• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PELAKSANAAN HAK ASASI MANUSIA WARGA BINAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK TANJUNG GUSTA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PELAKSANAAN HAK ASASI MANUSIA WARGA BINAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK TANJUNG GUSTA MEDAN"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PELAKSANAAN HAK ASASI MANUSIA WARGA BINAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK TANJUNG GUSTA MEDAN

A.Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta dan Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan

Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan terletak di wilayah Propinsi Sumatera Utara dengan status Lembaga Pemasyarakatan Anak. Daya tampung Anak Tanjung Gusta Medan adalah 250 orang.

Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan dibangun pada tahun 1980, merupakan bangunan baru dengan menempati areal kira-kira 3.000 M2. Apabila dari sistem pemasyarakatan, maka bentuk gedung Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan digolongkan dalam medium security. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M. 01.PR.07.03 Tahun 1985 tanggal 26 Februari 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan; maka kedudukan Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan berdiri sendiri dan secara vertikal bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman Sumatera Utara di Medan.

40

Peresmian Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan dilaksanakan tanggal 18 Oktober 1986 oleh Bapak Raja Harahap, SH, selaku Kepala Kantor Wilayah

40 Panjaitan, Petrus Irwan dan Pandapotan Simorangkir, 1995, Lembaga Pemasyarakatan, Penerbit

(2)

Departemen Kehakiman Sumatera Utara, pada saat ini ditinjau oleh Bapak Ismail, SH, yang pada saat itu Bapak Menteri Kehakiman RI.

Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan terletak pada perbatasan wilayah hukum Kotamadya Medan dengan wilayah hukum Daerah Tingkat II Deli Serdang tetapi mempunyai wilayah hukum Kota Medan, namun Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan ini tidaklah tertutup untuk wilayah hukum lain. Hal ini berarti Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan senantiasa terbuka untuk menampung atau menerima narapidana yang dipindahkan dari lembaga pemasyarakatan anak atau urutan yang ada di seluruh Wilayah RI.

Mengenai pembangunan gedung yang dipakai Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan adalah permanen yang dikelilingi oleh tembok pengaman. Gedung tersebut terdiri dari beberapa ruangan. Fasilitas tersedia antara lain :

1. Satu unit mobil sel tahanan.

2. Bengkel, alat pertukaran, cukur atau pangkas.

3. Listrik / penerarangan.

4. Air yang terdiri dari sumur bor.

5. Tenaga pengajar.

Di dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan terdapat 3 blok

yaitu Blok A, Blok B dan Blok C yaitu sel karantina yang digunakan untuk melaksanakan

hukuman bagi narapidana atau tahanan yang melakukan pelanggaran tata tertib keamanan

lembaga pemasyarakatan. Blok B untuk narapidana yang terdiri dari tujuh buah kamar

yang dilengkapi dengan kamar mandi dan WC, daya tampung masing-masing kamar

sekitar tujuh orang.

(3)

Di dalam tersebut terdapat pengelompokan narapidana seperti yang tertera dalam table di bawah ini :

Tabel 1 :

GOLONGAN

Jumlah Narapidana / Tahanan Berdasarkan Pengelompokan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan tanggal April 2009

Bangsa Indonesia Bangsa Asing Jumlah Luar LP Dalam LP Luar LP Dalam LP

B. I B. II a B. III B. IIIS

- - - -

282 97

7 -

- - - -

- - - -

282 97

7 -

Titipan - - - - -

Anak Sipil

- - - - -

A. I A. II A. III A.IV A.IV

- - - - -

37 259 177 19

-

- - - - -

- - - - -

37 259 177 19

-

121 22 - 143

Sumber :

Keterangan Tabel :

Sub Seksi Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan

1. Golongan B. I adalah narapidana yang menjalankan hukuman lebih dari satu tahun dalam satu vonis.

2. Golongan B. II adalah narapidana yang menjalankan hukuman tiga bulan satu hari sampai dengan satu tahun.

3. Golongan B. II b adalah narapidana yang menjalankan hukuman satu hari sampai

dengan tiga bulan.

(4)

4. Golongan B. III adalah narapidana yang menjalankan pidana kurungan.

5. Golongan B.III S adalah narapidana yang menjalankan hukuman pidana pengganti denda.

6. Golongan A. I adalah golongan tahanan yang berada dalam tingkat pemeriksaan penyidik (tahanan polisi).

7. Golongan A.II adalah golongan tahanan yang berada dalam tingakt pemeriksaan atau penuntutan oleh Jaksa Penuntut Umum (tahanan Jaksa).

8. Golongan A.III adalah golongan tahanan yang berada dalam tingkat pemeriksaan di Pengadilan Negeri (tahanan hakim).

9. Golongan A. IV adalah golongan tahanan yang berada dalam tingkat pemeriksaan di Pengadilan Tinggi / Banding (tahanan hakim).

10. Golongan A.V adalah golongan tahanan yang berada dalam tingkat pemeriksaan di Mahkamah Agung.

Adapun Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan dikepalai oleh seorang kepala Lembaga Pemasyarakatan, dan dibantu oleh beberapa orang staf, seksi-seksi, petugas keamanan, pegawai tata usaha, dan bagian lainnya.

Kepala Lembaga Pemasyarakatan Anak bertanggung jawab penuh, baik ke dalam maupun keluar terhadap kelangsungan dan kelancaran kegiatan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Anak.

Seksi bagian tata usaha bertugas melakukan urusan tata usaha, urusan rumah

tahanan Lembaga Pemasyarakatan Anak yang meliputi penyusunan rencana kerja umum,

menyelenggarakan kegiatan tata usaha. Fungsinya adalah melakukan urusan surat

(5)

menyurat, perlengkapan dan rumah tangga Lembaga Pemasyarakatan Anak serta melakukan urusan kepegawaian dan keuangan Lembaga Pemasyarakatan Anak.

Bagian tata usaha di bagi atas dua bagian yaitu urusan umum dan urusan kepegawaian yang seluruhnya bertanggung jawab kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan Anak.

Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (KPLP), melaksanakan tugas penjagaan dan pengawasan terhadap anak didik, melakukan pemeliharaan keamanan dan ketertiban, melakukan penerimaan, penempatan, pengawal dan pengeluaran anak didik, melakukan pemeriksaan terhadap pelanggaran keamanan.Kesatuan Pengamanan dikepalai oleh seorang kepala seksi yang langsung bertanggung jawab kepada penjagaan.

Seksi bimbingan anak didik pemasyarakatan tugasnya adalah memberikan bimbingan kemasyarakatan kepada anak didik pemasyarakatan.Seksi Bimbingan Anak Didik ini terdiri dari sub seksi registrasi dan sub seksi bimbingan pemasyarakatan dan perawatan. Kepala Seksi bimbingan anak Didik Pemasyarakatan juga bertanggung jawab langsung kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan anak.

Seksi Kegiatan Kerja tugasnya melakukan dan memberikan bimbingan kerja, mempersiapkan sarana kerja dan megolah hasil. Seksi kegiatan kerja ini dibagi atas dua sub seksi yaitu Sub Keksi Kerja dan pengolahan hasil kerja serta Sub Seksi Cara Kerja.

Kepala seksi kegiatan kerja bertanggung jawab langsung kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan Anak.

Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib, tugasnya adalah mengatur jadwal

waktu, mengatur penggunaan perlengkapan dan pembagian tugas keamanan, menerima

laporan harian dan berita acara dari kesatuan keamanan yang bertugas serta menyusun

(6)

laporan berkala bidang keamanan. Seksi ini dibagi atas dua sub seksi yaitu Sub Keamanan dan Sub Seksi Pelaporan Tata Tertib. Kepala Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib bertanggung jawab langsung kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan Anak.

Susunan Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Anak Berdasarkan SK Menteri Kehakiman RI. No. MO PR. 07.03 Th.1985.

26-2-1985 PBR. 10-5-1993

Kepala LP

Sub Bagian Tata Usaha

Urusan Umum Urusan Kepegawaian

(7)

3. Tugas Lembaga Pemasyarakatan Anak

Tidak ada hal yang lebih penting bagi berlangsungnya pelaksanaan yang baik dari suatu lembaga selain petugas lapas. Lembaga yang terbaru dan terbaik dengan peralatan modern terbaik dan tercanggih tidak dapat menggantikan kelemahan akibat petugas yang bukan yang terbaik. Kebalikannya, petugas yang sangat baik dapat tentunya menggantikan kelemahan akibat gedung penjara dan peralatan yang sudah tua.

Lapas adalah seperti suatu masyarakat kecil. Orang-orang yang berada dalam masyarakat ini saling tergantung. Meskipun jumlah narapidana lebih banyak dari petugas, tetapi petugaslah yang memegang tampuk kekuasaan. Ketidakseimbangan kekuasaan antara individu petugas dan individu narapidana mungkin merupakan ketidakseimbangan kekuasaan paling ekstrim yang perna ada dalam masyarakat hukum.

Ada delapan faktor yang menentukan kualitas petugas di sebuah lapas:

1. Organisasi

(8)

2. Perekkrutan dan pelatihan dasar 3. Keterampilan dan perilaku profesional

4. Keadaan pelayanan dan status dalam masyarakat 5. Petugas ahli

6. Penggunaan kekerasan 7. Masalah jender

8. Kepemimpinan (Kelapas)

41

1. Organisasi

Semua lapas merupakan bagian dari suatu organisasi yang lebih besar. Organisasi ini harus memiliki peraturan dan kebijakan serta prosedur yang jelas yang mengatur kerja para petugas. Lapas harus memiliki pemimpin yang membuat kebijakan dan prosedur lokal untuk mengarahkan petugas.

Fungsi-fungsi di lapas harus dijabarkan secara baik dengan tanggung jawab yang jelas bagi setiap petugas. Lapas tidak boleh dijalankan dan diatur secara militer. Selain itu hubungan pelaporan harus dijabarkan dengan jelas. Setiap petugas harus tahu kepada siapa mereka bertanggung jawab dan hal-hal apa saja yang mereka harus pertanggungjawabkan.

2. Perekrutan dan Pelatihan Dasar

Seleksi awal petugas harus berdasarkan mutu dan kemampuan. Mereka yang terseleksi harus memenuhi standar pendidikan dan intelijensi. Setelah terseleksi, petugas harus dilatih sebelum mereka mulai bekerja di suatu lapas. Pelatihan itu harus sepesifik dengan pekerjaan yang akan ditugaskan kepadanya. Pelatihan berkelanjutan harus

41

(9)

disediakan untuk petugas setelah mereka mulai bekerja di lapas untuk menjaga agar ketrampilan mereka tidak berkurang. Petugas lapas membutuhkan kualitas-kualitas khusus, seperti:

1. Kemampuan untuk tetap waspada dan cermat dalam melakukan pengamatan.

2. kemampuan menjalin hubungan yang baik dengan narapidana.

3. keterampilan yang terasah baik dalam berhubungan sosial, terutama, salah satunya dalam memecahkan masalah.

4. kemampuan untuk menghormati perbedaan orang.

5. kemampuan untuk tidak menghakimi.

Bahan pelatihan harus mencakupi hal-hal seperti:

1. Hukum pengetahuan mengenai Undang-Undang Dasar dan Hukum pidana, karena juga berlaku bagi narapidana dan lapas.

2. Hukum internasional untuk lapas dan narapidana.

3. Undang-undang Hak Asasi Manusia untuk lapas dan narapidana.

4. Ketrampilan antar manusia terutama cara menangani narapidana yang terganggu maupun bermasalah.

5. bela diri.

6. psikologi mengerti implikasi psikologi akibat kurungan, dan pengetahuan umum lainnya mengenai penyakit jiwa yang biasanya ada di antara narapidana.

7. Kesehatan mengetahui tentang penyebab suatu penyakit, terutama bagaimana

penyakit dapat menular dari satu orang ke orang lainnya; hal ini terutama penting

berkaitan dengan penyakit yang membahayakan, seperti HIV/AIDS dan hepatitis.

(10)

8. Keragaman budaya banyak perbedaan kebudayaan diantara narapidana, yang dapat mengakibatkan konflik. Petugas yang mengerti perbedaan ini dapat membantu mengurangi konflik.

3. Keterampilan dan Perilaku Profesional

Orang-orang profesional membawa ke tempat kerja mereka rasa dedikasi untuk prinsip-prinsip jarang ada pada pekerja lainnya. Bila prinsip ini dimengerti dan dihormati, lapas akan berjalan dengan baik. Sikap profesional sering dikaitkan dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Standar perilaku saat bekerja, dan bila di tengah masyarakat untuk semua petugas setiap saat; memberi contoh kepada yang lainnya.

2. memiliki integritas tinggi dan kejujkuran dalam segala hal.

3. konsisten dan adil dalam pelaksanaan peraturan ketentuan.

4. kemampuan untuk menciptakan dan memelihara hubungan profesional dengan narapidana, keluarga narapidana, rekan kerja dan atasan.

5. komitmen untuk mematuhi hukum yang berlaku.

4. Keadaan Pelayanan dan Status dalam Masyarakat

Petugas bekerja tidak lebih dari 50 jam per minggu. Pendapatan petugas harus mencukupi kehidupan mereka tanpa perlu mencari pekerjaan tambahan. Kondisi kerja harus memuat ketersediaan perawatan kesehatan, dan pengakuan bahwa stres dalam pekerjaan di lapas dapat menimbulkan masalah kesehatan jiwa. Terutama, petugas harus diyakinkan bahwa mereka akan mendapat perawatan apabila cedera dalam bertugas.

5. Petugas Ahli

(11)

Petugas ahli seperti guru, pekerja sosial, dokter, dokter gigi, psikolog, psikiater, dan lainnya harus yang berkualifikasi sesuai standar nasional. Mempekerjakan petugas yang tidak berkualitas dalam menjalankan fungsi sebagai petugas spesialis adalah tidak benar. Meskipun begitu, menggunakan petugas yang tidak berkualifikasi untuk membantu dan mendukung pekerjaan seorang yang profesional adalah sepenuhnya benar.

6. Penggunaan Kekerasan

Standar Perlakuan terhadap pidana dengan jelas menerangkan tentang penggunaan kekerasan fisik. Namun demikian, penting bagi petugas menyadari penuh bahwa mereka memiliki suatu hubungan kekuasaan dengan narapidana. Artinya, tidak akan pernah ada suatu diskusi yang setara yang melibatkan seorang anggota petugas dengan seorang narapidana.

Suatu bentuk kekerasan digunakan anggota petugas setiap kali memberikan pengarahan kepada narapidana. Alasan ini benar karena begitu besar kekuasaan yang dimiliki petugas terhadap narapidana. Bahkan ketika hanya menggunakan kata-kata yang sopan, kekuasaan masih berada di tangan anggota petugas, dan karena itu kekerasan digunakan. Tidak satu pun anggota petugas yang dapat memastikan narapidana melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, perbedaan kekuasaan adalah sangat besar sehingga yang mungkin lebih sering terjadi adalah narapidana mematuhi perintah atau permintaan karena mereka tahu bahwa petugas lebih berkuasa.

Petugas perlu menyadari dan memahami penggunaan kekerasan tidak selalu

berarti melibatkan kontak fisik dengan narapidana. Hal ini karena penggunaan kekerasan

yang tidak benar dan tidak wajar, meskipun hanya verbal (ucapan), akan menimbulkan

(12)

dendam, dan dapat berakibat pada pembalasan ekstrim oleh narapidana yang merasa tidak memiliki pilihan kecuali bereaksi dengan melakukan kekerasan.

Adalah penting bagi lapas dan Direktorat Pemasyarakat yang menaunginya, memiliki perencanaan yang benar-benar terlatih dan teruji dalam penggunaan kekerasan bila dianggap perlu, dan mereka boleh secara resmi menggunakan kekerasan hanya bila dengan cara yang konsisten dengan hukum dan kebijakan yang ada.

Secara khusus, senjata api harus tidak berada di tangan petugas yang berhubungan langsung dengan narapidana. Selain itu, petugas yang menggunakan senjata api harus secara berkala dilatih dan disertifikasi cara penggunaan yang benar.

7. Masalah Jender

Lapas perempuan (atau blok yang diperuntukkan untuk narapidana perempuan) harus di bawah wewenang dan kontrol seorang Kepala lapas yang juga adalah perempuan. Kunci ke lapas perempuan harus selalu dalam kontrol seorang petugas perempuan yang diberi kuasa untuk itu. Tidak ada seorang pria yang diperbolehkan memasuki penjara perempuan, atau blok yang disediakan untuk perempuan, kecuali bila ia didampingi oleh petugas perempuan. Ini berlaku meskipun keadaan darurat, dimana sedikitnya, perempuan harus yang memegang komando dalam segala bentuk pertolongan darurat. Adalah tanggung jawab lembaga untuk menjamin adanya jumlah yang cukup dari petugas perempuan untuk selalu ada di tempat setiap saat agar dapat merespon dengan baik.

Harus ada kebijakan yang jelas untuk mencegah petugas pria mengganggu

petugas perempuan. Ini berarti harus ada cara yang menjunjung kerahasiaan dimana

(13)

petugas perempuan dapat merasa nyaman melakukan pengaduan tentang tindakan pelecehan dari petugas lainnya, termasuk petugas pengawasnya.

8. Kepemimpinan (Kelapas)

Kepala lapas (Kalapas) memberikan kepemimpinan bagi petugas lapas.

Merupakan tanggung jawab Kalapas untuk memberi contoh bagi petugas lainnya. Pada kenyataan, mereka memberi panutan melalui sikap dan tingkah laku mereka, dan lapas tersebut sering kali merupakan cerminan diri Kalapas tersebut.

Apabila penjara kotor, itu karena Kalapas membiarkannya. Apabila petugas tidak sopan, itu karena Kalapas membiarkannya. Apabila ada korupsi di dalam lembaga, itu karena Kalapas membiarkannya. Apabila warga binaan pemasyarakatan dianiaya, itu karena Kalapas membiarkannya. Apabila petugas dianiaya oleh petugas lain, atau petugas lebih senior, itu karena Kalapas mentolerirnya.

Tidak ada pihak lain manapun di lapas (selain Kalapas) yang memiliki otoritas untuk memberlakukan kebijakan, prosedur atau perubahan dalam pelaksanaan rutinitas.

Kepemimpinan merupakan hal yang amat penting dalam bagaimana petugas lapas bertindak. Pada saat bersamaan, setiap anggota petugas harus memahami bahwa mereka juga merupakan pemimpin di mata narapidana, dan mereka juga memiliki tanggungjawab yang sama atas perilaku mereka.

Salah satu tantangan yang paling besar bagi setiap sistem lapas adalah kebutuhan membuat narapidana sibuk dengan mengerjakan sesuatu yang positif, yang dapat membantu mereka hidup dengan mematuhi hukum dan mandiri setelah bebas dari lapas.

Bagian signifikan dari tantangan ini adalah program berkualitas tinggi

membutuhkan uang. Seringkali, pemerintah tidak akan menyediakan dana untuk program

(14)

seperti ini. Namun demikian, ada banyak contoh sistem lapas yang kurang dana yang menemukan cara-cara untuk menciptakan program. Ada pula contoh dari negara kaya yang tidak mengimplementasikan program yang dibutuhkan. Maka pendanaan bukanlah isu satu-satunya. Kreatifitas, kejelian, kemauan dan keprihatinan pada kesejahteraan narapidana dapat mengatasi banyak hal.

Program pendidikan, pekerjaan, spritual, dan rekreasi perlu diberlakukan di setiap lapas. Keempat elemen dasar ini dapat membekali narapidana yang paling miskin sekalipun dengan keterampilan yang dapat digunakan setelah bebas, dan perilaku yang mendukung gaya hidup mematuhi hukum.

Program pelatihan keterampilan sangat diminati, juga karena hal ini memberikan narapidana ketrampilan yang sesuai pasar. Ini biasanya lebih sulit untuk dilakukan di lapas. Program pemulihan didisain dengan fokus pada kebutuhan khusus narapidana juga diperlukan. Bilamana terdapat banyak warga binaan pemasyarakatan yang kecanduan pada alkohol ataupun obat-obatan, harus ada program yang didisain pertama-tama adalah untuk melakukan detoksifikasi (membersihkan tubuh dari zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan), dan kedua memberikan informasi dan pemulihan khusus untuk mengurangi ketergantungan mereka pada alkohol ataupun obat-obatan.

a. Pendidikan

Lembaga pendidikan lokal di luar lembaga harus memberikan pendidikan yang

terlembaga. Lapas tentunya harus membayar pendidikan jasa ini, karena dengan begitu

lapas tidak perlu merekrut tenaga pengajar. Program di lembaga harus sama dengan yang

ada di luar lembaga. Oleh karena itu, apabila narapidana telah bebas sebelum ia

menyelesaikan pendidikannya, ia dapat melanjutkannya di luar lembaga.

(15)

b. Kerja

Lembaga harus memiliki program kerja narapidana yang didisain dengan baik.

Idealnya setiap narapidana punya pekerjaan yang dilakukannya tiap hari. Pada umumnya lapas tidak bisa meraih keidealan ini, tetapi banyak yang sangat sukses dalam menciptakan lapangan kerja buat narapidana. Dalam sistem ini narapidana memperoleh sedikit uang untuk pekerjaan yang mereka lakukan. Ini memberi efek menciptakan situasi yang sama di dalam lapas dengan yang dianggap normal di luar lembaga.

Minimalnya, narapidana harus dipekerjakan dalam pemeliharaan lembaga itu sendiri. Narapidana dapat melakukan pekerjaan intensif seperti mencuci, mengecat, pertukangan, dan perbaikan di bawah pengawasan dari petugas lapas. Dengan melakukan ini, mereka memperoleh harga diri, dan juga keterampilan yang dibutuhkan di masyarakat. Lebih penting lagi mereka punya sedikit waktu kosong. Bilamana memungkinkan, narapidana harus dibayar sedikit uang untuk pekerjaan yang mereka lakukan.

Menggunakan perusahaan swasta adalah sesuai dengan standar, selama sumber eksternal tersebut tidak terlibat dalam proses yang korup untuk tujuan mendapatkan tenaga kerja murah. Proses kontrak apapun harus sangat transparan, dan tidak boleh melibatkan adanya narapidana yang dipekerjakan oleh petugas lapas. Tidak boleh ada transaksi antara narapidana dan petugas karena ini merupakan konflik kepentingan untuk petugas dan mengundang korupsi.

c. Spritual

Lembaga harus menyediakan layanan spritual untuk semua kepercayaan yang ada

di lapas. Apabila tidak, maka ini merupakan tindak diskriminatif. Layanan spritual tidak

(16)

hanya mencakup layanan ritual, tetapi juga arahan spritual tersedia bagi narapidana yang menginginkannya. Bekerja dengan elemen-elemen lainnya, layanan spritual dapat menjadi faktor penting perubahan sikap narapidana. Pada saat bersamaan, penting untuk memperhatikan bahwa fundamentalis radikal dalam bentuk apapun harus dicegah, dari kepercayaan mana pun. Ini dapat menjadi suatu peroblem khusus apabila narapidana dari suatu kepercayaan memutuskan untuk menyerang narapidana lainnya yang berbeda kepercayaan.

d. Rekreasi

Rekreasi merupakan bagian terpenting dalam kehidupan masyarakat. Juga sama pentingnya di dalam lembaga. Suatu program adalah lebih dari hanya sekedar menyediakan peralatan. Ini termasuk kegiatan-kegiatan yang diatur, dan upaya untuk menjamin semua narapidana mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi setiap harinya dalam berbagai bentuk olahraga. Mengadakan olahraga beregu merupakan cara yang sering digunakan untuk mendorong partisipasi maksimal.

e. Program Ketrampilan

Program ketrampilan memiliki komponen pendidikan dan kerja, yang menuju sertifikasi dalam suatu bidang ketrampilan yang dapat digunakan di masyarakat, seperti perledengan, pertukangan, perbengkelan dan seterusnya. Pelatihan ini harus diajarkan oleh instruktur berkualitas untuk dipertimbangkan sebagai suatu program.

f. Program Pemulihan

Program pemulihan dibentuk untuk berfokus pada kebutuhan tertentu narapidana.

Ini dapat mencakup program kesehatan jiwa, program pengembangan kemampuan

(17)

membuat keputusan (Kognitif), program untuk mengatasi kecanduan, dan seterusnya.

Program ini umumnya menuntut skill keahlian.

Dengan menyadari bahwa pemasyarakatan adalah suatu proses pembinaan narapidana yang sering disebut therapeutic process. Proses tersebut dimaksudkan untuk membina narapidana yang pengertiannya sama dengan menyembuhkan seseorang yang sementara tersebut hidupnya karena ada kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.

Lembaga Pemasyarakatan Anak juga mempunyai tugas yang berat dalam rangka menyembuhkan si terpidana menjadi orang baik karena tujuan pemidanaan narapidana anak adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan ahklak para narapidana anak di dalam Lembaga Pemasyarakatan melalui sistem pembinaan.

Salah satu cara untuk mengerti sistem di lapas bisa dilihat pada diagram dibawah ini.

42

42Mr Jeff Christian & Direktorat Jendral Pemasyarakatan & RWI Kantor Jakarta, Buku I, Op.cit.,

(18)

Sistem Keamanan Statis adalah tembok, pagar, pembatas, kunci, sel, senjata dan peralatan lain yang digunakan untuk memastikan narapidana dapat dikontrol secara fisik.

Sering kali hanya ini cara yang orang pikirkan bilamana membicarakan tentang keselamatan dan keamanan.

Sistem Keamanan Dinamis adalah menciptakan hubungan yang benar antara petugas dan narapidana. Didasari pada penghormatan hak asasi manusia, hubungan ini mempunyai ciri-ciri terutama yaitu pengakuan dan pengertian akan ketidakseimbangan kekuatan antara petugas dan narapidana. Kedua ini tidak bisa menjadi sejajar, dan bagi mereka yang berpura-pura bahwa mereka sejajar artinya tidak bersikap jujur. Hubungan ini tidak dapat juga seperti hubungan antara ayah dan anak. Hubungan ini harus berupa profesionalisme dengan didasari saling menghormati setiap orang sebagai makhluk hidup, tetapi memahami juga realitas kedudukan masing-masing orang. Hubungan ini harus menyeimbangkan berbagai hal yang berbeda.

Merupakan kewajiban petugas dalam hubungan keamanan dinamis untuk menciptakan

rasa menghormati hak asasi manusia. Petugas lapas harus menjadi pemimpin. Ini

dilakukan dengan memperlakukan narapidana secara adil dalam segala hal,

berkomunikasi dengan jujur dan terbuka dengan narapidana, berusaha sekonsisten

mungkin, dan melalui kontak langsung yang kerap dengan narapidana. Hubungan

(19)

didasari prinsip-prinsip yang benar mengajarkan narapidana bagaimana sebaiknya berprilaku. Perilaku selain itu dari petugas akan memperkuat sikap negatif dari narapidana.

Contoh sederhana adalah ketika seorang petugas mengatakan kepada seorang narapidana bahwa ia akan melakukan sesuatu, petugas melakukannya, atau ia menjelaskan kepada narapidana mengapa tidak dilakukan. Dengan kata lain, petugas memahami bahwa narapidana tidak dapat melakukan hal ini dengan sendiri, dan oleh sebab itu ia tergantung pada bantuan dari anggota petugas. Petugas menerima tanggung jawab terhadap narapidana. Berpura-pura membantu, dan kemudian tidak melakukannya tanpa alasan, adalah perbuatan yang kejam dan tidak profesional. Hal tersebut akan menyebabkan narapidana merasa tertipu, yang akan menumbuhkan kebencian terhadap petugas.

Jika petugas lebih memeprlihatkan ketidak jujuran, perlakuan tidak adil, komunikasi yang berisikan kebohongan, narapidana juga diajarkan bagaimana berprilaku, sayangnya, perilaku negatiflah yang diajarkan, dan kecenderungan pada kriminilitas diperkuat.

Jika hubungan yang benar dijalin, narapidana (minimal salah satu dari mereka) akan selalu memberitahukan petugas bilamana akan ada bahaya yang berkembang.

Banyak narapidana tidak ingin ada masalah di dalam lapas. Jika terjalin hubungan

keamanan dinamis yang baik, akan ada cara berbagai informasi penting dengan petugas

yang tidak akan menimbulkan masalah bagi mereka dengan narapidana lain. Dilihat

hanya dari perspektif keselamatan, hal ini saja cukup untuk menjadi alasan

mengimplementasikan sistem keamanan dinamis yang kuat.

(20)

Rutinitas harian adalah hal yang terjadi tiap hari. Lapas dan narapidana menyukai konsistensi dalam rutinitas harian. Pada saat bersamaan, rutinitas ini sendiri dapat menjadi perlakuan yang kejam, yang menambah penderitaan narapidana. Sebagai contoh, rutinitas yang mengharuskan narapidana berada dalam jangka waktu yang lama di dalam sel yang penuh sesak, ketika ada kemungkinan pilihan lain, harus diubah. Rutinitas harian perlu diperiksa dari waktu ke waktu untuk memastikan bahwa hal ini yang terbaik yang bisa dilakukan.

Cara petugas menjalankan rutinitas harian adalah untuk keselamatan di lapas. Ada cara yang aman dan tidak aman dalam melakukan berbagai hal. Petugas sering kembali melakukan praktek tidak aman karena hal tersebut lebih mudah. Hal ini tidak konsisten dengan penghormatan hak asasi manusia karena membahayakan semua orang. Selain itu, rutinitas cenderung memaksa, meskipun diperlukan. Maka penting bagi petugas untuk menunjukkan penghormatan hak asasi manusia dalam melakukan tugas ini.

Contohnya dalam cara narapidana diperiksa, atau cara pengunjung diperiksa.

Pemeriksaan memang diperlukan, tetapi dapat dilakukan dengan cara yang lebih menghormati tanpa mengurangi keefektifannya.

Sistem Pendisplinan, harus berlaku untuk narapidana dan petugas. Narapidana

harus mengetahui apa yang diharapkan dari mereka. Petugas harus mengetahui apa yang

diharapkan dari mereka. Kedua-duanya harus mengetahui proses apa yang akan

digunakan untuk mereka pertanggungjawabkan. Proses tersebut harus adil dan sesuai

hukum yang perlaku. Terakhir, narapidana dan petugas harus mengetahui konsekuensi

apa yang akan diberikan jika mereka terbukti bersalah atas perilaku yang memerlukan

pendisplinan.

(21)

Sistem pendisplinan ini harus menghormati hak asasi narapidana dan petugas.

Harus adil dan sesuai hukum yang berlaku. Bukti bersalah harus harus tersedia, tidak cukup hanya percaya seseorang telah melakukan kesalahan. Harus ada bukti yang lebih dari sekedar pengakuan dari narapidana, kecuali apabila narapidana tersebut mengaku bersalah telah melakukan pelanggaran.

Pihak manajemen lapas harus memastikan bahwa narapidana dan petugas bertanggung jawab untuk perbuatan mereka, tetapi pertanggungjawaban harus didasari bukti, bukan politik lembaga atau alasan lainnya.

Jika setiap orang mengerti peraturan, dan semua diminta pertanggungjawaban dengan cara adil, menghormati hak asasi dan martabat mereka, sistem pendisplinan ini akan mendapat kepercayaan petugas dan narapidana. Integritas sistem seperti ini sangat penting bagi keselamatan lingkungan lapas.

Jika ada peraturan khusus untuk sebagian orang, tetapi tidak untuk yang lain, sistem ini buruk/korup dan lembaga menjadi kurang aman, karena akan ada kemarahan dan pembalasan dari mereka yang diperlakukan tidak adil.

Sistem Pengaduan harus juga dimiliki narapidana, karena harus ada cara bagi

mereka untuk melaporkan kekerasan oleh petugas dan narapidana lain. Sistem pengaduan

ini haruslah yang tidak memberi peluang bagipetugas untuk dapat menghentikan

pengaduan tersebut. Ia juga harus juga yang memberi kesempatan narapidana membuat

pengaduan tanpa harus melakukannya di depan petugas yang mungkin hendak mereka

adukan (atau kawan dari petugas tersebut). Jika kotak pengaduan digunakan, sebagai

contoh, kotak harus ditempatkan di lokasi yang tidak diawasi secara terus menerus oleh

petugas, sehingga narapidana dapat membuat pengaduan tanpa diketahui identitasnya

(22)

apabila mereka merasa itu perlu. Sistem pengaduan yang benar adalah yang menjamin setiap pengaduan dikaji dan diperiksa apabila diperlukan. Tergantung administrasi lapas untuk meyakinkan narapidana bahwa pengaduan mereka ditanggapi dengan serius.

Jika narapidana memiliki cara untuk menyuarakan pengaduan mereka sehingga pihak yang berwenang mendengar mereka, mereka cenderung tidak akan melakukan kekerasan untuk menarik perhatian seseorang mendengarkan mereka. Maka, sistem pengaduan yang efektif membuat lembaga lebih aman.

Sistem Penempatan, menjamin narapidana ditempatkan pada tingkat keamanan yang sesuai di lembaga. Itu berarti narapidana dengan keamanan tinggi ditempatkan di lembaga dengan keamanan tinggi, dan narapidana dengan keamanan rendah dipindahkan ke lembaga dengan keamanan rendah. Tidak didasarkan pada opini, atau kefavoritan, tetapi lebih pada penilaian akan resiko mengenai narapidana akan melarikan diri, atau melukai diri sendiri atau orang lain. Sistem penempatan yang baik didasari penelitian, daripada hanya pengalaman atau opini.

Sistem ini menjamin narapidana tidak diharuskan menghadapi pemaksaan keamanan tinggi bilamana tidak diperlukan, sehinga menghargai secara layak hak mereka akan privasi dan martabat diri pribadi. Jika narapidana ditempatkan sesuai dengan tingkat keamanannya, petugas dan narapidana lebih aman.

Aktivitas dan program, untuk narapidana faktor penting keselamatan di lapas

manapun. Narapidana yang tidak punya cukup kegiatan akan mencari nafkah. Dalam

beberapa kasus, ini akan berakhir dengan kekerasan. Terbukti bahwa jika ada banyak

aktivitas dan program, narapidana memiliki waktu dan keinginan yang berkurang untuk

berperilaku buruk.

(23)

Program yang memberi kesempatan bagi narapidana untuk mengembangkan diri melalui pendidikan atau manajemen kepribadian mengurangi kecenderungan adanya pemberontakan dari narapidana tersebut.

Program kerja yang memberi kesempatan narapidana untuk melakukan hal yang positif dengan waktu mereka, terutama yang memberi kesempatan narapidana untuk mendapatkan ketrampilan yang dapat digunakan setelah mereka bebas dari lapas, berkontribusi bagi keselamatan di lapas dengan menciptakan suasana yang baik.

Lapas yang menggunakan narapidana untuk mengecat dan membersihkan lembaga, mencapai banyak kesuksesan di bagian ini. Narapidana memiliki ketrampilan dan kemampuan yang sering tidak digunakan oleh administrasi lapas. Sebagai contoh, hampir semua lapas adalah tempat yang buruk. Padahal dengan populasi di dalam lapas, banyak orang yang tahu bagaimana mengecet. Mengapa mereka tidak mengecat.

Jika administrasi dan petugas lapas menunggu narapidana untuk secara sukarela melakukan pekerjaan tersebut, itu tidak akan terjadi. Kepemimpinan harus berasal dari yang berwenang. Narapidana, yang tinggal di lingkungan yang bersih, dan menyenangkan, akan selalu menikmati suasana yang lebih rileks daripada di lingkungan yang kotor, dan tidak nyaman. Narapidana akan bereaksi terhadap lingkungannya, sebagaimana orang lain. Reaksi yang positif meningkatkan keselamatan di lapas bagi semua orang.

Hak Asasi Manusia dan Keselamatan berhubungan erat. Semua sistem-sistem

sebelumnya didukung oleh standard internasional hak asasi manusia dan peraturan

minimum standar perlakuan terhadap narapidana.

(24)

B. Peraturan dan Tata Tertib di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan

Berdasarkan Pasal 23 ayat (1) Peraturan Pemerintah R.I nomor 27 Tahun 1983 bahwa Kepala Rumah Tahanan Negara atau Kepala Lembaga Pemasyarakatan diberikan wewenang untuk mengatur rumah tangganya sendiri sepanjang tidak bertentangan dengan pedoman yang telah dibuat oleh Menteri Kehakiman.

Menurut Bapak Bangsi Tarigan, Kepala Sub Seksi Bimbingan Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan bahwa tata tertib yang harus dilaksanakan setiap narapidana adalah :

a. Tata tertib keamanan yaitu narapidana tidak dibenarkan berkelahi, minum- minuman keras, mencuri, menyimpan benda-benda tajam atau benda-benda lain yang dapat membahayakan.

b. Tata tertib kerohanian/agama berupa keharusan bagi setiap narapidana untuk mengikuti kebaktian atau ibadah menurut agama dan kepercayaan masing-masing serta harus saling menghormati antara penganut agama yang satu dengan penganut agama yang lainnya

c. Tata tertib makan yaitu setiap narapidana tidak boleh saling berebut dan harus menunggu gilirannya masing-masing, nasi atau makanan lainnya tidak boleh dibagi sebelumnya jangka waktu yang ditetapkan.

d. Tata tertib kesehatan yaitu bahwa setiap narapidana demi untuk menjaga

kesehatannya diharuskan senam pada setiap pagi (kecuali hari minggu), untuk

melaporkan orang yang sakit kepada petugas jaga, membersihkan kamar/ ruangan

masing-masing.

(25)

e. Tata tertib untuk melakukan suatu pekerjaan bahwa setiap narapidana diharuskan untuk melakukan pekerjaan didalam dan diluar tembok Lembaga Pemasyarakatan, kecuali mereka yang tidak sehat badannya atau menurut Keputusan Hakim tidak diwajibkan bekerja.

Ad. a. Tata tertib keamanan

Dalam prakteknya setiap narapidana tidak dibenarkan berkelahi, minum-minuman keras, mencuri, merokok, menyimpan benda-benda tajam atau benda-benda lain yang dapat membahayakan. Pelaksanaan tata tertib tersebut dimaksud untuk menjaga keamanan dan ketertiban didalam lembaga terserbut. Sanksi atau pelanggaran terhadap tata tertib keamanan adalah dengan memasukkan si narapidana yang melanggar ke sel karantina apabila kesalahan itu untuk ditolerir atau setidak-tidaknya si pelanggar selalu mengulangi kesalahan dalam bidang tata tertib ini. Apabila kesalahan hanya dilaksanakan sekali saja hanya diberikan peringatan oleh petugas Lembaga Pemasyarakatan.

Ad. b. Tata tertib kerohanian/agama

Tata tertib sedemikian mengharuskan setiap narapidana untuk mengikuti kebaktian atau ibadah menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Pada pelaksanaannya bagi setiap narapidana dapat mengikuti acara kerohanian yang diberikan oleh pimpinan jemaat atau ustad.

Berdasarkan jadwal kegiatan tahun 2008/2009 dan tata tertib waktu dapat diketahui dari tabel pelaksanaan acara kerohanian sebagai berikut :

Tabel 2 : Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Kerohanian di Lembaga Pemasyarakatan

Anak Tanjung Gusta Medan 2008/2009

(26)

No Hari Waktu Jam Kegiatan Pelaksanaan 1 Senin 19.00-10.30

10.30-11.00 12.00-13.30 14.00-16.00.

Penyuluhan Agama Kristen Penyuluhan Agama Islam

Sholat Zhuhur Pembinaan Generasi Muda/

Pendidikan Agama Kristen

YPP II Drs. T. Dhali Munthe

Bimpas STT. AS 2 Selasa 09.00-11.00

10.30-12.00 12.00-13.00

Penyuluhan Agama Kristen Penyuluhan Agama Islam

Sholat Zhuhur

Soli Deo Gloria dan CCA PIA / Kota Medan

Dra. Junaida 3 Rabu 09.00-11.00

10.30-12.00 12.00-13.00

Pembinaan Generasi Muda/

Pendidikan Agama Islam Penyuluhan Agama Kristen

Sholat Zhuhur

Al. Ustad II. AR. Hasby Marwan Rangkuti

Bimpas 4 Kamis 09.00-10.30

10.30-12.00 12.00-13.00

Penyuluhan Agama Kristen Penyuluhan Agama Islam

Sholat Zhuhur

Bethsaida Syakban Lubis SH

Bimpas 5 Jumat 09.00-10.30

10.30-12.00

Penyuluhan Agama Kristen Penyuluhan Agama Islam

Baitani Minggu I Chairul Anam 6 Sabtu 09.00-11.00

10.30-12.00 12.00-13.00 14.15-16.00

Penyuluhan Agama Kristen Penyuluhan Agama Islam

Sholat Zhuhur Penyuluhan Agama Kristen

Kristen / Sabath

GBKP H. Mhd Syukri Yusuf

Bimpas Advent Minggu I 7 Minggu 09.00-10.30 Kebaktian Agama Kristen

Sholat Zhuhur Kebaktian Agama Kristen

Sola Gratia Minggu Ganjil ITA Banda baru

Minggu Genap Bimpas KTJ. HKBP Minggu

Ganjil Pentakosta Minggu Genap

Sumber : Sub Seksi Bimpas dan Perawatan Anak Didik

Berdasarkan tabel di atas, terdapat jadwal ibadah beragama Kristen dan Islam. Hal ini disebabkan karena sebagian besar warga binaan pemasyarakatan di Lembaga pemasyarakatan beragama Kristen dan Islam. Jika ada warga binaan pemasyarakatan yang beragama Budha dan Hindu, maka ibadah dilakukan seperti kebiasaan sehari-hari di dalam Lembaga Pemasyarakatan di tempat yang telah disediakan.

Selain itu narapidana anak harus saling menghormati antara penganut agama yang

satu dengan penganut agama yang lainnya. Hal ini sesuai dengan Penerapan dari sila I

(27)

Pancasila. Pemupukan rasa toleransi antar umat beragam sedemikian diperlukan untuk menggalang persatuan dan kesatuan antar para narapidana anak.

Ad.c. Tata tertib makan

Ketentuan mengenai tata tertib makan adalah bahwa setiap narapidana tidak boleh saling merebut dan harus menunggu gilirannya masing-masing. Nasi atau makanan lainnya tidak boleh di bagi sebelum jangka waktu yang ditetapkan.

Pelaksanaan jadwal makanan adalah tiga kali satu hari. Makan pagi dilaksanakan pada jam 08.00-08.30 WIB, maka siang pada pukul 13.00-13.30 WIB dan makan sore pada pukul 16.30-17.00 WIB. Ketentuan mengenai jam makan ini berlangsung setiap harinya, kecuali ada kunjungan-kunjungan dari pihak luar ke Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan.

Ad.d. Tata tertib kesehatan

Pelaksanaannya dilakukan oleh setiap narapidana demi untuk menjaga kesehatannya diharuskan senam pada setiap pagi (kecuali hari minggu). Yang dilaksanakan pada pukul 07.30-08.00 Wib setiap hari. Pemeriksaan kesehatan terhadap narapidana dilakukan setiap hari Selasa dan Kamis pukul 14.00-14.30 WIB.

Ad.e. Tata Tertib untuk melakukan suatu pekerjaan

Setiap narapidana diharuskan untuk melakukan pekerjaan di dalam dan di luar

tembok Lembaga Pemasyarakatan, kecuali mereka yang tidak sehat badannya atau

menurut keputusan Hakim tidak diwajibkan bekerja. Dalam prakteknya di Lembaga

Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan, narapidana anak tidak diperbolehkan

bekerja dengan alasan bahwa narapidana anak belum mencapai umur untuk dapat

melaksanakan pekerjaan sebagaimana layaknya dilaksanakan oleh orang dewasa.

(28)

C.Pelaksanaan Hak Asasi Manusia Warga Binaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak

Menurut penjelasan Bapak Bangsi Tarigan, Kepala Sub Seksi Pembinaan dan Perawatan Anak Didik Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan diketahui bahwa hak-hak yang diperbolehkan anak dalam menjalani hukuman adalah :

g. Berhak melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.

h. Berhak mendapat perawatan jasmani dan rohani.

i. Berhak mendapat pendidikan dan pengajaran.

j. Berhak mendapat pelayanan kesehatan dan makanan yang layak.

k. Berhak menyampaikan keluhan.

l. Berhak untuk menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum atau orang tertentu lainnya.

Hak Asasi yang dapat dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan terhadap warga binaan pemasyarakatan dikarenakan keterbatasan pembina dan dana yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Pelaksanaan hak-hak narapidana anak di lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan adalah sebagai berikut:

Ad.a. Berhak melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaaannya

Dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan terhadap kesempatan bagi si anak untuk mendapatkan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Selain waktu pelaksanaan ibadah bagi narapidana anak, di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan terdapat fasilitas berupa mesjid dan gereja.

Pelaksanaan ibadah bagi narapidana anak yang beragama Hindu dan Budha dilaksanakan

di ruang pendidikan untuk melaksanakan ibadahnya.

(29)

Mengenai buku-buku kerohanian sebagai sarana penunjang pelaksanaan pendalaman rohani tersedia di perpustakaan lembaga pemasyarakatan yang dimaksud.

Dalam pelaksanaan sarana tersebut belum dipergunakan oleh narapidana secara maksimal. Penyebab penggunaan sarana itu masih minim menurut Bangkit Tarigan dan pengakuan Freddy (narapidana anak) adalah kurangnya minat dan keinginan membaca dari para narapidana.

Ad.b. Bentuk mendapat perawatan jasmani dan rohani

Hak perawatan ini sebenarnya telah terlaksana di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan. Hal ini terbukti dengan adanya program wajib mengikuti senam kesegaran jasmani setiap hari dan pemeriksaan kesehatan setiap dua kali seminggu yang dilaksanakan oleh Bimpas.

Ad.c. Berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran

Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan dilaksanakan melalui program Kejar Paket B. Realisasi pelaksanaan program ini adalah setiap hari Selasa, Rabu, Kamis dan Jumat pada jam 14.30-16.00 Wib.

Materi yang diajarkan pada Program Kejar Paket B disesuaikan dengan materi pendidikan Sekolah Menengah Lanjutan Pertama, apabila si narapidana telah menyelesaikan program tersebut, si terpidana berhak atas peroleh ijazah.

Menurut Bapak Bangsi Tarigan, pelaksanaan program ini mengalami kendala

yaitu apabila si terpidana tidak memiliki sama sekali ijazah setingkat sekolah dasar. Telah

(30)

diketahui bahwa Program Kerja Paket B hanya diberikan kepada narapidana yang telah menyelesaikan studi Sekolah Dasar.

Jalan keluar yang diambil pihak Lembaga Pemasyarakatan adalah menyurati orang tua/wali si narapidana untuk mengurus ijazah Sekolah Dasar si narapidana supaya diperbolehkan mengikuti program yang dimaksud. Apabila tidak ada ijazah yang dimaksud, si narapidana diperbolehkan mengikuti program yang dimaksud tanpa memperoleh ijazah.

Untuk pelaksanaan Program Kejar Paket B, pihak Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II-A Tanjung Gusta Medan bekerja sama dengan Departemen Pendidikan Nasional Kota Medan.

Ad.d. Berhak mendapat pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

Pelayanan kesehatan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan dilaksanakan di Poliklinik Lembaga Pemasyarakatan. Pelaksanaan operasional klinik ditangani oleh seorang dokter yang jaga setiap hari Selasa dan Kamis.

Apabila seorang narapidana anak sakit saat dokter jaga tidak ada, maka si

narapidana anak diperiksakan ke Puskesmas terdekat. Setiap narapidana yang

memerlukan rawat inap, maka si narapidana di serahkan ke Rumah Sakit Umum Pringadi

Medan sebagai mitra Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan. Daftar

menu makanan narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta

(31)

Medan disesuaikan dengan Keputusan Menteri Kehakiman R.I. Nomor M.02.OM.01.06, TAHUN 1989.

Tabel 3 : Daftar Menu Makanan Sehari-hari di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II- A Tanjung Gusta Medan Tahun Anggaran 2008/2009

Hari Daftar Menu Bagi Narapidana

Pagi Siang Sore

Senin Nasi

Tempe Tumis Toge/ oseng-oseng

buncis Air Putih

Nasi Semur Daging

Sayur Sup Air

Nasi Tempe

Sayur Kolak

Selasa Nasi

Ubi Masak Ikan Asin

Tumis Air Putih

Nasi Ikan Asin Sayur Lodeh

Pisang

Nasi Tempe

Pecel

Rabu Nasi

Tempe Bacam Oseng-oseng

Kerang Air

Nasi Telur Sayur Kol

Nasi Tempe

Sup Buncis

Kamis Nasi

Ikan Asin

Nasi Telur

Nasi Tempe

(32)

Ubi Air

Buncis

Jumat Nasi

Ikan Asin Bubur Kacang Ijo

Air

Nasi Telur Sayur Lodeh

Nasi Tempe

Sayur

Sabtu Nasi

Ubi Tempe

Pecel

Nasi Tempe Sayur Sup Tumis Tempe

Pisang

Nasi Ikan Asin

Urab

Minggu Nasi

Tempe Tumis Kolak

Air

Nasi Tempe Sayur Kari

Nasi Ikan Asin Sayur Asem

Sumber : Sub Seksi Pembinaan dan Perawatan Anak Didik Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan

Berdasarkan Tabel di atas, makanan yang diberikan kepada warga binaan pemasyarakatan belum memenuhi gizi yang layak. Pelaksanaan disebabkan karena banyaknya warga binaan pemasyarakatan di dalam Lembaga Pemasyarakatan yang harus diberikan makanan sedangkan dana yang dikeluarkan oleh pemerintah terbatas.

Ket : Makanan Alternatif bagi narapidana

Pengaturan menu makanan itu dimaksud untuk tetap menjaga stamina dan daya tubuh kesehatan para narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak.

Dalam pelaksanaannya tidak semua menu makanan tersebut dapat diberikan kepada narapidana dengan alasan keadaan keuangan yang dimiliki perekonomian negara ini sangat rumit atau krisis moneter.

Ad.e. Berhak menyampaikan keluhan

Dalam suasana kehidupan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Anak, para

narapidana dapat menyampaikan keluhan-keluhannya kepada petugas Lembaga

Pemasyarakatan. Keluhan-keluhannya yang kerap diberikan adalah mengenai persoalan-

persoalan antara para narapidana di dalam lembaga dan keluhan mengenai kesehatan

yang dialami oleh narapidana itu sendiri.

(33)

Menurut keterangan yang diperoleh, narapidana dalam mengajukan keluhan tidak selalu harus mengikuti prosedur tertentu. Hal terpenting dalam mengajukan keluhan tersebut adalah bahwa keluhan itu benar terjadi dan perlu mendapat perhatian secara khusus.

Ad.f. Berhak untuk menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum atau orang tertentu lainnya.

Setiap narapidana dapat menerima kunjungan dari para anggota keluarga sesuai dengan jam tamu yang diberikan oleh petugas lembaga. Jam bertamu ditentukan biasanya dilaksanakan pada saat jadwal kegiatan para narapidana kosong.

Jam bertamu terhadap para penasehat hukum dan orang tertentu lainnya dapat dilaksanakan sewaktu-waktu yang dibutuhkan dengan persetujuan kepala Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan.

Secara khusus jam bertamu terhadap para tahanan Jaksa yang berada di Blok C dilakukan dengan seizin Kepala Kejaksaan Negeri dan meminta ijin kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan Anak tersebut.

Proses jam bertamu terhadap para tahanan yang masih dalam proses pemeriksaan persidangan harus seijin Ketua Pengadilan Negeri dan Persetujuan Kepala Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan.

1. Hambatan yang dihadapi

Para narapidana tidak diperbolehkan bekerja sehingga dengan demikian tidak

mungkin seorang narapidana mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang

dilaksanakan sesuai dengan bunyi Pasal 14 ayat (1) Butir (g) Undang-Undang No. 12

tahun 1995 tentang Lembaga Pemasyarakatan Anak

(34)

Hak-hak anak sebagaimana diatur dalam pasal 14 ayat (1) butir (I,j,k,dan m) Undang-Undang No. 12 tahun 1995 tentang Lembaga Pemasyarakatan Anak, tidak dapat dilaksanakan dengan baik yaitu antara lain:

a. hak untuk mendapatkan masa pemotongan pidana atau Remisi, b. hak untuk mendapatkan assimilasi,

c. hak untuk mendapatkan pembebasan bersyarat.

d. hak untuk mendapatkan cuti menjelang bebas.

2. Upaya untuk mengatasi hambatan

a. Hak untuk mendapatkan masa pemotongan pidana atau remisi, assimilasi, pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas.

Hak yang sangat dinantikan oleh setiap narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta adalah mengenai pemotongan masa tahanan namun pada saat sekarang ini menjadi kendala yaitu disebabkan karena selain dari faktor narapidana yang berupa tingkah laku narapidana selama menjalani hukuman juga tidak dapat mendapat perhatian dari orang tua, yang dikenal sebagai syarat substantif. Disamping itu terdapat kendala dalam pemenuhan syarat administratif yang berupa tidak adanya kerjasama dengan instansi lain, misalnya dari kejaksaan yang menerangkan bahwa si anak tidak terlibat tindak pidana yang lain dan surat dari kepala desa/Lurah yang menerangkan bahwa ada jaminan bagi si narapidana anak untuk mendapatkan hak tersebut.

Hal ini dapat terlihat dari minimnya perolehan hak tersebut bagi narapidana anak yang

terdapat dalam tabel berikut ini:

(35)

Tabel 4 : Memperoleh Hak Remisi, berassimilasi, pembebasan bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas Tahun 2007-2009 di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan.

NO Jenis Hak Tahun

Jumlah 2007 2008 2009

1 Remisi 78 60 - 138

2 Assimilasi/mengunjungi Keluarga - 19 7 26

3 Pembebasan Bersyarat - 18 15 33

4 Cuti Menjelang Bebas 3 61 2 67

Sumber : Sub Seksi Pemasyarakatan dan perawatan Anak Didik

Berdasarkan tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa penerimaan hak sebagaimana dimaksud adalah sangat sedikit yaitu 264 orang. Hal ini kurang proporsional bila dibandingkan jumlah narapidana yang saat ini di dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak berjumlah 850 orang.

Solusinya bahwa orang tua atau rekan kerabat si narapidana anak harus memberikan perhatian khususnya mengenai kunjungan kepada si anak tersebut dan juga memantau perilaku narapidana anak di dalam Lembaga Pemasyarakatan karena dengan napi berprilaku baik Lembaga Pemasyarakatan menilai bahwa narapidana tersebut dapat memperoleh remisi, pembebasan bersyarat, maupun cuti menjelang bebas. Syarat pemberian hak tersebut wewenang dari Lembaga Pemasyarakatan Anak yang kemudian dilaporkan ke Menteri Kehakiman.

2. Pendidikan

Di Lembaga Pemasyarakatan Anak kelas IIA Tanjung Gusta, mengenai pendidikan ini

sangat mencemaskan karena dalam standar pendidikan secara umum harus mempunyai

kriteria yaitu:

(36)

b. Ventilasi sirkulasi udara c. Buku-buku

sedangkan di Lembaga Pemasyarakatan Anak kelas IIA Tanjung Gusta tidak terlaksana terkhususnya disebabkan mengenai buku pelajaran, dimana tidak mungkin seorang napi anak untuk membeli buku pelajaran, sesuai dengan Standar Kurikulum Pendidikan Nasional, oleh sebab itu peran pemerintah sangat menonjol yaitu seperti: memberikan bantuan dana kepada Lembaga Pemasyarakatan Anak kelas IIA Tanjung Gusta,

Namun melihat situasi dari negara yang masih mengalami krisis moneter maka tidak dapat dimungkinkan bantuan dana tersebut, sehingga masalah pendidikan tetap menjadi hak asasi anak yang belum tercapai di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas IIA Tanjung Gusta Medan .

Solusinya yaitu hubungan Lembaga Pemasyarakatan dengan masyarakat setempat harus lebih dipererat supaya masyarakat dapat berperan aktif dalam memberikan bantuan terkhususnya mengenai bantuan buku atau mengenai masalah pendidikan yang telah disebutkan diatas.

3. Kesehatan

Masalah kesehatan yang menjadikan masalah pokok Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan yang disebutkan oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan anak yaitu:Bp. Siswanto Noto Suwarno adalah mengenai over kapasitas, yaitu kapasitas atau daya tampung ruangan atau sel penjara yang melebihi batas tampung suatu ruangan.

Sehingga menimbulkan banyak resiko yang terutama yaitu didalam ruangan tersebut

para napi anak yang semula ruangan hanya mampu menampung 8 orang menjadi 20

(37)

orang, sehingga segala aktivitas napi anak mulai dari tempat tidur yang sama,berkeringat dan beraktivitas bersama-sama. Oleh sebab itu banyak menimbulkan banyak penyakit khususnya menimbulkan penyakit kulit bahkan sampai menimbulkan penyakit dalam karena terjadi pencemaran makanan.

Solusinya yaitu terutama peran pemerintah untuk memberikan bantuan untuk

menanggulanginya dan juga peran masyarakat setempat pun menjadi harapan karena

menurut Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan, karena

semakin banyak jumlah narapidana anak Di Lembaga Pemasyarakatan Anak kelas IIA

Tanjung Gusta maka jumlah bangunan dan ruangan pun perlu ditambah oleh sebab itu

peran pemerintah dan masyarakat sangat membantu baik dari materi dan imateri.

(38)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Perlindungan Hak Asasi Warga Binaan Pemasyarakatan diatur di dalam Undang- Undang No 39 Tahun 1999 Pasal 52-Pasal 60 tentang hak asasi anak dan Pasal 14 ayat (1) UU Nomor 12 Tahun 1995 tentang hak asasi manusia terhadap warga binaan pemasyarakatan.

2. Pelaksanaan perlindungan hak asasi warga binaan pemasyarakatan yang dalam pelaksanaannya belum dapat terlaksana secara optimal yaitu sebagaimana diatur dalam pasal 14 ayat (1) Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Lembaga Pemasyarakatan yang tidak dapat dilaksanakan dengan baik di dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak yaitu antara lain:

a. hak untuk mendapatkan masa pemotongan pidana atau Remisi, b. hak untuk mendapatkankan barasimilasi,

c. hak untuk mendapatkan bebas bersyarat, cuti menjelang bebas.

B. Saran

1. Agar pelaksanaan hak asasi manusia harus dijalankan seoptimal mungkin di dalam kerja lapangan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan yang diatur di dalam Pasal 14 ayat (1) UU Nomor 12 Tahun 1995.

2. Perlu peninjauan kembali tentang penilaian terhadap prosedur pemberian hak untuk

mendapat remisi, kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga,

(39)

3. Agar sarana dan prasarana di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan perlu ditambah dan dilengkapi serta pelayanan terhadap narapidana perlu ditingkatkan dan diharapkan dapat meningkatkan pendidikan, kesejahteraan dan ketrampilan.

4. Perlunya anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah lebih perbesar lagi untuk melengkapi sarana dan prasarana di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan. Agar sarana dan prasarana di dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan dapat ditambah dan dilengkapi serta juga pelayanan terhadap narapidana dapat ditingkatkan sehingga diharapkan juga dapat meningkatkan pendidikan, kesejahteraan dan ketrampilan..

5. Agar pihak yang berwenang dalam hal ini Dirjen Pemasyrakatan Hukum dan Perundang-Undangan RI memberi kelonggaran sserta mempermudah pemberian atas hak-hak narapidana anak, karena hal tersebut mempercepat proses pembinaan kearah yang lebih profesional.

6. Petugas Lembaga Pemasyarakatan Anak perlu memperhatikan bahwa seorang

narapidana anak itu hanya dijatuhi pidana hilangnya kemerdekaan, dengan demikian

narapidana anak harus diperlakukan secara manusiawi dan harus menghilangkan sifat

menindas, maka dalam hal ini diperlukan petugas yang profesional

Gambar

Tabel 3 : Daftar Menu Makanan Sehari-hari di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas  II- A Tanjung Gusta Medan Tahun Anggaran 2008/2009
Tabel 4 : Memperoleh Hak Remisi, berassimilasi, pembebasan bersyarat dan Cuti  Menjelang  Bebas Tahun 2007-2009 di Lembaga Pemasyarakatan Anak  Tanjung Gusta Medan

Referensi

Dokumen terkait

con®rm the expected form and sign of the two-way interactions (p. Finding a signi®cant three-way interaction does not warrant such speci®c expectations... This is the consequence of

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.30/POJK.04/2015 tentang Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran

Ketentuan mengenai Dana Pensiun khususnya Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 1992 Tentang Dana Pensiun Pemberi

Supporting Material A variety of types of supporting materials (explanations, examples, illustrations, statistics, analogies, quotations from relevant authorities)

- Menjelaskan pengertian sifat wajib bagi Allah - Menyebutkan lima sifat wajib bagi Allah SWT.. - Menunjukkan perbedaan sifat Allah SWT dengan makhluknya 2.2 Mengartikan lima

Olahraga punya tempat penting dalam perjalanan peradaban kemanusiaan, baik dalam memahami keuletan mental manusia sampai mengkaji kedigdayaan Negara dan bangsa.Mata kuliah

Metode pemberian tugas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah metode yang dilakukan oleh seorang guru dengan memberikan tugas kepada peserta didik untuk mempelajari suatu

Injeksi air ( waterflood ) merupakan metode perolehan minyak tahap kedua dengan menginjeksikan fluida ke dalam reservoir sebagai tambahan energi, untuk mendapatkan perolehan