• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian Anak dan Kejahatan Anak

a. Pengertian Anak Dalam Aspek Hukum

Di Indonesia terdapat pengertian yang beraneka ragam tentang anak, dimana dalam berbagai perangkat hukum yang berlaku menentukan batasan usia anak yang berbeda-beda. Hal ini sering membingungkan masyarakat awam mengenai pengertian anak itu sendiri secara hukum. Untuk itu digunakan asas “lex specialis derogat lex generalis”, artinya bahwa hukum yang bersifat khusus mengesampingkan hukum yang bersifat umum.

Batas usia anak merupakan pengelompokan usia maksimum sebagai wujud kemampuan anak dalam status hukum, sehuingga anak tersebut beralih status menjadi usia dewasa atau menjadi seorang subjek hukum yang dapat bertanggung jawab secara mandiri terhadap perbuatan-perbuatan dan tindakan-tindakan hukum yang dilakukannya.

Berikut ini dapat dilihat beberapa pengertian anak dari berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia:

1. Pengertian Anak Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

Diatur pada Pasal 330 KUHPerdata yang menentukan:

“Belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin. Apabila perkawinan itu dibubarkan sebelum umur mereka genap 21 tahun, maka mereka tidak kembali lagi dalam kedudukan belum dewasa.”

2. Pengertian Anak Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak

Diatur pada Pasal 1 angka 2 yang menentukan:

“Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin.”

3. Pengertian Anak Menurut Undang-Undang No.3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak

Diatur pada Pasal 1 yang menentukan:

“Anak adalah orang yang dalam perkara Anak Nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur delapan belas tahun dan belum pernah kawin.”

4. Pengertian Anak Menurut Undang-Undang No.39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

Diatur pada Pasal 1 huruf 5 yang menentukan:

“Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah delapan belas tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya.”

5. Pengertian Anak Menurut Undang-Undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Diatur pada Pasal 1 yang menentukan:

“Anak adalah seseorang yang belum berusia delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.”

6. Pengertian Anak Menurut Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of the Child) yang telah diratifikasi berdasarkan Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990

Diatur pada Pasal 1 bagian 1 yang menentukan:

“Seorang anak adalah setiap manusia yang berusia 18 tahun kecuali berdasarkan Undang-Undang yang berlaku bagi anak-anak kedewasaan dicapai lebih cepat.”

8. Pengertian Anak Menurut Hukum Adat

Menurut Hukum Adat tidak ada ketentuan yang pasti kapan seseorang dapat dianggap dewasa atau mempunyai wewenang untuk bertindak. Hasil penelitian Mr. Soepomo tentang Hukum Perdata Jawa Barat menjelaskan bahwa ukuran kedewasaan seseorang diukur dari segi:3

1. dapat bekerja sendiri;

2. cakap untuk melakukan apa yang disyaratkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bertanggung jawab;

3. dapat mengurus harta kekayaan sendiri; 4. telah menikah.

3

Irma Setyowati Soemitro, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Bumi Aksara, Jakarta, 1990, hlm.16

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dalam Hukum Adat ukuran kedewasaan tidak berdasarkan hitungan usia tetapi ciri tertentu yang nyata. Demikian juga mengenai perumusan batasan usia anak ini antara suatu negara dengan negara lainnya tidak terdapat keseragaman. Di Amerika Serikat 27 negara bagian menentukan batas usia antara 8-18 tahun, sementara 6 negara bagian lainnya menentukan batas umur antara 8-17 tahun. Adapula negara bagian yang menentukan batas usia antara 8-16 tahun. Untuk lebih jelasnya diuraikan dalam tabel sebagai berikut:4

No. NEGARA BATAS USIA

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Inggris Australia Belanda Srilanka Iran Taiwan Kamboja Jepang Korea Filipina Malaysia Singapura 12-16 tahun 8-16 tahun 12-18 tahun 8-16 tahun 6-18 tahun 14-18 tahun 15-18 tahun 14-20 tahun 14-20 tahun 7-16 tahun 7-18 tahun 1-16 tahun

Pengelompokan usia anak ini dimaksud untuk mengenal secara pasti faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya tanggung jawab anak dalam hal-hal berikut:5

4

Sri Widoyati Wiratmo Soekito, Anak dan Wanita Dalam Hukum, LP3S, Jakarta, 1989, hlm.10-11.

5

Maulana Hassan Wadong, Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak, Gramedia Wirasarana Indonesia, Jakarta, 2000, hlm.26

1. Kewenangan bertanggung jawab kepada anak; 2. Kemampuan untuk melakukan peristiwa hukum;

3. Pelayanan ukum terhadap anak yang melakukan tindak pidana; 4. Pengelompokan proses pemeliharaan;

5. Pembinaan yang efektif.

b. Pengertian Kejahatan Anak

Kejahatan anak sering dinyatakan dengan istilah Juvenile delinquency. Istilah tersebut pertama kali ditampilkan pada Badan Peradilan Amerika Serikat dalam rangka usaha membentuk suatu Undang-Undang Peradilan bagi anak di negara tersebut. Dalam pembahasannya, ada kelompok yang menekankan pada sifat tindakan anak apakah sudah menyimpang dari norma yang berlaku atau belum melanggar hukum. Namun semua sepakat bahwa dasar pengertian kejahatan anak adalah perbuatan atau tingkah laku yang bersifat anti sosial.

Terdapat beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ilmuwan tentang

Juvenile delinquency. Menurut Kartini Kartono, yang dikatakan Juvenile delinquency adalah perilaku jahat atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda yang merupakan gejala sakit (patologi) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk pengabaian tingkah laku yang menyimpang.6

6

Kartini Kartono, Patologi Sosial dan Kenakalan Remaja, PT.Raja Grafindo Grafika, Jakarta, 1998, hlm.6

Paul Moedikno memberikan perumusan tentang Juvenile delinquency

sebagai berikut:7

Menurut Fuad Hasan, Juvenile delinquency adalah perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh remaja yang apabila dilakukan oleh orang dewasa maka dikualifikasikan sebagai kejahatan.

a Semua perbuatan yang dari orang-orang dewasa merupakan suatu kejahatan, bagi anak-anak merupakan delinquency. Jadi semua tindakan yang dilarang oleh hukum pidana seperti mencuri, menganiaya, membunuh, dan sebagainya;

b. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu yang menimbulkan keonaran dalam masyarakat, misalnya: memakai celana

jangki tidak sopan, mode you can see, dan sebagainya;

c. Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial, termasuk gelandangan, pengemis, dan lain-lain.

8

“Seorang anak digolongkan anak delinkuen apabila tampak adanya kecenderungan-kecenderungan anti sosial yang demikian memuncaknya sehingga yang berwajib terpaksa atau bhendaknya mengambil tindakan terhadapnya, dalam arti menahannya atau mengasingkannya.”

Menurut A. Merril, merumuskan Juvenile delinquency sebagai berikut:

9

Tim Proyek Juvenile delinquency Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran pada bulan Desember 1967 memberikan perumusan mengenai

Juvenile delinquency, yaitu suatu tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh seorang anak dianggap bertentangan dengan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku di suatu negara dan oleh masyarakat itu sendiri dirasakan serta ditafsirkan sebagai perbuatan yang tercela.10

Romli Atmasasmita menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Juvenile delinquency adalah setiap perbuatan atau tingkah laku seorang anak di bawah

7

Wagiati Soetodjo, Hukum Pidana Anak, Refika Aditama, Bandung, 2006, hlm.6

8 Ibid, hlm.10 9 Ibid 10 Ibid, hlm.29

umur 18 tahun dan belum kawin yang merupakan pelanggaran terhadap norma-norma hukum yang berlaku serta dapat membahayakan perkembangan pribadi si anak yang bersangkutan.11

Dokumen terkait