• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

9 7 8 6 0 2 4 6 5 3 4 5 3

(2)

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

Dr. Ir. Hj. R. Sabrina, M.Si.

Prof. Dr. Ir. Bilter A. Sirait, M.S.

Agnes Imelda Manurung, STP, M.Si.

Untuk Mewujudkan Masyarakat yang Sehat, Aktif, Produktif, dan Berkesinambungan

“Let my food be my medicine and my medicine from my food”

2021

(3)

USU Press

Art Design, Publishing & Printing

Universitas Sumatera Utara, Jl. Pancasila, Padang Bulan, Kec. Medan Baru, Kota Medan, Sumatera Utara 20155 Telp. 0811-6263-737

usupress.usu.ac.id

© USU Press 2021

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang; dilarang memperbanyak menyalin, merekam sebagian atau seluruh bagian buku ini dalam bahasa atau bentuk apapun tanpa izin tertulis dari penerbit.

ISBN 978-602-465-345-3

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Sabrina, R.

Membangun Ketahanan Pangan Indonesia dari Sumatera Utara/R.

Sabrina; Bilter A. Sirait; Agnes Imelda Manurung -- Medan: USU Press 2021.

vi, 126 p.; ilus.: 25 cm Bibliografi

ISBN: 978-602-465-345-3

Dicetak di Medan

(4)

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA i

KATA PENGANTAR

Pembangunan ketahanan pangan sesuai amanah UU No. 18 tahun 2012 bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang sehat, aktif, produktif, serta berkelanjutan. Hal ini tentunya adalah tanggung jawab pemerintah, masyarakat, dan stakeholders lainnya sekaligus dalam rangka pencapaian tujuan SDGs, khususnya terkait tujuan 2, yaitu menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta meningkatkan pertanian berkelanjutan. Saat ini Sumatera Utara sudah menunjukkan kemampuan untuk menghadapi beberapa problem dalam ketahanan pangan dan gizi, diantaranya problem SDA dan kerentanan, problem kualitas dan keamanan pangan, problem daya beli atau akses pangan, problem ketersediaan pangan, menurunkan angka kemiskinan dan kelaparan dan eksplorasi sumber pangan. Terlihat dari dokumen RPJMD bahwa pembangunan ketahanan pangan juga mulai diarahkan kepada implementasi teknologi sehingga diharapkan kaum milenial tertarik untuk ikut serta dalam rangka pembangunan ketahanan pangan khususnya di Sumatera Utara.

Buku Membangun Ketahanan Pangan Indonesia dari Sumatera Utara, menonjolkan kekhasan Provinsi Sumatera Utara baik dari sumber pangan lokal yang tersedia, kultur, khususnya manggadong dan turunannya yang telah diwarisi orang Batak sangat lama dan berlaku hingga sekarang, success story, serta komitmen Sumatera Utara yang taat azas dalam kerangka pembangunan ketahanan pangan Indonesia. Buku ini juga memuat pengalaman empirik kami selama bergabung dalam Dewan Ketahanan Pangan hingga tahun 2020 agar terdokumentasi dengan baik, dan buku ini merupakan Edisi I.

Akhirnya kami mengharapkan saran dan kritik konstruktif dari para pembaca, dan kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu mulai dari persiapan hingga buku ini dicetak.

Medan, Mei 2021

Penulis

(5)

ii MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

(6)

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Kata Sambutan Gubernur Sumatera Utara ... ii

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel... iv

Daftar Gambar ... vi

Bab I Pendahuluan ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Landasan Hukum ... 6

1.3. Pengertian ... 7

Bab II Revitalisasi Semangat Agropolitan dan Agromarinpolitan perlu untuk Mewujudkan Masyarakat yang Sehat, Aktif dan Produktif ... 9

Bab III Keunikan Kondisi Sumatera Utara untuk Mendukung Pembangunan Ketahanan Pangan ... 42

3.1. Kondisi Demografi ... 44

3.2. Persentase Penduduk Miskin... 47

3.3. Aspek Ketahanan Pangan ... 48

Bab IV Pembangunan Ketahanan Pangan di Sumatera Utara Taat Azas ... 85

Bab V Manggadong sebagai Kearifan Lokal Sumatera Utara ... 109

Bab VI Antisipasi Futuristik Ketahanan Pangan Sumatera Utara 115 Penutup... 124

Daftar Pustaka ... 126

(7)

iv MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penilaian Untuk Menentukan Komoditas Unggulan di on farm ... 14 Tabel 2. Jenis dan Penyebaran Beberapa Komoditas

Agribisnis Pangan yang Merupakan Unggulan di Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara ... 16 Tabel 3. Kawasan Sentra Produksi Agribisnis Sayuran ... 17 Tabel 4. Kawasan Sentra Produksi Agribisnis Buah ... 18 Tabel 5. Kawasan Sentra Produksi Ternak dan Ikan

Unggulan ... 19 Tabel 6. Kekuatan, Kelemahan, Ancaman, dan Peluang

Agribisnis Berbasis Tanaman Pangan dan Hortikultura ... 20 Tabel 7. Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman

Tanaman Perkebunan sebagai Sumber Pangan ... 22 Tabel 8. Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman

Agribisnis Pangan dari Peternakan ... 24 Tabel 9. Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman

Agribisnis Pangan Asal Perikanan ... 26 Tabel 10. Potensi Sumber Daya Pesisir, Lautan, dan Pulau-

Pulau Kecil di Sumatera Utara ... 27 Tabel 11. Matriks Kendala dan Upaya Yang Dibutuhkan

Dalam Memperkuat Program Pengembangan Agribisnis Pangan di Kawasan Agropolitan dan Agromarinpolitan ... 31 Tabel 12. Perimbangan Produksi Pangan Pokok dengan

Index Kebutuhan di Sumatera Utara ... 41 Tabel 13. Luas Wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera

Utara ... 43 Tabel 14. Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga Dan

Rata-Rata Jumlah Anggota Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota ... 46 Tabel 15. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase

Penduduk Miskin Provinsi Sumatera Utara ... 48

(8)

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA v Tabel 16. Perkembangan luas panen, produktivitas dan

produksi padi, palawija Tahun 2011 sd 2019 di PSU ... 49 Tabel 17. Perkembangan produksi pangan pokok di

Sumatera Utara Tahun 2011 – 2019 ... 50 Tabel 18. Indikator Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi ... 51 Tabel 19. Sinergitas OPD untuk Memberhasilkan Rumah

Pangan Lestari (RPL) dan Dukungan yang Diperlukan ... 75 Tabel 20. Kawasan Peruntukan Pertanian lahan basah,

Potensial sawah dan Lahankering di setiap Kab/Kota Provinsi Sumatera Utara ... 77 Tabel 21. Kawasan Peruntukan Perkebunan di Kab/Kota

Provinsi Sumatera Utara ... 79 Tabel 22. Komposisi Kimia Kentang Tiap 100 gram ... 110 Tabel 23. Susunan Pola Pangan Harapan Nasional ... 114 Tabel 24. Perbandingan Produksi dan Kebutuhan Pangan

Strategis di Wilayah Sumatera Tahun 2020 ... 119 Tabel 25. Perbandingan Produksi dan Kebutuhan Pangan

Strategis di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera

Utara ... 120 Tabel 26. Perbandingan Perkiraan Produksi Dan Kebutuhan

Komoditi Strategis Tahun 2020 Provinsi Sumatera Utara ... 121

(9)

vi MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penentuan Komoditas Unggulan ... 12 Gambar 2. Penentuan Lokasi dan Sentra Produksi

Komoditas Unggulan ... 13 Gambar 3. Tahapan Pengembangan Kawasan Agropolitan

dan Agromarinpolitan dalam Mentransformasi Keunggulan Komparatif menjadi Keunggulan Kompetitif ... 33 Gambar 4. Proses Terjadinya Kerawanan Pangan dari Hulu

sampai ke Hilir ... 54 Gambar 5. Sistem Monitoring Ketahanan Pangan mulai dari

FSVA hingga Rumah Tangga Rawan Pangan ... 57 Gambar 6. Pola Pikir Pengembangan Lembaga Usaha

Pangan Masyarakat yang telah Berubah menjadi Toko Tani Indonesia ... 61 Gambar 7. Penggunaan Cassava, Sweet Sorghum, dan

Corn untuk Bahan Baku Bioetanol ... 62 Gambar 8. Berbagai Kebijakan untuk Meningkatkan

Keuntungan yang Lebih Tinggi bagi Petani Jagung di Sumatera Utara ... 63 Gambar 9. Lima (5) Fungsi Pekarangan yang dapat

Meningkatkan PPH, Mengurangi Biaya Rumah Tangga, serta Menjamin Kesehatan Keluarga di Era Pandemi Covid 19 ... 76 Gambar 10. Beberapa Syarat untuk Memperoleh Prima 3,

Prima 2, Prima 1 ... 93 Gambar 11. Landasan Filosofis, Output, Outcome serta

Impak Pembangunan Ketahanan Pangan ... 103 Gambar 12. Mekanisme pengawasan Pangan ... 104 Gambar 13. Penanganan dan Pengawasan Keamanan

Pangan Segar From Farm to Table ... 107 Gambar 14. Tumpeng Gizi Seimbang ... 109 Gambar 15. Perkembangan Harga Rata-Rata Cabe Merah

Tahun 2020 ... 122 Gambar 16. Perkembangan Harga Rata-Rata Bawang Merah

Tahun 2020 ... 123

(10)

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara umum, pada masa pandemi Covid 19 telah menimbulkan dampak multi dimensi bagi kehidupan masyarakat global dan secara bertahap telah diwujudkan new normal, akibatnya telah menggeser Piramida dari puncak yaitu aktualisasi diri dan esteem oleh Abraham Maslow ke dasar piramida yaitu makan, kesehatan dan keamanan jiwa raga (has shifted the pyramid from the top namely self-actualization and esteem by Abraham Maslow to the bottom of the pyramid namely food, health and safety of the body and spirit. Covid19 telah mempengaruhi secara signifikan aspek kesehatan, ekonomi, social masyarakat hingga ke seluruh aspek kehidupan manusia.

Kontraksi pertumbuhan ekonomi nasional sudah terjadi sehingga secara langsung mempengaruhi pembangunan ketahanan pangan serta seluruh aspek yang mempengaruhinya. Masing-masing negara di dunia mengutamakan ketahanan pangannya, dengan kata lain ekspor dan impor pangan menjadi sulit saat ini.

Pangan bermakna luas, memiliki multi fungsi yaitu fungsi pasokan gizi, fungsi energi, fungsi kesehatan (obat) dan lanjut usia, fungsi sosial, fungsi ekonomi, fungsi budaya dan fungsi ibadah. Hal ini merupakan semangat bagi semua stakeholders dalam rangka pembangunan ketahanan pangan untuk masa yang akan datang.

Dalam UU no. 18 Tahun 2012 ada istilah kedaulatan pangan merupakan suatu hak negara dan bangsa agar mempunyai integritas dalam rangka membuat kebijakan pangan untuk menjamin hak atas pangan bagi seluruh rakyat Indonesia serta menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal di setiap wilayah NKRI.

Kemandirian Pangan merupakan abilitas NKRI dan bangsa Indonesia dalam menghasilkan pangan yang bervariasi dalam

(11)

2 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

rangka menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang memadai hingga tingkat individu dengan memanfaatkan potensi SDA, SDM, sosek, dan kearifan lokal secara bermartabat.

Performansi negara atas dasar skor ketahanan pangan untuk 113 negara pada tahun 2020 adalah bahwa Indonesia menempati urutan ke-65 dengan skor keterjangkauan 73,5, skor ketersediaan 64,7, skor mutu dan keamanan pangan 49,6, skor ketahanan sumber daya alam 34,1, dan skor keseluruhan 59,5. Hal ini masih menjadi suatu tugas besar bagi bangsa ini untuk mendongkrak global food security index (GFSI) Indonesia untuk masa yang akan datang. Kalau dibandingkan dengan Finlandia yang menduduki peringkat 1 memiliki skor keterjangkauan 90,6, skor ketersediaan 80,0, skor mutu dan keamanan pangan 93,8, dan skor ketahanan sumber daya alam 73,2, serta skor keseluruhan 85,3, maka Sumatera Utara harus berbenah diri untuk meningkatkan kontribusi yang lebih signifikan yang pada gilirannya GFSI Indonesia mengalami eskalasi.

Sebagai salah satu negara terbesar di dunia dengan populasi penduduk dan biodiversitas yang tinggi, memiliki SDA dan sumber Pangan yang sangat bervariasi di dunia apalagi terletak di daerah khatulistiwa sehingga Indonesia merupakan negara yang sangat potensial untuk memasok kebutuhan pangan dunia dengan kata lain Indonesia sejatinya mampu memenuhi sebagian besar kebutuhan Pangannya berbasiskan kedaulatan dan kemandirian pangan. Sumatera Utara sangat mengetahui kewajiban sehingga selama ini Sumatera Utara taat azas untuk mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi Pangan yang cukup, B2SA (beragam, bergizi, seimbang, dan aman) hingga ke tingkat individu.

Selanjutnya, spirit Pasal 5 UU No 18 tahun 2012 mengamanatkan bahwa lingkup pengaturan penyelenggaraan pangan meliputi: planning, food availability, affordability, pemanfaatan pangan dan gizi, mutu dan secure pangan, label dan iklan pangan, monev, sistem informasi pangan, litbang pangan, kelembagaan pangan, partisipasi aktif masyarakat, dan penyidikan.

(12)

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 3 Presiden Soekarno pada tahun 1952 saat acara peletakan batu pertama pembangunan gedung FP UI di Bogor menyatakan bahwa, “ ……. oleh karena itu, soal yang hendak saya bicarakan itu mengenai soal penyediaan makan rakyat “ (KUKP 2010-2014 DKP).

Hal yang serupa juga disampaikan oleh Presiden Soeharto, 21 tahun kemudian pada saat kunjungannya ke Yogyakarta, Presiden waktu itu mengemukakan: “……….. kalau kita simpulkan keseluruhannya jelas, harga beras yang tidak bisa dikendalikan berarti stabilitas nasional akan terganggu…………” (KUKP 2010- 2014 DKP). Presiden Soeharto maupun Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga memiliki pemikiran bagus tentang pangan, keduanya berusaha menggenjot produksi pangan di dalam NKRI bahkan Indonesia sempat berhasil mewujudkan swasembada beras yang diakui oleh FAO serta menjadi teladan bagi negara lain untuk membebaskan diri dari jebakan krisis pangan.

Fungsi pertama food security/ketahanan pangan adalah memiliki ketersediaan pangan yang berasal dari produksi, stok akhir, cadangan pangan, pasokan dari luar atau impor lalu adanya jaminan akses pangan bagi semua penduduk. Akses terhadap pangan dalam jumlah yang memadai merupakan salah satu pilar hak azasi manusia yang harus selalu dijamin oleh negara bersama masyarakat, hal ini dipahami sebagai “merah putih dari Sabang sampai Merauke”. Selanjutnya konsumsi, mutu, dan keamanan pangan harus terjamin artinya tidak ada satu jenis komoditi yang menyediakan gizi yang lengkap, maka konsumsi harus B2SA yakni bersumber dari keragaman pangan, bergizi, seimbang, dan aman dikonsumsi. Fungsi kedua, merupakan syarat keharusan dalam pembangunan SDM yang kreatif dan sebagai determinan penting dalam mendukung perekonomian yang stabil dan kondusif bagi pembangunan nasional.

Sesuai dengan spirit UU no. 18 tahun 2012 tentang pangan ketahanan pangan harus diwujudkan dari waktu ke waktu sebagai prasyarat bagi keberlanjutan eksistensi masyarakat Sumatera Utara dan seluruh rakyat Indonesia, artinya harus dikondisikan terpenuhi Pangan mulai dari negara sampai ke level individu, yang

(13)

4 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

tercermin dari ketersediaan Pangan yang cukup, baik kuantitas maupun kualitas, B2SA, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan kultur masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

Ketersediaan pangan sangat terkait dengan produksi.

Pemerintah bertanggung jawab menjamin ketersediaan pangan karena pangan merupakan hak azasi manusia. Pemerintah Daerah bertanggung jawab mengembangkan produksi pangan lokal.

Produksi pangan lokal dilakukan dengan tujuan untuk menambah alternatif pangan pokok yang dapat mengimbangi pertumbuhan penduduk sehingga kedaulatan pangan dan kemandirian pangan dapat tercapai. Selain itu berkembangnya pangan pokok lokal akan memudahkan daerah untuk tetap bertahan jika suatu saat terjadi kekurangan beras di daerah tersebut.

Cadangan Pangan merupakan jumlah pangan yang harus tersedia setiap saat, dan dapat segera dikonsumsi dengan harga yang wajar dan terjangkau oleh masyarakat. Biasanya cadangan pangan untuk negara tertentu seharusnya memiliki iron stock, artinya tersedia cadangan pangan 3 bulan ke depan. Cadangan Pangan merupakan salah satu cara untuk mewujudkan sistem ketahanan pangan, hal ini juga merupakan salah satu instrumen pemerintah untuk meredam gejolak harga pangan apabila telah menyentuh kenaikan harga 20-25%. Cadangan pangan merupakan salah satu komponen ketersediaan pangan dalam rangka antisipasi futuristik kekurangan ataupun kelebihan pangan, gejolak harga, bantuan pangan dalam keadaan rawan pangan transien ataupun kronis.

Penganekaragaman pangan dilakukan dengan menetapkan penganekaragaman pangan, optimalisasi pangan lokal, meningkatkan keanekaragaman pangan pokok, mengembangkan pengindustrian berbasis pangan lokal, mendorong diversifikasi pangan, dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi aneka ragam pangan pokok dengan prinsip gizi seimbang. Hal ini sudah dikenal masyarakat Sumatera Utara khususnya dari etnis Batak ratusan tahun yang lewat. Masyarakat

(14)

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 5 Sumatera Utara juga menjadikan penganekaragaman pangan masuk di dalam acara adat atau kultur yang selama ini sangat kondusif pelaksanaannya.

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintah yang baik (good governance) salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah meningkatkan pelayanan publik yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat. Negara atau penyelenggara negara memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan kepada warganya, sementara itu warga negara atau masyarakat memiliki hak untuk memperoleh pelayanan memadai.

Plato, seorang ahli filsafat menyebutkan bahwa “the most important part of the work is in the beginning”. Dalam hal ini Sumatera Utara harus merencanakan ketahanan pangan dengan baik, terorganisir, terintegrasi dan sinergis, serta monitoring evaluasi dan budgeting yang memadai.

Pembangunan Provinsi Sumut pada intinya adalah membangun SDM yang handal, unggul dan memiliki integritas dalam berbangsa dan bernegara, religus dan berkompetensi tinggi dengan melibatkan kerjasama seluruh stakeholder baik antar regional, nasional maupun internasional. Urgensinya adalah agar kualitas hidup masyarakat Sumatera Utara berada pada tingkat layak dan adil dan tidak mengalami ketimpangan antar kabupaten.

Membangun dan mengembangkan ekonomi daerah melalui pengelolaan sumber daya alam lestari berkelanjutan dan berwawasan lingkungan tidak saja memerlukan Reformasi birokrasi berkelanjutan dan dilakukan secara terus menerus guna mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik dan bersih (good governance dan clean governance), tetapi birokrasi juga memerlukan sumberdaya manusia yang dapat mengemban tugas pokok dan fungsi (tupoksi) secara benar dan profesional sesuai dengan keahliannya, artinya, pengembangan sektor ekonomi daerah memerlukan penanganan yang serius yang dilakukan oleh sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi yang cukup di bidangnya dan mampu membangun daerah secara holistik.

(15)

6 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

Dalam perspektif pembangunan ketahanan pangan di Sumatera Utara, pembangunan ketahanan pangan akan mengacu pada RPJP, RPJM, kesepakatan negara-negara di dunia seperti FAO dan kesepakatan KTT pangan.

Peran koordinasi dan peran teknis lembaga yang menangani ketahanan pangan seperti Bappeda Sumatera Utara, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumatera Utara adalah untuk mewujudkan sistim ketahanan pangan daerah yang mandiri dan berdaulat dalam jangka panjang. Konsekuensi logisnya adalah, dalam implementasi kebijakan-kebijakannya memerlukan dukungan kebijakan melalui dukungan penelitian dan pengembangan pangan, peningkatan kerjasama termasuk kerjasama nasional dan internasional yang adil dan kompetitif, peningkatan pemberdayaan dan peran serta masyarakat, penguatan kelembagaan dan koordinasi ketahanan pangan, serta dorongan terciptanya kebijakan makro ekonomi dan perdagangan yang kondusif.

Namun demikian rumusan strategi kebijakan pangan Sumatera Utara haruslah didasarkan pada identifikasi dan inventarisasi internal organisasi kondisi Sumatera Utara, serta pemahaman yang mendasar tentang faktor eksternal, sehingga strategi kebijakan di bidang pangan baik dalam jangka pendek, menengah dan panjang akan didasarkan pada kajian ilmiah yang sistimatis, analitis, komprehensif dan dapat diterapkan sesuai visi dan misi pembangunan di Sumatera Utara yang memiliki kekhasan sekaligus menjadi faktor pembeda di rangka pembangunan ketahanan pangan Indonesia dan sifatnya tetap “merah-putih”.

1.2. Landasan Hukum

• Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan

• Undang-Undang No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

• Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

(16)

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 7

• Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi

• Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan

• Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat

• Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.

• Peraturan Presiden RI No. 22/2009 tentang Kebijakan P2KP Berbasis Sumber Daya Lokal

• Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2016 tentang Penugasan Kepada Perusahaan Umum (Perum) Bulog dalam Rangka Ketahanan Pangan Nasional.

• Perpres RI Nomor 20 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Perpres Nomor 48/2016 tentang Penugasan kepada Perum Bulog dalam Rangka Ketahanan Pangan Nasional

• RPJMD Provinsi Sumatera Utara periode 2018-2023

• Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (pencanangan oleh Presiden tanggal 11 Juni 2005)

• Permendagri No 57/2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah.

1.3. Pengertian

Sumut adalah Sumatera Utara

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) adalah penyusunan peta daerah rawan pangan dengan menggunakan beberapa dimensi dan indikator untuk mengetahui suatu daerah kategori rawan pangan.

Program Aksi Gerakan Mandiri Pangan adalah upaya terpadu dari pemerintah bersama masyarakat yang berbasis di pedesaan/kelurahan melalui gerakan masyarakat untuk

(17)

8 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

memenuhi kebutuhan pangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya setempat dalam rangka mewujudkan rakyat tidak lapar.

Pemantauan adalah penilaian yang sistematis dan terus menerus terhadap perkembangan suatu pekerjaan dalam suatu jangka waktu.

Monitoring adalah suatu proses yang terus menerus untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisa dan menggunakan informasi sebagai bahan pengendalian kegiatan.

Pengendalian adalah kegiatan peninjauan pelaksanaan kegiatan ke lapangan secara terkoordinasi.

Pelaporan adalah kegiatan penyampaian informasi tentang hasil monitoring dan evaluasi dari pelaksana kegiatan di tingkat bawah kepada tingkat pengambil kebijakan.

Mutu Pangan merupakan value dengan determinasi kriteria keamanan dan konten Gizi Pangan.

(18)

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 9

BAB II

REVITALISASI SEMANGAT AGROPOLITAN DAN AGROMARINPOLITAN PERLU UNTUK MEWUJUDKAN MASYARAKAT YANG SEHAT,

AKTIF DAN PRODUKTIF

Akhir-akhir ini Pemerintah Pusat intens mengembangkan food estate di Indonesia salah satunya di Sumatera Utara. Semua pihak tentunya harus mendukung sebab tujuannya sangat jelas untuk mewujudkan masyarakat sejahtera baik produsen maupun konsumen. Tetapi alangkah baiknya kalau spirit/semangat program agropolitan dan agromarinpolitan yang belakangan tidak lagi menjadi Program Unggulan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara menyatu dengan program food estate dalam rangka peningkatan indeks ketahanan pangan Indonesia, indeks pembangunan manusia, indeks daya saing bangsa, indeks inovasi, dan indeks kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Seperti diketahui kawasan lumbung pangan Kab. Humbahas berbasis tanaman hortikultura yaitu bawang merah, kentang, dan bawang putih. Menurut informasi 215 ha dengan APBN dan 785 ha yang dikelola swasta diharapkan dari target semula sudah selesai pada tahun 2020 serta menjadi model percontohan untuk provinsi lain di Indonesia dengan demikian kekurangan untuk proses olah lahan/budidaya hingga pasca panen menjadi pelajaran bagi daerah lainnya.

Dicanangkan bahwa 61.042 ha pada 4 kabupaten yaitu Humbahas, Pakpak Bharat, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Utara akan dikelola menjadi food estate. Dari jumlah tersebut akan dijadikan 1.150 ha menjadi kebun raya dan taman sains herbal 500 ha. Luasan food estates, Humbahas menyediakan lahan 23.000 ha, Pakpak Bharat 8.329 ha, Tapanuli Tengah 12.655 ha, dan Tapanuli Utara sebesar 1.150 ha. Sumatera Utara mengikuti jejak Kalimantan Tengah.

Semangat program pembangunan agropolitan dan agromarinpolitan mengisi program food estate sebenarnya tidak sulit sebab keduanya komplementer. Sejak dicanangkan oleh

(19)

10 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

Presiden RI, nilai dari program agropolitan dan agromarinpolitan terbukti:

Bukan persekongkolan asal-asalan antara negara dan investor di kawasan dataran tinggi agropolitan bukit barisan dan kawasan agromarinpolitan, tetapi merupakan resultante dari berbagai multi disiplin ilmu yang sangat mendalam yang diterima oleh semua pihak sebab melibatkan semua pihak untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.

Bukan deforestasi sehingga tetap mempertahankan keragaman hayati khususnya tanaman langka seperti andaliman, antarasa, mobe dan lain sebagainya.

Tetap menjaga nilai budaya masyarakat setempat sebab membudidayakan tanaman-tanaman lokal sesuai amanah UU no. 18 tahun 2012.

Melestarikan bentang alam baik sisi sosial, ekologi, dan ekonomi masyarakat setempat, dalam artian dapat memenuhi untuk Prima satu dari hasil penilaian good agriculture practices.

Dari Master Plan pengembangan kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara tahun 2005 disebutkan bahwa beberapa persyaratan menjadi komoditas unggulan antara lain komoditas yang dihasilkan pada suatu daerah tidak memerlukan kegiatan proses produksi dari institusi yang sudah mapan seperti perkebunan besar (Swasta, BUMN).

Alasannya adalah perusahaan agribisnis yang bersangkutan dapat mengembangkan dirinya sendiri sehingga tidak perlu dipromosikan pemerintah dalam pembangunannya. Komoditas unggulan harus melibatkan masyarakat banyak dan dikembangkan secara intensif, tidak tergantung input impor, sebaliknya teknologi (on dan off farm) yang tersedia, memiliki derivasi yang banyak dan memiliki jaringan pasar yang tangguh, selain komoditas unggulan pada tingkat kabupaten, maka terdapat pula komoditas unggulan pada tingkat kecamatan, serta tanaman padi tidak dikategorikan sebagai

(20)

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 11 unggulan karena merupakan tanaman strategis. Buktinya HPP ditentukan oleh pemerintah pusat (Master Plan KADTBB, 2005).

Dari dokumen masterplan kawasan agropolitan dataran tinggi bukit barisan juga diperoleh bahwa penentuan komoditas unggulan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti diterakan pada Gambar 1 dan Gambar 2. Dalam hal ini komoditas unggulan ditentukan oleh LQ (location quotient) serta analisis prioritas. Dari lokasi terpilih misalnya untuk komoditas pangan dan hortikultura dilakukan analisis prioritas yaitu penentuan parameter sesuai dengan yang diinginkan lalu penyusunan matrik serta pembobotan yang pada akhirnya didapat lokasi unggulan.

(21)

12MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

Gambar 1. Penentuan Komoditas Unggulan

Analisis LQ=Komoditas terpilih

Analisis Prioritas 1. Penentuan berbagai variabel 2. Penyusunan Matrik 3. Pembobotan 4. Skala Penilaian 5. Skoring 6. Penentuan rangking Komoditas unggulan

Komoditas 1.Tan. Pangan 2.Hortikultura 3.perkebunan 4.Peternakan 5.Perikanan

(22)

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA13

Gambar 2. Penentuan Lokasi dan Sentra Produksi Komoditas Unggulan

Komoditas 1. Tan.Pangan 2. Hortikultura Tri-bun

Lokasi Terpilih

Analisis Prioritas 1. Penetuan berbagai parameter 2. Penyusunan Matrik 3. Pembobotan 4. SkalaPenilaian 5. Scoring 6. Penetuan rangkingLokasi Unggulan

(23)

14MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

Untukpenilaianpenentuankomoditas unggulan, adabeberapavariabel yangperludiperhatikan, untuk lebih lengkapnya diterakan pada Tabel 1. Tabel 1. Penilaian Untuk Menentukan Komoditas Unggulan di on farm NoVariabel Jenis Komoditas Tanaman PanganSayuranBuah BuahanTanaman PerkebunanPeternakan ABCDEFG 1Luas Areal XXXX- 2ProduksiXXXX- 3Produktivitas XXXX- 4Ketersediaan Bibit/benihXXXX- 5Keterlibatan Masyarakat (PRA) XXXX- 6PemasaranXXXX- 7Kesesuaian dan kemampuan lahanXXXX- 8Nilai EkonomisXXXX- 9Faktor ResikoXXXX- 10Penghasil DevisaXXXX- 11Derivat ProdukXXXX- 12Ketergantungan Impor XXXX Nilai Total Bobot Skoring Komoditas 1Jumlah Populasi Unit Ternak- - - - X 2Kemudahan Dalam Memasarkan Ternak- - - - X 3Sumber Pendapatan- - - - X

(24)

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA15

NoVariabel Jenis Komoditas Tanaman PanganSayuranBuah BuahanTanaman PerkebunanPeternakan 4Ketersediaan Pakan- - - - X 5Ketersediaan Bibit- - - - X 6Kemudahan Dalam Budidaya- - - - X 7Kemudahan Dalam Budaya/Sosial - - - - X 8Nilai Total Bobot - - - - X 9Skoring Komoditas - - - - Khusus untukKawasanAgropolitanDataranTinggi BukitBarisanSumateraUtaratelahdilakukanpengkajian sehingga diperolehlah contoh jenis komoditas unggulan untuk tujuan pangan di masing-masing kabupaten seperti diperlihatkan pada Tabel 2.

(25)

16MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

Tabel 2. JenisdanPenyebaranBeberapaKomoditas AgribisnisPanganyangMerupakanUnggulandi Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara Kelompok Komoditas Kabupaten KaroDairi SimalungunToba Samosir Tapanuli UtaraPakpak Bharat Humbang HasundutanSamosir 1. Agribisnis Tanaman PanganJagungKubis JagungUbi Kayu JagungJagung Ubi Kayu Ubi Jalar

Jagung Ubi Jalar JagungJagung Ubi Kayupm 2. Agribisnis PerkebunanSawit Kopi Kemiri

Kopi Kemiri SawitSawit Jahe Kopi Kopi Kulit ManisKopi Kopi Kelapa Kemiri 3. Agribisnis Hortikultura BuahJeruk Pisang Markisa

Durian Pisang Jeruk Nenas

Nenas Pisang Sawo Durian

Jeruk Mangga Durian

PmJeruk Nenas pmpm 4. Agribisnis SayuranKentang Kol Wortel Tomat

Kubis Cabe Kentang

Kentang Bawang Tomat Bawang Ketimun Kacang

Kubis Sawi Cabe Bawang

Cabe KentangKubis Kentang Cabe Wortel

pm 5. Agribisnis PeternakanSapi Potong Ayam Buras Kerbau

Kerbau Ayam Buras Itik Ayam Buras Kerbau Domba Kambing

Ayam Itik Sapi

Ayam Itik Kerbau

Ayam Itik Kerbau

Ayam Itik Kerbau

Ayam Itik Kerbau Sapi 6. Agribisnis PerikananPerikanan air tawar Perikanan air tawar Perikanan air tawar Perikanan air tawar Perikanan air tawaPerikanan air tawar Perikanan air tawar Perikanan air tawar

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan memilih lokasi di Desa Jetis Kabupaten Sukoharjo, dengan pertimbangan masyarakatnya antusias dan lansia aktif ke

The Haiti earthquake in 2010 has been considered a turning point in disaster response because of the support provided by collaborative communities such as

Cargo /Pondok Indah Gatsu I Wayan Sutha.. Kubu Alit Perum Permata II No.3 I Gst Putu

Factors that could cause actual results to differ include, but are not limited to, economic, social and political conditions inIndonesia; the state of the property industry

I-ong time ago, there was only the sun that brightened tl. It did not set and there was no night. the Creator olthe universe came to visit. FIe saw men working

Apabila saya melanggar hal-hal yang telah dinyatakan dalam Pakta Intregitas ini, saya bersedia dikenakan sanksi sesuai dengan hukum dan

Penelitian ini dilakukan pada 3 sekolah SMP 3, SMP 6, dan SMP 7 Salatiga yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan dan mengevaluasi kemampuan operator sekolah

Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan kunjungan dan citra positif adalah memiliki informasi yang memadai, dari pegawai ataupun informasi dari bahan