• Tidak ada hasil yang ditemukan

(Indonesian) Manual Operasi dan Pemeliharaan PLTMH Pesantren 1

N/A
N/A
Dhani Latif Kamaludin

Academic year: 2024

Membagikan "(Indonesian) Manual Operasi dan Pemeliharaan PLTMH Pesantren 1"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Work

Instruction

Operation Site

PLTMH PESANTREN 1

(2)

Prepared By : Dhani Latif Kamaludin

Koordinator O M

Reviewed By : Abu Sofyan Lahardi

Site Manager

Approved By : Aniek Kusniadi

Direktur

1 | P a g e

Table of Contents

I. TUJUAN ... 2

II. Standar Operasional Prosedur untuk Pengoperasian Pembangkit Tenaga Air Mini Hidro (PLTMH) Pesantren 1: Koordinator, Shift Leader, Operator, dan Teknisi ... 3

A. Koordinator Operasional Maintenance ... 3

B. Shift Leader ... 5

C. Operator ... 6

1. SOP Operator Turbin Generator: ... 6

2. SOP Operator Pintu Air: ... 7

D. Mechanical/Electrical... 8

III. SOP Start UP unit. ... 9

A. Perencanaan ... 9

B. Persiapan ME ... 10

C. Persiapan Civil ... 23

D. Pelaksanaan ... 25

E. Pelaporan/Pencatatan ... 27

F. Stop Unit ... 27 IV. SOP Pemeliharaan ... Error! Bookmark not defined.

(3)

Prepared By : Dhani Latif Kamaludin

Koordinator O M

Reviewed By : Abu Sofyan Lahardi

Site Manager

Approved By : Aniek Kusniadi

Direktur

2 | P a g e

I. TUJUAN

Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Air Mini Hidro (PLTMH) merupakan langkah penting untuk memastikan bahwa pembangkit listrik tersebut beroperasi dengan efisien, aman, dan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Tujuan dibuatnya SOP tersebut antara lain:

 Meningkatkan Efisiensi Operasional: SOP membantu dalam menjaga efisiensi operasional PLTMH Pesantren 1 dengan menyediakan panduan langkah demi langkah untuk menjalankan peralatan dan proses yang diperlukan.

 Menjamin Keamanan: SOP memberikan panduan untuk mengidentifikasi risiko dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga keamanan pengoperasian PLTMH Pesantren 1. Ini mencakup prosedur keselamatan bagi operator dan pemeliharaan peralatan.

 Mengurangi Risiko Kesalahan: Dengan SOP yang jelas dan terstruktur, risiko kesalahan manusia dapat dikurangi. Operator dapat mengikuti langkah-langkah yang telah ditetapkan dengan cermat, mengurangi kemungkinan terjadinya kegagalan atau insiden.

 Konsistensi Operasional: SOP memastikan bahwa PLTMH Pesantren 1 dioperasikan secara konsisten dan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Hal ini penting untuk menjaga kinerja sistem dan mengoptimalkan produksi listrik.

 Pemeliharaan Peralatan: SOP juga mencakup prosedur pemeliharaan rutin dan perawatan preventif untuk memastikan bahwa peralatan PLTMH Pesantren 1 berfungsi dengan baik dan memiliki umur pakai yang optimal.

 Kepatuhan Terhadap Regulasi: SOP membantu PLTMH Pesantren 1 untuk mematuhi semua regulasi dan persyaratan hukum yang berlaku dalam pengoperasiannya. Ini mencakup kepatuhan terhadap standar lingkungan, keselamatan, dan kesehatan kerja.

 Pelatihan Operator: SOP dapat digunakan sebagai panduan pelatihan bagi operator baru dan sebagai alat pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan operator yang sudah ada.

Dengan demikian, tujuan utama dari pembuatan SOP pengoperasian PLTMH Pesantren 1 adalah untuk memastikan bahwa pembangkit listrik tersebut dapat dioperasikan dengan efisien, aman, dan sesuai dengan standar yang ditetapkan, serta untuk mengoptimalkan kinerja operasional dan menjaga kepatuhan terhadap regulasi.

(4)

Prepared By : Dhani Latif Kamaludin

Koordinator O M

Reviewed By : Abu Sofyan Lahardi

Site Manager

Approved By : Aniek Kusniadi

Direktur

3 | P a g e

II. Standar Operasional Prosedur untuk Pengoperasian Pembangkit Tenaga Air Mini Hidro (PLTMH) Pesantren 1: Koordinator, Shift Leader, Operator, dan Teknisi

A. Koordinator Operasional Maintenance

Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk Koordinator Operasional Maintenance saat akan mengoperasikan unit, seperti dalam konteks Pembangkit Listrik Tenaga Air Mini Hidro (PLTMH) Pesantren 1, akan melibatkan tanggung jawab yang lebih luas daripada operator individual. Berikut adalah rangkuman potensial untuk SOP Koordinator Operasional Maintenance:

SOP Koordinator Operasional Maintenance:

a. Pemeriksaan Awal: Koordinator melakukan pemeriksaan awal terhadap seluruh unit pembangkit, termasuk turbin, generator, pintu air, dan sistem terkait lainnya, untuk memastikan bahwa semua peralatan berfungsi dengan baik dan siap untuk operasi.

b. Koordinasi dengan Tim: Koordinator berkomunikasi dengan tim operasional, termasuk Shift Leader, Operator Turbin Generator, Operator Pintu Air, dan personel pemeliharaan, untuk memastikan bahwa semua orang terlibat dalam operasi memiliki pemahaman yang sama tentang tugas mereka dan prosedur yang akan diikuti.

c. Pengaturan Prioritas: Koordinator menetapkan prioritas untuk operasi dan pemeliharaan berdasarkan kebutuhan listrik, kondisi peralatan, dan faktor- faktor lain yang relevan.

d. Pemantauan Operasional: Selama operasi, Koordinator memantau kinerja unit secara keseluruhan, termasuk turbin, generator, dan sistem pintu air, serta merespons perubahan kondisi atau masalah yang mungkin muncul.

e. Koordinasi Perawatan: Koordinator mengatur dan mengkoordinasikan kegiatan pemeliharaan preventif dan perbaikan yang diperlukan selama operasi. Mereka berkomunikasi dengan tim pemeliharaan untuk mengidentifikasi masalah, merencanakan tindakan perbaikan, dan memastikan bahwa perawatan dilakukan tanpa mengganggu produksi listrik yang berkelanjutan.

(5)

Prepared By : Dhani Latif Kamaludin

Koordinator O M

Reviewed By : Abu Sofyan Lahardi

Site Manager

Approved By : Aniek Kusniadi

Direktur

4 | P a g e f. Kepatuhan Terhadap Prosedur: Koordinator memastikan bahwa semua

operasi dilakukan sesuai dengan SOP yang ditetapkan, termasuk prosedur keselamatan dan lingkungan yang telah ditetapkan.

g. Koordinasi dengan Pihak Eksternal: Jika diperlukan, Koordinator berkomunikasi dengan pihak eksternal seperti operator sistem tenaga listrik atau lembaga pengaturan energi untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi dan koordinasi operasional yang diperlukan.

h. Pelaporan: Setelah selesai mengoperasikan unit, Koordinator menyusun laporan tentang operasi dan pemeliharaan tersebut. Laporan ini mencakup detail tentang kinerja unit, masalah yang muncul, tindakan perbaikan yang diambil, dan rekomendasi untuk perbaikan atau peningkatan operasional di masa mendatang.

SOP untuk Koordinator Operasional Maintenance bertujuan untuk memastikan bahwa operasi unit berjalan dengan efisien, aman, dan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, serta untuk mengidentifikasi dan menangani masalah dengan cepat dan efektif jika terjadi. Koordinator juga bertanggung jawab untuk memastikan koordinasi yang baik antara semua tim terlibat dan untuk memastikan bahwa perawatan dan perbaikan dilakukan dengan tepat waktu dan efisien.

(6)

Prepared By : Dhani Latif Kamaludin

Koordinator O M

Reviewed By : Abu Sofyan Lahardi

Site Manager

Approved By : Aniek Kusniadi

Direktur

5 | P a g e

B. Shift Leader

Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk Shift Leader saat akan mengoperasikan unit di Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTMH) Pesantren 1, mencakup langkah-langkah sebagai berikut.

a. Pemeriksaan Awal: Sebelum memulai operasi, Shift Leader melakukan pemeriksaan awal terhadap unit yang akan dioperasikan. Ini meliputi memastikan bahwa semua peralatan dan sistem berfungsi dengan baik, serta memeriksa keberadaan peralatan keselamatan yang diperlukan.

b. Pemantauan Peralatan: Shift Leader memantau kondisi peralatan dan sistem secara terus-menerus selama operasi. Hal ini meliputi memantau parameter operasional seperti suhu, tekanan, aliran, dan level bahan bakar (jika relevan), serta memeriksa kondisi visual peralatan.

c. Koordinasi dengan Tim: Shift Leader berkomunikasi dengan anggota tim operasional lainnya untuk memastikan bahwa semua orang terlibat dalam operasi memiliki pemahaman yang sama tentang tugas mereka dan prosedur yang akan diikuti.

d. Pelaksanaan Proses Start-up: Shift Leader memimpin proses start-up unit, termasuk menghidupkan sistem pembangkit, memeriksa parameter operasional, dan memastikan bahwa unit siap untuk operasi.

e. Pemantauan Operasional: Selama operasi, Shift Leader terus memantau kinerja unit dan merespons perubahan kondisi atau masalah yang mungkin muncul. Mereka juga bertanggung jawab untuk mengambil tindakan perbaikan sederhana jika memungkinkan, atau mengkoordinasikan dengan tim pemeliharaan jika diperlukan.

f. Kepatuhan Terhadap Prosedur: Shift Leader memastikan bahwa operasi dilakukan sesuai dengan SOP yang ditetapkan, termasuk mengikuti prosedur keselamatan dan lingkungan yang telah ditetapkan.

g. Pelaporan: Setelah selesai mengoperasikan unit, Shift Leader menyusun laporan tentang operasi tersebut. Laporan ini mencakup detail tentang kinerja unit, masalah yang muncul, tindakan perbaikan yang diambil, dan rekomendasi untuk perbaikan atau peningkatan operasional di masa mendatang.

SOP untuk Shift Leader bertujuan untuk memastikan bahwa operasi unit berjalan lancar, aman, dan efisien selama shift mereka, serta untuk mengidentifikasi dan menangani masalah dengan cepat dan efektif jika terjadi. Shift Leader juga bertanggung jawab untuk memastikan kepatuhan terhadap prosedur operasional dan keselamatan yang telah ditetapkan.

(7)

Prepared By : Dhani Latif Kamaludin

Koordinator O M

Reviewed By : Abu Sofyan Lahardi

Site Manager

Approved By : Aniek Kusniadi

Direktur

6 | P a g e

C. Operator

Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk Operator Turbin Generator dan Operator Pintu Air saat akan mengoperasikan unit di Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTMH) Pesantren 1, akan berfokus pada tugas dan tanggung jawab khusus masing-masing operator. Berikut adalah rangkuman potensial untuk SOP keduanya:

1. SOP Operator Turbin Generator:

a. Pemeriksaan Awal: Operator Turbin Generator melakukan pemeriksaan awal terhadap turbin, generator, dan sistem terkait sebelum memulai operasi. Ini termasuk memastikan bahwa semua peralatan berfungsi dengan baik dan tidak ada potensi masalah.

b. Persiapan Turbin: Operator menyiapkan turbin untuk operasi dengan memeriksa sistem pelumas, sistem pendinginan, dan sistem pengaturan kecepatan. Mereka juga memeriksa peralatan keselamatan seperti katup darurat dan perangkat pemutus darurat.

c. Pengoperasian Turbin: Operator memulai turbin sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, memantau parameter operasional seperti tekanan air, suhu, dan kecepatan rotasi, serta mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga kinerja optimal.

d. Pemantauan Generator: Selama operasi, Operator Turbin Generator memantau kinerja generator, termasuk tegangan dan frekuensi output.

Mereka bertanggung jawab untuk memastikan bahwa generator beroperasi sesuai dengan standar yang ditetapkan.

e. Koordinasi dengan Operator Pintu Air: Operator Turbin Generator berkomunikasi dengan Operator Pintu Air untuk memastikan bahwa pasokan air ke turbin sesuai dengan kebutuhan operasional dan untuk mengkoordinasikan pengaturan aliran air.

f. Pelaporan: Setelah selesai menjalankan turbin, Operator menyusun laporan tentang operasi tersebut, termasuk detail tentang kinerja turbin dan generator, masalah yang muncul, dan tindakan yang diambil.

(8)

Prepared By : Dhani Latif Kamaludin

Koordinator O M

Reviewed By : Abu Sofyan Lahardi

Site Manager

Approved By : Aniek Kusniadi

Direktur

7 | P a g e 2. SOP Operator Pintu Air:

a. Pemeriksaan Awal: Operator Pintu Air melakukan pemeriksaan terhadap sistem pintu air sebelum memulai operasi. Mereka memastikan bahwa semua pintu air berfungsi dengan baik dan tidak ada kebocoran atau masalah lain yang mungkin terjadi.

b. Persiapan Pintu Air: Operator mempersiapkan pintu air untuk operasi dengan memeriksa sistem pengaturan, mekanisme pembukaan dan penutupan, serta peralatan pengaman dan pemantauan.

c. Pengoperasian Pintu Air: Operator mengatur pintu air sesuai dengan permintaan operasional, memantau tingkat air di hulu dan hilir, dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga aliran air yang sesuai ke turbin.

d. Koordinasi dengan Operator Turbin Generator: Operator Pintu Air berkomunikasi dengan Operator Turbin Generator untuk memastikan bahwa pasokan air ke turbin sesuai dengan kebutuhan operasional dan untuk mengkoordinasikan pengaturan aliran air.

e. Pemantauan dan Perawatan: Selama operasi, Operator Pintu Air terus memantau kinerja pintu air dan sistem terkait, serta mengambil tindakan perawatan preventif jika diperlukan.

f. Pelaporan: Setelah selesai mengoperasikan pintu air, Operator menyusun laporan tentang operasi tersebut, termasuk detail tentang pengaturan pintu air, masalah yang muncul, dan tindakan yang diambil.

SOP untuk Operator Turbin Generator dan Operator Pintu Air bertujuan untuk memastikan bahwa kedua peran tersebut menjalankan tugas mereka dengan efisien, aman, dan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, serta untuk mengidentifikasi dan menangani masalah dengan cepat dan efektif jika terjadi. Kedua operator juga bertanggung jawab untuk memastikan koordinasi yang baik antara mereka untuk operasi yang lancar dan efisien

(9)

Prepared By : Dhani Latif Kamaludin

Koordinator O M

Reviewed By : Abu Sofyan Lahardi

Site Manager

Approved By : Aniek Kusniadi

Direktur

8 | P a g e

D. Mechanical/Electrical

Berikut SOP untuk Teknisi Elektrikal/Mekanikal Operasional Maintenance saat akan mengoperasikan unit di Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTMH) Pesantren 1.

SOP Teknisi Elektrikal/Mekanikal Operasional Maintenance:

a. Pemeriksaan Awal: Teknisi melakukan pemeriksaan awal terhadap sistem elektrikal dan mekanikal unit pembangkit sebelum memulai operasi. Ini meliputi memastikan bahwa semua peralatan listrik dan mekanikal berfungsi dengan baik dan tidak ada potensi masalah yang mengganggu.

b. Pemantauan Sistem: Teknisi memantau kinerja sistem elektrikal dan mekanikal selama operasi, termasuk tegangan, arus, kecepatan rotasi, suhu, tekanan, dan parameter lainnya. Mereka menggunakan alat pemantauan dan pengukuran untuk memastikan bahwa semua parameter berada dalam rentang yang aman dan optimal.

c. Penanganan Masalah Darurat: Jika terjadi masalah darurat seperti pemadaman listrik atau kegagalan peralatan kunci, Teknisi melakukan tindakan pemulihan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Mereka mungkin perlu menghubungi koordinator atau tim pemeliharaan tambahan untuk bantuan jika diperlukan.

d. Pemeliharaan Rutin: Selama operasi, Teknisi juga dapat melaksanakan tugas pemeliharaan rutin seperti pelumasan, penggantian suku cadang yang aus, dan pembersihan peralatan. Mereka melakukan tindakan pemeliharaan ini sesuai dengan jadwal yang ditetapkan untuk memastikan kinerja yang optimal dari unit pembangkit.

e. Koordinasi dengan Tim Lain: Teknisi berkomunikasi dengan anggota tim operasional lainnya, termasuk operator, shift leader dan koordinator, untuk memastikan koordinasi yang baik dalam menjalankan operasi dan pemeliharaan. Mereka melaporkan masalah dan perkembangan kepada koordinator dengan tepat waktu.

f. Kepatuhan Terhadap Prosedur Keselamatan: Teknisi memastikan bahwa semua operasi dan tindakan pemeliharaan dilakukan sesuai dengan prosedur keselamatan yang ditetapkan. Mereka menggunakan peralatan pelindung diri (APD) yang sesuai dan mengikuti protokol keselamatan yang relevan untuk mencegah cedera dan insiden.

g. Pelaporan: Setelah selesai mengoperasikan unit dan menjalankan tugas pemeliharaan, Teknisi menyusun laporan tentang kegiatan tersebut.

Laporan ini mencakup detail tentang kinerja unit, pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan, masalah yang diidentifikasi, dan rekomendasi untuk perbaikan atau peningkatan di masa mendatang.

(10)

Prepared By : Dhani Latif Kamaludin

Koordinator O M

Reviewed By : Abu Sofyan Lahardi

Site Manager

Approved By : Aniek Kusniadi

Direktur

9 | P a g e SOP untuk Teknisi Elektrikal/Mekanikal Operasional Maintenance bertujuan untuk memastikan bahwa teknisi menjalankan tugas mereka dengan efisien, aman, dan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Mereka bertanggung jawab untuk memantau kinerja sistem, menangani masalah dengan cepat dan efektif, dan menjalankan tugas pemeliharaan untuk memastikan kinerja optimal dari unit pembangkit.

III. SOP Start UP unit.

A. Perencanaan

1. Komunikasi dengan PLN ULP untuk Jadwal Start Up:

a. Koordinasikan dengan PLN ULP untuk menentukan jadwal start-up yang sesuai dengan kebutuhan energi dan kapasitas sistem.

b. Pastikan informasi tentang jadwal start-up disampaikan dengan jelas kepada semua personel terkait.

2. Persiapan Dokumen SOP:

a. Mempersiapkan dokumen Standar Operasional Prosedur (SOP) yang mencakup langkah-langkah operasional yang diperlukan selama start-up dan operasi normal.

b. Pastikan semua personel terlibat memahami dan mengikuti SOP dengan benar.

3. Penyusunan Logsheet untuk Pelaporan:

a. Mempersiapkan logsheet yang akan digunakan untuk mencatat semua kegiatan operasional selama start-up dan operasi rutin.

4. Pempersiapkan Alat Pelindung Diri (APD):

a. Memastikan semua personel yang terlibat dalam operasi pembangkit memiliki APD yang sesuai, termasuk helm, jaket pelindung, sarung tangan, dan sepatu keselamatan.

b. Pastikan APD diperiksa secara berkala untuk memastikan keamanan dan ketersediaan saat diperlukan.

Dengan mengikuti langkah-langkah perencanaan ini, diharapkan operasi start-up pembangkit tenaga air dapat dilakukan dengan lancar dan aman, serta sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.

(11)

Prepared By : Dhani Latif Kamaludin

Koordinator O M

Reviewed By : Abu Sofyan Lahardi

Site Manager

Approved By : Aniek Kusniadi

Direktur

10 | P a g e

B. Persiapan ME

1. Cek LBS JTM 20KV a. Inspeksi Visual:

Periksa kondisi fisik LBS secara keseluruhan, termasuk casing, sakelar, dan koneksi listrik.

Pastikan tidak ada kerusakan, korosi, atau tanda-tanda keausan yang signifikan.

b. Uji Operasi Mekanis:

Pastikan sakelar LBS dapat bergerak dengan lancar tanpa hambatan.

Operasikan sakelar untuk membuka dan menutupnya, pastikan tidak ada kekakuan atau masalah operasional lainnya.

2. Cek Gardu hubung a. Cek Power Supply:

 Pastikan power supply yang mendukung operasi gardu hubung berfungsi dengan baik.

 Periksa kabel, konektor, dan sumber daya lainnya untuk memastikan tidak ada kerusakan atau keausan yang dapat mengganggu pasokan daya.

b. Cek Baterai 110 VDC:

 Verifikasi keadaan baterai 110 VDC yang digunakan sebagai sumber daya cadangan untuk sistem kontrol dan proteksi.

 Periksa tegangan baterai dan pastikan kapasitasnya mencukupi untuk operasi gardu hubung dalam kondisi darurat.

c. Cek Cubicle 20 kV (VCB dan LBS):

 Inspeksi vacum cubicle 20 kV (Vacum Circuit Breaker dan Load Break Switch) untuk memastikan tidak ada kerusakan pada peralatan, kabel, atau konektor.

 Uji operasi mekanis dan elektrikal dari VCB dan LBS untuk memastikan keduanya berfungsi dengan baik.

d. Cek KWH Meter:

 Pastikan KWH meter yang terpasang pada gardu hubung dapat beroperasi dengan baik dan memberikan pengukuran yang akurat.

 Uji fungsi meter dan pastikan tidak ada masalah pada pengukuran atau pemrosesan data.

(12)

Prepared By : Dhani Latif Kamaludin

Koordinator O M

Reviewed By : Abu Sofyan Lahardi

Site Manager

Approved By : Aniek Kusniadi

Direktur

11 | P a g e 3. Cek Jaringan tenganga menengah 20 kv (JTM20KV)

a. Inspeksi Visual:

 Periksa kondisi fisik dari tiang, isolator, kabel, dan peralatan lainnya yang terhubung ke jaringan.

 Perhatikan apakah ada tanda-tanda kerusakan, korosi, atau keausan yang mungkin memengaruhi keandalan atau keselamatan jaringan.

b. Pemeriksaan Kabel dan Sambungan:

 Periksa kondisi fisik kabel dan sambungan untuk memastikan tidak ada kerusakan atau keausan yang dapat mengganggu aliran listrik.

 Pastikan kabel dan sambungan terpasang dengan baik dan aman.

c. Pemeriksaan Isolasi:

 Periksa kualitas isolator pada tiang dan bahu jalan untuk memastikan mereka dalam kondisi yang baik.

4. Cek Trafo dan NGR a. Inspeksi Visual:

 Periksa kondisi fisik dari trafo dan panel NGR. Pastikan tidak ada kerusakan pada struktur, kabel, konektor, atau peralatan lainnya.

 Perhatikan apakah ada tanda-tanda korosi, kelembaban berlebih, atau masalah lain yang mungkin mempengaruhi kinerja peralatan.

b. Pemeriksaan Fungsional Trafo:

 Pastikan semua konektor dan kabel terhubung dengan benar dan aman.

 Periksa level minyak di dalam tangki trafo dan pastikan dalam batas yang ditentukan.

 Uji transformator untuk memastikan tidak ada kebocoran atau masalah lain yang dapat mempengaruhi isolasi atau kinerja.

c. Pemeriksaan Fungsional Panel NGR:

 Pastikan semua konektor dan kabel terhubung dengan benar dan aman.

 Verifikasi bahwa NGR terpasang dengan benar dan tersambung dengan baik ke sistem grounding.

(13)

Prepared By : Dhani Latif Kamaludin

Koordinator O M

Reviewed By : Abu Sofyan Lahardi

Site Manager

Approved By : Aniek Kusniadi

Direktur

12 | P a g e

 Pastikan resistor NGR tidak mengalami kerusakan atau keausan yang signifikan.

5. Cek Battery Cabinet a. Inspeksi Visual:

 Periksa kondisi fisik dari Battery Cabinet. Pastikan tidak ada kerusakan fisik, tanda-tanda korosi, atau kebocoran yang dapat mengganggu kinerja baterai.

 Pastikan pintu dan kunci pintu berfungsi dengan baik.

b. Periksa Tegangan Baterai:

 Gunakan multimeter untuk mengukur tegangan baterai.

Pastikan tegangan baterai dalam rentang yang diharapkan dan cukup untuk mendukung operasi peralatan terkait.

c. Periksa Kabel dan Konektor:

 Periksa kabel dan konektor yang terhubung ke baterai untuk memastikan tidak ada kabel yang terputus atau konektor yang longgar.

 Pastikan kabel dan konektor dalam kondisi baik tanpa tanda- tanda kerusakan atau keausan.

d. Verifikasi Pemeliharaan Rutin:

 Periksa catatan pemeliharaan untuk memastikan bahwa baterai telah dipelihara secara teratur sesuai dengan rekomendasi produsen.

 Pastikan bahwa baterai telah diuji dan dilakukan penggantian jika diperlukan

6. Cek panel AC/DC Power Supply Distribution Board:

a. Inspeksi Visual:

 Periksa kondisi fisik dari AC/DC Power Supply Distribution Board. Pastikan tidak ada kerusakan fisik, tanda-tanda korosi, atau kebocoran yang dapat mengganggu kinerja peralatan.

 Periksa kebersihan dan keteraturan dalam ruang distribusi.

b. Periksa Konektor dan Kabel:

 Periksa semua konektor dan kabel yang terhubung ke Distribution Board untuk memastikan tidak ada kabel yang terputus atau konektor yang longgar.

(14)

Prepared By : Dhani Latif Kamaludin

Koordinator O M

Reviewed By : Abu Sofyan Lahardi

Site Manager

Approved By : Aniek Kusniadi

Direktur

13 | P a g e

 Pastikan semua kabel terpasang dengan baik dan tidak ada tanda-tanda keausan atau kerusakan.

c. Uji Fungsi:

 Nyalakan Distribution Board dan periksa apakah semua lampu indikator berfungsi dengan baik.

 Pastikan bahwa semua sirkuit yang terhubung mendapatkan daya dengan benar.

d. Verifikasi Proteksi:

 Periksa sistem proteksi yang terintegrasi dengan Distribution Board, seperti proteksi arus berlebih dan proteksi tegangan, untuk memastikan bahwa mereka berfungsi dengan benar.

7. Cek Panel 400v power supply distribution board a. Inspeksi Visual:

 Periksa kondisi fisik dari distribution board (panel distribusi) dan semua peralatan yang terhubung, termasuk kabel, sambungan, pemutus sirkuit, dan perangkat proteksi.

 Pastikan tidak ada tanda-tanda kerusakan fisik, kelembaban, atau tanda-tanda keausan yang mungkin memengaruhi kinerja sistem.

b. Verifikasi Koneksi:

 Pastikan semua kabel dan sambungan terpasang dengan baik dan aman pada distribution board dan peralatan terkait.

 Periksa apakah ada koneksi longgar atau korosi yang dapat mengganggu aliran listrik.

c. Pengujian Kontinuitas:

 Lakukan pengujian kontinuitas pada kabel dan sambungan untuk memastikan bahwa arus dapat mengalir secara tidak terputus dari sumber daya ke peralatan.

 Periksa dengan ohmmeter untuk memastikan tidak ada resistansi yang tidak diinginkan pada jalur kabel.

d. Pengujian Tegangan:

 Ukur tegangan pada distribusi daya untuk memastikan bahwa tegangan yang diberikan sesuai dengan spesifikasi.

 Pastikan tegangan yang diberikan stabil dan tidak bervariasi secara signifikan.

(15)

Prepared By : Dhani Latif Kamaludin

Koordinator O M

Reviewed By : Abu Sofyan Lahardi

Site Manager

Approved By : Aniek Kusniadi

Direktur

14 | P a g e e. Uji Fungsi Pemutus Sirkuit:

 Operasikan pemutus sirkuit pada distribution board untuk memastikan bahwa mereka dapat membuka dan menutup sirkuit dengan baik.

 Periksa apakah pemutus sirkuit merespons dengan cepat dan efektif saat dioperasikan.

e. Pemeriksaan Perangkat Proteksi:

 Verifikasi fungsi perangkat proteksi seperti relay proteksi dan perangkat perlindungan lainnya.

 Pastikan mereka dapat mendeteksi gangguan dan mengisolasi sirkuit yang terpengaruh dengan cepat dan efektif.

f. Uji Aliran Daya:

 Jika memungkinkan, lakukan uji aliran daya untuk memastikan bahwa semua peralatan terhubung menerima daya dengan baik dan berfungsi seperti yang diharapkan.

8. Cek Cubicle Incoming dari Main Trafo (Unit 1, Unit 2, dan Unit 3):

a. Inspeksi Visual:

 Periksa kondisi fisik cubicle untuk memastikan tidak ada kerusakan atau keausan yang signifikan.

 Pastikan kabel masukan dari main trafo terhubung dengan baik dan tidak ada tanda-tanda korosi atau koneksi yang longgar.

b. Uji Operasi Mekanis:

 Uji operasi mekanis dari pemutus sirkuit di setiap cubicle untuk memastikan bahwa mereka dapat membuka dan menutup dengan baik.

 Pastikan tidak ada hambatan atau kekakuan dalam operasi pemutus sirkuit.

c. Pengujian Elektrikal:

 Ukur tegangan pada masukan dari main trafo untuk memastikan bahwa tegangan yang diterapkan sesuai dengan spesifikasi.

 Pastikan tidak ada kebocoran arus dan tegangan isolasi dalam batas yang aman

(16)

Prepared By : Dhani Latif Kamaludin

Koordinator O M

Reviewed By : Abu Sofyan Lahardi

Site Manager

Approved By : Aniek Kusniadi

Direktur

15 | P a g e 9. Cek Cubicle Outgoing Auxiliary:

a. Inspeksi Visual:

 Periksa kondisi fisik cubicle auxiliary untuk memastikan tidak ada kerusakan atau keausan yang signifikan.

 Periksa semua perangkat dan koneksi auxiliary seperti relay proteksi, pengukur, dan peralatan kontrol lainnya.

b. Uji Operasi Perangkat Auxiliary:

 Uji operasi dari semua perangkat auxiliary seperti relay proteksi dan perangkat kontrol untuk memastikan mereka berfungsi dengan baik.

10. Cek Cubicle Outgoing ke Jaringan JTM 20 kV:

a. Inspeksi Visual:

 Periksa kondisi fisik cubicle outgoing ke jaringan JTM 20 kV untuk memastikan tidak ada kerusakan atau keausan yang signifikan.

 Periksa kabel dan sambungan untuk memastikan tidak ada koneksi longgar atau korosi.

b. Uji Operasi Pemutus Sirkuit:

 Uji operasi pemutus sirkuit di cubicle outgoing untuk memastikan bahwa mereka dapat membuka dan menutup dengan baik.

 Pastikan pemutus sirkuit merespons dengan cepat dan efektif saat dioperasikan.

c. Pengujian Fungsi Proteksi:

 Uji fungsi dari perangkat proteksi seperti relay proteksi untuk memastikan bahwa mereka beroperasi sesuai dengan spesifikasi.

 Pastikan perangkat proteksi dapat mendeteksi gangguan dan mengisolasi sirkuit yang terpengaruh dengan cepat dan efektif.

11. Cek Panel Switchgear (Unit 1, 2, dan 3):

a. Inspeksi Visual:

 Periksa kondisi fisik panel switchgear untuk memastikan tidak ada kerusakan fisik seperti retak, karat, atau keausan yang signifikan.

 Pastikan indikator operasi dan label jelas dan mudah dibaca.

(17)

Prepared By : Dhani Latif Kamaludin

Koordinator O M

Reviewed By : Abu Sofyan Lahardi

Site Manager

Approved By : Aniek Kusniadi

Direktur

16 | P a g e b. Uji Operasi Mekanis:

 Operasikan pemutus sirkuit dan sakelar pada panel switchgear untuk memastikan bahwa mereka berfungsi dengan baik dan tidak ada hambatan dalam operasi.

c. Pengujian Elektrikal:

 Lakukan pengujian tegangan pada panel switchgear untuk memastikan tegangan masukan dan keluaran sesuai dengan spesifikasi.

 Pastikan tidak ada kebocoran arus dan tegangan isolasi dalam batas yang aman.

12. Cek Panel LCU (Local Control Unit) (Unit 1, 2, dan 3):

a. Inspeksi Visual:

 Periksa kondisi fisik panel LCU untuk memastikan tidak ada kerusakan fisik atau keausan yang signifikan.

 Pastikan semua tombol dan indikator berfungsi dengan baik.

b. Uji Fungsi:

 Uji fungsi tombol kontrol dan indikator pada panel LCU untuk memastikan mereka merespons dengan baik dan mengontrol peralatan sesuai yang diharapkan.

13. Cek Panel Common Cabinet:

a. Inspeksi Visual

 Periksa kondisi fisik panel common cabinet untuk memastikan tidak ada kerusakan atau keausan yang signifikan.

 Pastikan semua kabel dan sambungan terhubung dengan baik.

b. Uji Fungsi:

 Uji fungsi perangkat yang terpasang di dalam panel common cabinet, seperti relay proteksi, pengukur, dan perangkat kontrol lainnya.

14. Cek UPS (Uninterruptible Power Supply):

a. Inspeksi Visual:

 Periksa kondisi fisik UPS, termasuk baterai, koneksi, dan panel kontrol.

(18)

Prepared By : Dhani Latif Kamaludin

Koordinator O M

Reviewed By : Abu Sofyan Lahardi

Site Manager

Approved By : Aniek Kusniadi

Direktur

17 | P a g e

 Pastikan tidak ada tanda-tanda kerusakan atau keausan yang signifikan.

b. Uji Fungsi:

 Uji operasi UPS dengan mematikan pasokan daya utama untuk memastikan UPS dapat beralih ke mode cadangan dan memberikan daya yang stabil.

 Periksa kapasitas baterai dan pastikan mereka dalam kondisi yang baik untuk memberikan daya cadangan jika diperlukan.

15. Cek panel eksitasi untuk unit 1, 2, dan 3 sebelum startup:

a. Inspeksi Visual:

 Periksa kondisi fisik panel eksitasi untuk memastikan tidak ada kerusakan fisik seperti retak, karat, atau keausan yang signifikan.

 Perhatikan kabel, koneksi, dan komponen lainnya untuk memastikan tidak ada tanda-tanda keausan atau korosi yang dapat memengaruhi kinerja sistem.

b. Verifikasi Koneksi:

 Pastikan semua kabel dan sambungan terpasang dengan baik dan aman pada panel eksitasi serta peralatan terkait lainnya seperti generator dan regulator tegangan.

 Periksa koneksi grounding untuk memastikan mereka dalam kondisi yang baik.

c. Pengujian Fungsi:

 Uji fungsi panel eksitasi untuk memastikan bahwa semua perangkat kontrol dan pengatur tegangan berfungsi dengan baik.

 Pastikan kontrol manual dan otomatis dapat beroperasi dengan lancar dan mengontrol tegangan generator dengan akurat.

d. Pemrograman dan Konfigurasi:

 Pastikan bahwa panel eksitasi sudah diprogram dan dikonfigurasi sesuai dengan spesifikasi generator dan sistem.

 Verifikasi pengaturan tegangan dan fungsi perlindungan untuk memastikan sesuai dengan kebutuhan operasional.

e. Uji Operasi:

(19)

Prepared By : Dhani Latif Kamaludin

Koordinator O M

Reviewed By : Abu Sofyan Lahardi

Site Manager

Approved By : Aniek Kusniadi

Direktur

18 | P a g e

 Lakukan uji operasi pada panel eksitasi untuk memastikan bahwa sistem berfungsi seperti yang diharapkan.

 Uji sistem untuk melihat responsnya terhadap perubahan beban dan kondisi operasional lainnya.

16. Cek governor untuk unit 1, 2, dan 3 a. Inspeksi Visual:

 Periksa kondisi fisik governor dan komponen terkait lainnya, seperti katup dan pengatur kecepatan.

 Pastikan tidak ada tanda-tanda keausan, korosi, atau kerusakan mekanis lainnya yang dapat memengaruhi kinerja.

b. Verifikasi Koneksi:

 Periksa semua kabel dan sambungan untuk memastikan mereka terpasang dengan baik dan tidak ada yang longgar atau rusak.

 Pastikan grounding dan koneksi listrik lainnya dalam kondisi yang baik.

c. Pengujian Fungsi:

 Uji fungsi governor untuk memastikan mereka dapat mengatur kecepatan generator dengan akurat.

 Pastikan bahwa governor merespons perubahan beban dengan baik dan dapat mempertahankan kestabilan kecepatan.

d. Kalibrasi:

 Kalibrasi governor sesuai dengan spesifikasi pabrik atau rekomendasi produsen.

 Verifikasi bahwa nilai-nilai set point dan parameter operasional lainnya sudah sesuai.

e. Uji Operasi:

 Lakukan uji operasi pada governor dengan memvariasikan beban pada generator.

 Periksa respons governor terhadap perubahan beban dan pastikan mereka dapat mempertahankan kecepatan generator dalam batas yang diinginkan.

f. Pemrograman dan Konfigurasi:

 Pastikan bahwa governor sudah diprogram dan dikonfigurasi sesuai dengan spesifikasi generator dan kebutuhan sistem.

(20)

Prepared By : Dhani Latif Kamaludin

Koordinator O M

Reviewed By : Abu Sofyan Lahardi

Site Manager

Approved By : Aniek Kusniadi

Direktur

19 | P a g e

 Verifikasi pengaturan dan parameter operasional untuk memastikan mereka sesuai dengan kebutuhan.

17. Cek sistem pendingin air (CWS) A. Backwash Bearing:

a. Inspeksi Visual:

 Periksa kondisi fisik backwash bearing untuk memastikan tidak ada tanda-tanda keausan, korosi, atau kerusakan lainnya.

 Pastikan tidak ada kebocoran air di sekitar bearing.

b. Pengujian Fungsi:

 Uji putaran backwash bearing untuk memastikan bahwa mereka berputar dengan lancar dan tanpa hambatan.

 Periksa apakah ada suara tidak normal yang menunjukkan masalah dengan bearing.

B. Backwash Shaft Seal:

a. Inspeksi Visual:

 Periksa kondisi fisik backwash shaft seal untuk memastikan tidak ada retakan, keausan, atau kerusakan fisik lainnya.

 Pastikan tidak ada kebocoran air di sekitar shaft seal.

b. Pengujian Kebocoran:

 Uji kebocoran pada shaft seal dengan meningkatkan tekanan pada sistem pendingin air dan memeriksa apakah ada kebocoran.

 C. Duplex Filter:

a. Inspeksi Visual:

 Periksa kondisi fisik duplex filter, termasuk elemen filter, untuk memastikan tidak ada kerusakan atau keausan yang signifikan.

 Pastikan tidak ada sumbat atau kotoran yang dapat menghambat aliran air.

b. Pembersihan Filter:

 Bersihkan atau ganti elemen filter jika perlu untuk memastikan aliran air yang optimal.

 Pastikan filter terpasang dengan benar setelah pembersihan atau penggantian.

(21)

Prepared By : Dhani Latif Kamaludin

Koordinator O M

Reviewed By : Abu Sofyan Lahardi

Site Manager

Approved By : Aniek Kusniadi

Direktur

20 | P a g e D. Panel Kontrol CWS (Cooling Water System):

a. Inspeksi Visual:

 Periksa kondisi fisik panel kontrol CWS untuk memastikan tidak ada kerusakan atau keausan yang signifikan.

 Pastikan semua indikator dan lampu kontrol berfungsi dengan baik.

b. Pengujian Fungsi:

 Uji fungsi kontrol panel untuk memastikan bahwa semua tombol dan kontrol bekerja dengan baik.

 Pastikan bahwa sistem alarm dan pemantauan berfungsi dengan baik dan dapat memberikan peringatan jika ada masalah.

E. Langkah Tambahan:

 Pastikan bahwa sistem pendingin air sudah diisi dengan air pendingin yang bersih dan sesuai dengan spesifikasi.

 Verifikasi bahwa semua katup dan valve terbuka dengan benar untuk memungkinkan aliran air yang optimal.

18. Cek MIV, ByPass, Panel kontrol MIV dan ByPass A. Pemeriksaan MIV (Main Isolation Valve)

a. Visual Check:

 Periksa kondisi fisik MIV, pastikan tidak ada kerusakan atau kebocoran.

b. Functional Test:

 Uji fungsi buka/tutup MIV secara manual dan otomatis (jika ada fitur otomatis).

c. Connection Check:

 Pastikan semua koneksi listrik dan pipa terhubung dengan benar dan kencang.

d. Indicator Check:

 Periksa indikator posisi (buka/tutup) pada MIV untuk memastikan keakuratannya.

B. Pemeriksaan Bypass Valve a. Visual Check:

 Periksa kondisi fisik bypass valve untuk memastikan tidak ada kerusakan atau kebocoran.

(22)

Prepared By : Dhani Latif Kamaludin

Koordinator O M

Reviewed By : Abu Sofyan Lahardi

Site Manager

Approved By : Aniek Kusniadi

Direktur

21 | P a g e b. Functional Test:

 Uji fungsi buka/tutup bypass valve secara manual dan otomatis.

c. Leak Test:

 Lakukan uji kebocoran pada bypass valve untuk memastikan tidak ada aliran yang tidak diinginkan saat valve dalam kondisi tertutup.

d. Indicator Check:

 Periksa indikator posisi pada bypass valve.

C. Pemeriksaan Panel Kontrol MIV dan Bypass a. Visual Check:

 Periksa panel kontrol untuk memastikan tidak ada kerusakan fisik atau komponen yang longgar.

b. Power Supply Check:

 Pastikan sumber daya listrik ke panel kontrol bekerja dengan baik.

c. Signal Check:

 Verifikasi bahwa semua sinyal dari dan ke MIV dan bypass valve terhubung dan berfungsi dengan benar.

d. Alarm and Indicator Test:

 Uji semua indikator dan alarm pada panel kontrol untuk memastikan semuanya bekerja dengan benar.

e. Control System Check:

 Pastikan sistem kontrol yang terkait dengan MIV dan bypass bekerja sesuai dengan spesifikasi.

19. Cek Generator

 Pemeriksaan Visual

 Kondisi Fisik: Periksa generator secara visual untuk memastikan tidak ada kerusakan fisik, karat, atau komponen yang aus.

 Kebersihan: Pastikan area di sekitar generator bersih dari kotoran dan debu yang dapat mengganggu operasi.

 Kabel dan Koneksi: Periksa semua kabel dan koneksi listrik untuk memastikan tidak ada yang longgar atau rusak.

 Pemeriksaan Sistem Pelumas

 Level Oli: Periksa level oli mesin dan tambahkan jika diperlukan.

(23)

Prepared By : Dhani Latif Kamaludin

Koordinator O M

Reviewed By : Abu Sofyan Lahardi

Site Manager

Approved By : Aniek Kusniadi

Direktur

22 | P a g e

 Kondisi Oli: Pastikan oli dalam kondisi baik, tidak terlalu kotor atau encer.

 Filter Oli: Periksa filter oli dan ganti jika diperlukan.

20. Cek Turbine

 Pemeriksaan Visual

 Kondisi Fisik: Periksa kondisi fisik spiral case untuk memastikan tidak ada retakan, deformasi, atau kerusakan lainnya.

 Kebersihan: Pastikan spiral case bebas dari kotoran, puing, atau material asing yang dapat mengganggu operasi.

 Karat dan Korosi: Periksa adanya karat atau korosi pada permukaan spiral case dan lakukan tindakan perbaikan jika diperlukan.

b. Pemeriksaan Sistem Penyegelan

 Seal Integrity: Periksa integritas seal untuk memastikan tidak ada kebocoran.

 Packing: Pastikan packing dalam kondisi baik dan tidak aus atau rusak.

 Seal Water System: Jika menggunakan sistem seal water, pastikan sistem berfungsi dengan baik dan aliran air mencukupi.

c. Pemeriksaan Sistem Pelumas

 Level Pelumas: Periksa level pelumas di reservoir dan tambahkan jika diperlukan.

 Kondisi Pelumas: Pastikan pelumas dalam kondisi baik, tidak tercemar atau mengandung partikel asing.

 Sistem Pelumasan: Periksa seluruh sistem pelumasan untuk memastikan tidak ada kebocoran dan semua komponen bekerja dengan baik.

d. Pemeriksaan Pipa dan Fitting

 Kondisi Pipa: Periksa semua pipa yang terhubung ke spiral case untuk memastikan tidak ada kebocoran, retakan, atau penyumbatan.

 Kondisi Fitting: Pastikan semua fitting dan sambungan pipa terpasang dengan kencang dan tidak bocor.

e. Pemeriksaan Sistem Pendinginan

(24)

Prepared By : Dhani Latif Kamaludin

Koordinator O M

Reviewed By : Abu Sofyan Lahardi

Site Manager

Approved By : Aniek Kusniadi

Direktur

23 | P a g e

 Coolant Flow: Pastikan aliran pendingin dalam spiral case memadai dan tidak ada penyumbatan.

 Kondisi Pendingin: Periksa kondisi cairan pendingin untuk memastikan tidak tercemar dan dalam level yang tepat.

f. Pemeriksaan Bearing

 Kondisi Bearing: Periksa kondisi bearing untuk memastikan tidak ada keausan atau kerusakan.

 Pelumasan Bearing: Pastikan bearing mendapatkan pelumasan yang memadai.

g. Pemeriksaan Mekanikal

 Alignment: Pastikan poros turbin dan komponen terkait lainnya sejajar dengan benar.

 Bolt and Fastener: Periksa semua baut dan pengencang untuk memastikan tidak ada yang longgar.

h. Pemeriksaan Sistem Instrumen dan Kontrol

 Sensor and Gauges: Pastikan semua sensor, gauge, dan instrumen kontrol berfungsi dengan baik dan memberikan bacaan yang akurat.

 Alarm and Safety Devices: Uji semua perangkat alarm dan keselamatan untuk memastikan bekerja dengan baik.

C. Persiapan Civil

1. Cek Bendung/Intake

 Kondisi Struktur:

Periksa kondisi fisik bendung dan intake untuk memastikan tidak ada kerusakan struktural atau retakan.

 Debris:

Bersihkan intake dari sampah, daun, ranting, atau material lainnya yang bisa menghalangi aliran air.

 Gate Operation:

Uji operasi pintu air (gate) untuk memastikan dapat dibuka dan ditutup dengan lancar.

 Sensor dan Instrumentasi:

Periksa semua sensor dan alat ukur pada intake, pastikan memberikan pembacaan yang akurat.

2. Cek Sandtrap

 Kondisi Fisik:

(25)

Prepared By : Dhani Latif Kamaludin

Koordinator O M

Reviewed By : Abu Sofyan Lahardi

Site Manager

Approved By : Aniek Kusniadi

Direktur

24 | P a g e Periksa sandtrap untuk memastikan tidak ada kerusakan atau endapan yang berlebihan.

 Kebersihan:

Bersihkan sandtrap dari sedimen dan material lainnya yang bisa mengganggu operasi.

 Drainage System:

Pastikan sistem drainase sandtrap berfungsi dengan baik untuk mengeluarkan sedimen.

 Valve Operation:

Uji operasi katup untuk memastikan bisa membuka dan menutup dengan lancar.

3. Cek Waterway

 Pipa dan Terowongan:

Periksa kondisi pipa dan terowongan untuk memastikan tidak ada kebocoran atau kerusakan struktural.

 Debris:

Pastikan waterway bebas dari hambatan yang bisa menghalangi aliran air.

 Valves and Gates:

Uji operasi katup dan pintu air sepanjang waterway untuk memastikan berfungsi dengan baik.

 Flow Measurement:

Periksa alat ukur aliran untuk memastikan memberikan data yang akurat.

4. Cek Headpond

 Level Air:

Periksa level air di headpond dan pastikan cukup untuk operasi.

 Spillway:

Pastikan spillway dalam kondisi baik dan tidak tersumbat.

 Debris:

Bersihkan headpond dari sampah dan material lainnya yang bisa menghalangi aliran air.

 Structure Inspection:

Periksa kondisi fisik struktur headpond untuk memastikan tidak ada kerusakan.

5. Cek Tailrace

 Kondisi Fisik:

Periksa tailrace untuk memastikan tidak ada kerusakan atau hambatan.

 Debris:

Pastikan tailrace bebas dari sampah dan material lainnya yang bisa menghalangi aliran air.

(26)

Prepared By : Dhani Latif Kamaludin

Koordinator O M

Reviewed By : Abu Sofyan Lahardi

Site Manager

Approved By : Aniek Kusniadi

Direktur

25 | P a g e

 Water Flow:

Pastikan aliran air di tailrace berjalan dengan lancar tanpa hambatan.

 Erosion:

Periksa tanda-tanda erosi di sekitar tailrace dan lakukan perbaikan jika diperlukan.

D. Pelaksanaan

1. Jaringan Tegangan Menegaha

 Masukkan LBS JTM 20KV dengan mengarahkan tuas ke posisi kanan secara manual.

2. Gardu Hubung

 Menyalakan baterai 24V, naikkan tuas MCCB

 Nyalakan Main MCB, UPS IN, UPS OUT yang berada di UPS Distribution Board dengan cara menaikkan MCB tersebut

 Aktifkan LBS 20 KV di cubicle 20 KV yang berada di GH dengan menekan tombol "Close".

 Hidupkan VCB 20 kV di cubicle 20 kV yang berada di GH dengan mengarahkan tuas CB switch ke posisi 'ON'.

3. Power Suplay Power House

 Nyalakan Main MCB yang ada di dalam panel AC/DC Power Supply Distribution Board dengan cara menaikkan MCB tersebut.

 Nyalakan FUSE yang ada di dalam panel AC/DC Power Supply Distribution Board dengan cara menaikkan MCB tersebut.

 Nyalakan AC IN RECTI 110VDC, AC IN RECTI 24VDC, AC INPUT INVERTER, LIGHTING & HEATER, 400V SWGR, yang ada di dalam panel AC/DC Power Supply Distribution Board dengan cara menaikkan MCB tersebut.

 Nyalakan EXCITATION #1 #2 #3, GOVERNOR #1 #2 #3, dan COMMON

& LCU yang ada di dalam panel AC/DC Power Supply Distribution Board dengan cara menaikkan MCB tersebut.

 Nyalakan MAIN CB, 400V SWGR, 20KV SWGR, 400V MDB, COMMON

& LCU, EXCITATION #1 #2 #3, dan GOVERNOR #1 #2 #3 yang ada di dalam panel AC/DC Power Supply Distribution Board dengan cara menaikkan MCB tersebut.

 Nyalakan MAIN CB, 400V SWGR, 20KV SWGR, FLOW SWITCH #1 #2

#3, COMMON dan LCU #1 #2 #3 yang ada di dalam panel AC/DC Power Supply Distribution Board dengan cara menaikkan MCB tersebut.

 Nyalakan MAIN CB, COMMON, RECEPTACLE, DC INPUT INVERTER, dan BATTERY 110V yang ada di dalam panel AC/DC Power Supply Distribution Board dengan cara menaikkan MCB tersebut.

(27)

Prepared By : Dhani Latif Kamaludin

Koordinator O M

Reviewed By : Abu Sofyan Lahardi

Site Manager

Approved By : Aniek Kusniadi

Direktur

26 | P a g e

 Nyalakan BATTERY 24V yang ada di dalam panel AC/DC Power Supply Distribution Board dengan cara menaikkan MCCB tersebut.

 Nyalakan CONTROL AUX TRAFO, CONTROL GENSET, PM V INPUT, BAT CHGR IN, G MDL V IN, B CHGR OUT, GEN BATTERY, ATS MODULE, HEAT & LIGHT yang ada di dalam panel 400V Main Distribution Board dengan cara menaikkan MCB tersebut.

 Nyalakan MCCB AUX TRAFO, dan GENSET yang ada di dalam panel 400V Main Distribution Board dengan cara menaikkan MCCB tersebut.

 Nyalakan AC/DC POWER SUPPLY DB, LIGHT & AC DB, COMPRESSOR, BENDUNGAN yang ada di dalam panel 400V Main Distribution Board dengan cara menaikkan MCB tersebut.

 Nyalakan MIV #1 #2 #3, GOVERNOR #1 #2 #3 yang ada di dalam panel 400V Main Distribution Board dengan cara menaikkan MCB tersebut.

 Posisikan ATS Controller ke mode otomatis dengan menekan tombol

"Auto" pada ATS Controller.

 Posisikan Genset Controller ke mode otomatis dengan menekan tombol

"Auto" pada Genset Controller.

4. Cubilce 20 KV di Power House

 Hidupkan VCB 20 kV di cubicle 20 kV Out Going yang berada di Power House dengan mengarahkan tuas CB switch ke posisi 'ON'.

 Aktifkan LBS Trafo 20 KV Auxiliary di cubicle 20 KV yang berada di Power House dengan menekan tombol "Close".

 Aktifkan LBS Trafo 20 KV #1 #2 #3 di cubicle 20 KV yang berada di Power House dengan menekan tombol "Close".

5. Swtich Gear 400v Generator

 Posisikan MODE OPERATION ACB ke mode remote yang ada di panel switch gear generator #1, #2, dan #3 dengan cara mengarahkan tuas MODE OPERATION ke posisi 'Remote'.

6. Governor

 Posisikan MODE OPERATION Governor ke mode remote/auto pada layar HMI panel GOVERNOR #1, #2, dan #3.

7. MIV & ByPass

 Posisikan MODE OPERATION ACB ke mode remote yang ada di panel switch gear generator #1, #2, dan #3 dengan cara mengarahkan tuas MODE OPERATION ke posisi 'Remote'.

8. Sistem Pendinginan (CWS)

(28)

Prepared By : Dhani Latif Kamaludin

Koordinator O M

Reviewed By : Abu Sofyan Lahardi

Site Manager

Approved By : Aniek Kusniadi

Direktur

27 | P a g e

 Buka katup in dan out Backwash CWS dengan memutar katup ke arah kiri.

 Posisikan MODE OPERATION ke mode remote yang ada di panel Backwash Bearing dan Backwash Shaft Seal #1, #2, dan #3 dengan cara mengarahkan tuas MODE OPERATION ke posisi 'Remote'.

9. StartUp Unit

 Posisikan MODE OPERATION Unit ke mode rauto pada panel LCU #1,

#2, dan #3 dengan mengarahkan tuas MODE OPERATION ke posisi 'Auto'.

 Ikuti Start Sequence yang ada di layar HMI LCU yang ada di menu SRAT/STOP.

 Tekan tombol BREAK RELEASE.

 Tekan tombol Open Bearing Cooling.

 Tekan tombol Open Shaft Seal Cooling.

 Tekan tombol Open Main MIV.

 Tekan tombol ON Governor.

 Tekan tombol ON EXCITATION (sebelum menyalakan excitation, pastikan putaran mesin sudah berada di 1000 rpm atau 50 Hz).

 Tekan tombol Unit Online.

 Posisikan SYNCHRON MODE ke mode remote pada panel Backwash Bearing dan Backwash Shaft Seal #1, #2, dan #3 dengan mengarahkan tuas MODE OPERATION ke posisi 'Auto'.

 Setelah paralel, naikkan beban secara bertahap sambil menyesuaikan tegangan.

E. Pelaporan /Pencatatan

 Catat waktu paralel unit setelah unit diparalelkan dengan jaringan dalam manuver jaringan yang ada di logsheet.

 Laporkan waktu paralel dan beban unit ke PLN setelah unit diparalelkan.

 Catat kinerja unit di logsheet setiap 1 jam.

 Cek secara rutin kinerja unit, seperti suhu bearing, shaft seal, tekanan air CWS, CWS, dan tekanan minyak governor.

F. Stop Unit

1. Komunikasi dengan PLN ULP untuk Jadwal Stop Unit:

 Koordinasikan dengan PLN ULP untuk mendapatkan izin penghentian unit.

 Pastikan informasi mengenai jadwal penghentian unit disampaikan dengan jelas kepada semua personel terkait.

2. Turunkan Beban dan Keluarkan ACB:

 Turunkan beban secara bertahap hingga di bawah 200 kW.

(29)

Prepared By : Dhani Latif Kamaludin

Koordinator O M

Reviewed By : Abu Sofyan Lahardi

Site Manager

Approved By : Aniek Kusniadi

Direktur

28 | P a g e

 Keluarkan ACB dengan mengarahkan tuas ke posisi 'Open'.

3. Ikuti Stop Sequence dari Layar HMI LCU:

 Ikuti urutan berhenti yang terdapat di layar HMI LCU pada menu SRAT/STOP:

 Tekan tombol "Excitation Off".

 Tekan tombol "Governor Off".

 Tekan tombol "Main MIV Close".

 Tekan tombol "Break Realis".

 Tekan tombol "Shaft Seal Cooling Close".

 Tekan tombol "Bearing Cooling Close".

 Tekan tombol "Break Off".

4. Catat Waktu Stop Unit dan Manuver Jaringan:

 Catat waktu berhenti unit setelah terputus dari jaringan dan detail manuver jaringan yang dilakukan pada logsheet yang sesuai.

5. Laporkan Waktu Offline dan Stop Unit ke PLN:

 Laporkan waktu offline dan waktu berhenti unit kepada PLN setelah unit offline sesuai prosedur yang berlaku.

6. Cek Unit Setelah Unit Berhenti:

 Lakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap unit setelah berhenti.

 Catat semua hasil pemeriksaan ke dalam logsheet

 untuk referensi dan analisis di masa mendata

Referensi

Dokumen terkait