DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku:
Affandi, Wahyu, 1984, Hakim dan Penegakan Hukum, Bandung: Alumni
Atmasasmita, Romli, 1997, Peradilan Anak di Indonesia, Bandung: Mandar Maju
Bartollas, Clemens, 1985, Juvenile Delinquency, Allyn and Bacon Fourth Edition, USA: University of Northern IOWA
Harahap, M. Yahya, 2005, Pembahasan Permasalahan Penerapan KUHAP (Edisi Ke-2), Jakarta: Sinar Grafika
Joni, M., dan Zulchaina, 1999, Aspek Hukum Perlindungan Anak Dalam Perspektif Konvensi Hak Anak, Bandung: P.T. Citra Aditya Bakti
Kartono, Kartini, 1998, Patologi Sosial dan Kenakalan Remaja, Jakarta: P.T. Raja Grafindo Grafika
Lamintang, P.A.F., 1988, Hukum Penitensir Indonesia, Bandung: C.V. Armico
Mertokusumo, Sudikno, dan Mr. A. Pitlo, 1993, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, Bandung: P.T. Citra Aditya Bakti
Mulyadi, Lilik, 2005, Pengadilan Anak di Indonesia, Bandung: Mandar Maju
Prinst, Darwan, 2003, Hukum Anak Indonesia, Bandung: P.T. Citra Aditya Bakti
Soekito, Sri Widoyati Wiratmo, 1989, Anak dan Wanita Dalam Hukum, Jakarta: LP3S
Soelidarmi, 2002, Kumpulan Putusan Kontroversial Dari Hakim/Majelis Hakim Kontroversial Beserta Polemik Yang Diberitakan Atau Ditulis Media Cetak, Yogyakarta: UII Press
Soemitro, Irma Setyowati, 1990, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Jakarta: Bumi Aksara
Soetodjo, Wagiati, 2006, Hukum Pidana Anak, Bandung: Refika Aditama
Supramono, Gatot, 2005, Hukum Acara Pengadilan Anak, Jakarta: Djambatan
Syarif, Muhidin, 1997, Pengantar Kesejahteraan Sosial, Bandung: Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial
Wadong, Maulana Hassan, 2000, Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak, Jakarta: Gramedia Wirasarana Indonesia
Wahjono, Agung, dan Siti Rahayu, 1993, Tinjauan Tentang Peradilan Anak di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika
Waluyo, Bambang, 2004, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta: Sinar Grafika
Well, L. Edward dan Joseph H. Rankin, 1991, Families and Delinquency : A Metamorphosis of the Impact of Broken Homes Social Problems, London
Yusuf, Syamsu, 2004, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya
Peraturan Perundang-undangan:
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman
Convention on the Rights of the Child ( Konvensi Hak Anak) Perserikatan Bangsa-Bangsa 1989
Situs Internet:
http:// www. pikiran-rakyat. com/ cetak/ 2009/ 032009/ 09/ teropong/ lainnya05.htm
http://www.detiknews.com/read/2006/03/10/154126/556461/10/bagir-manan-akui-hakim-anak-di-daerah-minim
BAB III
PERANAN HAKIM ANAK DALAM PENJATUHAN PUTUSAN ATAS PERKARA PIDANA YANG DILAKUKAN ANAK
A. Kewajiban dan Wewenang Hakim Anak
1. Kewajiban Hakim Anak
Peranan Hakim Anak tidak berbeda dengan peranan hakim pada umumnya
dan peranan hakim sendiri tidak dapat dipisahkan dari peranan pengadilan yaitu
wajib memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara dimana pengadilan tidak
boleh menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang
diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas (Pasal 16
Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman).
Undang-undang tidak mungkin lengkap, Undang-undang-Undang-undang hanya merupakan satu tahap
dalam proses pembentukan hukum dan terpaksa mencari kelengkapannya dalam
praktek hukum dari hakim.38
Mantan Sekjen Departemen Kehakiman Hari Soeharto menyatakan bahwa
seorang hakim harus memiliki tiga syarat yaitu: pertama, tangguh berarti tabah menghadapi dan kuat mentalnya, kedua harus terampil artinya mengetahui dan menguasai segala peraturan perundang-undangan yang sudah ada dan masih Oleh karena itu, hakim harus mempunyai kemampuan rechtsvinding
dengan interpretasi-interpretasi yang maju ke depan dan disesuaikan dengan
norma, azas, dan keyakinan hukum yang berlaku serta tanggap terhadap setiap
perkembangan hukum yang tumbuh dalam masyarakat.
38
berlaku, ketiga adalah tanggap artinya penyelesaian pemeriksaan perkara harus dilakukan dengan cepat, benar serta menyesuaikan diri dengan kehendak
masyarakat.39
Pada proses pemeriksaan, ketentuan Hukum Acara yang berlaku
diterapkan pula dalam acara Pengadilan Anak kecuali jika ditentukan lain (Pasal
40 Undang-Undang Pengadilan Anak). Dengan berlakunya Undang-Undang
Pengadilan Anak, maka hubungannya dengan KUHAP dan KUHP merupakan
hubungan hukum khusus dan hukum umum. Undang-Undang Pengadilan Anak
sebagai hukum khusus (lex spesialis), sedangkan KUHAP dan KUHP merupakan hukum umum (lex generalis). Sebagai hukum khusus, Undang-Undang Pengadilan Anak di dalamnya telah mengatur secara khusus tentang hukum acara
dari tingkat penyidikan sampai dengan bagaimana cara pemeriksaan di muka
pengadilan. Selain itu, Undang-Undang Pengadilan Anak juga mengatur secara
khusus tentang ketentuan pidana materil yang ternyata telah mencabut ketentuan
Pasal 45, Pasal 46 dan Pasal 47 KUHP (Pasal 67 Undang-Undang Pengadilan
Anak).
40
a. Menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan
yang hidup dalam masyarakat (Pasal 28 ayat (1));
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang
Kekuasaan Kehakiman, dalam melaksanakan peranannya hakim mempunyai
kewajiban:
39
Wahyu Affandi, Hakim dan Penegakan Hukum, Alumni, Bandung, 1984, hlm. 12.
40
Ketentuan ini dimaksudkan agar putusan hakim sesuai dengan hukum dan
rasa keadilan masyarakat (Penjelasan Pasal 28 ayat (1)).
Hakim harus memahami kenyataan sosial yang hidup dalam masyarakat
dan ia harus memberi putusan berdasar atas kenyataan sosial yang hidup
dalam masyarakat itu. Dalam hal ini hakim dapat meminta keterangan dari
para ahli, kepala adat, dan sebagainya.41
Hakim harus memperhitungkan perkembangan masyarakat, putusannya
harus sesuai dengan perkembangan masyarakat. Undang-undang memang
harus dihormati, tetapi undang-undang selalu akan ketinggalan zaman,
sehingga hakim tidak dapat secara mutlak mematuhinya. Hakim dapat
melihat undang-undang sebagai alat/sarana untuk membantu menemukan
hukumnya. Dalam hal ini ia tidak mengikuti atau berpijak pada
undang-undang tetapi undang-undang-undang-undang digunakan sebagai alat untuk menemukan
pemecahan suatu peristiwa konkrit.42
b. Mempertimbangkan sifat yang baik dan jahat dari terdakwa (Pasal 28 ayat
(2));
Berdasarkan ketentuan ini, maka dalam menentukan berat ringannya
pidana yang akan dijatuhkan, hakim wajib memperhatikan sifat baik atau
sifat jahat dari terdakwa sehingga putusan yang akan dijatuhkan setimpal
dan adil sesuai dengan kesalahannya (Penjelasan Pasal 28 ayat (2)).
c. Mengundurkan diri dari persidangan apabila terikat hubungan keluarga
sedarah dan semenda sampai derajat ketiga, atau hubungan suami istri
41
Supomo, Hukum Acara Perdata Negeri, Fasco, Jakarta, 1958, hlm.128.
42
meskipun telah bercerai, dengan ketua, salah seorang hakim anggota,
jaksa, advokat, atau panitera (Pasal 29 ayat (3));
Ketentuan ini merupakan larangan adanya hubungan keluarga antara para
“pejabat” yang mengadili suatu perkara. Alasan utama pengundurdirian
oleh hakim adalah demi terwujudnya pemeriksaan persidangan yang
objektif, sehingga dapat dijunjung tinggi tegaknya prinsip fair trial
(peradilan yang jujur dan adil) serta asas “imparsialitas” yaitu
pengadilan/hakim yang tidak memihak kepada salah satu pihak.43
d. Mengundurkan diri dari persidangan apabila terikat hubungan keluarga
sedarah atau semenda sampai derajat ketiga atau hubungan suami atau istri
meskipun telah bercerai dengan pihak yang diadili atau advokat (Pasal 29
ayat (4));
e. Mengundurkan diri apabila mempunyai kepentingan langsung atau tidak
langsung dengan perkara yang sedang diperiksa baik atas kehendaknya
sendiri maupun atas permintaan pihak berperkara (Pasal 29 ayat (5));
Yang dimaksud dengan “kepentingan langsung atau tidak langsung”
adalah termasuk apabila hakim atau panitera pernah menangani perkara
tersebut atau perkara tersebut pernah terkait dengan pekerjaan atau jabatan
yang bersangkutan sebelumnya (Penjelasan Pasal 29 ayat (5)).
f. Mengucapkan sumpah atau janji menurut agamanya sebelum memangku
jabatannya (Pasal 30 ayat (1));
43
g. Memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, jujur, adil,
profesional dan berpengalaman di bidang hakim (Pasal 32);
h. Wajib menjaga kemandirian peradilan (Pasal 33).
Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain di luar
kekuasaan kehakiman dilarang, kecuali dalam hal-hal sebagaimana disebut
dalam Undang-Undang Dasar 1945 (Pasal 4 ayat (3). Kekuasaan
kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan
berdasarkan Pancasila.
Kewajiban Hakim Anak secara khusus yang mendasar adalah memberikan
keadilan sekaligus melindungi dan mengayomi anak agar dapat menyongsong
masa depannya.44
Lain-lain hal yang relevan dengan kewajiban Hakim Anak berdasarkan
Undang-Undang Pengadilan Anak yang perlu mendapat perhatian di antaranya
sebagai berikut:
Dalam melaksanakan proses pemeriksaan, hakim diharapkan mampu
berkomunikasi dengan anak secara lembut bukan malah dengan suara yang keras
dan terkesan mendesak atau menekan anak namun mampu menyesuaikan diri
dengan kondisi psikologis anak Selanjutnya, putusan hakim yang dijatuhkan akan
mempuyai akibat terhadap kehidupan si anak oleh karena itu hakim harus yakin
benar bahwa putusan yang diambil merupakan yang terbaik bagi anak.
45
44
Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2004, hlm. 115.
45
a. Hakim dalam memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara anak tidak
memakai toga (Pasal 6);
Ketentuan ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana kekeluargaan dan
tidak menyeramkan bagi anak. Dalam prakteknya, para pejabat yang
menangani perkara anak terkadang masih memakai toga atau pakaian dinas
pada saat pemeriksaan.
Berikut hasil yang didapat dari penyebaran angket/kuisioner kepada 50
orang responden/Anak Pidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Anak
Tanjung Gusta Medan
Tabel : Suasana persidangan
No. Variabel Jawaban N = 50
F Persentase
1. a. Suasana kekeluargaan
b. Tertib dan tenang
c. Menyeramkan/menakutkan
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari sebagian besar anak
yang pernah menjalani proses persidangan, menyatakan suasana persidangan
pada umumnya tertib dan tenang (40 %). Sedangkan anak yang menyatakan
suasana kekeluargaan pada saat persidangan kuantitasnya masih rendah
mencerminkan suasan kekeluargaan. Padahal suasana kekeluargaan inilah
salah satu hal yang membedakan antara sidang orang dewasa dengan Sidang
Anak.
Tabel : Sikap Hakim selama pemeriksaan
No. Variabel Jawaban N = 50
F Persentase
1. a. Bijaksana dan sabar
b. Sering membentak atau memukul
c. Kurang memberi perhatian
d. Biasa saja
30
2
3
15
60 %
4 %
6 %
30 %
2. Tidak menjawab - -
JUMLAH 50 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebahagian besar hakim
dalam menangani perkara anak telah menunjukkan sikap bijaksana dan sabar
(60 %). Seperti dikehendaki dalam UU Pengadilan Anak, salah satu syarat
sebagai Hakim Anak yaitu mempunyai minat, perhatian, dedikasi, dan
memahami masalah anak (Pasal 10). Dari sikapnya dalam menangani anak
dapat dilihat bagaimana minat, perhatian, dedikasi seorang hakim anak.
Namun kembali yang menjadi masalah, belum semua anak merasa sikap
hakim telah cukup bijaksana dan sabar. Sebahagian menyatakan sikap hakim
yang sering membentak atau memukul (4 %), kurang memberi perhatian
Tabel : Perasaan atau kondisi jiwa selama persidangan
No. Variabel Jawaban N = 50
F Persentase
1. a. Merasa takut dan terguncang
b. Merasa tenang sehingga mampu berbicara dengan lebih terbuka
c. Merasa dikucilkan
d. Biasa saja
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar anak merasa
takut dan terguncang jiwanya selama persidangan (54%). Hal ini
menunjukkan bahwa suasana kekeluargaan yang diharapkan dalam Sidang
Anak belum sepenuhnya tercapai.
b. Hakim memeriksa perkara anak dalam sidang tertutup (Pasal 8 ayat (1),
Pasal 57 ayat (1)). Sidang pengadilan anak dilaksanakan secara tertutup
adalah sejalan dengan Pasal 153 ayat (3) KUHAP, demi untuk melindungi
kepentingan anak agar perkembangan jiwa dari anak yang bersangkutan
tidak terganggu. Pelanggaran terhadap asas ini mengakibatkan putusan yang
dihasilkan batal demi hukum. Jadi hakim harus melaksanakan persidangan
secara tertutup walaupun dalam persidangan tersebut tidak ada penontonnya
sekalipun. Namun, dalam hal tertentu dan dipandang perlu hakim dapat
menetapkan pemeriksaan perkara dilakukan secara terbuka tanpa
tersebut antara lain karena sifat dan keadaan perkara yang harus dilakukan
secara terbuka. Suatu sifat perkara akan diperiksa secara terbuka misalnya
perkara pelanggaran lalu lintas, sedangkan dilihat dari keadaan perkara
misalnya pemeriksaan perkara di tempat kejadian perkara (Penjelasan Pasal
8 ayat (2));
c. Hakim memeriksa dan memutus perkara anak sebagai hakim tunggal (Pasal
11 ayat (1)). Dengan hakim tunggal tujuannya agar sidang perkara anak
dapat diselesaikan dengan cepat. Perkara anak yang dapat disidangkan
dengan hakim tunggal adalah perkara-perkara pidana anak yang ancaman
hukumannya lima tahun ke bawah dan pembuktiannya mudah atau tidak
sulit. Sedangkan apabila tindak pidananya diancam dengan hukuman penjara
di atas lima belas tahun, pembuktiannya sulit, dan dipandang perlu maka
berdasarkan Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang Pengadilan Anak, Ketua
Pengadilan Negeri dapat menetapkan pemeriksaan perkara anak dengan
Hakim Majelis.
d. Apabila hakim memutuskan bahwa anak nakal wajib mengikuti pendidikan,
pembinaan, dan latihan kerja maka dalam putusannya sekaligus menentukan
lembaga tempat pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja tersebut
dilaksanakan (Pasal 32);
Pada prinsipnya pendidikan, pembinaan dan latihan kerja diselenggarakan
oleh Pemerintah di Lembaga Pemasyarakatan Anak atau Departemen Sosial,
tetapi dalam hal kepentingan anak menghendaki hakim dapat menetapkan
seperti: pesantren, panti sosial, dan lembaga sosial lainnya dengan
memperhatikan agama anak yang bersangkutan.46
e. Sebelum mengucapkan putusannya, hakim memberikan kesempatan kepada
orang tua, wali, atau orang tua asuh untuk mengemukakan ihwal yang
bermanfaat bagi anak (Pasal 59 ayat (1));
f. Hakim dalam putusannya wajib mempertimbangkan laporan penelitian dari
Pembimbing Kemasyarakatan (Pasal 59 ayat (2));
Apabila ketentuan ini tidak dipenuhi, mengakibatkan putusan batal demi
hukum.
g. Dalam membacakan putusan pengadilan atas perkara anak, wajib diucapkan
dalam sidang “terbuka untuk umum” (Pasal 8 ayat (6), Pasal 59 ayat (3)).
Walaupun dalam pemeriksaan perkara dilakukan dalam sidang yang
tertutup, akan tetapi pada saat pengucapan putusan tetap dilakukan dalam
sidang yang terbuka untuk umum. Apabila ketentuan ini tidak dipenuhi,
mengakibatkan putusan “batal demi hukum”.
2. Wewenang Hakim Anak
Kewenangan Hakim Anak dalam Sidang Anak adalah memeriksa,
memutus, dan menyelesaikan perkara anak (Pasal 3 Undang-Undang Pengadilan
Anak). Hakim dalam melaksanakan kewenangannya mempunyai kebebasan dari
berbagai campur tangan pihak lain sehingga dalam mengambil keputusan
semata-mata berdasarkan hukum dan keadilan. Tetapi kebebasan hakim disini bukanlah
46
kebebasan sekehendak hati, sebab kebebasan ini tidak mengandung maksud untuk
menyalurkan kehendaknya dengan sewenang-wenang tanpa objektivitas.
Pandangan hakim tidak hanya tertuju kepada apakah putusan itu sudah benar
menurut hukum melainkan juga terhadap akibat yang mungkin timbul.47
a. Untuk kepentingan pemeriksaan, hakim berwenang mengeluarkan Surat
Perintah penahanan anak yang sedang diperiksa (Pasal 47 ayat (1)). Masa
penahanan terhadap tersangka/terdakwa anak dibatasi secara limitatif oleh
karena itu tidak dapat dilakukan secara sewenang-wenang. Apabila
diperlukan untuk pemeriksaan, maka masa penahanan tersebut dapat
dimintakan perpanjangannya kepada instansi tertentu untuk masa yang
terbatas. Agar lebih jelas, diuraikan dalam tabel sebagai berikut:
Dalam rangka pemeriksaan perkara anak tersebut, dibawah ini diuraikan
lebih lanjut mengenai wewenang Hakim Anak berdasarkan Undang-Undang
Pengadilan Anak yaitu:
Tabel : Masa Penahanan Anak
No Penahanan Oleh: Masa
Perpanjangan oleh Penuntut Umum
Penuntut Umum
Perpanjangan oleh Ketua Pengadilan Negeri
Hakim Pengadilan Negeri
4.
5.
Hakim Banding
Perpanjangan oleh Ketua Pengadilan Tinggi
Hakim Kasasi
Perpanjangan oleh Ketua Mahkamah Agung
(Sumber: Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak)
Pasal 50 Undang-Undang Pengadilan Anak mengatur pengecualian
mengenai batas penahanan terhadap tersangka/terdakwa anak sebagaimana
diatur dalam Pasal 44 sampai Pasal 49. Penahanan terhadap
tersangka/terdakwa anak dapat diperpanjang melebihi ketentuan tersebut di
atas berdasarkan alasan yang patut misalnya karena tersangka/terdakwa anak
menderita gangguan fisik dan harus dibuktikan dengan surat keterangan
dokter (Pasal 50 ayat (1)). Dalam keadaan demikian perpanjangan
penahanan diberikan paling lama 15 (lima belas) hari dan dapat
diperpanjang lagi untuk paling lama 15 (lima belas) hari lagi. Dan
sesudahnya berkas perkara harus dilimpahkan sesuai jenjang pemeriksaan
masing-masing.
Terhadap perpanjangan penahanan secara istimewa ini tersangka/terdakwa
Tabel : Perpanjangan Penahanan Secara Istimewa
No. Perpanjangan Penahanan
Pada Tingkat: Keberatan Diajukan Kepada:
1.
(Sumber: Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak)
Meskipun telah diamanatkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan
bahwa penangkapan, penahanan, dan pemenjaraan seharusnya menjadi
pilihan terakhir, namun ternyata dalam penerapannya tidak demikian.
Menurut catatan Lembaga Advokasi Hak Anak Bandung tahun 2002
ternyata 95% dari anak yang berkonflik dikenakan penahanan dan di tingkat
penyidikan banyak yang mengalami kekerasan serta 100% vonis hakim
berupa hukuman penjara48
48
http: // www. pikiran-rakyat. com/ cetak/ 2006/ 032006/ 06/ teropong/ lainnya05.htm. Diakses tanggal 14 April 2009.
. Hal tersebut tentu membawa dampak yang buruk
bagi anak baik secara fisik maupun psikologis. Anak akan mengalami takut
ketika berhadapan dengan aparat hukum dan merasa malu pada
teman-temannya. Sebagai contoh pernah terjadi suatu tragedi yang sangat
menyedihkan di Majalengkang. Seorang anak (14 tahun) yang ditahan
Polsek Sumbar Jaya dengan tuduhan mencuri rokok, tewas gantung diri pada
Berikut ini dalam grafik di bawah dapat menunjukkan bahwa tingkat
penahanan terhadap anak selalu meningkat tiap tahunnya.
GRAFIK RATA-RATA PER TAHUN JUM LAH TAHANAN AN PADA LAPAS/RUTAN SELURUH INDONESIA
pria pria Diakses tanggal 14 April 2009)
Keterangan:
JENIS KELAMIN TAHUN
2004 2005 2006 2007
Pria 1.020 1.068 1.515 2.206
Wanita 50 54 70 68
JUMLAH 1.070 1.122 1.585 2.274
b. Memberi izin kepada orang-orang tertentu selain orang tua, wali atau orang
tua asuh, Penasihat Hukum, Pembimbing Kemasyarakatan untuk menghadiri
persidangan Anak Nakal (Pasal 8 ayat (4)). Yang termasuk dalam
orang-orang tertentu antara lain psikolog, tenaga pendidik, ahli agama, tenaga
c. Sebelum sidang dibuka, memerintahkan agar Pembimbing Kemasyarakatan
menyampaikan laporan hasil penelitian kemasyarakatan mengenai anak
yang bersangkutan yang berisi: data individu anak, keluarga, pendidikan,
kehidupan sosial anak dan kesimpulan atau pendapat dari pembimbing
kemasyarakatan (Pasal 56);
d. Pada waktu memeriksa saksi, hakim dapat memerintahkan terdakwa dibawa
ke luar sidang. Pada asasnya setiap saksi yang didengar di persidangan
dihadiri oleh terdakwa, dengan maksud agar terdakwa mengetahui apa yang
diterangkan oleh saksi dalam mengungkapkan terjadinya peristiwa pidana.
Sehubungan dengan itu terdakwa mempunyai kesempatan untuk
menyanggah keterangan saksi tentang hal-hal yang tidak benar dari
keterangan itu. Namun dalam Sidang Anak pada waktu pemeriksaan saksi,
hakim dapat memerintahkan agar terdakwa anak dibawa keluar sidang
sementara orang tua, wali, orang tua asuh, penasihat hukum dan
Pembimbing Kemasyarakatan tetap hadir di ruang sidang (Pasal 58 ayat
(1),(2)). Apabila pemeriksaan saksi telah selesai, hakim dapat meminta
terdakwa kembali menghadiri persidangan. Maksud dari tindakan ini adalah
agar terdakwa anak tidak terpengaruh kejiwaanya apabila mendengar
keterangan saksi yang mungkin sifatnya memberatkan. Karena pada bunyi
Pasal 58 digunakan kata “dapat” maka ketentuan ini tidak bersifat mutlak, jadi bisa saja pada saat pemeriksaan saksi terdakwa anak ikut mendengarkan
anak yang bersangkutan. Disini sikap hakim harus cermat dan teliti melihat
kondisi terdakwa.
B. Pertimbangan Hakim Anak Dalam Menjatuhkan Putusan
Putusan merupakan hasil akhir dari proses pemeriksaan perkara di
persidangan pengadilan yang diharapkan akhirnya dapat memberikan keadilan.
Mengenai putusan apa yang akan dijatuhkan, tergantung pada penilaian hakim
(apabila hakim tunggal) atau hasil mufakat musyawarah hakim (apabila hakim
majelis) yang diperoleh berdasarkan Surat Dakwaan serta dihubungkan dengan
segala sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan di sidang pengadilan.
Menjatuhkan putusan bukanlah pekerjaan yang mudah mengingat keadilan
itu sendiri sifatnya abstrak, sehingga tugas ini tidak jarang menempatkan hakim
dalam kenyataan yang pahit terlebih lagi bila ada campur tangan dari pihak lain
yang sulit dielakkan. Karena pengadilan bukanlah panggung sandiwara, maka
hakim harus menjauhkan diri dari kemungkinan-kemungkinan untuk diajak
kerjasama atau bermusyawarah dengan pihak manapun juga yang bermaksud
untuk mempengaruhinya agar putusannya tidak berdasar atas hukum, keadilan dan
kebenaran.
Kebebasan hakim bukanlah merupakan kebebasan tanpa batas, melainkan
kebebasan yang diikat oleh tanggung jawab kepada Tuhan dan masyarakat. Dalam
menjatuhkan putusan hakim harus hati-hati dan teliti karena hal tersebut sangat
mempengaruhi kewibawaan pengadilan dan menyangkut kehidupan seseorang
terutama terhadap masa depan anak sebagai generasi bangsa yang masih perlu
dididik dan diarahkan.
Suatu putusan yang sah harus memuat pertimbangan yang disusun secara
ringkas. Sebagaimana ditentukan Pasal 197 ayat (1) KUHAP, pertimbangan
hakim ini merupakan bagian dari suatu putusan yang apabila tidak dipenuhi
mengakibatkan putusan batal demi hukum (Pasal 197 ayat (2) KUHAP).
Hal-hal yang dimuat dalam suatu pertimbangan pada putusan yaitu (Pasal
197 ayat (1) huruf d):
1. Fakta dan keadaan sesuai dengan apa yang ditemukan dalam pemeriksaan
sidang pengadilan.
Apalagi mengenai fakta atau keadaan yang memberatkan atau meringankan
terdakwa, mesti jelas diungkapkan dalam uraian pertimbangan putusan. Hal
ini sangat penting diuraikan karena landasan yang dipergunakan sebagai
dasar titik tolak untuk menentukan berat ringannya hukuman pidana yang
akan ditimpakan kepada terdakwa, tidak terlepas dari fakta dan keadaan
yang memberatkan atau meringankan.49
2. Pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar
penentuan kesalahan terdakwa.
Sekalipun dikatakan “pertimbangan yang disusun ringkas”, bukan berarti
putusan itu benar-benar ringkas tanpa argumentasi dan kesimpulan yang jelas,
terperinci, dan utuh. Penguraian fakta dan keadaan serta alat pembuktian bukan
semata-mata berupa uraian deskriptif, tetapi disamping diuraikan secara deskriptif
49
semuanya dipertimbangkan secara argumentatif sebelum sampai pada uraian
pertimbangan yang menyimpulkan pendapatnya tentang kesalahan terdakwa,
fakta, dan keadaan serta alat pembuktian yang diperoleh dalam pemeriksaan
sidang, sehingga jelas terbaca jalan pikiran yang logis dan reasoning yang mantap, yang mendukung kesimpulan pertimbangan hakim.50
1. Laporan Pembimbing Kemasyarakatan (Pasal 59 ayat (2) Undang-Undang
Pengadilan Anak)
Secara khusus sebagai Hakim Anak, berikut beberapa faktor yang dapat
menjadi bahan pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan:
Pembimbing Kemasyarakatan dimaksud adalah Pembimbing
Kemasyarakatan pada Balai Pemasyarakatan di wilayah hukum Pengadilan Negeri
setempat. Apabila di wilayah hukum pengadilan negeri tidak terdapat Balai
Pemasyarakatan, maka menurut Pasal 12 ayat (2) Keputusan Menteri Kehakiman
No.M.02.PW.07.10 Tahun 1997, hakim dapat memerintahkan pembimbing
kemasyarakatan dari anak yang bersangkutan untuk membuat laporan hasil
penelitian kemasyarakatan pada Balai Pemasyarakatan terdekat.51
a. data individu anak, keluarga, pendidikan, dan kehidupan sosial anak;
Hakim wajib mempertimbangkan laporan penelitian dari Pembimbing
Kemasyarakatan yang memuat tentang:
b. kesimpulan atau pendapat dari Pembimbing Kemasyarakatan.
Laporan yang diberikan oleh Pembimbing Kemasyarakatan adalah laporan
secara tertulis yang diserahkan kepada hakim sebelum sidang dibuka dengan
50
Ibid
51
maksud agar cukup waktu bagi hakim untuk mempelajari laporan hasil penelitian
kemasyarakatan itu. Namun meskipun demikian laporan Pembimbing
Kemasyarakatan tersebut bukan berarti mengikat hakim dalam menentukan
putusannya. Kebebasan dalam menentukan putusan tetap berada di tangan hakim.
Setelah mempertimbangkan laporan penelitian dari Pembimbing Kemasyarakatan,
bisa saja hakim mempunyai pendapat lain yang berbeda dengan laporan
Pembimbing Kemasyarakatan tersebut. Jika terjadi hal demikian maka hakim
harus mengemukakan apa yang menjadi dasarnya serta mencantumkannya dalam
pertimbangan putusan. Dalam prakteknya, pada umumnya hakim selalu
menggunakan laporan Pembimbing Kemasyarakatan tersebut mengingat
keterbatasan hakim dalam mengetahui keadaan anak yang sebenarnya. Sebab
hakim hanya bertemu dengan anak terbatas dalam ruang sidang yang hanya
memakan waktu beberapa jam saja. Meskipun sebenarnya diluar persidanganpun
hakim dapat melakukan pendekatan atau penelitian untuk lebih mengetahui
kondisi anak lebih lanjut menyangkut perkara yang ditanganinya, namun hal
tersebut sering tidak dapat dilakukan mengingat kesibukannya sebagai hakim
biasa disamping sebagai hakim anak serta jumlah hakim anak yang masih sedikit.
Jadi, laporan pembimbing kemasyarakatan merupakan alat pertimbangan atau
pedoman yang mau tidak mau wajib diperhatikan oleh hakim52
52
Hasil wawancara dengan Hakim Anak di Pengadilan Negeri Medan, 23 Maret 2009
.
Hakim wajib meminta penjelasan kepada Pembimbing Kemasyarakatan
atas hal tertentu yang berhubungan dengan perkara anak untuk mendapatkan data
Berikut contoh dari hasil penelitian Pembimbing Kemasyarakatan:
DEPARTEMEN KEHAKIMAN RI KANTOR WILAYAH JAWA TENGAH BALAI PEMASYARAKATAN
(BAPAS) PEKALONGAN
Jalan Dharma Bakti 122 Telp. 21949 Pekalongan 51111
PENELITIAN KEMASYARAKATAN UNTUK SIDANG PENGADILAN NEGERI
Nomor Register: 98-06-0005 Perkara: Pemerasan
I. IDENTITAS
5. Bangsa/suku bangsa : Indonesia/Jawa
6. Pendidikan : SD Tidak Tamat
7. Pekerjaan : -
8. Status perkawinan : Belum kawin
9. Alamat : Jl. Pancasila Gg. I, RT.01/RW.03
Kel. Panggung, Kodya Tegal.
- Pendidikan : SD
- Pekerjaan : Pedagang
- Alamat : Jl. Pancasila Gg.I, RT.01/RW.03
Kel. Panggung, Kodya Tegal.
C. Susunan keluarga dalam satu rumah:
No Nama Umur/Jns.
kelamin
Pendidikan/
Pekerjaan Status Keterangan 1.
Tindak pidana pemerasan yang dilakukan klien bersama seorang temannya yang bernama Kristanto bin Cusin terjadi pada hari Jumat tanggal 03 April 1998 sekitar jam 14.00 WIB di lokasi Alun-Alun Kotamadya Tegal.
Pada waktu klien bersama temannya dalam keadaan mabuk, karena sebelumnya telah minum-minuman keras jenis Anggur yang dicampur dengan Coca Cola, kemudian Kristanto mengajak klien untuk minta uang kepada orang yang ada di sekitar tempat tersebut dengan tujuan untuk membeli minuman lagi. Beberapa saat kemudian klien dan Kristanto menuju Pasar Burung dan bertemu dengan tiga orang pemuda. Dalam kesempatan tersebut klien dan Kristanto meminta uang kepada orang tersebut dengan nada memaksa “Mas tolong kasih uang sebanyak Rp.2000,- saja tidak boleh untuk tambah membeli minuman”. Akhirnya korban memberikan uangnya sebanyak sebanyak Rp.2000,- kepada klien dan temannya. Setelah klien menerima uang, klien bersama Kristianto pulang ke rumahnya di Jl. Pancasila Gg.I Kel. Panggung Kodya Tegal yang kebetulan tidak jauh dari lokasi kejadian dan sempat mandi dan makan. Tidak lama kemudian klien dan Kristanto kembali ke Alun-Alun Tegal dan di tempat tersebut klien dan temannya ditangkap oleh pihak yang berwajib karena telah melakukan pemerasan, kemudian dibawa ke POLRES Tegal untuk diadakan pengusutan lebih lanjut. Karena perbuatan tersebut, klien sampai saat ini masih di Rumah Tahanan Negara Tegal.
III. RIWAYAT HIDUP KLIEN
1. Riwayat kelahiran dan pertumbuhan
pertumbuhan badan maupun kesehatannya dapat tumbuh dan berkembang secara normal.
2. Riwayat pendidikan
Klien mulai sekolah sejak usia enam tahun di Sekolah Dasar, dan selama mengikuti pendidikan di sekolah tersebut klien kurang ada kemampuan untuk belajar sehingga sering tidak naik kelas, akhirnya klien putus sekolah sebelum lulus Sekolah Dasar.
IV. TANGGAPAN KLIEN TERHADAP MASALAH YANG DIALAMINYA Klien dengan sengaja melakukan perbuatan pemerasan, karena membutuhkan uang untuk membeli minuman keras, serta adanya dukungan dari orang lain untuk melakukan perbuatan tersebut. Tetapi, setelah perbuatannya diketahui oleh orang lain klien baru menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Apabila pada suatu saat nanti telah selesai menjalani masa tahanan atau hukuman, klien akan berusaha merubah sikap dan perilakunya ke jalan yang lebih baik dan bercita-cita akan melanjutkan sekolah.
V. KEADAAN KELUARGA
1. Riwayat perkawinan orang tua
Kedua orang tua klien menikah pada tahun 1979, mereka menikah menurut tata cara agama Islam. Dari pernikahan tersebut telah dikaruniai tiga orang anak, klien adalah anak kedua dari tiga orang bersaudara. Pada bulan Oktober 1997, kedua orang tua bercerai karena sudah tidak ada kecocokan lagi dalam hidup berumah tangga.
2. Relasi sosial dalam keluarga
Hubungan ibu klien dengan anak-anaknya senantiasa terjalin baik dan penuh kasih sayang, demikian sebaliknya anak selalu bersikap hormat dan patuh kepada orang tua. Namun di antara tiga orang anak tersebut klien adalah salah satu yang agak sulit diatur oleh orang tua, nasihat orang tua sering dilecekan.
3. Relasi sosial keluarga dengan masyarakat sekitar
Hubungan orang tua klien bersama keluarga dengan warga masyarakat sekitarnya senantiasa terjalin baik, mereka hidup rukun dan saling bantu membantu dalam mengatasi kesulitan.
4. Keadaan ekonomi keluarga
Ibu klien mencari nafkah untuk menopang hidup keluarga dengan jalan berdagang makanan di lokasi Alun-Alun Kota Tegal dengan mendapatkan penghasilan kurang lebih Rp.10.000,- per hari. Namun dari hasil tersebut untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga dirasa masih mengalami kekurangan.
5. Keadaan rumah
ruang keluarga dan dapur. Perabot rumah tangga cukup sederhana, tetapi nampak bersih dan ditata rapi.
VI. KEADAAN LINGKUNGAN MASYARAKAT
1. Klien dan keluarga berdomisili di Jl. Pancasila Gg.I RT 01/RW 03 Kodya Tegal. Sebagian warga setempat mempunyai mata pencaharian sebagai: Pegawai Negeri, Karyawan, Purnawirawan, Wiraswasta dan Buruh dengan keadaan sosial rata-rata menengah ke bawa. Penduduk setempat mayoritas memeluk agama Islam yang didukung dengan adanya Musholla yang nampak bagus dan indah, membuktikan bahwa masyarakat senantiasa rajin menjalankan syariat-syariatnya.
2. Beberapa puluh meter dari Gg. I RT.01/RW.03, Kelurahan Panggung Kotamadya Tegal terdapat sebuah areal Alun-Alun dan di tempat tersebut adalah tempat berkumpulnya orang-orang yang belum jelas asal usulnya serta kebanyakan gelandangan, preman dan pengamen dan dimungkinkan mempunyai perilaku yang kurang baik. Dengan kondisi yang demikian bisa memupuk dengan subur perilaku klien ke arah yang kurang baik karena dari keterangan keluarga, klien sejak kecil sudah sulit diberi nasihat oleh orang tua.
VII. TANGGAPAN PIHAK KELUARGA, MASYARAKAT DAN PEMERINTAH SETEMPAT
1. Orang tua beserta keluarga menyatakan rasa keprihatinannnya sehubungan perbuatan yang dilakukan klien, sebelumnya orang tua bersama keluarga sudah sering memberikan nasihat kepada klien, tetapi tidak pernah dihiraukan. Walaupun demikian, perbuatan klien masih dalam batas kewajaran dan apabila suatu saat nanti klien telah selesai menjalani tahanan atau pidana, orang tua akan berusaha untuk membimbing dan mendidik klien ke jalan ynga lebih baik(surat pernyataan terlampir).
2. Masyarakat dan pemerintah setempat sangat menyayangkan terhadap perbuatan yang dilakukan klien. Mereka menilai bahwa di masyarakat anak dikenal sebagai anak yang nakal akibat dari pergaulannya yang memilih kepada anak-anak nakal dan tidak sekolah. Apabila suatu saat nanti klien telah selesai menjalani masa tahanan, masyarakat dan pemerintah setempat akan membantu orang tua untuk membimbing dan mendidik klien agar menjadi anak yang baik.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan
- Klien adalah anak remaja yang belum berusia 18 tahun (foto copy surat kenal lahir terlampir);
- Klien melakukan tindak pidana pemerasan disebabkan pergaulan yang kurang sehat;
- Kurangnya bimbingan dan pengawasan dari kedua orang tua klien disebabkan karena keduanya telah bercerai;
- Klien telah menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulangi lagi.
2. Saran
Berdasarkan data dan informasi yang kami peroleh dari berbagai pihak, maka dengan tidak mengurangi hak dan kewenangan Majelis Hakim, Pembimbing Kemasyarakatan Balai Pemasyarakatan Pekalongan menyarankan agar klien diberikan sanksi pidana yang bersifat mendidik sesuai dengan tingkat usia maupun perbuatannya.
Pekalongan, 20 Juni 1998
Mengetahui:
Kepala Balai Pemasyarakatan Pekalongan Pembimbing Kemasyarakatan
Drs. ALI ROSJAD
2. Hal ikhwal yang bermanfaat bagi anak yang disampaikan oleh orang tua, wali,
atau orang tua asuh.
HARYANTO
NIP.: 040019870 NIP.: 04003468
Oleh karena hakim wajib mempertimbangkan laporan penelitian
Pembimbing Kemasyarakatan, maka apabila ketentuan ini tidak dipenuhi
mengakibatkan putusan batal demi hukum, dianggap tidak pernah ada (never existed).
Sesuai ketentuan Pasal 59 Undang-Undang Pengadilan Anak, maka
sebelum mengucapkan putusannya hakim terlebih dahulu memberi kesempatan
kepada orang tua, wali, atau orang tua asuh untuk mengemukakan segala hal
ikhwal yang bermanfaat bagi anak, yang berarti peran mereka ikut diperhatikan di
mengikat hakim, akan tetapi keterangan itu dapat dipakai sebagai bahan
pertimbangan bagi hakim.
Sebagai contoh yang termasuk dalam hal-hal yang bermanfaat bagi anak
yaitu orang tua, wali, atau orang tua asuh menyatakan kepada hakim
kesanggupannya dalam mendidik anak. Jika demikian, maka hakim akan lebih
mengutamakan pengembalian anak kepada orang tuanya untuk dididik. Tetapi hal
ini tidak bersifat mutlak, adakalanya meskipun orang tua, wali, atau orang tua
asuh telah menyampaikan kesanggupannya dalam mendidik anak, hakim
berpendapat lain bahwa anak lebih baik tidak diserahkan kepada mereka
mengingat kondisi orang tua, wali, atau orang tua asuh anak yang bersangkutan
tidak mendukung untuk mendidik anak misalnya: kondisi ekonomi yang sulit,
rumah tangga yang tidak harmonis, dikhawatirkan nantinya malah akan
memperburuk keadaan anak. Jadi yang menjadi patokan utama adalah hal-hal apa
yang paling menguntungkan/terbaik dan bermanfaat bagi anak sesuai dengan
kebijakan hakim.53
3. Faktor-faktor penyebab anak melakukan kejahatan
Penjatuhan berat ringannya hukuman bukan semata-mata didasarkan pada
penilaian subjektif hakim, tetapi dilandasi keadaan objektif yang didapat dan
dikumpul dari kehidupan sosial terdakwa anak, kondisi keluarga, dan apa
penyebab yang mendorong atau motivasi terdakwa anak melakukan kejahatan.54 Faktor dari luar diri anak sangat mempengaruhi perilaku yang dihasilkan
oleh anak tersebut, seperti faktor keluarga: kondisi ekonomi lemah, sikap perilaku
53
Hasil wawancara dengan Hakim Anak di Pengadilan Negeri Medan, 23 Maret 2009.
54
orang tua yang buruk terhadap anak, perceraian, faktor pergaulan yang negatif,
faktor pendidikan, kondisi lingkungan dengan kehidupan moralitas masyarakat
yang bobrok. Pada masa remaja, mereka mengalami perubahan fisik dan
emosinya belum stabil dan tidak matang cara berpikirnya. Remaja biasanya
mudah cemas, mudah tergoncang emosinya, mudah tersinggung dan sangat peka
terhadap kritikan. Oleh karena itu mereka perlu dibina dengan baik agar tidak
salah jalan.55
Sebagai contoh kasus, di Bandung pernah ada seorang anak lumpuh
berumur 15 tahun karena terserang polio, ia tidak dapat berjalan dan hanya dapat
bergerak dengan cara menggeser pantat dengan kedua tangannya. Bocah tersebut
bekerja berjualan boneka dan topi di tepi jalan Cibaduyut. Pada bulan Maret 2001,
barang jualannya ditambah dengan ganja. Kata ayahnya, hasil dari penjualan
ganja akan digunakan untuk biaya operasi agar anak tersebut dapat sembuh dari
kelumpuhannya. Aneh tapi nyata, anak tak berdaya tersebut oleh Pengadilan Melalui Peradilan Anak diharapkan ditemukan solusi terbaik bagi anak
yang berperilaku menyimpang melakukan kejahatan. Orang dewasa tidak akan
dapat menolong anak sebelum memahami makna perilaku anak tersebut. Jadi,
tidaklah adil apabila anak yang melakukan suatu perilaku menyimpang/kejahatan
serta merta dihukum sesuai dengan tindakan/kejahatan yang ia lakukan dan
menganggap bahwa hukuman tersebut merupakan solusi terbaik tanpa
mempertimbangkan faktor-faktor yang mendorong anak melakukan kejahatan.
55
Negeri Bandung divonis 2 (dua) tahun penjara karena dianggap terbukti
menguasai narkotika golongan I (Pikiran Rakyat, 26/01/2003)56
No.
.
Berdasarkan hasil penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Anak
Medan yang beralamat di Jalan Pemasyarakatan Tanjung Gusta maka diperoleh
data dari penyebaran angket/kuisioner kepada 50 (lima puluh) orang Anak Pidana,
dan dijabarkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel : Faktor penyebab anak melakukan kejahatan
Variabel Jawaban N = 50
F Persentase
1. a. Perasaan benci
b. Dipengaruhi teman atau orang lain
c. Agar perhatian
Berdasarkan hasil penelitian di atas, menunjukkan bahwa faktor yang
paling dominan penyebab anak melakukan kejahatan adalah karena adanya
pengaruh dari teman atau orang lain dan hal ini terjadi terutama akibat pergaulan
yang kurang baik. Kondisi jiwa anak yang memang belum stabil, membuat
mereka mudah menerima pengaruh dari luar lingkungannya tanpa adanya
pertimbangan yang matang terlebih dahulu.
56
Tabel : Perasaan anak setelah melakukan kejahatan
No Variabel Jawaban N = 50
F Persentase
1. a. Puas
b. Menyesal
c. Bingung
d. Ketakutan
4
39
3
4
8 %
78 %
6 %
8 %
2. Tidak menjawab - -
JUMLAH 50 100 %
Berdasarkan hasil penelitian di atas, menunjukkan bahwa setelah anak
melakukan suatu kejahatan maka pada umumnya timbul suatu perasaan menyesal
dalam diri mereka. Hal ini memang wajar, mengingat anak dalam melakukan
tindakan tersebut dipengaruhi oleh kondisi emosinya yang labil dan mudah
tergoncang. Akan sangat berpengaruh terhadap masa depan anak kelak, jika
perasaan menyesal ini dibiarkan begitu saja tanpa adanya suatu upaya untuk
memperbaiki diri anak yang bersangkutan.
4. Tujuan sanksi yang dijatuhkan
Undang-Undang Pengadilan Anak hanya memuat ketentuan mengenai
jenis sanksi (pidana dan tindakan) dan lamanya pidana. Sedangkan pedoman
mengenai prinsip-prinsip apa yang harusnya diperhatikan oleh hakim dalam
menjatuhkan sanksi tersebut terhadap anak tidak ada disebutkan khususnya dalam
prinsip-prinsip penjatuhan pidana terhadap anak ini justru sangat penting dikemukakan
dalam ketentuan tentang peradilan (Barda N. Arief).57
Pada zaman kolonial Belanda, tujuan pemidanaan di Indonesia adalah
merupakan pembalasan berupa sengsara/siksaan bagi pelanggar aturan-aturan
hukum yang berlaku. Namun saat ini tujuan pidana dengan menempatkan
terpidana di Lembaga Pemasyarakatan menjalani hukumannya adalah untuk
mendapatkan pembinaan. Anak yang ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan
Anak berhak untuk memperoleh pendidikan dan latihan baik formal maupun
informal sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta memperoleh hak-hak
lainnya. Akhirnya diharapkan mereka dapat diterima kembali oleh lingkungan
masyarakat, dapat ikut berperan aktif dalam pembangunan dan hidup secara wajar
sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab
Secara garis besar sanksi yang dapat dijatuhkan terhadap Anak Nakal ada
2 (dua) macam yaitu Pidana dan Tindakan (Pasal 22). Dalam menentukan
hukuman pidana atau tindakan yang dapat dijatuhkan, hakim memperhatikan berat
ringannya tindak pidana atau kenakalan yang dilakukan anak yang bersangkutan.
Disamping itu hakim juga wajib memperhatikan keadaan anak, keadaan rumah
tangga orang tua, wali, atau orang tua asuh sehubungan antara anggota keluarga
dan keadaan lingkungannya (Penjelasan Pasal 25).
58
57
Romli Atmasasmita, Op. Cit, hlm.76.
58
Darwan Prinst, Op. Cit., hlm. 57-58.
. Digunakan istilah anak didik
narapidana anak yang dirasakan menyinggung perasaan atau mensugestikan
sesuatu yang tidak menyenangkan bagi anak.59
Menyangkut tempat pembinaan, bagi warga binaan dewasa ditempatkan di
Lembaga Pemasyarakatan sedangkan Anak Didik pemasyarakatan ditempatkan
secara terpisah di Lembaga Pemasyarakatan Anak. Hal ini dilakukan demi
kepentingan anak, sebab apabila digabungkan dengan orang-orang dewasa dapat
mengakibatkan pengaruh buruk bagi anak seperti tindak kekerasan dan pelecehan
seksual. Disamping itu, hal tersebut dapat melahirkan kriminal-kriminal
profesional karena dalam Lembaga Pemasyarakatan mereka dapat bergaul dengan
penjahat dewasa. Sebagaimana berdasarkan penelitian R.M. Jackson, angka
rata-rata pengulangan (residivis) yang paling tinggi di Inggris terjadi pada anak dan
pengulangan tersebut justru lebih tinggi setelah anak masuk penjara.
Jadi penjatuhan pidana terhadap anak bukan semata-mata ingin
menghukum dan merampas kemerdekaan anak yang melakukan tindak pidana
tersebut melainkan sekaligus sebagai upaya melindungi masa depan anak tersebut.
60
Namun kembali yang menjadi permasalahan terletak pada prakteknya,
dimana masih terdapat anak yang ditahan atau dipidana ditempatkan bersama
orang dewasa. Hal tersebut menimbulkan anak mengalami kekerasan,
tahanan/narapidana dewasa terkadang melakukan pemukulan tanpa sebab
terhadap anak atau menjadikan mereka sebagai bahan olok-olokan.61
59
Gatot Supramono, Op. Cit., hlm. 115.
60
http: // www. pikiran-rakyat. com/ cetak/ 2006/ 032006/ 06/ teropong/ lainnya05.htm. Diakses tanggal 14 April 2009.
61
Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II-A Anak Medan, sistem
pembinaan belum dilakukan secara maksimal, namun meskipun demikian
beberapa orang anak pidana mengaku bahwa mereka sudah cukup baik dibina dan
dan akhirnya mempunyai komitmen untuk menjadi anak yang lebih baik.
Fasilitas-fasilitas yang mendukung kegiatan pembinaan yang tersedia berupa:
tempat ibadah, ruang konseling, perpustakaan, ruang komputer, ruang musik,
majalah dinding, lapangan olah raga, namun belum semuanya termanfaatkan
dengan baik. Di lembaga pemasyarakatan ini memang dibuka sekolah, namun
kontinuitasnya belum begitu baik. Terkadang sekolah tidak berlangsung karena
pengajar yang seharusnya membawakan pelajaran di sekolah tidak hadir.
Penyediaan air minum juga sangat kurang, sehingga untuk minum para penghuni
LAPAS seringkali dan harus minum air yang tidak dimasak terlebih dahulu.
Disamping itu, anak yang berumur 8 – 18 tahun digabung dengan narapidana yang
telah berumur 19 – 21 tahun.62
Apabila dibandingkan dengan ketentuan hukuman pokok Pasal 10 KUHP,
tampak perbedaan bahwa Undang-Undang Pengadilan Anak tidak mengendaki
seorang anak nakal dijatuhi pidana mati. Sebagaimana diketahui dalam memeriksa
dan mengadili perkara anak, harus memperhatikan kepentingan anak. Anak
merupakan generasi penerus bangsa yang memerlukan pembinaan dan
Upaya pembinaan yang diharapkan bagi anak sepertinya masih sangat sulit
dicapai di Indonesia, mengingat kondisi jumlah Rutan dan LAPAS khusus anak
yang sangat minim.
62
perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan perkembangan fisik dan
mentalnya. Oleh karena itu, jika seorang anak dijatuhi pidana mati maka tidak
mungkin anak tersebut akan mendapat pembinaan ke masa depan dan tidak
mungkin akan memperbaiki dirinya dari kesalahannya. Demikian pula dengan
pidana seumur hidup, Undang-Undang Pengadilan Anak tidak menginginkannya
sama sekali.63
Untuk pidana denda, biasanya dijatuhkan terhadap pelanggaran atau
kejahatn ringan dan tidak ada larangan jika denda itu secara sukarela dibayar oleh
orang lain atas nama terpidana anak. Kelebihan dari penjatuhan pidana denda ini
dibandingkan dengan pidana perampasan kemerdekaan yaitu pidana denda tidak
begitu menimbulkan stigma atau cap jahat bagi terpidana sebagaimana halnya
yang dapat ditimbulkan dari penerapan pidana perampasan kemerdekaan (pidana
penjara, kurungan). Kebanyakan dari mereka takut untuk dikenali sebagai orang
yang pernah mendekan di penjara. Disamping itu, dengan penjatuhan pidana
negara akan mendapatkan pemasukan dan disamping proses pelaksanaan
hukumannya lebih mudah dan murah.64
Pidana pengawasan merupakan jenis pidana baru yang khusus untuk
terpidana anak dengan maksud mengawasi tingkah laku anak dalam kehidupan Apabila ternyata pidana denda tidak dapat dibayar maka diganti dengan
wajib latihan kerja. Wajib latihan kerja tersebut juga dimaksudkan sekaligus untuk
mendidik anak yang bersangkutan agar memiliki keterampilan yang bermanfaat
bagi dirinya.
63
Gatot Supramono, Op. Cit., hlm.30.
64
sehari-hari di rumah anak tersebut oleh jaksa dan pemberian bimbingan oleh
Pembimbing Kemasyarakatan (Penjelasan Pasal 30).
Menyangkut pidana tambahan, berbeda dengan pidana tambahan pada
Pasal 10 KUHP tampak bahwa Undang-Undang Pengadilan Anak tidak
menghendaki adanya pencabutan hak yang dimiliki seorang anak. Pada umumnya
kegiatan anak adalah sekolah, jika hal ini merupakan hak anak maka kalau anak
terlibat kejahatan dan kemudian oleh hakim dijatuhi pidana tambahan berupa
pencabutan hak menjadi siswa sekolah, malah nantinya hukuman ini
mengakibatkan keadaan buruk bagi anak yang bersangkutan. Praktis ia
dikeluarkan dari sekolah dan tidak dapat masuk sekolah lagi meskipun di sekolah
lain. Akibat selanjutnya ia malah akan frustasi dan menjadi anak yang bodoh.65 Kemudian tentang pidana tambahan berupa perampasan barang-barang
tertentu. Dalam KUHAP barang yang dapat dirampas adalah
barang-barang bukti yang diajukan di muka persidangan. Tujuannya dirampas yaitu untuk
kepentingan negara atau dirampas untuk dimusnahkan.66
Selanjutnya tentang pidana tambahan berupa pembayaran ganti rugi.
Pembayaran ganti rugi dalam Undang-Undang Pengadilan Anak masih belum
jelas apakah ganti rugi itu atas kerugian yang diderita korban Tanpa dituntut oleh
Penuntut Umum sekalipun, pidana tambahan ini tetap dapat dijatuhkan oleh
hakim kalau hakim memang melihat ada kerugian yang harus dibayar oleh
terdakwa. Pembayaran ganti rugi yang dijatukan merupakan tanggung jawab dari
orang tua, atau orang lain yang menjalankan kekuasaan orang tua.
65
Gatot Supramono, Op. Cit., hlm. 31
66
Selain hukuman pidana tambahan di atas, tampak bahwa Undang-Undang
Pengadilan Anak tidak menghendaki hukuman tambahan berupa pengumuman
keputusan hakim seperti dimaksud dalam KUHP. Putusan pidana perkara anak
jika diumumkan sehingga umum atau masyarakat mengetahuinya, akan membuat
terpidana anak merasa malu. Hal ini tentu kurang baik terhadap perkembangan
anak yang bersangkutan.
Untuk jenis sanksi hukum berupa tindakan, peran serta orang tua, wali atau
orang tua asuh turut dilibatkan dan negara harus tetap mengormati hak orang tua.
Anak Nakal yang dijatuhi tindakan dikembalikan kepada orang tua, wali atau
orang tua asuh apabila menurut penilaian hakim anak tersebut masih dapat dibina
di lingkungan orang tua, wali atau orang tua asuhnya. Namun apabila menurut
penilaian hakim pembinaan terhadap Anak Nakal tersebut tidak dapat lagi
dilakukan di lingkungan keluarga, maka anak tersebut diserahkan kepada negara
untuk ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan Anak dan wajib mengikuti
pendidikan, pembinaan dan latihan kerja. Tujuannya untuk memberikan bekal
keterampilan kepada anak, misalnya dengan memberikan keterampilan mengenai
pertukangan, pertanian, perbengkelan, tata rias, dan sebagainya sehingga setelah
selesai menjalani tindakan dapat hidup mandiri (Penjelasan Pasal 24 ayat (1)
huruf b). Tindakan lain yang mungkin dijatuhkan hakim adalah menyerahkan
anak yang bersangkutan kepada Departemen atau Organisasi Sosial
Kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan, pembinaan, dan latihan
Disamping tindakan yang dikenakan kepada Anak Nakal, juga dapat
disertai dengan teguran dan syarat-syarat tambahan yang ditetapkan oleh hakim
sesuai Pasal 24 ayat (2). Maksud dari teguran ini adalah agar Anak Nakal tidak
lagi mengulangi perbuatan yang mengakibatkan ia dijatuhi hukuman. Sedangkan
syarat tambahan, misalnya kewajiban untuk melapor secara periodik kepada
Pembimbing Kemasyarakatan.
Meskipun berdasarkan ketentuan berbagai peraturan perundang-undang
yang berlaku bahwa penjatuhan pidana penjara hanya dapat dilakukan sebagai
upaya terakhir, namun hal tersebut sepertinya masih sangat sulit diterapkan oleh
hakim yang pada prakteknya cenderung menjatuhkan putusan pidana (penjara)
terhadap anak. Tingginya angka penjatuhan pidana terhadap anak dapat dilihat
pada grafik berikut:
GRAFIK RATA-RATA PER TAHUN JUMLAH ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN PADA LAPAS/RUTAN
Keterangan:
JENIS PIDANA TAHUN
2004 2005 2006 2007
Anak Sipil 7 6 0 0
Anak Negara 68 49 0 0
Anak Pidana 2114 1664 1960 2210
JUMLAH 2189 1719 1960 2210
Demikian juga halnya di Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, Anak
Didik pemasyarakatan yang berada disana seluruhnya adalah Anak Pidana,
sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel : Jumlah Penghuni Lembaga Pemasyarakatan Kelas II-A Anak Tanjung Gusta Medan
Menurut salah seorang hakim anak Pengadilan Negeri Medan yang
bagi si anak. Setelah mempertimbangkan keadaan pelaku, kualitas kejahatan, cara
melakukan kejahatan, maupun kondisi korban kejahatan, tidak memungkinkan
hakim menjatuhkan tindakan. Meskipun putusan pidana terkesan merampas
kemerdekaan pribadi si anak, akan tetapi saat anak tersebut menjalani pidananya
ia akan mendapat pengawasan dan diberi bimbingan yang diharapkan dapat
membuat anak tersebut menjadi lebih baik.67
No.
Sedangkan tanggapan anak sendiri atas hukuman dijatuhkan kepadanya,
dapat dilihat pada data dalam tabel berikut yang diperoleh dari penyebaran
angket/kuisioner kepada 50 (lima puluh) orang Anak Pidana:
Tabel : Tanggapan atas hukuman/putusan yang dijatuhkan
Anak yang dijatuhi hukuman ternyata belum begitu menyadarai bahwa
penjatuhan pidana penjara terhadap diri mereka hanya dapat digunakan sebagai
upaya terakhir. Mereka mengira bahwa ketika mereka telah melakukan suatu
kejahatan, pasti akan dikenai hukuman penjara. Bahkan mereka tidak menyangka
bahwa walaupun mereka telah melakukan suatu kejahatan, mereka masih
67
mempunyai kesempatan untuk dikembalikan kepada orang tua, wali, atau orang
tua asuh untuk dididik tanpa dipenjara.68
Adapun kendala yang dihadapi oleh Hakim Anak dalam menangani
perkara pidana yang dilakukan anak sebagai berikut:69
1. Orang tua, wali, atau orang tua asuh anak terkadang tidak hadir dalam
persidangan sehingga menghambat kelancaran persidangan;
Sesuai ketentuan Pasal 55 Undang-Undang Pengadilan Anak, dalam
perkara Anak Nakal; Penuntut Umum, Penasihat Hukum, Pembimbing
Kemasyarakatan, orang tua, wali atau orang tua asuh, dan saksi wajib
hadir di Sidang Anak. Pada prinsipnya, tindak pidana yang dilakukan oleh
anak adalah tanggung jawab anak itu sendiri. Akan tetapi oleh karena
terdakwa adalah anak, maka tidak dapat dipisahkan dengan kehadiran
orangtua, wali atau orangtua asuhnya. Namun pada praktek persidangan
dapat dijumpai bahwa meskipun orang tua, wali atau orang tua asuh tidak
hadir, sidang tetap dijalankan.70
2. Jumlah Hakim Anak yang terbatas menyebabkan Hakim Anak yang
menangani perkara pidana anak kewalahan, sedangkan kasus anak yang
mereka tangani cukup banyak karena disamping sebagai Hakim Anak Adapun kendala yang dihadapi berupa:
orangtua, wali atau orangtua asuh/wali yang tidak lagi diketahui
keberadaannya, kendala dana, dan waktu atau tempat tinggal yang relatif
jauh ke tempat Sidang Anak.
68
Hasil wawancara dengan 5 (lima) orang Anak Pidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Anak Tanjung Gusta Medan, 16 April 2009.
69
Hasil wawancara dengan Hakim Anak di Pengadilan Negeri Medan, 23 Maret 2009
70
mereka juga masih mempunyai tugas lain sebagai hakim biasa. Berikut
data jumlah Hakim di Pengadilan Negeri Medan:
Hakim : 30 orang (termasuk Hakim Anak)
Hakim Anak : 8 orang
Angka kejahatan anak di kota Medan:
TAHUN : 2004 2005 2006 2007 2008
JUMLAH : 202 279 264 156 223
(Sumber : Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Medan)
3. Hakim Anak kurang mengetahui kondisi anak karena hanya bisa bertemu
dengan anak terbatas dalam ruang sidang oleh sebab itu sangat tergantung
pada laporan Pembimbing Kemasyarakatan. Hal ini berkaitan dengan
kendala yang kedua yaitu jumlah hakim anak yang terbatas sedangkan
mereka mempunyai banyak tugas lainnya, sehingga tidak memungkinkan
untuk melakukan peran aktif atau pendekatan yang lebih dengan anak di
luar persidangan.
BAB IV
KASUS DAN ANALISA KASUS
A. Kasus Posisi
Pengadilan Negeri Medan yang memeriksa dan mengadili perkara pidana
dalam tingkat pertama secara biasa, telah menjatuhkan putusan sebagai berikut
dalam perkara pidana atas diri terdakwa:
Nama: Hebron Hutajulu, Tempat lahir: Kutacane, Umur/Tanggal lahir: 16
tahun/25 Desember 1991, Jenis kelamin: Laki-laki, Kebangsaan: Indonesia,
Tempat tinggal: Jalan Damai Pasar IV Kecamatan Medan Amplas, Agama:
Kristen, Pekerjaan: Pelajar, Pendidikan: SMP.
Kronologis:
Pada hari dan tanggal yang sudah tidak diingat lagi, terdakwa Hebron
Hutajulu bersama dengan temannya yang bernama Delistian Sitohang dan Andy
Tiono Als. Abok Als. Cina telah sepakat merencanakan pencurian terhadap
Direktur P.T. MUTIARA INTI SARI .
Pada tanggal 12 Agustus 2007 sekira pukul 09.30 WIB bertempat di Jalan
S.M. Raja Km. 10,5 Kecamatan Medan Amplas tepatnya di lokasi P.T.
MUTIARA INTI SARI dan di Perkebunan Kelapa Sawit di Madersan Tanjung
Morawa kabupaten Deli Serdang, terdakwa bersama dengan temannya Delistian
Sitohang dan Andy Tiono Als. Abok Als. Cina berkumpul untuk melakukan
pencurian. Delistian Sitohang telah menyiapkan sebilah parang yang diselipkan di
INTI SARI. Sesampainya di lokasi tersebut Rudianto Sitohang telah menunggu
dan bertugas sebagai satpam, kemudian Rudianto Sitohang menyuruh terdakwa
dan teman-temannya tersebut masuk ke lokasi P.T. MUTIARA INTI SARI yang
mana korban bernama Iskandar Tansu sebagai Direktur P.T. MUTIARA INTI
SARI bersama isterinya bernama Auw Lie Min sudah berada di dalam lokasi P.T.
MUTIARA INTI SARI dimaksud. Setelah terdakwa bersama temannya berada
dalam lokasi P.T. MUTIARA INTI SARI, ketiganya lalu bersembunyi di
belakang P.T. MUTIARA INTI SARI di dekat kamar genset, sedangkan Rudianto
Sitohang kembali ke Pos Jaga dan bertugas sebagai satpam. Pada saat korban
bersama istrinya sedang mengontrol di sekitar lokasi P.T. MUTIARA INTI SARI,
Delistian Sitohang lalu menodongkan parang yang telah dipersiapkan ke arah
korban Iskandar Tansu dengan mengatakan “Jangan berteriak kalau mau
selamat!” Kemudian Andy Tiono Als. Abok Als. China mengambil tali plastik
warna hitam lalu mengikat kaki kedua dan tangan kedua korban, sedangkan
terdakwa langsung menaiki mobil Honda CRV No. Pol. BK 154 MM milik
korban. Delistian Sitohang dan Andy Tiono Als. Abok Als. China lalu
memasukkan korban ke dalam mobil yang dikemudikan oleh terdakwa menuju ke
arah pintu gerbang P.T. MUTIARA INTI SARI. Kemudian oleh Rudianto
Sitohang membuka pintu gerbang dan selanjutnya mobil melaju ke arah
perkebunan kelapa sawit di Maderson Tanjung Morawa. Ketika dalam perjalanan
menuju perkebunan kelapa sawit Delistian Sitohang bersama Andy Tiono Als.
Abok Als. China berhasil mengambil barang-barang milik korban yang dalam
Sitohang dan Andy Tiono Als. Abok Als. China meletakkan korban Iskandar
Tansu dan istrinya yang masih dalam keadaan terikat tangan dan kakinya dalam
keadaan posisi tidur terlentang berjajar diletakkan di belakang mobil Honda CRV
milik korban. Terdakwa lalu mengemudikan mobil atas suruhan Delistian
Sitohang dan Andy Tiono Als. Abok Als. China untuk mengatrekkan mobil
supaya melindas korban dengan ban belakang dan kemudian memajukan mobil
tersebut sebanyak 2 (dua) kali atau setidaknya lebih dari 1 (satu) kali dan
terdakwa melihat tubuh korban dalam keadaan tergelepar dari kaca spion.
Kemudian Delistian Sitohang dan Andy Tiono Als. Abok Als. China melihat dan
memastikan kedua koran sudah meninggal. Ketiganya lalu menaiki mobil Honda
CRV milik korban dan pergi meninggalkan tempat tersebut menuju ke arah
Rumah Sakit Adam Malik Medan untuk memarkirkan mobil. Selanjutnya
ketiganya pulang ke rumah masing-masing.
Dakwaan:
Kesatu
PRIMAIR : Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana
dalam Pasal 340 jo Pasal 55 ayat (1) KUHP;
SUBSIDAIR : Perbuatan terdakwa sebagaiman diatur dan diancam pidana dalam
Pasal 339 jo Pasal 55 ayat (1) KUHP.
Kedua
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 365 ayat
Tuntutan:
1. Menyatakan terdakwa : HEBRON HUTAJULU telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana Pencurian yang didahului,
disertai, atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang
dengan maksud akan menyiapkan atau memudahkan Pencurian atau jika
tertangkap supaya ada kesempatan bagi dirinya sendiri atau bagi kawannya
yang turut melakukan kejahatan itu akan melarikan diri atau supaya barang
yang dicuri itu tetap ada di tangannya. Jika perbuatan itu menjadikan ada
orang mendapat luka berat atau mati, dilakukan oleh dua orang bersama-sama
atau lebih sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 365 ayat (4)
KUHP sebagaimana dalam dakwaan kedua Jaksa Penuntut Umum;
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 10
(sepuluh) tahun penjara dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan
sementara dan memerintahkan agar terdakwa teta ditahan;
3. Menyatakan barang bukti berupa:
1 (satu) buah handuk ukuran kecil warna putih
1 (satu) buah handuk ukuran sedang berwarna kuning bertuliskan P.T.
MUTIARA INTI SARI
2 (dua) utas tali plastik warna hitam
1 (satu) potong celana panjang keper warna cokelat
1 (satu) buah tali pinggang kulit warna hitam merk TRUSARDI
1 (satu) pasang kaos kaki warna biru (sudah sobek di bagian tapak)
1 (satu) potong celana panjang jeans warna hitam
1 (satu) buah BH/ Kutang warna krem
1 (satu) buah celana dalam warna putih merk Conysio
1 (satu) pasang anting-anting warna kuning bermatakan batu warna bening
potongan-potongan surat kabar/ koran dengan tulisan huruf/aksara Cina
1 (satu) unit mobil CRV warna silver BK 154 MM 1 (satu) buah kunci
kontak mobil
1 (satu) lembar STNK BK 154 MM an Iskandar Tansu beralamat di Jalan
Yose Rizai No. 62-13/124 Medan
1 (satu) handphone warna hitam merk Nokia type 7200
1 (satu) bila parang/golok terbuat dari besi dengan panjang 49 cm
1 (satu) buah dompet warna hitam merk Calvin Klein
(Barang bukti tersebut digunakan dalam Berkas Perkara atas nama
Delistian Sitohang dan Berkas Perkara atas nama Andy Tiono Als. Abok
Als. China
4. Menetapkan supaya terdakwa dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp.
1.000,-
Menimbang bahwa di persidangan telah didengar keterangan terdakwa
yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
1. Bahwa pada hari Minggu tanggal 12 Agustus 2007 pukul 09.00 WIB
bertempat di Blok PQ Afdeling II PTPN II Kebun Tanjung Morawa
Kabupaten Deli Serdang bersama-sama dengan Andy Tiono Als. Abok Als.
melakukan pencurian/ perampokan Direktur PT MUTIARA INTI SARI,
terlebih menyiapkan sebilah parang dan mereka bersembunyi di belakang
kantor di dekat genset dan tidak lama kemudian Iskandar Tansu datang untuk
mengecek genset dan langsung diancam dengan sebilah parang oleh Delistian
Sitohang. Tak lama kemudian Auw Lie Min juga keluar menyusul suaminya
dan langsung ditodong oleh Delistian Sitohang sehingga membuat kedua
korban pingsan;
2. Bahwa selanjutnya Andy Tiono Als. Abok Als. China mengikat kedua kaki
tangan dan kaki korban dengan menggunakan tali plastik. Pada saat itu
terdakwa sempat mendengar Andy Tiono Als. Abok Als. China meminta uang
kepada korban Iskandar Tansu dalam bahasa Tionghoa, dan saat itu terdakwa
mendapat bagian berupa 1 (satu) buah handphone yang diberikan Andy Tiono
Als. Abok Als. China. Kemudian Andy Tiono Als. Abok Als. China
menyuruh terdakwa untuk memundurkan mobil tersebut dan selanjutnya
memasukkan kedua korban ke dalam mobil CRV BK 154 MM milik Iskandar
Tansu yang kemudian terdakwa mengemudikan mobil keluar areal
perkantoran dimana saat itu Rudianto Sitohang sedang melaksanakan tugas
jaga dan membukakan pintu gerbang. Kemudian terdakwa, Delistian Sitohang,
dan Andy Tiono Als. Abok Als. China membawa kedua korban ke areal
perkebunan di Blok PQ Afdeling II PTPN II Kebun Tanjung Morawa
Kabupaten Deli Serdang;
3. Bahwa selanjutnya di lokasi tersebut mereka menurunkan kedua korban dan
Delistian Sitohang dan Andy Tiono Als. Abok Als. China menggeledah tubuh
korban dan mulut korban Iskandar Tansu dalam keadaan ditutup dengan
handuk;
4. Bahwa selanjutnya terdakwa disuruh oleh Andy Tiono Als. Abok Als. China
untuk menggilas kedua korban hingga tewas dan setelah itu menyuruh
terdakwa untuk mengemudikan mobil ke arah Medan dan memarkirkan mobil
tersebut di Rumah Sakit Adam Malik.
Menimbang bahwa di persidangan telah diajukan juga bukti surat yaitu
Visum et Repertum dari Instalasi PJ/Kedokteran Kehakiman RSU Pirngadi
Medan No. 209, 210/VIII/KK/VER/2007 tanggal 12 Agustus 2007 yang dibuat
dan ditandatangani berdasarkan sumpah jabatan oleh dr. H. Mistar Ritonga, Spf
dengan kesimpulan;
1. Iskandar Tansu (61 tahun)
Dari hasil pemeriksaan luar dan dalam diambil kesimpulan bahwa penyebab
kematian korban adalah karena pendarahan yang banyak pada rongga dada
karena pecahnya jantung dan robeknya paru-paru akibat ruda paksa tumpul
pada dada disertai pendarahan pada permukaan otak dan daerah mulut akibat
ruda paksa tumpul;
2. Auw Lie Min (60 tahun)
Dari hasil pemeriksaan luar dan dalam diambil kesimpulan bahwa penyebab
kematian korban adalah karena pendarahan yang banyak pada rongga dada
pada dada disertai pecahnya bola mata akibat ruda paksa tumpul pada wajah
dan kepala.
Menimbang, bahwa Majelis juga telah mendengar keterangan ibu
terdakwa yang bernama Emri Br. Tampubolon yang menerangkan:
1. Bahwa Hebron Hutajulu atau terdakwa adalah anak kandungnya;
2. Bahwa Hebron Hutajulu atau terdakwa selama dalam didikannya berkelakuan
baik;
3. Bahwa Hebron Hutajulu atau terdakwa selama ini tidak ada permasalahan
yang berarti dalam kehidupan beruma tangga di dalam keluarga.
Menimbang bahwa selanjutnya perlu dipertimbangkan hal-hal yang
memberatkan dan meringankan atas diri terdakwa sebagai berikut:
Hal-hal yang memberatkan:
1. Perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat;
2. Perbuatan terdakwa telah mengakibatkan korban Iskandar Tansu dan Auw Lie
Min meninggal dunia.
Hal-hal yang meringankan:
1. Bahwa terdakwa masih muda dan mempunyai kesempatan yang banyak untuk
memperbaiki kelakuannya;
2. Bahwa terdakwa mengakui terus terang dan menyesali perbuatannya;
3. Bahwa terdakwa belum pernah dihukum
Menimbang bahwa mengingat ketentuan Pasal 365 ayat (4) KUHP dan
Pengadilan Anak serta peraturan perundang-undangan yang berkenaan dengan
perkara ini;
MENGADILI
1. Menyatakan terdakwa Hebron Hutajulu tersebut telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Pencurian dengan
pemberatan”;
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara
selama 10 (sepuluh) tahun;
3. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh terdakwa dikurangkan
seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
4. Memerintah agar terdakwa tetap ditahan;
5. Memerintahkan barang bukti berupa:
1 (satu) buah handuk ukuran kecil warna putih
1 (satu) buah handuk ukuran sedang berwarna kuning bertuliskan P.T.
MUTIARA INTI SARI
2 (dua) utas tali plastik warna hitam
1 (satu) potong celana panjang keper warna cokelat
1 (satu) buah tali pinggang kulit warna hitam merk TRUSARDI
1 (satu) pasang kaos kaki warna biru (sudah sobek di bagian tapak)
1 (satu) potong baju kaos wanita warna biru muda
1 (satu) potong celana panjang jeans warna hitam
1 (satu) buah BH/ Kutang warna krem