• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: ANALISIS YURIDIS PENERAPAN PIDANA MATI DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: ANALISIS YURIDIS PENERAPAN PIDANA MATI DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIA"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

Pandangan yang berlawanan terhadap penerapan hukuman mati (abolisionisme) di Indonesia berpendapat bahwa hukuman mati sangat bertentangan dengan hak asasi manusia, sebagaimana tercantum dalam Pasal 28A dan 28I UUD 1945, Pasal 4 dan Pasal 9 UU No. 1999 dan Pasal 3 UDHR. Namun, hukuman mati hanya diperuntukkan bagi kasus atau kejahatan tertentu yang dianggap luar biasa. Hukuman mati di Indonesia merupakan jenis kejahatan utama yang tercantum dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).

Menjatuhkan hukuman mati atau mengancam hukuman mati terhadap pelaku kejahatan luar biasa atau kejahatan yang dianggap serius merupakan salah satu bentuk penerapan pembatasan hak asasi manusia. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis membahas perspektif hukum Islam terhadap hukuman mati di Indonesia dengan melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Hukum Penerapan Hukuman Mati di Indonesia Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hak Asasi Manusia”.

Rumusan Masalah

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Praktis sebagai masukan bagi aparat penegak hukum (polisi, jaksa, hakim, lembaga peradilan dan pengacara) dan penasehat hukum, sehingga aparat penegak hukum dan pihak-pihak yang terlibat dalam praktik eksekusi pidana mati di Indonesia dari perspektif hukum Islam dan hak asasi manusia.

Kerangka Teori dan Konseptual 1. Kerangka Teori

Kerangka Konseptual

Konsep adalah suatu konstruksi mental, yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk tujuan analitis.46 Konsep atau kerangka konseptual pada hakikatnya merupakan pengaruh atau pedoman yang lebih konkrit dibandingkan pada tataran teoritis yang seringkali masih ada. abstrak. Namun kerangka konseptual tersebut terkadang masih dirasa abstrak, oleh karena itu diperlukan definisi operasional yang dapat dijadikan pedoman konkrit dalam proses penelitian. Konsepsi adalah pemahaman atau penafsiran seseorang terhadap suatu konsep tertentu dalam kerangka yang telah ada dalam pikirannya dan setiap konsep baru diperoleh dan diolah dengan konsep yang telah dimilikinya.48.

Penerapan adalah tindakan mempraktikkan teori, metode, dan hal-hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau kelas.49 d. Pidana mati adalah suatu putusan atau hukuman yang dijatuhkan oleh pengadilan yang mempunyai akibat hukum tetap sebagai bentuk hukuman yang paling berat yang dijatuhkan kepada seseorang atas perbuatannya.

Asumsi

Mirip dengan hukum Islam dalam prinsip al-maslahat, hukuman mati di Indonesia tidak hanya menyasar pembunuhan berencana, tetapi juga kejahatan lain yang dianggap sebagai kejahatan luar biasa, seperti terorisme, narkotika, dan korupsi.

Keaslian Penelitian

Bagaimana pengaturan hukuman mati bagi pelaku korupsi menurut hukum dalam sistem pidana Indonesia? Tesis Yan Aswari NIM Fakultas Hukum Universitas Airlangga Tahun 2018 yang berjudul : Menjatuhkan Sanksi Hukuman Mati Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi Terkait Hak Asasi Manusia, dengan rumusan masalah sebagai berikut. Bagaimana hukuman mati bagi pelaku tindak pidana korupsi dalam UU Pemberantasan Korupsi?

Bagaimana penerapan hukuman mati terhadap pelaku tindak pidana korupsi dari sudut pandang hak asasi manusia? Disertasi Salomo Tarigan, NIM, Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang, 2015 berjudul: Analisis Yuridis Kebijakan Rumusan Hukuman Mati Bagi Pelaku Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, dengan rumusan masalah sebagai berikut. Penelitian ini orisinil karena sesuai dengan kaidah ilmiah yaitu jujur, rasional, obyektif dan terbuka sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan terbuka terhadap masukan dan saran yang membangun mengenai pendekatan dan rumusan masalah.

Metode Penelitian

Sifat Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif 56 Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dengan cara mengkaji bahan pustaka atau bahan data sekunder yang meliputi buku-buku dan norma-norma hukum yang termasuk di dalamnya. undang-undang tersebut. peraturan perundang-undangan, asas-asas hukum, kaidah hukum dan sistem hukum serta peninjauan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan dan bahan-bahan hukum lainnya yang penting bagi rumusan penelitian.57. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tesis ini menggunakan metode penelitian hukum normatif (norma hukum).

Metode Pendekatan

Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data terfokus pada pokok permasalahan, sehingga tidak terjadi penyimpangan dalam penelitian dan tidak terjadi kerancuan dalam pembahasan. Untuk memperoleh hasil yang obyektif dan dapat dibuktikan kebenarannya serta dapat dijadikan bahan pertimbangan, maka data dalam penelitian ini diperoleh melalui alat pengumpulan data yang dilakukan dengan metode penelitian kepustakaan, dan sebaliknya penelitian dilakukan dengan cara pengumpulan data dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.

Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang berkaitan dan mengikat yaitu KUHP dan UU No. 31 Tahun 1999 jo UU 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum dari buku teks yang memuat prinsip-prinsip dasar ilmu hukum dan pandangan klasik para sarjana yang berkualitas. dalam koleksi literatur yang merupakan bahan pendukung hukum utama. Bahan hukum sekunder ini dapat berasal dari buku, hasil penelitian dan karya ilmiah dari kalangan hukum.

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi studi dokumen untuk memperoleh pengertian teoritis atau doktrinal, pendapat atau pemikiran konseptual dan studi pendahuluan yang berkaitan dengan objek yang diteliti, yang dapat berupa kaidah.

Analisis Data

Seiring berjalannya waktu, ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan pidana mati sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kondisi kebudayaan bangsa Indonesia dan semangat revolusi Indonesia, sehingga dengan adanya Keputusan Presiden No. pidana mati sangatlah sederhana, yaitu pidana yang dijatuhkan oleh hakim pengadilan kepada terpidana dengan mencabut nyawa terdakwa yang menurut cara ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hukuman mati merupakan hukuman pokok yang paling berat dalam sistem pidana di Indonesia.

Hukum Pidana Militer masih mengenal pidana mati terhadap tindak pidana berat, dengan syarat menurut pendapat Hakim Keamanan Negara, pidana mati perlu dijatuhkan pada kesempatan-kesempatan tertentu.22 Pada tahun 1943, pemerintah Belanda kembali menerapkan pidana mati dalam hukuman mati. Hukum Pidana Perdata. Pengadilan, khusus untuk kejahatan berat yang dilakukan oleh penjahat perang Belanda di daratan Eropa yang wilayahnya diduduki tentara Jerman.23. Pada tahun 1952, undang-undang mengenai hukum pidana masa perang disahkan di Belanda, yang tetap mempertahankan hukuman mati untuk kejahatan tertentu yang dilakukan selama perang atau yang sekedar kejahatan yang dilakukan selama perang. Ketika pemerintah kolonial Belanda menetapkan KUHP di Indonesia pada tahun 1915, pemerintah kolonial Belanda menyimpang dari pendiriannya di negaranya sendiri dan tetap mempertahankan hukuman mati untuk kejahatan berat di Indonesia.

Wirjono Prodjodikoro dalam surat penjelasan Rancangan KUHP Indonesia di hadapan DPR Belanda menyatakan bahwa hukuman mati masih dipandang perlu bagi Indonesia, demikian disampaikan Menteri Kehakiman Belanda Modderman di hadapan Parlemen Belanda (Kamar Kedua). pada saat itu membahas rancangan KUHP Belanda, bahwa: “Negara mempunyai segala hak, negara tidak dapat memenuhi kewajibannya, termasuk pertama-tama pengetatan tatanan hukum.” 25. Keberatan masyarakat yang jelas terhadap hukuman mati adalah bahwa hukuman tersebut tidak dapat diperbaiki, apalagi terbukti bahwa keputusan hakim yang menjatuhkan hukuman mati didasarkan pada kesalahan atau keterangan yang ternyata tidak benar. Selain itu, hukuman mati di Indonesia masih diperlukan untuk memberikan efek jera bagi masyarakat untuk melakukan kejahatan berat.

Tindak pidana yang diancam dengan hukuman mati adalah dalam kasus narkotika dan psikotropika, terorisme, dan kejahatan ekonomi. Legalitas hukuman mati di Indonesia diperkuat dengan keluarnya putusan Mahkamah Konstitusi No. 2.3/PUU-V/2007 tentang revisi undang-undang no. pidana dalam UU Narkotika di atas dengan alasan: 70. Pidana mati dalam UU Narkotika tidak bertentangan dengan hak hidup yang dijamin oleh UUD 1945, karena jaminan hak asasi manusia dalam UUD 1945 tidak menganut hal-hal yang bersifat absolut, itu harus dimaknai dengan menghargai dan menghormati hak asasi manusia orang lain. demi menjaga ketertiban umum dan keadilan sosial.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa hukuman mati menurut pandangan Islam dan hak asasi manusia mempunyai pandangan yang sama, namun tidak dapat diperbandingkan. Islam memandang hukuman mati dari aspek ketuhanan, sedangkan hak asasi manusia yang dikembangkan negara-negara Barat memandangnya dari sisi kemanusiaan semata.

Penerapan Hukuman Mati

Perdebatan mengenai hukuman mati juga masih masuk akal, karena pada kenyataannya, secara internasional dan regional, negara-negara di dunia sedang menuju pada kesamaan pendapat dan kesepakatan mengenai penghapusan hukuman mati. 76 Fatwa Majelis Ulama Indonesia No. 10/MUNAS VII/MUI/14/2005, Tentang Hukuman Mati dalam Tindak Pidana Tertentu, Jakarta, 28 Juli 2005. Ada dua kelompok yang mengemukakan argumentasi secara komprehensif, seperti pihak yang berseberangan ( abolisionis) dan mereka yang mendukung (retentiononis) hukuman mati.

Hukuman mati merupakan salah satu bentuk hukuman yang merendahkan martabat manusia dan bertentangan dengan hak asasi manusia. Pada tahun 2010, Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi tidak mengikat yang menyerukan moratorium hukuman mati secara global. Tidak ada bukti ilmiah yang meyakinkan untuk membuktikan hubungan negatif antara hukuman mati dan tingkat korupsi.

Alasan utamanya adalah hukuman mati memberikan efek jera bagi pejabat publik yang akan melakukan korupsi. Kelompok tahanan di Indonesia berpendapat bahwa hukuman mati bagi koruptor tidaklah inkonstitusional, seperti yang dinyatakan oleh Mahkamah Konstitusi. Hukuman mati tidak dapat diterapkan terhadap kejahatan yang dilakukan oleh orang yang berusia di bawah 18 tahun dan juga perempuan hamil.”44.

Keputusan Presiden yang menolak grasi terhadap terpidana mati menjadi dasar dan bagian dari proses eksekusi hukuman mati. 3/PUU-V/2007 tentang Revisi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika yang menolak permohonan penghapusan pidana mati. Hukuman mati sangat relevan dengan darurat narkoba saat ini, meski masih terjadi perdebatan.

82 Bambang Sugeng Rukmono, Hakikat Penerapan Hukuman Mati Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2016, hal. Setelah menerima permintaan tertulis dari pihak kejaksaan, Kapolda memerintahkan Kepala Satuan Brimob untuk mempersiapkan pelaksanaan hukuman mati.

Referensi

Dokumen terkait

Tenggang waktu yang terlalu lama dapat menimbulkan ancaman baik fisik maupun psikis bagi terpidana mati yang nyata-nyata merupakan pelanggaran HAM, serta tenggang waktu

Menurut Hukum Islam orang yang murtad dapat dihukum mati, maka dalam kaitan itu Gus Dur menegaskan bahwa jika ketentuan fikih tersebut diberlakukan, maka lebih dari 20 juta jiwa

Dalam penerapannya di lapangan, dibutuhkan pemahaman yang sama sebagai aparat penegak hukum tentang penafsirannya terhadap undang-undang tersebut, baik Undang-Undang Nomor 39

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Euthanasia menjadi hal yang diperdebatkan diberbagai belahan dunia, permasalahannya berpangkal pada apakah tindakan Euthanasia itu

Berdasarkan ayat di atas, dapat dipahami bahwa pada dasarnya hukuman yang dinamakan qishash (yang kenyataannya adalah hukuman mati), pada hakikatnya adalah jaminan keberlangsungan

Sama dengan kewajiban agama, melindungi jiwa juga merupakan kewajiban asasi yang harus dihormati dan dihargai oleh setiap orang, karena itu ada aturan yang melarang membunuh dan

Mencermati Pasal 28A dan 28I ayat (1) UUD 1945 tersebut di atas dengan tegas dinyatakan bahwa hak untuk hidup adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurang

Ancaman hukuman mati juga dikenakan pada seseorang yang membunuh kepala negara sahabat, seperti diatur Pasal 140 KUHP ayat (3), yang berbunyi: “Jika makar terhadap