• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: ANALISIS YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM BAGI CALON LEGISLATIF YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PEMILU DALAM BENTUK PELANGGARAN KAMPANYE (Studi Putusan Pengadilan Tinggi Palu Nomor: 44/PID/2019/PT.PAL)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: ANALISIS YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM BAGI CALON LEGISLATIF YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PEMILU DALAM BENTUK PELANGGARAN KAMPANYE (Studi Putusan Pengadilan Tinggi Palu Nomor: 44/PID/2019/PT.PAL)"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

Tindak pidana yang akan penulis bahas adalah tanggung jawab hukum calon anggota parlemen yang melakukan perbuatan tersebut. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk mengetahui apa yang seharusnya menjadi pertanggungjawaban pidana bagi calon anggota parlemen yang melakukan tindak pidana pemilu. Penelitian ini penulis tuangkan dalam skripsi yang berjudul ANALISIS HUKUM TERHADAP TANGGUNG JAWAB HUKUM BAGI CALON LEGISLATIF YANG MELAKUKAN PIDANA PEMILU BERBENTUK PELANGGARAN KAMPANYE (Studi Putusan Pengadilan Tinggi Palu No. 44/PID/2019/PT.PAL).

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Digunakan oleh Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU) yang mengharuskan pembahasan pelanggaran kampanye diselidiki disertai akuntabilitas ilmiah.

Kerangka Teori dan Kerangka Konsep 1. Kerangka Teori

Yang dimaksud dengan negara hukum adalah negara yang berdiri di atas hukum dan menjamin keadilan bagi warga negaranya. Dalam perkembangannya, penerapan negara hukum tidak dapat dilepaskan dari konsep Rechtsstaat dan The Rule of Law. Pada zaman modern, konsep negara hukum di Benua Eropa dikembangkan antara lain oleh Immanuel Kant, Paul Laband, Julius Stahl, Fichte, dan lain-lain yang menggunakan istilah Jerman yaitu “Rechtsstaat”.

Dicey menjelaskan, ada tiga ciri penting dalam setiap negara hukum yang disebutnya sebagai “the rule of law”, yaitu. Di Indonesia, konsep negara hukum yang digunakan berbeda dengan konsep negara hukum dan konsep negara hukum. Penerapan hukum pidana merupakan suatu sistem sosial, dalam artian dalam mendefinisikan suatu tindak pidana juga harus memperhatikan berbagai sudut pandang yang ada dalam masyarakat. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum: 21.

Oleh karena itu, salah satu kunci keberhasilan penegakan hukum adalah mentalitas atau kepribadian aparat penegak hukum. Tanggung jawab pidana ditentukan berdasarkan kesalahan pencipta dan bukan sekedar terpenuhinya seluruh unsur tindak pidana. Dengan demikian, khayalan ditempatkan sebagai faktor penentu pertanggungjawaban pidana dan tidak hanya dipandang sebagai unsur mental belaka dalam suatu tindak pidana.22 Seseorang yang dinyatakan bersalah merupakan suatu hal yang menimbulkan pertanyaan mengenai pertanggungjawaban pidana yang terjadi.23 .

Apalagi dasar tindak pidananya adalah asas legalitas, sedangkan dasar penjatuhan pidana terhadap pelakunya adalah asas penyimpangan. Tindak pidana adalah pelanggaran terhadap suatu kewajiban, dimana pelanggaran tersebut diancam dengan sanksi pidana dalam Undang-Undang Pemilu.29. Tindak pidana pemilu merupakan tindak pidana pelanggaran dan/atau tindak pidana terhadap ketentuan Tindak Pidana Pemilu yang diatur dalam Undang-Undang 18 Nomor 7 Tahun 2017.30.

Keaslian Penelitian

Larangan kampanye adalah suatu gerakan menyimpang yang dilakukan oleh organisasi politik atau calon yang bersaing memperebutkan jabatan di parlemen untuk memperoleh dukungan massa pemilih dalam pemungutan suara yang tidak sesuai dengan UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilu. Dilihat dari pokok permasalahan masing-masing penelitian di atas, terdapat perbedaan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini.

Metode penelitian

  • Sifat Penelitian
  • Jenis Penelitian
  • Metode pendekatan
  • Alat Pengumpul Data
  • Analisis Data
  • Sistematika Penulisan

Penelitian hukum adalah suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang tujuannya mempelajari satu atau lebih fenomena hukum tertentu melalui analisisnya. Berdasarkan pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa untuk mencari kebenaran ilmiah, peneliti harus menggunakan metode yang akan mengarahkannya ke arah yang diinginkan dan menggunakan metode yang selanjutnya akan diuraikan tahapan-tahapannya dalam penelitian ini. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang sekedar menjelaskan keadaan suatu objek atau peristiwa tanpa ada maksud untuk menarik kesimpulan yang berlaku umum.

Penelitian ini berupaya untuk menyelidiki dan menarik kesimpulan mengenai permasalahan yang ingin diteliti mengenai analisis tanggung jawab hukum terhadap calon legislatif yang melakukan hal tersebut. Penelitian hukum normatif memanfaatkan studi kasus normatif, yaitu perilaku hukum, misalnya mengkaji undang-undang. Oleh karena itu penelitian hukum normatif berfokus pada inventarisasi hukum positif, asas dan pembelajaran hukum, penemuan hukum dalam perkara in concreto, sistematika hukum, tingkat sinkronisasi, perbandingan hukum dan sejarah hukum.37.

Pendekatan perundang-undangan merupakan pendekatan yang menggunakan peraturan perundang-undangan. 38 Penelitian hukum mengenal beberapa pendekatan yang digunakan untuk mengkaji suatu permasalahan tertentu. Menurut Zainuddin Ali, penelitian kualitatif mengacu pada norma hukum dalam peraturan perundang-undangan atau sumber peraturan lain yang berkembang di masyarakat.42 Dalam analisis kualitatif dalam penelitian ini yaitu penjelasan, penjelasan dan penarikan kesimpulan serta memberikan jawaban dari data yang telah ada. telah diperoleh. . Bab Kedua : Bab ini memuat hasil penelitian dan pembahasan yang dibahas sesuai dengan permasalahan pertama yaitu pengaturan hukum kampanye dalam UU Pemilu di Indonesia.

Bab Ketiga : Bab ini memuat hasil penelitian dan pembahasan yang dibahas sesuai dengan permasalahan kedua yaitu tanggung jawab hukum bagi calon legislatif yang melanggar larangan kampanye.

Kampanye Pemilu

Pengertian Kampanye Pemilu

Pengertian kampanye dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum dapat dilihat pada pasal 1 angka 35 yang berbunyi: “Kampanye pemilu adalah kegiatan peserta pemilu atau pihak lain yang diajukan oleh peserta pemilu untuk meyakinkan pemilih memberikan visi, misi. , program dan/atau citra diri peserta pemilu.” UU Pemilu juga mengatur hal-hal yang dilarang dalam kampanye, karena kampanye merupakan kegiatan politik yang melibatkan masyarakat, UU tersebut mengaturnya secara tegas agar kedudukan warga negara sama di hadapan hukum. Mempertanyakan dasar negara Pancasila, Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia;

Mengancam akan melakukan kekerasan atau mendorong kekerasan terhadap seseorang, sekelompok masyarakat, dan/atau peserta Pemilu lainnya; Memegang atau menggunakan tanda gambar dan/atau atribut yang berbeda dengan tanda gambar dan/atau atribut Peserta Pemilu yang bersangkutan; dan J. Ketua, wakil ketua, ketua baru, ketua Mahkamah Agung dan hakim pada semua badan peradilan di bawah Mahkamah Agung dan hakim konstitusi pada Mahkamah Konstitusi;

Partisipasi siapa pun yang disebutkan di atas, serta penyelenggara dan tim Kampanye Pemilu, juga dilarang.

Jenis-Jenis Kampanye Pemilu

Kampanye negatif menyerang pihak lain melalui sejumlah data atau fakta yang dapat diverifikasi dan diperdebatkan. Kampanye Hitam: Kampanye yang bersifat buruk atau jahat dengan cara menjatuhkan lawan politik untuk mendapatkan keuntungan. Kampanye positif adalah kampanye yang lebih memperkenalkan pemimpin atau calon presiden secara pribadi, program kerja, serta visi dan misinya.

Faktanya, calon, tim, atau pendukung calon pemimpin jarang membahasnya, malah lebih mementingkan kampanye atas kekurangan lawannya b. Kampanye negatif cenderung menyerang pribadi calon pemimpin, namun kampanye negatif tersebut juga dapat menyerang visi dan program kerja lawan politiknya. Meski berkonotasi negatif, kampanye ini kerap digunakan untuk mengajak pemilih agar waspada terhadap lawan politiknya.

Terkadang kampanye negatif tersebut berdasarkan data dan fakta, namun beropini negatif. Kampanye abu-abu adalah kampanye yang memfitnah pihak lawan, namun data dan faktanya masih abu-abu.

Tujuan Kampanye Pemilu

Larangan Kampanye Pemilu

Kerentanan praktik pelanggaran ini tidak hanya berpotensi terjadi pada saat pemilu, bahkan dalam proses perancangan sistem pemilu pun ada peluang terjadinya pelanggaran, misalnya dalam bentuk desain sistem pemilu yang cenderung menguntungkan pihak tertentu 47. Dalam setiap tahapan penyelenggaraan pemilu selalu terdapat celah, terdapat pelanggaran tindak pidana pemilu yang merugikan nilai-nilai demokrasi, dari awal masa kampanye hingga tahapan terakhir pelaksanaan pemilu terdapat berbagai pelanggaran hukum pemilu norma. Berdasarkan pengalaman praktis penyelenggaraan pemilu selama ini, munculnya permasalahan penegakan hukum pemilu disebabkan oleh beberapa faktor: pertama, belum jelasnya batasan terjadinya pelanggaran sehingga menimbulkan multitafsir yang menimbulkan kontroversi; kedua, mekanisme dan prosedur penanganan pelanggaran belum jelas sehingga penanganannya tidak mudah; ketiga, aparat penegak hukum pemilu belum memiliki kesiapan yang baik sehingga lemah dalam menangani kasus-kasus yang terjadi; keempat, sanksi hukum terhadap pelanggaran sangat ringan sehingga tidak menimbulkan efek jera.

Mengancam akan melakukan kekerasan atau menganjurkan penggunaan kekerasan terhadap seseorang, sekelompok masyarakat, dan/atau peserta Pemilu lainnya; Pemakaian atau penggunaan tanda visual dan/atau ciri selain tanda visual dan/atau ciri peserta Pemilu yang bersangkutan;

Pengaturan Hukum Tentang Kampanye Menurut Undang-Undang Pemilu Di Indonesia

Ketentuan hukum terkait tindak pidana pemilu diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum dan Peraturan Bawaslu (Badan Pengawasan Pemilihan Umum) yang diatur dalam Peraturan Bawaslu Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-undang. Peraturan Umum Badan Pengawas Pemilu nomor 18 Tahun 2017 tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Proses Pemilihan Umum dan Peraturan Komisi Pemilihan Umum. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, tindak pidana pemilu diartikan sebagai tindak pidana dan/atau pelanggaran. Pentingnya pengaturan tindak pidana pemilu adalah perlindungan terhadap peserta pemilu, penyelenggaraan lembaga dan pemilih, serta terpeliharanya ketertiban hukum masyarakat selama penyelenggaraan pemilu.

Tindak pidana pemilu umum atau tindak pidana pemilu merupakan salah satu isi undang-undang yang mengatur tentang lembaga pemilu. Sebagai bahan kajian hukum yang disebut hukum pemilu, pengaturan terkait tindak pidana pemilu dapat ditemukan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2017 tentang pemilu (UU Pemilu), serta putusan pengadilan dalam perkara pidana pemilu. Tindak pidana yang berkaitan dengan pemilu atau penyelenggaraan pemilu termasuk perbuatan yang dilarang atau diwajibkan oleh undang-undang pemilu, yang apabila dilanggar akan dikenakan sanksi.

Pengertian yang kedua ini juga berkaitan dengan tindak pidana yang dilakukan pada saat pemilu, namun tidak ada kaitannya dengan undang-undang pemilu, sehingga akan dikenakan peraturan hukum lainnya, seperti vandalisme, penganiayaan dan lain-lain. Perbuatan yang disebut dengan tindak pidana pemilu terbagi menjadi dua kelompok, yaitu: pelanggaran ringan dan tindak pidana berat. Namun UU Pemilu tidak secara spesifik mendefinisikan apa yang dimaksud dengan tindak pidana berupa delik dan apa ruang lingkupnya.

Dalam pasal-pasal tersebut terdapat beberapa pasal yang menyebutkan mengenai tindak pidana dan pemberian sanksi kepada pelakunya. Dalam KUHP, tindak pidana pemilu diatur dalam bab IV yang mengatur mengenai tindak pidana terhadap pelaksanaan kewajiban dan hak negara. Aturan tersebut hanya mengatur mengenai pengawas kampanye pemilu, sedangkan tindak pidana berupa sanksi yang dilakukan tersangka diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 3.3 Jumlah calon tetap anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara berdasarkan daerah pemilihan pada Pemilu legislatif Tahun 2014 setelah dilakukan