah pendekatan yang memanfaatkan teknologi digital dan internet untuk mempromosikan produk atau layanan.

(4)

Hasil dan Pembahasan

Berikut berisi hasil analisis wawancara dari beberapa konsinyor. Produsen atau konsinyor pertama bernama Nona Sarah Nalle, memilih produk makanan khas daerah, yaitu keripik pisang dan keripik singkong. Dalam menjalankan usaha keripik singkong dan keripik pisang, konsinyor memanfaatkan sistem konsinyasi sebagai metode untuk memperkenalkan produk ke pasar. Saat ini, konsinyor menitipkan produk di dua kios kecil yang terletak di pinggir jalan, yang jaraknya hanya sekitar 3 km dari kediaman konsinyor. Dengan jarak yang dekat, konsinyor merasa lebih mudah untuk mengantar produk tersebut menggunakan motor pribadi, yang lebih efisien untuk perjalanan jarak dekat. Setiap hari, konsinyor memproduksi sekitar 30 bungkus keripik.

Dalam seminggu, konsinyor memiliki jadwal produksi dan pengantaran yang teratur. Pada hari Senin dan Kamis, konsinyor memproduksi makanan dan langsung mengantarkannya ke kios- kios. Rabu digunakan untuk melakukan pengecekan produk, memastikan semuanya dalam kondisi baik. Di hari Sabtu, konsinyor melakukan pengecekan stok di kios, memproduksi makanan, dan melakukan evaluasi penjualan mingguan. Evaluasi ini penting untuk menghitung total pendapatan dan membandingkan jumlah produk yang dititipkan dengan yang terjual, sehingga konsinyor dapat menghindari kelebihan atau kekurangan stok. Hari Minggu biasanya digunakan untuk istirahat, meskipun konsinyor tetap melakukan pengecekan stok jika diperlukan.

Konsinyor memilih metode konsinyasi karena modal yang terbatas dan belum memiliki tempat jualan sendiri. Saat ini, usaha ini masih menjadi pekerjaan sampingan bagi konsinyor, meskipun telah menjalankannya selama dua tahun. Tentu saja, ada tantangan yang harus dihadapi dalam sistem konsinyasi ini, seperti menjaga kualitas produk, bersaing dengan makanan lain, dan terkadang mengalami keterlambatan pembayaran dari kios. Oleh karena itu, konsinyor melakukan pengecekan produk setiap 2-3 hari untuk memastikan kualitas tetap terjaga. Meskipun ada tantangan, konsinyor berkomitmen untuk mempertahankan usaha ini dalam jangka panjang. Jika produk yang dititipkan tidak laku, konsinyor melakukan evaluasi terhadap rasa dan kemasan, dan menarik produk sebelum kadaluarsa. Konsinyor juga memiliki kontak pemilik kios yang bisa dihubungi untuk koordinasi rutin, dan kesepakatan dengan mereka biasanya dilakukan melalui diskusi langsung, dengan penjelasan sederhana mengenai sistem pembayaran dan pengecekan.

Menurut konsinyor, rata-rata keuntungan dari setiap produk yang dititipkan berkisar antara 25-35% dari harga jual. Konsinyor menyatakan, "Metode ini cukup berhasil karena tidak hanya memperkenalkan produk saya, tetapi juga menguntungkan kedua belah pihak." Produsen tersebut menegaskan bahwa sistem ini sangat menguntungkan, terutama dalam hal memperkenalkan produk dan menghasilkan pendapatan. Mengenai pembagian hasil, konsinyor menjelaskan bahwa jika harga jual produk adalah Rp 20.000, maka ia menerima Rp 15.000 (75%) dan pemilik kios mendapatkan Rp 5.000 (25%). Pembagian ini dianggap adil dan saling menguntungkan, menciptakan kerjasama yang positif dalam bisnis.

(5)

Konsinyor kedua bernama paman Azis, memilih memproduksi keripik singkong. Saat ini, konsinyor memiliki lima tempat penitipan yang terletak pada kios-kios dipingir jalan. Tempat- tempat penitipan tersebut tidak terlalu jauh dari kediaman konsinyor, tetapi tetap perlu merencanakan waktu dan cara pengantaran produk. Biasanya, konsinyor menggunakan sepeda motor untuk mengantar produk, sehingga bisa lebih cepat dan efisien dalam pengantaran.

Dalam setiap produksi, konsinyor dapat memproduksi sekitar 50 hingga 100 unit produk, tergantung pada jenis dan permintaan pasar. Selama seminggu, konsinyor biasanya memproduksi dan menitipkan barang pada hari Selasa dan Kamis. Ini adalah jadwal yang ditetapkan agar produk selalu tersedia di kios dan toko.

Konsinyor memilih metode konsinyasi karena tempat penjualan konsinyor sudah habis batas sewa, dan konsiyor merasa bahwa produksi kemudian dittipkan lebih menguntungkan.

Dengan sistem ini, konsinyor bisa menjangkau lebih banyak pelanggan tanpa harus mengeluarkan biaya sewa yang tinggi. Usaha ini merupakan pekerjaan utama konsinyor, dan ia sangat berkomitmen untuk mengembangkannya.

Konsinyor telah menjalankan usaha ini selama sekitar 3 tahun. Tantangan terbesar yang dihadapi adalah menjaga kualitas produk dan memastikan bahwa produk tetap menarik di tengah banyaknya pilihan di pasaran. Untuk mengatasi hal ini, konsinyor melakukan pengecekan produk yang dititipkan setiap lima hari sekali untuk memastikan semuanya dalam kondisi baik dan menarik bagi pelanggan. Konsinyor berencana untuk mempertahankan usaha dan sistem konsinyasi ini dalam jangka panjang. Jika ada produk yang tidak laku, konsinyor akan melakukan promosi tambahan. Konsinyor juga memiliki kontak yang baik dengan pemilik tempat penitipan, sehingga komunikasi berjalan lancar.

Rata-rata keuntungan dari setiap produk yang dititipkan berkisar antara 20-30% dari harga jual. Metode konsinyasi ini cukup berhasil dan menguntungkan, baik bagi konsinyor sebagai produsen maupun bagi pemilik kios. Pembagian hasilnya berbeda; jika harga jual produk adalah Rp 50.000, konsinyor mendapatkan Rp 30.000 (60%), sementara pemilik kios mendapatkan Rp 20.000 (40%). Dengan sistem ini, kedua belah pihak merasa diuntungkan dan termotivasi untuk bekerja sama lebih baik.

Konsinyor ketiga bernama Miss Mila, memproduksi kue pisang, kue sukun, atau singkong goreng. Konsinyor minitipkan barang dagangannya di kantin sekolah, yang jaraknya sangat dekat dengan tempat produksi. Pengantaran produk biasanya diantar dengan berjalan kaki.

Produksi harian biasanya sekitar 60 – 100 kue. Konsinyor menitipkan produk pada hari Senin sampai hari Jumat. Ia memilih sistem konsinyasi karena bukan menjadi pekerjaan utama dan tidak memiliki tempat penjualan. Usaha ini sudah berlangsung selama 5 tahun. Tantangan yang sering dihadapi yaitu jualan tidak laku. Usaha yang dilakukan oleh konsinyor ini tidak dijelaskan secara pasti apakah dipertahankan dalam jangka panjang atau tidak.

(6)

Produk yang tidak laku biasanya dibagikan karena produk memiliki ketahanan yang pendek, yaitu dalam jangka waktu sehari. Kesepakatan konsinyor dan tempat penjualan, semua hasil dari penjualan diberikan sepenuhnya pada konsinyor. Rata-rata pendapatan berkisar Rp30.000 – 50.000. Keberhasilan usaha ini berkisar 60% dilihat dari produk yang biasanya tidak laku.

Kesimpulan

Dari hasil analisis di atas, menjelaskan bahwa ada yang menjadikan usaha ini sebagai pekerjaan utama maupun sampingan. Secara keseluruhan, sistem konsinyasi terbukti efektif dalam membantu konsinyor memasarkan produk makanan khas daerah. Meskipun tidak semua konsinyor melakukan modifikasi pada produk. Strategi pemasaran yang baik, produk makanan khas dapat bersaing dengan makanan modern lainnya. Keberhasilan sistem ini sangat bergantung pada kerjasama yang baik antara konsinyor dan pemilik tempat penitipan, serta kemampuan konsinyor untuk beradaptasi dengan perubahan selera pasar.

Dapat disimpulkan bahwa metode ini menawarkan banyak keuntungan bagi konsinyor, terutama dalam memperkenalkan produk mereka ke pasar yang lebih luas tanpa harus mengeluarkan biaya besar untuk sewa tempat atau distribusi. Melalui wawancara dengan beberapa konsinyor, terlihat bahwa mereka berhasil memanfaatkan sistem ini untuk meningkatkan penjualan dan memperluas jangkauan pasar.

Jadi semua orang dapat melakukan pemasaran dengan menggunakan sistem konsinyasi, dengan memperhatikan produk yang dititipkan, hubungan dengan tempat untuk menitip dan juga strategi-strategi lainnya.

Referensi

Werdhaningsi, H., Naswati, W., Wirnas, D., & jamriati, R. (2018). Prakarya dan Kewirausahaan Kelas XII. Kemendikbud.

"Kamus". Pada KBBI Daring. Diambil 22 Februari 2025, dari kbbi.co.id/arti-kata/modifikasi.

Lampiran

Nama-nama yang diwawancarai: Nona Sarah Nalle, Paman Azis, dan Miss Mila.

Nona Sarah Nalle.

Referensi

Dokumen terkait