• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: KONTRIBUSI PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI TERHADAP INDEKS KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: KONTRIBUSI PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI TERHADAP INDEKS KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

Ketahanan pangan nasional tidak memerlukan swasembada produksi pangan karena bergantung pada sumber daya yang ada. Badan Keamanan Pangan (BKP) menyusun IKP nasional tahun 2021 dengan unit analisis tingkat kabupaten/kota dan provinsi sebagai pemutakhiran IKP tahun 2020. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti “Sumbangan Beras , Produksi Jagung dan Kedelai terhadap indeks ketahanan pangan di provinsi Sumatera Utara”.

Untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup masalah sehingga menghasilkan gambaran yang sistematis, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah kontribusi produksi padi jagung dan kedelai terhadap indeks ketahanan pangan di Sumatera Utara. Hasil penelitian ini dapat dijadikan kontribusi yang bermanfaat dalam pengambilan kebijakan khususnya terkait ketahanan pangan di Sumut melalui pertanian. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan yang bermanfaat dalam pengambilan kebijakan khususnya terkait ketahanan pangan dalam meningkatkan produksi pertanian di Provinsi Sumatera Utara.

Teori Produksi

Kebutuhan manusia dapat dikatakan tidak terbatas jumlahnya karena manusia tidak pernah merasa terpuaskan, ketika kebutuhan yang satu terpuaskan muncul kebutuhan yang lain, dan seterusnya. Fungsi produksi adalah deskripsi matematis atau kuantitatif dari berbagai pilihan teknis produksi yang dihadapi produsen. Fungsi produksi adalah fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan fisik atau teknis antara jumlah produk yang diproduksi per satuan waktu, tanpa memperhatikan harga, baik harga faktor produksi maupun harga produk.”

Fungsi ini masih bersifat umum dan hanya dapat menjelaskan bahwa output yang dihasilkan bergantung pada faktor-faktor produksi yang digunakan, namun belum dapat memberikan penjelasan secara kuantitatif mengenai hubungan antara produk dengan faktor-faktor produksi tersebut. fungsi produksi harus dinyatakan dalam bentuk tertentu, sebagai berikut. Dalam teori ekonomi, sifat fungsi produksi diyakini tunduk pada hukum yang disebut hukum hasil yang semakin berkurang. Hukum ini menyatakan bahwa jika penggunaan suatu barang masukan ditingkatkan sementara masukan lainnya tetap, maka tambahan keluaran yang dihasilkan dari setiap tambahan satuan masukan yang ditambahkan pada mulanya akan meningkat, namun kemudian menurun seiring dengan bertambahnya masukan tersebut.

“Persamaan yang menunjukkan hubungan ketergantungan (fungsional) antara tingkat input yang digunakan dalam proses produksi dan tingkat output yang dihasilkan.” Dalam ilmu ekonomi, istilah tenaga kerja manusia tidak hanya berarti tenaga manusia untuk mencangkul, menggergaji, pertukangan dan segala aktivitas fisik lainnya. Yang dimaksud di sini adalah sumber daya manusia. Dengan istilah sumber daya manusia mencakup kemampuan mental dan kemampuan non fisik lainnya, tidak hanya personel yang terampil tetapi juga personel yang tidak terampil, tidak hanya personel yang terampil tetapi juga personel yang tidak terampil.

Yang dimaksud dengan kapital atau kapital pada faktor produksi yang ketiga ini adalah barang modal yang sebenarnya. Seorang wirausahawan harus mampu mengatur ketiga faktor lainnya untuk mencapai hasil yang terbaik, ia juga menanggung resiko dalam setiap naik turunnya usahanya.Keempat faktor produksi tersebut di atas merupakan unsur yang harus bekerja agar terlaksananya proses produksi yang baik. .

Padi

Pendukung efektivitas harga yang berlaku di tingkat petani adalah: (1) pembelian kelebihan beras di pasar dalam jumlah berapapun sampai harga pasar sama dengan harga pokok, kegiatan ini biasanya dilakukan oleh pemerintah; 2) pengelolaan penyimpanan stok gabah dan beras yang dibeli pemerintah; (3) pengelolaan pemanfaatan stok beras (target waktu, spasial, kelompok sasaran, anggaran) agar distribusi tidak mempengaruhi harga pasar menjadi lebih rendah dari harga dasar; (4) pendistribusian dan perdagangan beras dalam negeri sesuai dengan harga dasar; dan (5) perdagangan beras internasional, khususnya beras impor, harus sepenuhnya dikelola atau dimonopoli oleh pemerintah. Kelima hal tersebut saling berkaitan dan harus dirancang dan dilaksanakan secara sinergis agar biaya penjaminan tingkat harga yang sesuai dengan harga dasar di tingkat petani dapat tercapai (Suryana. Harga Inpres merupakan harga acuan minimum yang ditetapkan oleh pemerintah. .dengan tujuan untuk melindungi petani agar pada saat panen besar petani dapat menjual/mendapatkan harga minimal sesuai HPP sehingga petani tetap mendapatkan harga yang wajar dan keuntungan yang layak dalam usahanya.

Jika harga pasar lebih tinggi dari HPP maka petani dianjurkan menjual ke pasar dan tidak ada kewajiban menjual ke Bulog. Namun jika harga gabah turun atau di bawah HPP pada panen raya, maka Bulog wajib menyerap hasil panen petani agar petani terlindungi. Untuk menjaga ketersediaan beras di Indonesia, perlu peningkatan peran masyarakat seperti petani, RMU dan pedagang serta pemerintah daerah untuk menjaga ketersediaan beras di tingkat nasional.

Salah satu cara untuk meningkatkan peran masyarakat dalam menjaga ketersediaan beras di tingkat daerah dan pedesaan adalah dengan terus menanam padi dan meningkatkan hasil produksi (petani), menjual beras dari petani dengan harga yang wajar (pedagang) untuk menunjang dan berkualitas. dan pengolahan beras kompetitif (RMU). Berbagai penelitian menyebutkan bahwa total produksi beras, harga dasar gabah, indeks nilai tukar petani, harga jagung dan impor beras, luas areal, luas panen, luas tanam petani semakin meningkat sehingga berpengaruh positif signifikan terhadap harga dan ketersediaan. beras dalam negeri, sehingga berdampak pada meningkatnya semangat petani dalam menanam padi.

Jagung

Sebelum tahun 1988, perdagangan antar provinsi dan antar pulau dikuasai sepenuhnya oleh Bulog untuk menciptakan keseimbangan antara supply dan demand. Menurut FAO Institute, permintaan jagung untuk pangan dan bahan baku pakan dalam negeri terus meningkat selama tiga puluh tahun terakhir, seiring dengan berkembangnya pabrik pakan dan industri unggas. Karena kebutuhan industri pakan ternak membutuhkan pasokan bahan baku jagung yang berkelanjutan, sementara produksi dalam negeri belum mencukupi, maka ketergantungan terhadap jagung impor juga meningkat sebesar 16,6%.

Kedelai

Ketiga, adanya program pengembangan sumber energi alternatif, seperti di Amerika yang sedang dikembangkan biofuel yaitu etanol berbahan dasar jagung, di Brazil dikembangkan etanol berbahan dasar tebu, sedangkan di Eropa dikembangkan biodiesel sebagai bahan bakar fosil. alternatif mengembangkan sumber energi. Selain itu, berdasarkan proyeksi penawaran dan permintaan komoditas pertanian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian disebutkan bahwa rendahnya produktivitas aktual yang dicapai kemungkinan disebabkan oleh (1) belum adanya kepastian harga pangan. komoditas khususnya kedelai di tingkat petani; dan (2) penghapusan subsidi sarana produksi yang menyebabkan biaya produksi meningkat sehingga sebagian petani tidak dapat menerapkan teknologi pertanian dengan baik dan benar. Kendala yang paling berdampak terhadap peningkatan produksi kedelai adalah menurunnya minat petani karena harga yang kurang kompetitif. Oleh karena itu, solusi ke depan adalah menciptakan kondisi yang sangat mempengaruhi keputusan petani untuk berpartisipasi dalam peningkatan produksi kedelai, ketika lingkungan perekonomian mendukung. dan juga dapat diterima secara sosial.

Dalam keadaan normal, petani tidak akan melakukan hal-hal di luar kemampuannya atau merugikan dirinya sendiri. Seperti diketahui, impor kedelai sangat besar hingga pada tahun 2018 mencapai lebih dari 1 juta ton per tahun. Kebijakan penerapan kembali bea masuk impor kedelai akan mendongkrak harga kedelai impor sehingga memberikan peluang bagi kedelai lokal untuk lebih berdaya saing di pasar domestik dan internasional.

Konsepsi Indeks Ketahanan Pangan

Kesembilan indikator yang digunakan dalam penyusunan ICP merupakan turunan dari tiga aspek ketahanan pangan, yaitu ketersediaan, keterjangkauan, dan pemanfaatan pangan. Pemilihan indikator yang digunakan dalam ICP didasarkan pada: (i) hasil kajian indeks ketahanan pangan global; (ii) tingkat sensitivitas pengukuran situasi ketahanan pangan dan gizi; (iii) keterwakilan tiga pilar ketahanan pangan; dan (iv) ketersediaan data secara rutin pada periode tertentu (tahunan) dan mencakup seluruh kabupaten/kota dan provinsi.

Kebijakan Ketahanan Pangan

18 Tahun 2012 tentang Pangan, mengamanatkan upaya pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan diprioritaskan dibandingkan produksi dalam negeri. Upaya ini mengisyaratkan bahwa penguatan ketahanan pangan harus didasarkan pada kemandirian dan kedaulatan pangan yang didukung oleh subsistem ketersediaan, distribusi, dan konsumsi pangan yang terintegrasi. 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi Sesuai dengan undang-undang pangan, pemerintahan baru yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla menempatkan pangan sebagai salah satu agenda penting pembangunan nasional.

Dalam RPJMN 2019-2021 tertuang bahwa mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggeser sektor-sektor strategis perekonomian dalam negeri adalah dengan meningkatkan kedaulatan pangan. Kedaulatan pangan memberikan dukungan yang kuat dalam menentukan kebijakan pangan secara mandiri yang bertujuan untuk menyediakan pangan yang beragam dari produksi dalam negeri sesuai dengan potensi sumber daya yang kita miliki. Ketersediaan pangan yang beragam akan mempercepat diversifikasi konsumsi pangan sebagaimana diamanatkan dalam PP 22/2009 tentang kebijakan percepatan diversifikasi konsumsi pangan berbasis Sumber Daya Lokal, dan PP 43/2009 tentang Gerakan Percepatan Diversifikasi Konsumsi Pangan berbasis Sumber Daya Lokal. tentang Sumberdaya Lokal, serta 27 peraturan/surat edaran gubernur di 27 provinsi dan kabupaten/kota.

Agenda ketujuh pembangunan nasional dalam RPJMN 2017-2021 yang merupakan penjabaran dari visi dan program aksi (NawaCita) pemerintahan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin adalah mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis dalam negeri. Untuk mencapai agenda pembangunan tersebut adalah melalui peningkatan kedaulatan pangan. Oleh karena itu, pembangunan ketahanan pangan dalam lima tahun ke depan akan bertumpu pada kedaulatan pangan dan kemandirian pangan. Arah kebijakan umum kedaulatan pangan dalam RPJMN 2017-2021 adalah memperkuat ketahanan pangan menuju kemandirian pangan melalui peningkatan produksi pangan pokok. , stabilisasi harga pangan, penyediaan bahan pangan yang aman dan berkualitas serta memiliki nilai tambah gizi serta peningkatan kesejahteraan pelaku usaha pangan. Mewujudkan peningkatan distribusi dan akses pangan, didukung oleh pemantauan distribusi pangan untuk mencegah spekulasi, dan didukung oleh peningkatan cadangan beras pemerintah untuk memperkuat stabilitas harga.

Memungkinkan masyarakat mengonsumsi pangan bervariasi, seimbang dan aman (B2SA) berbasis sumber daya lokal.

Penelitian Terdahulu

Data dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang terdiri dari satu variabel terikat yaitu tingkat inflasi dan tiga variabel bebas yaitu ketersediaan pangan, beras, dan kedelai. Kerangka konseptual merumuskan model rinci dari suatu masalah yang diberikan dan menggambarkan rentang variabel yang akan dipelajari. Berdasarkan landasan teori, kerangka konseptual yang disajikan dalam penelitian dapat dilihat pada gambar berikut.

Produksi padi yang merupakan variabel bebas (X1) mempunyai dampak terhadap variabel terikat (Y) yaitu indeks ketahanan pangan. Begitu pula dengan produksi jagung (X2) dan produksi kedelai (X3) juga berpengaruh terhadap Indeks Ketahanan Pangan.

Hipotesis

Gambar

Tabel II.1   Penelitian Terdahulu
Gambar II.1   Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

7.GC-FID chromatograms of a FAMEs standards and b PFAD methyl esters produced from esterification of PFAD at optimized condition: methanol-to-PFAD molar ratio of 10:1, catalyst