• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: PERLINDUNGAN HUKUM T ERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NO 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA (Studi Di Kepolisian Resort Aceh Selatan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: PERLINDUNGAN HUKUM T ERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NO 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA (Studi Di Kepolisian Resort Aceh Selatan)"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

Penggunaan hukum pidana sebagai sarana penanganan penyalahgunaan narkoba oleh anak pada hakikatnya merupakan pilihan yang dilematis. Indikasinya adalah semakin meningkatnya penyalahgunaan narkoba di kalangan anak-anak, namun di sisi lain masih terdapat kecenderungan untuk terus menggunakannya.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Perspektif Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Studi Pada Kepolisian Resor Aceh Selatan)”.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Untuk mengetahui dan menganalisis hambatan penerapan hukum terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkoba. Sebagai gambaran untuk memahami dan menganalisis penerapan penegakan hukum terhadap anak pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika.

Kerangka Teori dan Konseptual

Kerangka Teori

Kegiatan perlindungan anak merupakan suatu perbuatan hukum yang mempunyai akibat hukum 29 Oleh karena itu perlu adanya jaminan hukum terhadap kegiatan perlindungan anak. Undang-undang perlindungan anak merupakan kumpulan ketentuan peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan bagi masyarakat untuk melindungi pelaksanaan hak dan kewajiban anak.

Kerangka Konseptual

Sasaran hukum bukan hanya masyarakat yang sebenarnya berbuat melawan hukum, melainkan juga perbuatan-perbuatan hukum yang mungkin terjadi dan perangkat negara untuk berbuat menurut hukum. Penuntutan terhadap pelanggaran penyalahgunaan Narkoba yang dilakukan oleh anak dimulai pada saat dilakukan penyidikan sampai dengan persidangan di Pengadilan Pidana Umum. Tindak pidana adalah suatu peristiwa yang mengandung unsur-unsur perbuatan yang dilarang oleh undang-undang, sehingga orang yang menyebabkan peristiwa itu dapat dikenai sanksi pidana (dihukum).54.

Sehingga diketahui akibat dari perbuatan tersebut dilarang oleh undang-undang dan dapat diancam pidana. Agar suatu peristiwa dapat dianggap sebagai tindak pidana, maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut. Anak pada ayat 3 Pasal 1 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak mengatur bahwa anak yang berhadapan dengan hukum yang selanjutnya disebut anak adalah anak yang berumur 12 (dua belas) tahun tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun. ) tahun ketika kejahatan tersebut diduga dilakukan.

Batasan umur anak adalah batas maksimal umur sebagai wujud status hukum anak, sehingga anak tersebut berubah status menjadi dewasa atau menjadi subjek hukum. Putusan hakim sesuai dengan Pasal 1 angka 11 KUHAP menyatakan: “Putusan hakim adalah keterangan hakim yang dibuat dalam sidang umum, yang dapat berupa putusan atau pembebasan atau pembebasan. segala tuntutan hukum dalam segala hal dan menurut cara yang ditentukan dalam undang-undang ini.”

Asumsi

Perlindungan hukum terhadap anak pelaku tindak pidana narkotika, dalam hal anak merupakan penyalahguna narkotika, diutamakan pada jaminan hak rehabilitasi dan bukan pidana penjara dan pengembalian kepada orang tua atau keluarga. Kendala dalam penerapan hukum terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkoba adalah rendahnya kesadaran masyarakat mengenai perannya dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkoba oleh anak, komersialisasi kasus penyalahgunaan narkoba oleh anak.

Keaslian Penelitian

Pelaksanaan penuntutan pidana terhadap anak nakal dalam kasus anak nakal berdasarkan UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak dan Perkembangan Konsep Peradilan Pidana Bagi Anak di Indonesia.” Zahru Arqom mencoba menjelaskan secara sistematis proses penanganan tindak pidana anak yang disidangkan di Pengadilan Negeri. Indang Sulastri/07/259211/PHK/4298 (Sarjana Hukum) : “Seleksi kriminal, pemaksaan penyalahgunaan narkoba oleh remaja usia sekolah”.

Tesis ini menekankan pada efektivitas penjatuhan sanksi pidana, dan tidak terbatas pada kasus narkoba saja, melainkan kasus psikotropika yang melibatkan remaja usia sekolah sebagai pelakunya. Berdasarkan penulisan hukum di atas, maka penelitian yang dilakukan penulis berbeda isi dan pokok bahasannya dengan penelitian yang dilakukan di atas. Tesis ini membahas pokok permasalahan yaitu pertimbangan hakim dalam memutus perkara tindak pidana narkoba terhadap anak, dan pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan pidana terhadap anak dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang.

Metode Penelitian

  • Sifat Penelitian
  • Metode Pendekatan
  • Alat Pengumpulan Data
  • Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data
  • Analisis Data

Dilihat dari metode yang digunakan, penelitian ini dapat digolongkan ke dalam jenis penelitian hukum sosiologis (empiris), yaitu sebagai upaya untuk melihat pengaruh pemberlakuan hukum positif terhadap kehidupan masyarakat, karena dalam penelitian ini Penulis langsung meneliti tempat atau tempat yang diteliti untuk memberikan gambaran yang utuh dan jelas mengenai masalah yang diteliti. Selain itu, penelitian hukum sosiologi juga melihat keterkaitan antara hukum dan masyarakat, sehingga dapat mengungkap efektivitas penerapan hukum dalam masyarakat. Pengumpulan data difokuskan pada pokok permasalahan yang ada, sehingga dalam penelitian tidak terjadi penyimpangan dan ambiguitas dalam pembahasan.

Untuk memperoleh hasil yang obyektif dan dapat dibuktikan kebenarannya serta dapat diperhitungkan hasilnya, maka data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan alat pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan suatu metode yaitu penelitian kepustakaan yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Pengumpulan data difokuskan pada pokok permasalahan yang dimaksud, sehingga dalam penelitian tidak terjadi penyimpangan dan ambiguitas dalam pembahasan. Dari penelitian kepustakaan dikumpulkan data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.62.

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum dari buku teks yang memuat prinsip-prinsip dasar ilmu hukum dan pandangan-pandangan klasik para ulama yang berkualifikasi tinggi. 64 Bahan hukum sekunder adalah semua publikasi tentang undang-undang yang bukan merupakan dokumen resmi yang memberikan penjelasan. mengenai bahan hukum primer sebagaimana dimuat. dalam kumpulan literatur pendukung bahan hukum primer. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus, ensiklopedia dan majalah yang berkaitan dengan tema yang diteliti.65.

Penyelesaian Perkara Anak yang Berkonflik dengan Hukum

Pengertian Anak

Klarifikasi UU No.35 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa anak merupakan amanah dan anugerah Tuhan Yang Maha Esa, yang harus selalu kita jaga karena…didalamnya melekat kehormatan, harkat dan martabat. - hak sebagai manusia yang harus dilindungi. Perlindungan khusus terhadap anak yang berhadapan dengan hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 59 UU No. 35 Tahun 2004 tentang perubahan atas undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak meliputi anak yang berhadapan dengan hukum dan anak korban tindak pidana, hal tersebut merupakan suatu kewajiban. dan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. Perlu adanya peraturan perundang-undangan untuk mencegah dan mengambil tindakan terhadap penegakan perlindungan anak yang menimbulkan penderitaan mental, fisik, dan sosial pada anak yang bersangkutan.

Kegiatan perlindungan anak mempunyai akibat hukum, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Perlindungan anak juga berkaitan dengan aspek perkembangan generasi baru dan permasalahan nasional yang memerlukan penataan dalam suatu organisasi. Menurut Shanty Dellyana, perlindungan anak adalah “suatu upaya yang menciptakan kondisi dimana setiap anak dapat memenuhi hak dan kewajibannya.

Berdasarkan pengertian hukum tentang perlindungan anak, kita dapat melihat unsur-unsur penting yang membentuk hak-hak anak dalam proses pembinaan/perlindungan dan perlindungan yang ditetapkan oleh undang-undang. Kepedulian umat manusia terhadap keberadaan anak dan masa depan mereka diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak.

Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Anak Berkonflik dengan Hukum

Konsep anak nakal menurut Romli Atmasasmita dalam Wagiati Soetodjo menggunakan istilah “Kejahatan remaja” adalah setiap tindakan atau perilaku seorang anak yang belum berumur 18 tahun dan belum menikah yang merupakan pelanggaran terhadap norma hukum yang berlaku dan dapat membahayakan perkembangan pribadi anak tersebut. . terlibat.55. Romli Atmasasmita dalam Wagiati Soetojdo mengatakan tindak pidana remaja adalah perbuatan yang dilakukan oleh anak yang dianggap bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku di suatu negara, yang dianggap dan ditafsirkan oleh masyarakat sebagai perbuatan yang memalukan.57. Perilaku menyimpang atau perbuatan melawan hukum yang dilakukan anak antara lain disebabkan oleh faktor diluar diri anak.

Faktor-faktor yang mendorong dilakukannya perbuatan itu sering juga disebut dengan motivasi, yang mengandung unsur niat, keinginan, keinginan, dorongan, kebutuhan, cita-cita yang kemudian diwujudkan melalui lahirnya perbuatan tersebut, begitu pula tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang. anak tidak lepas dari faktor-faktor yang mendukung anak melakukan tindak pidana. Oleh karena itu bukan tidak mungkin jika banyak ditemukan anak-anak yang melakukan tindakan menyimpang dari norma-norma yang berlaku di masyarakat. Hal yang perlu diperhatikan adalah sesuai dengan perkembangan saat ini, tidak semua anak yang masuk sekolah mempunyai karakter yang baik (misalnya ada yang penakut, ada yang penurut dan ada juga anak yang keras kepala dan tidak bisa diatur.

Sikap tidak disiplin seperti ini bisa sangat berdampak pada anak yang memiliki mentalitas baik sejak awal. Hal ini dapat berdampak buruk bagi anak, karena pengendalian diri anak belum sempurna dan ia juga mudah melakukan hal-hal yang menantang.

Bentuk Hukuman Bagi Anak Pelaku Tindak Pidana Narkotika

Terkait dengan sanksi terhadap anak yang melakukan pelanggaran hukum berupa sanksi pidana yang terdiri atas pidana pokok dan pidana tambahan. 11 Tahun 2012 menegaskan bahwa bagi anak yang melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup secara melawan hukum, maka anak tersebut dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun. Lima kejahatan besar yang ditujukan kepada anak yang berhadapan dengan hukum, kejahatan pengendalian merupakan kejahatan jenis baru.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tidak ingin anak yang melakukan kenakalan dikenakan hukuman tambahan berupa. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak yang telah mencapai proses legalitas, kemudian menempatkan asas-asas acara pidana semakin prospektif. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak, hukum acara pidana bagi remaja diposisikan dengan ketentuan asas lex spesialis derogat lex spesialis umum.

11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan anak merupakan bagian mendasar dari hukum acara pidana positif anak. Anak yang berkonflik dengan hukum merupakan istilah internasional yang digunakan untuk anak yang dicurigai, dituduh atau dihukum karena permasalahan hukum. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang berbeda dengan ketentuan pidana KUHP bertujuan untuk memberikan perlindungan dan perlindungan yang lebih baik terhadap anak.

Mengenai penjatuhan hukuman terhadap anak yang berhadapan dengan hukum diatur dalam Pasal 71 sampai dengan 81 UU No.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak telah terealisasi di Polres Bone, karena dimana anak yang

Orang tua merupakan yang pertama-tama bertanggungjawab atas terwujudnya kesejahteraan anak baik secara rohani, jasmani maupun sosial (Pasal 9 Undang-Undang No. Masa-masa

Dengan demikian, apabila dilihat dari kenyataan yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari yaitu anak yang melakukan tindak pidana karena terkadang tidak

Bahwa bentuk perlindungan hukum dalam proses penyidikan terhadap anak pelaku tindak pidana yang dilakukan Kepolisian Daerah Bengkulu yaitu unit perlindungan perempuan

Hal inilah yang akan di bahas dan melatarbelakangi penulis untuk melakukan penulisan mengenai Tindak Pidana Pemerkosaan Terhadap Anak Menurut Undang- Undang Nomor

1) Proses penyidikan terhadap tindak pidana penelantaran anak yang dilakukan oleh pihak Kepolisian Resor Kota Pekanbaru, belum berjalan maksimal sebagaimana mestinya,

Dengan demikian, harus dipahami bahwa meskipun telah ada pearaturan mengenai tindak pidana perdagangan anak yang mana diatur dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak telah terealisasi di Polres Bone, karena dimana anak yang