• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: IMPLEMENTASI PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARATAN KELAS II B PADANG SIDEMPUAN KANTOR WILAYAH SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: IMPLEMENTASI PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARATAN KELAS II B PADANG SIDEMPUAN KANTOR WILAYAH SUMATERA UTARA"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

Oleh karena itu, pembinaan narapidana di lembaga pemasyarakatan tidak dilakukan melalui penindasan (balas dendam), melainkan melalui perlindungan. Apakah pembinaan narapidana di lembaga pemasyarakatan sudah mencerminkan konsep pemasyarakatan yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2022 tentang pemasyarakatan atau tidak?

Identifikasi dan Rumusan Masalah

Kemudian kenyataan yang lebih miris lagi adalah jumlah penghuni Lembaga Pemasyarakatan Padang Sidempuan tidak sebanding dengan kapasitas penghuni Lembaga Pemasyarakatan, dengan kata lain Lembaga Pemasyarakatan Padang Sidempuan kelebihan kapasitas sebanyak 18 orang. Hasil awal di lapangan, timbul keinginan yang kuat untuk melakukan penelitian yang lebih komprehensif dan mendalam sehubungan dengan penyusunan skripsi yang berjudul “Implementasi Pembinaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Kantor Wilayah Padang Sidempuan Sumatera Utara.”

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Kerangka dan Teori Konsep 1. Kerangka Teori

Kerangka Konsep

Dalam penelitian hukum, kerangka konseptual diambil dari peraturan perundang-undangan atau melalui upaya pembentukan pemahaman hukum. Jika kerangka konseptual diambil dari peraturan perundang-undangan tertentu, maka kerangka konseptual biasanya juga merumuskan definisi-definisi tertentu yang dapat dijadikan pedoman operasional dalam proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan konstruksi data.46. Pembinaan adalah suatu proses, tindakan, cara pembinaan atau usaha, tindakan dan kegiatan yang dilaksanakan dengan cara yang efektif untuk mencapai hasil yang lebih baik,50 padahal Pasal 1 Angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 menyatakan bahwa Pembinaan adalah suatu kegiatan yang harus meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan.

Terpidana adalah terpidana yang menjalani pidana penjara karena kehilangan kemerdekaannya.53 Narapidana yang dimaksud dalam penelitian ini adalah narapidana yang menjalani pidana di Lapas Tebing Tinggi. Pemasyarakatan adalah kegiatan pemberian pembinaan kepada warga binaan pemasyarakatan berdasarkan sistem kelembagaan dan metode pembinaan yang merupakan bagian terakhir dari sistem pembinaan dalam sistem peradilan pidana. Sistem Pemasyarakatan merupakan suatu pengaturan mengenai arah dan batasan serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pelatih, yang dibina dan masyarakat untuk meningkatkan mutu warga binaan pemasyarakatan. agar mereka menyadari kesalahannya, memperbaiki diri dan tidak mengulangi perbuatan pidana agar dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakatnya, dapat aktif.

51 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembinaan Narapidana Pemasyarakatan, Pasal 1 Angka 1. Lembaga pidana yang selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat pembinaan narapidana dan peserta didik.

Asumsi

Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian

Lokasi dan Populasi Penelitian

Dalam hal ini beliau merupakan Kepala Bagian Keamanan Pemasyarakatan (KPLP) pada Lembaga Pemasyarakatan Padang Sidempuan dan Kepala Bagian Pembinaan dan Pendidikan (Kasi.Binadik) pada Lembaga Pemasyarakatan Padang Sidempuan.

Alat Pengumpulan Data

Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hukum pidana, khususnya yang berkaitan dengan pembinaan narapidana, yaitu: KUHP. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 Republik Indonesia tentang Pemasyarakatan, Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembinaan Narapidana, Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak-Hak Narapidana, Pemerintah Peraturan Nomor 57 Tahun 1999 tentang Kerjasama Penyelenggaraan Pembinaan dan Pembinaan Narapidana, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pelaksanaan Kewenangan. Bahan hukum sekunder adalah bahan yang menjelaskan bahan hukum primer yaitu: literatur seperti buku, jurnal hukum, majalah termasuk laporan penelitian.

Bahan hukum tersier adalah bahan yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder yang meliputi Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Hukum, dan Ensiklopedia Hukum. Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti ini adalah dengan menggunakan studi dokumentasi yang dilakukan melalui pengumpulan data.

Analisis Data

Sistematika Penulisan

Pada bab ini akan diuraikan mengenai perubahan sistem pemidanaan dari retribusi menjadi instruksi, pelaksanaan tugas pembinaan narapidana serta pelaksanaan instruksi dan pengamanan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Padang Sidempuan. Bab ketiga berisi tentang upaya-upaya yang dilakukan. oleh penyuluh masyarakat kepada warga binaan di IEVP Padang Sidempuan Kelas II B. Pada bab ini akan diuraikan ulasan mengenai over kapasitas, hak asasi manusia terkait over kapasitas, analisis terjadinya over kapasitas di Lembaga Pemasyarakatan Padang Sidempuan dan over kapasitas yang berlebihan.

Pada bab ini akan dijelaskan kebijakan nasional untuk mengatasi over kapasitas dan upaya yang dilakukan Lembaga Pemasyarakatan Padang Sidempuan untuk mengatasi over kapasitas.

Sejarah Pembimbing Kemasyarakatan

Prinsip Dasar Pembinaan Narapidana

Berani mengambil resiko yaitu para tahanan setelah melakukan suatu pelanggaran hukum harus berani menanggung resiko menerima sanksi akibat perbuatannya sendiri, karena dengan demikian pembinaan akan menimbulkan kesadaran khusus di kalangan tahanan. Syarat di atas merupakan syarat mutlak bagi seseorang yang ingin mengubah dirinya, karena kelima syarat tersebut saling mendukung dan melengkapi. Satu-satunya cara untuk mengubah pola pikir negatif adalah diri Anda sendiri. Jika Anda optimis terhadap perubahan dalam diri Anda, akan sangat sulit hal-hal negatif lainnya memengaruhi Anda.

Dalam hal ini keluarga merupakan sesuatu yang sangat berperan aktif dalam pembangunan, dimana dukungan keluarga sangat mempengaruhi narapidana untuk menjadi lebih baik. Oleh karena itu, petugas pemasyarakatan juga harus bisa memberikan penekanan kepada keluarga narapidana untuk terus mendampingi narapidana dalam memberikan bimbingan. Dalam hal ini untuk kunjungan keluarga bagi narapidana yang berada di lembaga pemasyarakatan harus saling bahu membahu membantu memberikan dukungan atau motivasi untuk mengubah pola pikir narapidana bahwa ia tidak terisolasi dari keluarga atau masyarakatnya. untuk memperbaiki diri membangun negara. Peran PNS dan kelompok masyarakat mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pembinaan narapidana, karena PNS dan kelompok masyarakat telah berpartisipasi aktif dalam pembinaan narapidana.51.

Dari prinsip di atas dapat disimpulkan bahwa pelatihan adalah kesediaan narapidana untuk mengikuti kegiatan pelatihan, untuk mengikuti kegiatan pelatihan yang diberikan. Lembaga Pemasyarakatan Peran aktif keluarga untuk memperkuat dan memberikan dukungan kepada narapidana serta pengembangan masyarakat sangat penting untuk tidak mengasingkan atau mengisolasi narapidana begitu mereka kembali ke masyarakat.

Tujuan Lembaga Pemasyarakatan

Potensi tersebut akan sangat bermanfaat bagi warga binaan karena melalui tangan para pelatih yang mempunyai itikad baik, dedikasi tinggi, semangat tinggi, mampu memberikan motivasi perubahan diri para warga binaan dalam meraih masa depan yang lebih cerah. Membentuk narapidana menjadi lebih baik baik selama berada di dalam lembaga maupun setelah keluar dari lembaga, agar tidak mengulangi tindak pidana. Program Pembinaan Narapidana Dalam Proses Reintegrasi Sosial Narapidana di Lapas Kelas II B Padang Sidempuan.

Program Pembinaan Narapidana dalam Proses Reintegritas Sosial Bagi Narapidana di Lapas Kelas II B Padang Sidempuan

Menurut petugas, tanggung jawab mereka dalam melatih narapidana adalah menentukan tujuan pelatihan, namun tidak selalu terserah pada petugas, kepribadian narapidana juga menjadi kunci terpenting dalam mengubah sifat-sifat negatif yang ada pada diri narapidana. Program pelatihan seperti ini rupanya mendapat respon positif dari sebagian warga binaan karena dirasa bisa menjadi bekal hidup mereka setelah keluar dari Lapas. Hal ini diakui oleh petugas bimbingan di IEVP Padang Sidempuan Kelas II bahwa perlu adanya pembinaan agar sekembalinya ke masyarakat mereka mempunyai kesempatan kerja yang sesuai dengan keterampilan yang diperoleh selama di IEVP. Karya ini dapat memotivasi masyarakat untuk mempersiapkan masa depan di masyarakat, sehingga tidak diasumsikan bahwa setiap narapidana yang keluar dari lembaga pemasyarakatan akan sangat sulit mendapatkan pekerjaan dan menolak pendapat sebagian masyarakat bahwa jika mereka adalah mantan narapidana. , pekerjaan yang akan mereka peroleh merupakan pekerjaan terendah di mata masyarakat bangsa dan negara.

Program di atas merupakan pelatihan yang tidak hanya memberikan kesibukan bagi petugas dan narapidana, namun lebih menitik beratkan pada individualisasi, menempatkan narapidana sebagai orang yang tersesat dan memberikan pembinaan sesuai dengan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan. Upaya ini dilakukan agar keimanan para narapidana dapat dikuatkan, terutama memberikan pemahaman agar para narapidana di lembaga pemasyarakatan dapat menyadari akibat dari benar dan salahnya perbuatan. Upaya tersebut dilakukan melalui pendidikan Pancasila, termasuk meningkatkan kesadaran para narapidana agar dapat menjadi warga negara yang baik.

Upaya ini diperlukan agar pengetahuan dan kemampuan berpikir warga binaan pemasyarakatan meningkat sehingga dapat meningkatkan kesadaran hukum. Program asimilasi sangat berpengaruh bagi narapidana dalam menghilangkan stigma buruk yang ada pada diri narapidana, baik dari penolakan masyarakat yang dapat menyebabkan narapidana tersinggung maupun kembali melakukan tindak pidana.

Urgensi Pemberian Pembinaan Terhadap Narapidana

Mengubah Pasal 29 UU No. 39 Tahun 1999, sudah jelas bahwa narapidana adalah ciptaan Tuhan, walaupun narapidana, hak-hak bawaannya harus dilindungi meskipun di dalam penjara. 68 Mardjono Reksodiputro, Pandangan mengenai HAM dilihat dari aspek hak sipil dan politik dengan perhatian khusus terhadap hak sipil dalam KUHAP, Kumpulan Esai Ketiga, hal. Pada dasarnya asas-asas tersebut dapat dijadikan sebagai indikator untuk melihat keberhasilan pelaksanaan pemasyarakatan.Indikator yang dimaksud adalah apabila seluruh perlindungan terhadap hak-hak warga binaan dan narapidana pemasyarakatan terpenuhi, maka hal tersebut merupakan indikator utama keberhasilan tugas dan wewenang pemasyarakatan. fungsi lembaga pemasyarakatan itu sendiri.

Berbagai peraturan telah dikeluarkan pemerintah Indonesia dalam upayanya menghormati dan melindungi hak-hak narapidana. Aturan utama yang dijadikan acuan dalam melindungi hak narapidana adalah UU Pemasyarakatan Nomor 22 Tahun 2022. Berdasarkan undang-undang tersebut, pidana di dalamnya adalah dikeluarkannya narapidana dari masyarakat sebagai penghambat, artinya tidak dimaksudkan untuk menghilangkan hak asasi manusia yang melekat pada dirinya sebagai manusia, oleh karena itu perlindungannya diberikan dalam UU N0.

Beberapa ketentuan lain yang sejalan dengan prinsip dan standar hak asasi manusia telah diadopsi dan diterapkan di Indonesia, yaitu Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1948 dan Kovenan Hak Sipil dan Politik. Jika diperhatikan orientasi-orientasi yang dilakukan di lembaga pemasyarakatan, orientasi itulah yang mengarah pada perbaikan, agar para terpidana dapat kembali ke masyarakat, tidak ada hak-hak lain yang dicabut, kecuali hak untuk kehilangan kebebasannya untuk sementara waktu, maka dalam ini, para narapidana masih mempunyai hak-hak lain.

Referensi

Dokumen terkait