• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Kecemasan Dan Beban Keluarga Pada Klien Yang Menderita Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Umum Daerah Aceh Tamiang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Tingkat Kecemasan Dan Beban Keluarga Pada Klien Yang Menderita Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Umum Daerah Aceh Tamiang"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN DAN BEBAN

KELUARGA PADA KLIEN YANG MENDERITA

DIABETES MELITUS DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH ACEH TAMIANG

SKRIPSI

OLEH

Ernawati 1111210 51

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)
(3)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “gambaran tingkat kecemasan dan beban keluarga pada klien yang menderita diabetes melitus di Rumah Sakit Umum Daerah Aceh Tamiang.”.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menghadapi berbagai

hambatan dan kesulitan. Namun, berkat adanya bantuan, bimbingan, dan

arahan dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sesuai

dengan waktu yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang

terhormat:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu dr. Zuheni, M.Kes selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Aceh Tamiang

3. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep selaku pembimbing yang

telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi

(4)

5. Ibu Wardiah, S. Kep, Ns M.Kep selaku penguji I yang telah memberikan saran

dan bimbingan untuk kesempurnaan skripsi ini

6. Ibu Siti Zahara S.kp. MNS selaku penguji II yang telah memberikan saran

dan bimbingan untuk kesempurnaan skripsi ini

7. Para staf pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

8. Teristimewa buat kedua orang tuaku, Ayahanda Salamun dan Ibunda Asminah

yang tidak pernah bosan mencurahkan perhatian serta doanya juga

pengorbanan baik moril maupun materil, untuk setiap belaian sayang dan

pengorbanan panjang mu, aku tahu untuk bahwa setiap langkah berbalut peluh

engkau simpan sejuta pengharapan untuk kebahagianku, aku juga tahu hidup

ini sangat singkat untuk berfikir kerdil, untuk itu aku ingin menjadi seseorang

yang pantas engkau banggakan dan kebanggaan terbesarku adalah karena aku

terlahir sebagai putrimu.

9. Serta kakak-kakakku tersayang (July, Ilan, Iyan, dan Adin), adikku tersayang

(Iwan) dan sahabat spesialku (Gunawan Andri Y) yang selalu senantiasa

menghadiahkan keceriaan, dorongan serta semangat ketika aku menghadapi

semua permasalahan dan yang menjadi alasan bagi ku untuk tetap semangat,

dan terus berusaha.

10.Teman-teman mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra

Utara, khususnya stambuk 2011 yang telah memberikan semangat dan

masukan dalam penyusunan skripsi ini (kak Heny, Hana, Hasnul, Masnidar,

(5)

partisipasi, dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan Skripsi

ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan kerendahan

hati penulis sangat mengharapkan saran dan kriktik demi kesempurnaan

skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi peningkatan dan

pengembangan profesi keperawatan.

Akhirnya kepada Allah SWT penulis berserah diri semoga kita selalu

dalam lindungan serta limpahan rahmat-Nya dengan kerendahan hati

penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca

pada umumnya dan penulis khususnya.

Medan, Februari 2013

(6)

DAFTAR ISI

BAB 1 Pendahuluan 1.Latar Belakang ... 1

12. Beban Keluarga yang Mempunyai Klien Diabetes Melitus... 20

13. Fungsi Dan Tugas Keluarga... 21

14. Peran Keluarga ... 23

15. Peran Perawat Keluarga... 24

16. Definisi diabetes melitus... 25

17. Faktor-faktor penyebab diabetes melitus... 27

18. Gejala diabetes melitus... 28

19. Komplikasi diabetes melitus... 29

20. Penatalaksanaan... 33

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual ... 34

2. Defenisi Operasional ... 35

BAB 4 METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 37

2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 37

(7)

4. Pertimbangan Etik ... 39

5. Instrumen Penelitian ... 51

6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 43

7 . Prosedur Pengumpulan Data ... 44

8. Analisa Data ... 44

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian 1.1Data Demografi Responden ... 46

1.2Tingkat Kecemasan ... 48

1.3Beban Keluarga ... 48

2. Pembahasan 2.1Tingkat Kecemasan ... 50

2.2Beban Keluarga ... 54

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan ... 62

2. Rekomendasi ... 63

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel.3.1 Defenisi Operasional ... 35 Tabel.5.1 Distribusi frekuensi data demografi keluarga pada klien

yang menderita diabetes melitus di Rumah Sakit Aceh

Tamiang (n=63)... 46 Tabel.5.2 Distribusi frekuensi tingkat kecemasan keluarga pada klien

yang menderita diabetes melitus di Rumah Sakit Aceh

Tamiang (n=63)... 48 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi beban keluarga pada klien yang

menderita diabetes melitus di Rumah Sakit Aceh

(9)

DAFTAR SKEMA

Skema

Halaman

1. Gambaran tingkat kecemasan dan beban keluarga pada pasien yang

(10)

LAMPIRAN

1. Formulir persetujuan menjadi responden penelitian 2. Instrumen penelitian

3. Hasil uji reliabilitas kuesioner kecemasan 4. Uji uji reliabilitas kuesioner beban keluarga 5. Hasil pengolahan data demografi responden 6. Hasil pengolahan data kecemasan responden 7. Hasil pengolahan data beban keluarga responden 8. Surat izin penelitian dari PSIK FK USU

(11)

Judul : Gambaran Tingkat Kecemasan Dan Beban Keluarga Pada Klien Yang Menderita Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang

Nama Mahasiswa : Ernawati

Nim : 111121051

Jurusan : Sarjana Keperawatan

Tahun : 2013

Abstrak

Kecemasan merupakan gangguan yang disebabkan oleh konflik yang tidak di sadari terkait keyakinan, nilai, krisis situasional, maturasi, ancaman pada diri sendiri dan kehidupan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi. Beban Keluarga adalah pihak utama yang menanggung beban fisik, emosional dan finansial karena adanya masalah salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit. Penelitian bertujuan mengidentifikasi tingkat kecemasan dan beban keluarga pada klien yang menderita diabetes melitus di rumah sakit umum aceh tamiang. Desain deskriptif dengan Jumlah sampel sebanyak 63 orang.

Pengambilan sampel menggunakan purposive Sampling. Pengumpulan data

menggunakan kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas mengalami kecemasan sedang (60,3%), mengalami kecemasan berat (23,8%), serta kecemasan ringan (15,9%) dan keluarga mayoritas mengalami beban berat (42,9%) dan beban sedang (39,7%), serta mengalami beban ringan (17,6%). Petugas kesehatan diharapkan agar dapat meningkatkan pelayanan keperawatan keluarga. pada penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian tentang faktor faktor yang mempengaruhi kecemasan dan beban yang di alami keluarga.

(12)

Judul : Gambaran Tingkat Kecemasan Dan Beban Keluarga Pada Klien Yang Menderita Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang

Nama Mahasiswa : Ernawati

Nim : 111121051

Jurusan : Sarjana Keperawatan

Tahun : 2013

Abstrak

Kecemasan merupakan gangguan yang disebabkan oleh konflik yang tidak di sadari terkait keyakinan, nilai, krisis situasional, maturasi, ancaman pada diri sendiri dan kehidupan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi. Beban Keluarga adalah pihak utama yang menanggung beban fisik, emosional dan finansial karena adanya masalah salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit. Penelitian bertujuan mengidentifikasi tingkat kecemasan dan beban keluarga pada klien yang menderita diabetes melitus di rumah sakit umum aceh tamiang. Desain deskriptif dengan Jumlah sampel sebanyak 63 orang.

Pengambilan sampel menggunakan purposive Sampling. Pengumpulan data

menggunakan kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas mengalami kecemasan sedang (60,3%), mengalami kecemasan berat (23,8%), serta kecemasan ringan (15,9%) dan keluarga mayoritas mengalami beban berat (42,9%) dan beban sedang (39,7%), serta mengalami beban ringan (17,6%). Petugas kesehatan diharapkan agar dapat meningkatkan pelayanan keperawatan keluarga. pada penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian tentang faktor faktor yang mempengaruhi kecemasan dan beban yang di alami keluarga.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam dunia kesehatan penyakit diabetes melitus termasuk penyakit yang

tidak menular, namun merupakan salah satu penyakit degeneratif yang bersifat

kronis. Diabetes Melitus merupakan ganguan kesehatan dan kumpulan gejala

yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan ataupun

resistensi insulin, serta adanya komplikasi yang bersifat akut dan kronik (Bustan,

2007).

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2010 menunjukan

jumlah penderita diabetes melitus di dunia sekitar 171 juta dan diprediksikan akan

meningkat dua kali, 366 juta jiwa tahun 2030. Di Asia Tenggara terdapat 46 juta

pada tahun 2000 diperkirakan meningkat menjadi hingga 119 juta jiwa. Di

Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2008 diperkirakan menjadi 21,3 juta pada tahun

2030. Indonesia merupakan urutan kelima di dunia sebagai negara dengan jumlah

penderita diabetes melitus terbanyak setelah Bangladesh, Bhutan, Cina, India

(Bustan, 2007). Pada tiga daerah di Indonesia memiliki tingkat prevalensi

diabetes melitus diatas 1,5% akibat dari gaya hidup dan pola makan yaitu

Sumatra utara, Jawa Timur dan Sulawesi Utara ( Riskesdas, 2010).

Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang akan meningkat

jumlahnya dan menjadi penyebab angka kesakitan dan kematian. Diabetes

(14)

dapat menyebabkan komplikasi yang menyerang seluruh tubuh, mulai dari

kulit sampai jantung, kompikasi bersifat aku dan kronik ,dan dapat terjadi

pembedahan (Yumizone, 2008). Peningkatan jumlah penderita diabetes

sebagian besar dipengaruhi oleh gaya hidup masyarakat. Diabetes juga

memberikan pengaruh beban ekonomi yang besar untuk pengobatannya

(Tandra, 2007).

Diabetes Melitus ditandai dengan keadaan hiperglikemia kronik yang

di tandai oleh ketiadaan obsolut insulin atau intensitivitas sel terhadap insulin

disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang

menimbulkan berbagai komplikasi akut untuk terjadinya koma hipoglikemia,

ketoasidosis dan hiperosmolar nonketotik, sedangkan kronik pada mata,

ginjal, saraf dan pembuluh darah, dimana gejala di tandai dengan polyuria,

polydipsi, palypaghia, glikosuria, berat badan menurun, kesemutan, cepat

lelah dan lemah dan rabun (Sukarmin & Riyadi, 2008). Komplikasi pada mata

dapat terjadi kebutaan atau komplikasi pada kaki, dapat terjadi gangren yang

harus di amputasi, sehingga pada pasien diabetes melitus mengalami

kecemasan dan stres akibat komplikasi dari diabetes melitus (Utama, 2007).

Tingkat kecemasan keluarga klien dipengaruhi oleh koping dan

tingkat pengetahuan, informasi dan keyakinan (Setiawati, 2008). Lingkungan

penuh ancaman dan tuntutan ekonomi akan perawatan anggota keluarga yang

menderita diabetes melitus dengan komplikasi kronik, dalam waktu yang

tidak singkat dalam perawatannya, maka situasi tersebut menimbulkan beban

(15)

Kecemasan merupakan suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana

seorang yang mengalami cemas, merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan

diri dan merasa lemah sehingga tidak mampu untuk bersikap dan bertindak secara

rasional (Wiramihardja, 2007). Secara psikologis banyak hal yang dapat terjadi

pada penderita diabetes melitus, seperti reaksi fisiologis, termasuk kecemasan

yang terjadi pada keluarga, keluarga sering dihadapkan dengan keadaan yang

memicu kecemasan karena penderita diabetes melitus terhadap komplikasi dan

perawatan dengan waktu yang lama. Kecemasan keluarga dapat dilihat dari sikap,

perilaku dan cara berkomunikasi sejak terdiagnosa diabetes melitus.

Keluarga merasa terbebani pada pasien yang menderita diabetes melitus,

karena diabetes melitus merupakan penyebab kesakitan dan mematikan , sehingga

keluarga merasa stres dan cemas akan masa depan keluarganya, dengan terjadi

nya komplikasi akut dan kronik, juga mempengaruhi beban ekonomi dalam

pengobatan dan perawatannya dalam waktu tidak singkat (Fontane, 2009)

Masalah kesehatan yang tejadi dalam keluarga, salah satunya diabetes

melitus yang dapat mengganggu stabilitas keluarga, apa bila terdapat salah satu

anggota keluarga yang mengalami diabetes melitus yang sudah terjadi komplikasi

seperti jantung, ginjal, hipertensi, hipoglikemia atau hiperglikemia, bahkan terjadi

ganggren, maka hal tersebut dapat menjadi beban bagi anggota keluarga yang

mengalami diabetes melitus (Setiadi, 2008).

Status sehat atau sakit para anggota keluarga dan keluarga saling

mempengaruhi satu sama lain. Suatu penyakit dalam keluarga mempengaruhi

(16)

pengaruh status sehat atau sakit saling mempengaruhi atau sangat tergantung satu

sama lain (Achjar, 2010).

Menurut Hasana (2009), dalam penelitian Expressed Emotion Keluarga

Pada Pasien Diabetes Melitus menyatakan, bahwa diabetes melitus merupakan

penyakit kronis yang menyebabkan kecacatan dan perawatan dalam waktu yang

lama, yang mempengaruhi fungsi keluarga, ketika salah satu anggota keluarga

mengalami sakit, maka akan mempengaruhi kondisi keluarga dalam pengobatan

dan perawatanya dalam faktor psikososial, biologis dan ekonomi. Dan

mempengaruhi penderita itu sendiri.

Menurut Surjeet (2002), dalam penelitian Beban dari pengasuh pada

pasien diabetes melitus menyatakan, bahwa Keluarga tidak hanya menyediakan

praktis bantuan dan perawatan pribadi, tetapi juga memberikan dukungan

emosional untuk keluarga mereka dengan mental gangguan dan penyakit kronis.

Beban pengasuh adalah multi Fenomena dimensi mencerminkan fisik,

psiko-emosional, sosial dan keuangan, beban pengasuh dalam penyakit mental dapat

obyektif dan subyektif beban keluarga berhubungan dengan keparahan yang

lebih besar penyakit mental dalam keluarga dengan ketersediaan yang kurang

dukungan sosial dan sumber daya mengatasi sedikit dari anggota keluarga.

Menurut Gilliss, dkk (1989), dikutip dari Ali (2010), status sehat sakit para

anggota keluarga mempengaruhi fungsi dan peran kelurga, keluarga cenderung

menjadi masalah reaktor terhadap masalah kesehatan dan menjadi faktor dalam

menentukan masalah kesehatan anggota keluarganya. Sehat merupakan tujuan

(17)

Anggota keluarganya berperan penting untuk saling berusaha dan

bersedia berkorban untuk menjaga keutuhan keluarga dengan memberikan

keperawatan anggota keluarganya yang menderita diabetes melitus, jadi peranan

keluarga menggambarkan seperangkat prilaku interpersonal dengan situasi yang

di alami kelurga yang menderita diabetes melitus (Setiadi, 2008).

Berdasarkan survei awal yang telah peneliti laksanakan di RSUD Aceh

Tamiang dan mendapatkan data pasien diabetes melitus meningkat setiap

tahunnya. Rata- rata jumlah pasien diabetes melitus setiap bulannya berjumlah

170 orang dan beberapa orang telah mengalami komplikasi. Perawat dan tenaga

medis lebih terfokus pada pasien dalam melakukan tindakan sehingga

mengabaikan kecemasan pada keluarga pasien yang menderita diabetes melitus.

Sehingga memerlukan intervensi keperawatan yang komprehensif termasuk untuk

mengatasi kecemasan keluarga pasien yang menderita diabetes melitus.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merasa tertarik untuk

meneliti bagaimana gambaran tingkat kecemasan dan beban keluarga pada

klien yang menderita diabetes melitus di Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang.

2. Tujuan Penelitian

2.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi tingkat kecemasan dan beban keluarga pada klien

yang menderita diabetes melitus di Rumah Sakit Umum Aceh

(18)

2.2 Tujuan Khusus

2.2.1 Mengidentifikasi gambaran tingkat kecemasan keluarga pada

klien yang menderita diabetes melitus

2.2.2 Mengidentifikasi beban keluarga pada klien yang menderita

diabetes melitus.

3 Pertanyaan Penelitian

3.1 Bagaimana tingkat kecemasan pada klien yang menderita diabetes

melitus di Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang 2012.

3.2 Bagaimana beban keluarga pada klien yang menderita diabetes melitus di

Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang 2012.

4. Manfaat Penelitian

4.1 Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan, sumber

pengetahuan dan acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan yang lebih komprehensip pada keluarga kilen diabetes

melitus dan agar lebih memperhatikan segi psikologisnya, sehingga

kecemasan keluarga dapat diminimalkan.

4.2 Institusi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa perawat dan

dijadikan sebagai masukan bagi mahasiswa nantinya dalam

(19)

melitus, serta dalam melakukan asuhan keperawatan dapat lebih optimal,

komprehensif dan lebih peka terhadap psikologis keluarga.

4.3 Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan

pengetahuan yang berharga bagi penelitian berikutnya. Terutama bagi

penelitian yang menyangkut tingkat kecemasan dan beban keluarga tentang

komplikasi diabetes.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan Pustaka

Studi kepustakaan akan memberikan penjelasan tentang kepustakaan

yang terkait dengan teori dan konsep, yang berguna untuk memberikan

penjelasan lebih lanjut terhadap penelitian ini. Adapun teori dan konsep yang

akan diuraikan dalam bab ini meliputi tingkat kecemasan, beban keluarga,

dan pasien diabetes melitus.

2. Definisi Kecemasan

Kecemasan adalah gangguan yang disebabkan oleh konflik yang tidak di

sadari mengenai keyakinan, nilai, krisis situasional, maturasi, ancaman pada diri

sendiri dan kehidupan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi (Lumongga, 2010).

Kecemasan adalah perasaan was-was, kuatir atau tidak nyaman, dan tidak

menyenangkan, yang di ikuti oleh reaksi fisiologis seperti perubahan detak

jantung dan pernapasan (Marlindawani dkk, 2008).

Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian individu yang

subjektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus

penyebabnya (Dalami, 2009).

Kecemasan merupakan suatu gangguan ketakutan yang tidak realistik,

irasional, dan tidak dapat secara intensif ditampilkan secara dalam cara-cara yang

(21)

Kecemasan yang di alami bisa mengarah pada objek tertentu. Yang

dimaksud dengan objek bisa berupa situasi. Ini biasanya mengarah pada phobia.

Kecemasan juga bisa dialami meskipun objeknya tidak jelas atau tidak bisa

dikenali. Jika individu tiba-tiba merasa cemas tidak begitu memahami apa yang

dicemaskannya. Gejala kecemasan juga bisa beralih dari satu objek lainnya, ini

yang menjadi penanda bahwa sebenarnya kecemasan terjadi karena adanya

konflik dalam diri individu yang bersangkutan, bukan karena situasi riilnya

(Siswanto, 2007).

3. Tanda-Tanda Umum kecemasan

Keluhan atau tanda dan gejala kecemasan yang ditunjukan atau

dikemukakan oleh seseorang sangat bervariasi, tergantung dari beratnya

kecemasan yang dirasakan oleh individu tersebut, keluhan-keluhan yang sering

dikemukakan oleh orang yang mengalami gangguan kecemasan antara lain yakni;

cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung,

merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut, takut sendirian, takut pada

keramaian dan banyak orang, gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang

menegangkan, gangguan kosentrasi dan daya ingat, keluhan-keluhan somatik

misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging (tinitus),

berdebar-berdebar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan,

(22)

4. Hal-hal Yang Menimbulkan Kecemasan

Kecemasan tidak dapat dihindari dari kehidupan individu dalam memelihara

keseimbangan. Pengalaman cemas seseorang tidak sama beberapa situasi dan

hubungan interpersonal. Ancaman integritas biologi meliputi gangguan terhadap

kebutuhan dasar makan, minum dan kehangatan. Ancaman terhadap keselamatan

diri, tidak menemukan integritas diri, tidak menemukan status dari prestise, tidak

memperoleh pengakuan dari orang lain, ketidak sesuaian pandangan diri dengan

lingkungan nyata (Suliswati dkk, 2009).

Gangguan atau rasa takut terhadap lingkungan penuh ancaman terhadap

adanya tindakan-tindakan darurat dan komplikasi penyakit diabetes melitus yang

menambah besar kecemasan (Wiramihardja, 2007).

Gangguan cemas (dalam kaplan,sadock, & Grebb 1994) adalah

kekhawatiran yang berlebihan dan bersifat pervasif, disertai dengan berbagai

simtom somatik, yang menyebabkan gangguan signifikan dalam kehidupan sosial

atau pekerjaan pada penderita atau stres yang nyata. Gangguan cemas lebih

banyak terjadi pada perempuan, sekitar dua kali lebih banyak daripada laki-laki,

gangguan ini biasanya timbul pada masa dewasa muda yang merupakan usia

cukup matang dalam pengalaman hidup dan kematangan jiwa, meskipun dapat

pula muncul pada usia yang lebih tua atau bahkan lebih muda. ( Widuri 2008).

5. Tingkat Kecemasan

Suliswati dkk (2009) mengatakan cemas sangat berkaitan dengan perasaan

yang tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan cemas ini tidak memiliki objek

(23)

hubungan interpersonal. Tingkat kecemasan mempunyai karakteristik atau

manifestasi yang berbeda satu sama lain, manifestasi yang terjadi tergantung pada

kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadapi ketegangan, harga diri dan

mekanisme yang digunakannya (Asmadi, 2008). Koping Peplou 1963 yang

dikutip oleh suliswati (2009) menggolongkan kecemasan dalam empat tingkat,

yaitu :

5.1 Cemas ringan

Kecemasan ringan, pada kecemasan ringan ini ketegangan yang

dialami sehari-hari dan menyebabkan pasien menjadi waspada dan

lapangan persepsi meningkat. Pada tingkat kecemasan ringan ini dapat

motivasi dan menghasilkan kreativitas. Manifestasi fisiologisnya berupa

yaitu sesekali nafas pendek, berdebar-debar, nadi dan tekanan darah naik,

gejala ringan pada lambung dan muka berkerut serta tangan gemetar.

Manifestasi kognitifnya berupa, mampu menerima rangsangan yang

kompleks, konsentrasi pada masalah dan menyelesaikan masalah secara

efektif. Sedangkan manifestasi perilaku dan emosi yang muncul adalah

tidak dapat duduk tenang, gerakan halus pada tangan, suara kadang

meninggi dan menggunakan mekanisme koping yang minimal.

Menurut Lumongga (2010) gejala kecemasan ringan secara fisik yang

timbul berupa sesak napas, nadi dan tekanan darah naik, gangguan ringan

pada lambung, mulut berkerut, bibir gemetas dan sedangkan gejala secara

(24)

komplek, mampu berkosentrasi, mampu menyelesaikan masalah, gelisah,

tremor dan suara terkadang tinggi.

Cemas ringan atau cemas yang normal yang menjadi bagian dari

kehidupan sehari-hari dan menyebabkan waspada pada dan meningkatkan

persepsi nya terhadap penyakit diabetes melitus dangan komplikasi dan

lama perawatanya.

5.2 Cemas Sedang

Kecemasan sedang, pada kecemasan sedang memungkinkan individu

lebih memusatkan pada hal yang penting pada saat itu dan

mengesampingkan yang lain sehingga individu mengalami perhatian yang

selektif yang lebih terarah. Manifestasi fisiologisnya berupa : nafas

pendek, berdebar-debar, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering,

anoreksia, diare atau konstipasi, gelisah dan muka berkerut serta tangan

gemetar. Manifestasi kognitif yang muncul adalah lapangan persepsi

menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima dan berfokus pada apa

yang menjadi perhatiannya. Sedangkan manifestasi perilaku dan emosi

yang muncul adalah gerakan tersentak, bicara mudah lelah, susah tidur,

perasaan tidak aman, mudah tersinggung, banyak pertimbangan dan

mudah lupa.

Gejala fisik yang timbul pada kecemasan sedang berupa sering nafas

pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia, diare,

konstipasi, dan gejala psikologis yang timbul seperti persepsi

(25)

yang menjadi perhatiannya, gerakan tersentak, meremasi tangan, bicara

banyak dan cepat, insomnia, perasaan tak aman dan gelisah (Menurut

Pieter , 2010).

Menurut Lukluk, (2008). Penyakit diabetes melitus membutuhkan

perhatian terhadap pola makan aktivitas dan pengobatannya sehingga

penyakit diabetes melitus harus di utamakan atau diperhatikan.

5.3 Cemas Berat

Kecemasan berat, pada kecemasan berat lapangan persepsi menjadi

sangat sempit. Individu tidak mampu berfikir berat lagi, sehingga

membutuhkan banyak pengarahan, cenderung memikirkan hal kecil saja

dan mengabaikan yang lain. Manifestasi fisiologis yang muncul antara lain

nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala,

penglihatan kabur, tegang, rasa tertekan, nyeri dada, tidak mampu

menyelesaikan masalah, perlu pengarahan yang berulang, tidak mampu

membuat keputusan dan butuh bantuan. Manifestasi perilaku dan emosi

yang muncul adalah: konsep diri terancam, disorientasi, bingung dan

kemungkinan halusinasi.

Menurut Lumongga (2010) gejala cemas berat yang timbul berupa

nafas pendek, tekanan darah dan nadi naik, berkeringat, sakit kepala,

penglihatan kabur, dan ketegangan, sedangan gejala psikologis yang

timbul lapangan persepsi sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan

(26)

dipersepsikan sebagai ancaman dalam kehidupan karena kebutuhan untuk

bertahan yang tidak terpenuhi.

Pada penyakit diabetes melitus yang sudah komplikasi yang

membutuhkan tindakan pembedahan, sehingga terjadinya keluhan fisik

dan individu terus menerus merasa takut dan mengalami kesulitan untuk

berkosentrasi dalam mengambil keputusan (Lukluk, 2008).

5.4 Panik

Panik pada tahap ini lapangan persepsi sudah terganggu, sehingga

individu tidak mampu mengendalikan diri dan tidak dapat melakukan

apa-apa walaupun sudah diberi tuntunan. Manifestasi fisiologis yang muncul

berupa : nafas pendek, rasa tercekik, palpitasi dan sakit dada, pucat,

hipertensi dan kordinasi motorik rendah. Manifestasi kognitif berupa

lapangan pandang persepsi menyempit dan tidak berfikir logis. Sedangkan

manifestasi perilaku dan emosi yang muncul adalah mengamuk, marah,

ketakutan, berteriak, dan kehilangan kendali.

Menurut Lumongga (2010). Gejala fisik yang timbul seperti nafas

pendek, tekanan darah dan nadi naik, aktivitas motorik meningkat,

ketegangan, dan sedangkan gejala psikologis yang timbul lapangan

persepsi sangat menyempit, hilangnya rasional, tidak dapat melakukan

aktivitas, perasaan tidak enak dan terancam semangkin meningkat,

(27)

6. Respon Kecemasan

Kecemasan menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram

dan disertai berbagai keluhan fisik yang dapat terjadi dalam kondisi situasi

kehidupan dan berbagai gangguan kesehatan (Dalami, 2009)

Kecemasan atau ketakutan adalah bahagian dari kehidupan manusia,

kecemasan ini terjadi karena individu tidak mampu mengadakan penyesuaian diri

terhadap diri sendiri didalam lingkungan pada umumnya (Sundari, 2005).

Beberapa respon individu yaitu dalam tingkatan rentang respon kecemasan

respon adaptif, dan respon maladaptif yaitu respon adaptif respon yang wajar

sedangkan respon maladaptif respon yang tidak wajar. Respon tingkat kecemasan

terbagi atas antisipasi, ringan, sedang, Berat dan Panik ( Suliswati, dkk, 2009).

7. Teori Kecemasan 7.1 Teori psikoanalitik

Kecemasan dapat timbul secara otomatis akibat dari stimulus internal

dan eksternal yang berlebihan sehingga melampaui kemampuan individu

untuk menanganinya. Ada dua tipe kecemasan yaitu kecemasan primer dan

skunder (Suliswati dkk, 2009).

a. Kecemasan primer

Kejadian traumatik yang diawali saat bayi akibat adanya stimulasi

tiba-tiba dan trauma pada saat persalinan, kemudian berlanjut dengan

kemungkinan tidak tercapai nya rasa puas dan kelaparan atau kehausan.

penyebab kecemasan primer adalah keadaan ketegangan atau dorongan

(28)

b. Kecemasan skunder

Sejalan dengan peningkatan ego dan usia, freud melihat ada jenis

kecemasan lain akibat konflik emosi di antara dua element kepribadian

yaitu id dan super ego.

7.2 Teori interpesonal

Sullivan mengemukakan bahwa kecemasan timbul akibat ketidak

mampuan untuk berhubungan interpersonal dan sebagai akibat penolakan,

kecemasan bisa dirasakan bila individu mepunyai kepekaan lingkungan.

7.3 Teori perilaku

Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan merupakan hasil

frustrasi akibat berbagai hal yang mempengaruhi individu dalam mencapai

tujuan yang di inginkan.

7.4 Teori keluarga

Studi pada keluarga dan epidemiologi memperlihatkan bahwa

kecemasan selalu ada pada tiap-tiap keluarga dalam berbagai bentuk dan

sifatnya heterogen (Suliswati dkk, 2009).

8. Reaksi Kecemasan

Kecemasan dapat menimbulkan reaksi konstruktif maupun destruktif bagi

individu. Kecemasan konstruktif terjadi ketika individu termotivasi untuk belajar

mengadakan perubahan terutama perubahan terhadap perasaan tidak nyaman dan

berfokus pada kelangsungan hidup. Kecemasan destruktif terjadi ketika individu

(29)

9. Kecemasan pada pasien Diabetes Melitus

Penyakit fisik dapat menimbulkan masalah psikososial yang terjadi pada

pasien sendiri maupun keluarga. Kecemasan banyak terjadi pada orang-orang dan

anggota keluarga yang menderita penyakit kronis atau genetik pada penyakit

diabetes melitus dengan komplikasi yang dapat menyebabkan gangreng hingga

amputasi. Menyebabkan kecacatan fisik dan membutuhkan perawatan yang cukup

lama. penyakit diabetes melitus membutuhkan perhatian terhadap pola makan,

aktivitas dan pengobatannya. Ketidaktahuan tentang diabetes melitus akan

semakin meningkatkan emosionalitas penderita yang berkaitan dengan hubungan

dengan orang lain. Hal ini akan meningkatkan kecemasan dan mengubah

segalanya dalam kehidupannya (Dalami, 2009).

Unsur psikologis terkait dengan persepsi penderita tentang ancaman dan

stres yang disebabkan oleh penyakit diabetes melitus, persepsi ini akan berbeda

pada setiap individu, yang disebabkan oleh diabetes melitus yakni ancaman dari

penyakit diabetes melitus itu sendiri kemudian akan timbul komplikasi akut dan

kronis (Sukarmin, 2008)

Menurut Tarwoto (2003) ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan

stress dan cemas pada dirin seseorang yakni: lingkungan yang asing, kehilangan

kemandirian sehingga mengalami ketergantungan dan memerlukan bantuan orang

lain, berpisah dengan pasangan dan keluarga, masalah biaya, kurang informasi,

(30)

10. Definisi Beban keluarga

Menurut Depkes RI (1988) dalam Ali (2009) keluarga adalah unit terkecil

dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang berkumpul

serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung.

Menurut Hanson (1996) dikutip dari Achjar (2010), Keluarga adalah

kumpulan dua atau lebih individu yang saling tergantung satu sama lainnya untuk

emosi, fisik, dukungan emosional. Keluarga menghadapi situasi penuh stres dan

ketergantungan karena memiliki anggota keluarga yang mengalami penyakit

kronis. Situasi penuh stres ini memperberat dengan tuntutan ekonomi akan

perawatan anggota yang mengalami penyakit kronis tersebut dalam jangka waktu

yang tidak singkat dalam perawayan, kesabaran tinggi dalam menghadapi emosi,

kekhawatiran akan perilaku maladatif dan masa depannya. Situasi- situasi tersebut

menimbulkan beban keluarga yang tidak ringan, jika tidak mendapatkan intervensi

secara optimal dapat mengantarkan keluarga ke dalam krisis psikologis.

Beban Keluarga adalah tingkat pengalaman distres keluarga sebagai efek dari

kondisi anggota keluarga, yang dapat menyebabkan meningkatnya stres emosional

dan ekonomi dari keluarga, sebagaimana respon keluarga terhadap komplikasi dan

akan perawatan anggota keluarga yang menderita diabetes melitus dengan

komplikasi kronik, dalam waktu yang tidak singkat dalam perawatannya (Fontane,

2009).

11. Jenis-Jenis Beban Keluarga

(31)

a. Beban Obyektif

Beban obyektif merupakan beban dan hambatan yang dijumpai dalam

kehidupan suatu keluarga yang berhubungan dangan pelaksanaan merawat

salah satu anggota keluarga yang menderita. Yang termasuk dalam beban

obyektif adalah beban biaya finansial untuk merawat dan pengobatan,

tempat tinggal, makan, dan trasportasi.

b. Beban Subyektif

Beban subyektif merupakan beban yang berupa distres emosional

yang dialami anggota keluarga yang berkaitan dengan tugas merawat

anggota keluarga yang menderita. Yang termasuk kedalam beban obyektif

adalah ansietas akan masa depan, sedih, frustasi, merasa bersalah, kesal, dan

bosan.

c. Beban Iatrogenik

Beban iatrogenik merupakan beban yang disebabkan karena tidak

berfungsinya sistem pelayanan kesehatan jiwa yang dapat mengakibatkan

intervensi dan rehabilitas tidak berjalan sesuai fungsinya, termasuk dalam

beban ini, bagaimana sistem rujukan dan program pendidikan kesehatan.

Menurut WHO (2008) mengkategorikan beban keluarga kedalam dua

jenis yaitu:

a. Beban Obyektif

Beban obyektif merupakan beban yang berhubungan dengan

(32)

dan aktivitas kerja, kesulitan finansial dan dampak negatif terhadap

kesehatan fisik anggota keluarga.

b. Beban Subyektif

Beban subyektif merupakan beban yang berhubungan dengan

reaksi psikologis anggota keluarga meliputi perasaan kehilangan,

kesedihan, kecemasan dan maludalam situasi sional, koping, stress

terhadap gangguan perilaku dan frustasi yang disebabkan karena

perubahan hubungan

12.Beban Keluarga yang Mempunyai Klien Diabetes Melitus

Disabilitas satu anggota kelurga secara signifikan mempengaruhi keluarga

dan fungsinya, sebagaimana perilaku keluarga dan anggota keluarga secara

stimulan mempengaruhi perjalanan dan karakteristik disabilitas. Berdasarkan

asumsi timbal balik, jelas bahwa disabilitas sangat mempengaruhi perkembangan

keluarga dan juga anggota keluarga, terutama anggota keluarga yang tidak

mampu. Seringkali ketika suatu keluarga terlambat dalam memenuhi tugas

perkembangan keluarganya, terdapat interaksi antara tuntutan atau stresor

perkembangan dan tuntutan atau stresor situasional dalam keluarga secara

berlebih. Bertambahnya stres keluarga yang diciptakan oleh rendahnya fungsi

keluarga, sementara tugas perkembangan keluarga menjadi terganggu atau

terhambat.

Keluarga menghadapi situasi krisis dan ketegangan karena memiliki

anggota keluarga yang mengalami diabetes melitus, situasi krisis diperberat

(33)

diabetes meletus tersebut dalam jangka waktu yang tidak singkat dalam

perawatan, pengobatan, mengatur pola makan, mengatur pola aktivitas, kesabaran

tinggi dalam menghadapi emosi, kekhawatiran akan keadaan masa depannya,

situasi tersebut menimbulkan beban keluarga yang tidak ringan, jika tidak dapat

mendapatkan intervensi secara optimal dapat mengantarkan keluarga ke dalam

krisis psikologis (Achjar, 2010)

13. Fungsi Dan Tugas Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman 1988 dikutip dari (Ali, 2009). Bahwa

fungsi keluarga didefinisikan sebagai hasil dari konsekwensi dari struktur kelurag

fungsi fungsi dasar untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota individu

keluarga dan masyarakat luas. Fungsi keluarga sangat penting dalam

mmenjalankan kehidupan berkeluarga, jika salah satu fungsi keluarga yang tidak

akan berjalan maka akan mempengaruhi fungsi-fungsi yang lain. Lima fungsi

keluarga yaitu:

a. Fungsi afektif

Keluarga mengembangkan gambaran diri yang positif, peran

dijalankan dengan baik, dan penuh kasih sayang terhadap angota keluarga.

b. Fungsi sosialalisasi

Proses perkembangan dan perubahan individu menghasilkan interaksi

sosial, dan menjalankan perannya di dalam lingkungan sosial, Keluarga

(34)

keluarga untuk belajar di siplin, norma budaya, perilaku interaksi terhadap

keluarga sehingga mampu berperan dalam masyarakat.

c. Fungsi reproduksi

Untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber

daya manusia.

d. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi adalah melakukan kegiatan ekonomi baik diluar

maupun di dalam kehidupan keluarga memenuhi kebutuhan seluruh anggota

keluarganya seperti sandang, pangan, dan papan. Mengelola ekonomi

keluarga sehingga terjadi keserasian, keselamatan, keseimbangan, antara

pemasukan dan pengeluaran keluarga. Sehingga anggota rumah tangganya

berjalan serasi, selaras, dan seimbang. Ekonomi keluarga untuk

mewujudkan keluarga bahagia dan sejahtera.

e. Fungsi perawatan keluarga

Kemamupan keluraga melakukan asuhan keperawatan atau pemeliharaan

kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga dan individu

Tugas keluarga merupakan ketidakmampuan keluarga dalam

menghadapi masalah (Achjar, 2010).

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

Termasuk bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan

penyakit, pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan persepsi

keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga.

(35)

Keluarga merasa takut terhadap akibat atau sikap negatif dari keluarga

terhadap pengambilan keputusan yang dilakukan keluarga terhadap

anggota keluarga yang sakit.

c. Ketidakmapuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,seperti

keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat dan perkembangan perawatan

yang diperlukan, sumber sumber yang ada dalam keluarga serta sikap

kelurga terhadap yang sakit.

d. Ketidakmampuan menciptakan suasana rumah yang sehat, seperti

pentingnya hygiene sanitasi bagi kelurga, upaya pencegahan penyakit, dan

kekompakan keluarga dalam dan luar rumah yang berdampak terhadap

kesehatan keluarga.

e. Ketidakmampuan keluarga memamfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan,

seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas

pelayanan kesehatan, adanya fasilitas yang tersedia.

14. Peran Keluarga

Peran adalah seperangkat perilaku interpersonal, sifat dan kegiatan yang

berhubungan dengan individu dalam posisi dan satuan tertentu. Setiap anggota

keluarga mempunyai peran masing-masing, Ayah sebagai pemimpin keluarga,

pencari nafkah, pendidik, pelindung atau pengayom, pemberi rasa aman, dan

sebagai anggota masyarakat kelompok sosial. Sedangkan Ibu sebagai pengurus

rumah tangga, pengasuh, pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan sebagai

anggota masyarakat, Sedangkan Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai

(36)

15. Peran perawat keluarga

Menurut setyowati (2008). Peran pearawtan dalam membantu keluarga

dalam menyelesaikan masalah atau melakukan perawatan kesehatan keluarga

sebagai berikut:

a. Pendidk

Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga dengan

tujuan keluarga dapat melakukan program asuhan keluarga secara mendiri,

dan keluarga bertanggung jawab terhadap masalah kesehatannya.

b. Koordinator

Koordinasi diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang

komprehensif dapat tercapai dan untuk mengatur program kegiatan terapi.

c. Pelaksana

Perawat bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung

kepada pasien baik dirumah ataupun dirumah sakit. Perawat

mendemonstrasikan kepada kleuarga asuhan keperawatan.

d. Pengawas kesehatan

Perawat melakukan home visite atau kunjungan rumah yang teratur untuk

melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.

e. Konsultan

Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah

kesehatan. Dan harus ada bina hubungan saling percaya (BHSP) antara

(37)

f. Kolaborasi

Kolaborasi tidak hanya dilakukan dirumah sakit tetapi juga dikeluarga

komunitas.

g. Fasilitator

Membantu keluarga dalam menghadapi masalah dan meningkatkan derajat

kesehatan yang optimal dengan sistem rujukan dan dana sehat.

16. Definisi diabetes melitus

Diabetes melitus adalah gangguan hiperglikemia yang disebabkan oleh

ketidakadekutan insulin yang dapat menyebabkan ketoasidosis diabetik. Diabetes

melitus dapat diklasifikasikan menjadi diabetes melitus tipe 1 (insulin–dependen

diabetes mellitus atau IDDM), tipe II (non insulin-dependent diabetes mellitus

atau NIDDM) (Tucker, 2008).

Diabetes melitus merupakan keadaan hiperglikemia kronik yang di tandai

oleh ketiadaan absolut insulin atau intensitivitas sel terhadap insulin di sertai

berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan

berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (Riyadi

dan sukarmin, 2008).

Diabetes melitus merupakan gangguan kesehatan yang yang berupa

kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar glukosa darah akibat

kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007).

Diabetes tipe 1 (IDDM) disebakan oleh gangguan sel beta pangkreas,

(38)

(IAA), dan Glutamic Acid Decarboxylase Antibodies (GADA). Dan terjadi

destruksi sel Beta, yang ditandai dengan defisiensi insulin absolut (Bustan, 2007).

Diabetes melitus Tipe 1 (IDDM) tejadi nya defisiensi produksi insulin

yang memerlukan pemberian insulin eksogen guna mencegah asidosis, terjadi

akibat perusakan autoimun sel Beta (Tucker, 2008). Menurut (Brunner &

Suddarth, 2002) Diabetes Melitus Tipe I disebabkan oleh faktor genetik, di mana

penderita diabetes mewarisi predisposisi/kecenderungan terhadap terjadinya

diabetes melitus Tipe I, biasanya ditemukan pada individu yang memiliki antigen

H. Selain itu disebabkan oleh faktor imunologi, adanya respon autoimun yang

abnormal, serta adanya kerusakan sel beta pankreas.

Diabetes Tipe II (NIDDM) merupakan diabetes yang paling sering

ditemukan di Indonesia. Penderita tipe ini biasanya ditemukan pada usia di atas 40

tahun disertai berat badan yang berlebih. Selain itu diabetes tipe II ini dipengaruhi

oleh faktor genetik, keluarga, obesitas, diet tinggi lemak, serta kurang gerak badan

(Utama, 2007). Menurut (tucker, 2008) diabetes melitus Tipe 11 (NIDDM) di

sebabkan oleh kerusakan sekresi insulin, resistensi insulin, dan peningkatan

produksi glukosa oleh hati.

Diabetes Gestational adalah jenis diabetes yang muncul pada saat ibu

hamil. Hal ini terjadi karena pengaruh beberapa hormon pada ibu hamil

menyebabkan resisten terhadap insulin. Diabetes ini dapat ditemukan sekitar 2-5%

(39)

tetapi resiko ibu terkena DM tipe II akan lebih besar dan janin kurang baik bila

tidak ditangani dengan benar (Utama, 2007).

Diabetes Melitus Sekundaer adalah diabetes yang terjadi akibat gangguan

yang spesifik seperti kerusakan pangkreas, gangguan endoktin dan faktor genetik

yang menyebabkan produksi insulin terganggu atau meningkatkan kadar gula

darah meningkat.dibangkitkan oleh zat-zat kimia seperti obat kortikosteroid

(Utama, 2007).

17. Faktor-faktor Penyebab Diabetes melitus

Ada banyak faktor yang memicu terjadinya diabetes. Semakin cepat

kondisi diabetes diketahui dan ditangani akan mencegah komplikasi yang terjadi

(Utama, 2009). Faktor-faktor yang dapat dianggap sebagai penyebab diabetes

antara lain kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai

kegagalan sel beta melepas insulin. Faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel

beta, antara lain adanya infeksi, pola diet, umur, obesitas, kegemukan, kehamilan,

gangguan sistem imunitas, kelainan insulin.

Diabetes melitus merupakan penyakit keturunan, bila orang tua menderita

diabetes melitus, anak-anaknya akan menderita diabetes melitus juga dan adanya

faktor risiko atau faktor pencetus, seperti infeksi virus pada diabetes melitus tipe

1, kegemukan, pola makan yang salah, minum obat-obatan yang dapat menaikan

kadar glukosa darah, proses menua dan stres. penyebab resistensi insulin pada

diabetes melitus tipe 2 adalah obesiatas, diet tinggi lemak dan rendah

(40)

diabetes melitus tipe 2 jumlah sel beta berkurang sampai 50-60% dari normal dan

jumlah sel alpa meningkat (Utama, 2007).

18. Gejala Diabetes Melitus

Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau

kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah,

dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan

air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose),

sehingga urine sering dikerubuti semut (Utama, 2010).

Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah

ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :

a. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)

b. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)

c. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)

d. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)

e. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya

f. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki

g. Cepat lelah dan lemah setiap waktu

h. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba

i. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya

(41)

19. Komplikasi Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan penyakit yang memiliki komplikasi, jika gula

darah tidak terkontrol dengan baik beberapa tahun kemudian akan timbul

komplikasi. Komplikasi akibat diabetes yang timbul dapat berupa komplikasi akut

dan kronis.

a. Komplikasi akut

Komplikasi akut merupakan komplikasi yang muncul secara

mendadak. Keadaan bisa fatal jika tidak segera ditangani dan kompliksai

akut masih menjadi masalah utama karena angka kematiannya masih

tinggi. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah:

1) Hipoglikemia (glukosa darah turun terlalu rendah)

Hipoglikemia adalah suatu keadaan di mana konsentrasi atau kadar

gula di dalam darah terlalu rendah (<60mg/dl), terjadi karena

pemakaian obat-obat diabetic yang melebihi dosis yang di anjurkan

sehingga terjadi penurunan glukosa dalam darah. Glukosa sebagian

besar difasilitasi untuk masuk kedalam sel (Sukarmin & Riyadi, 2008) .

Olah raga membakar glukosa dalam tubuh, tetapi perlu

diperhatikan kesesuaian antara olah raga dengan dosis obat dan pola

diet penderita. Latihan fisik dan olahraga berlebihan dapat

menyebabkan hipoglikemia pada malam hari atau keesokan harinya

disebut dengan delayed onset low blood sugar. Pengaruh alkohol

bekerja dengan menghambat kemampuan hati untuk melepaskan

(42)

glukosa darah serta meningkatkan efek insulin, dan dapat menyebabkan

hipoglikemia berat (Tandra, 2007).

Penyebab dari hipoglikemia adalah makan kurang dari aturan yang

ditentukan, berat badan turun, sesudah olahraga,sesudah melahirkan,

sembuh dari sakit, makan obat yang yang mempunyai sifat sama. Tanda

dari gejala hipoglikemia dapat bervariasi tergantung penurunan kadar

glukosa darah. Keluhan pada dasarnya dapat berupa keluhan pada otak,

ini dikarenakan otak tidak mendapat kalori yang cukup sehingga

mempengaruhi fungsi intelektual, antara lain sakit kepala, kurang

konsentrasi, mata kabur, lelah, kejang hingga koma. Keluhan lain

seperti lapar, nadi cepat, kejang atau koma. Keluhan akibat efek

samping hormon lain yang berusaha menaikkan kadar glukosa darah,

misalnya pucat, berkeringat, nadi cepat, berdebar, cemas serta rasa lapar

(Utama, 2007).

Pengobatan yang paling baik adalah pencegahan. Penyandang

diabetes melitus dan dokter bekerja sama, dokter memberikan

penerangan tentan obat pengaruh terhadap glukosa darah dan hubungan

dangan makanan, makan tepat waktu dan jumlah kalori adalah pokok

utama pencegahan. Pemberian gula murni ±30g (2sendik makan),

permen, dan makanan yang mengandung hidrat arang, stop obat

hipoglikemia sementara dan periksa gula darah sewaktu. Jika penangan

cepat, berikan larutan glokosa 40% sebanyak 2 flakon melalui vena

(43)

dextrose 10% per infus 6 jam per kolf, untuk mempertahankan glukosa

darah dalam nilai normal, dan bila belum teratasi dapat diberikan

antagonis insulin seperti adrenalin, kortison dosis tinggi atau glukagon

1 mg intravena (Utama, 2007).

2) Hiperosmolar Non-ketotik

Hiperosmolar Non-ketotik terjadi karena penurunan komposisi

cairan intra sel dan ekstra sel karena banyak diekresi lewat urin

(Sukarmin & Riyadi, 2008). Secara anamnesis ditemukan adanya

masukan kalori yang berlebihan, penghentianobat oral maupun oral

insulin yang didahului stres akut. Glukosa dapat menarik air keluar sel

dan selanjutnya keluar bersama urin, dan tubuh mengalami dehidrasi.

Penderita diabetes dalam keadaan ini menunjukkan gejala nafas cepat

dan dalam, banyak kencing, sangat haus, lemah, kaki dan tulang kram,

bingung, nadi cepat, kejang dan koma (Utama, 2007).

3) Ketoasidosis (terlalu banyak asam dalam darah)

Minimnya glukosa di dalam sel akan mengakibatkan sel mencari

alternatif untuk dapat memperoleh energi sel, jika tidak ada glukosa

maka benda-benda keton akan dipakai sel yang mengakibatkan

penumpukan residu pembongkaran benda-benda keton yang berlebihan

(44)

b. Komplikasi Kronik,

komplikasi ini terjadi karena glukosa darah berada di atas normal berlangsung secara selama bertahun-tahun. Komplikasi timbul secara

perlahan, kadang tidak diketahui, tetapi berangsur semakin berat dan

membahayakan. Komplikasi kronik dapat berupa komplikasi

makrovaskular seperti penyakit jantung koroner, pembuluh darah otak, dan

mikrovaskular adalah retinopati, nefropati, neuropati (Sukarmin dan

Riyadi, 2008).

1) Makroangiopati

Komplikasi makroangiopati adalah penyakit vaskuler otak,

penyakit arteri koronatia dan penyakit vaskuler perifer. Terjadi

mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah tepi, pembuluh darah

jantung, pembuluh darah otak. Perubahan pada pembuluh darah besar

dapat mengalami atherosklerosis sering terjadi pada NIDDM (Sukarmin

dan Riyadi, 2008).

2) Mikroangiopati

Komplikasi mikroangiopati merupakan perubahan-perubahan

mikrovaskuler yang ditandai dengan penebalan dan kerusakan membran

di antara jaringan dan pembuluh darah kecil, retinopayi diabetika,

nefropati diabetic. Terjadi pada penderita IDDM. Nefropati terjadi

karena perubahan mikrovaskuler pada struktur dan fungsi ginjal yang

(45)

perubahan dalam retina karena penurunan protein dalam retina yang

berakibat gangguan dalam penglihatan (Sukarmin dan Riyadi, 2008)

3) Neuropati diabetika

Perubahan metabolik mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik

saraf menurun kehilangan sensorik mengakibatkan penurunan persepsi

nyeri (Sukarmin dan Riyadi, 2008).

4) Rentan infeksi

Rentan infeksi seperti tuberculosis paru, gingivitis, dan infeksi

saluran kemih (Sukarmin dan Riyadi, 2008)

5) Kaki diabetik

Terjadi akibat perubahan mikroangiopati, makroangiopati, dan

neuropati yang menyebabkan perubahan ekstremitas bawah.

Kompliksai nya dapat terjadi gangguan sirkulasi, infeksi, gangren,

penurunan sensorik dapat menunjang terjadinya trauma atau tidak

terkontrolnya infeksi yang mengakibatkan gangren (Sukarmin dan

Riyadi, 2008).

20.Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes melitus adalah untuk

mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronik.

Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah

normal dan terhindar dari hyperglikemia dan hypoglikemia. Komponen dalam

(46)

kadar gula darah, terapi (intervensi farmakologi dan insulin) dan pendidikan atau

(47)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui

Gambaran Tingkat Kecemasan dan Beban Keluarga Pada Pasien yang

Menderita Diabetes melitus Di Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang Tahun

2012. Berdasarkan tinjauan teoritis maka kerangka konsep dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Skema 3.1

Kerangka penelitian Gambaran tingkat kecemasan dan beban keluarga terhadapa pasien yang menderita diabetes melitus.

Ket : Diteliti

Tidak diteliti

Kecemasan keluarga pada pasien Diabetes Melitus :

- Terhadap komplikasi - Perawatan yang lama

(48)

2. Defenisi Operasional Variabel Penelitian3

Tabel 1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

(49)

2. Beban

pasien diabetes melitus

pada saat perawatan

dengan waktu yang

lama dan pengobatan

(50)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yang

bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat kecemasan dan beban keluarga

(suami, istri, anak, ayah dan ibu), menghadapi anggota keluarganya yang

menderita Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang.

2. Populasi dan Sampel 2.1 Populasi

Populasi adalah Keseluruhan subjek penelitian atau subjek yang diteliti

(Arikunto, 2010). Populasi dari penelitian ini adalah keluarga yang

mengalami diabetes melitus diruang rawat inap dan rawat jalan, dengan

jumlah 170 orang di Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang.

2.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel

Purposive Sampling yaitu teknik sampling yang digunakan dengan cara

memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti,

sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik (Nursalam, 2008).

Adapun kriteria inklusi yang ditentukan oleh peneliti adalah :

2.1.1 Sampel bersedia menjadi responden

(51)

2.1.3 Bisa berbahasa indonesia dan

2.1.4 Umur minimal 17 tahun.

Menurut Nursalam (2008) Dalam menentukan besarnya sampel dimana

sampel lebih kecil dari 1000, maka peneliti menggunakan rumus :

Dimana :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d=Tingkat kesalahan yang dipilih ( 0,1, 0,5, atau 0,01)

N

n =

N (d)² + 1

170

n =

170 ( 0,1 )² + 1

170

n =

2,7

= 62,96

= 63 responden N

(52)

Sehingga jumlah sampel sebanyak 63 orang responden di Rumah Sakit

Aceh Tamiang.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di ruang rawat inap dan rawat jalan Rumah Sakit

Umum Aceh Tamiang dan pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juli

sampai dengan September 2012. Peneliti memilih Rumah Sakit Aceh Tamiang

sebagai tempat penelitian karena belum pernah ada dilakukan penelitian di Rumah

Sakit Aceh Tamiang mengenai tingkat kecemasan dan beban keluarga pada pasien

yang menderita diabetes melitus. Pertimbangan lain adalah efektivitas waktu serta

terjangkaunya daerah yang mudah dikunjungi.

4. Pertimbangan Etik

Pertimbangan etik dalam penelitian ini bertujuan agar peneliti dapat

menjaga dan menghargai hak asasi para respondennya. Dalam penelitian ini,

peneliti mengajukan permohonan izin kepada Direktur Rumah Sakit Aceh

Tamiang tempat saya melakukan penelitian. Setelah mendapat izin persetujuan

kemudian melakukan penelitian dengan menekankan pertimbangan etik yang

meliputi :

1. Onotomi

Otonomi. Peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk

menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan

(53)

2. Informed Consent

Peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti

memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan manfaat penelitian. Jika

responden bersedia menjadi peserta penelitian maka responden diminta

menandatangani lembar persetujuan.

3. Anonimity

Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan

data, tetapi akan memberikan kode pada masing-masing lembar

persetujuan tersebut.

4. Confidentiality

Peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan kelompok data

tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

5. Beneficience

Selalu berupaya bahwa kegiatan yang diberikan kepada responden

mengandung prinsip kebaikan bagi responden guna mendapatkan suatu

metode atau konsep baru untuk kebaikan responden.

6. Nonmaleficience

Penelitian yang dilakukan tidak mengandung unsur bahaya atau merugikan

apalagi sampai mengancam jiwa bagi responden.

7. Veracity. Penelitian yang dilakukan harus dijelaskan secara jujur tentang

manfaat, efek dan apa yang didapat jika responden terlibat di dalam

(54)

8. Juctice. Peneliti harus berusaha semaksimal mungkin untuk tetap

melaksanakan prinsip juctice (keadilan) pada saat melakukan penelitian.

(Hidayat, 2007)

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk

kuesioner yang terdiri dari tiga bagian yaitu lembar pertama mengenai data

demografi meliputi : terdiri dari umur, jenis kelamin, suku, pendidikan, pekerjaan,

hubungan dengan keluarga, penghasilan, bagian kedua mengenai tingkat

kecemasan keluarga tentang komplikasi diabetes melitus dan perawatan yang

lama. Alat ukur kecemasan berdasarkan (HARS) Hamington Anxiety Rating

Scale (Nursalam, 2008). Kuesioner mengenai tingkat kecemasan terdiri dari 14

pertanyaan. Data untuk mengisi kuesioner mengenai tingkat kecemasan

menggunakan angka (skor) antara 1– 4 dengan nilai sebagai berikut :

Nilai 1 = (satu gejala dari pilihan yang ada) Nilai 2 = (separuh dari gejala yang ada)

Nilai 3 = (lebih dari separuh dari gejala yang ada) Niali 4 = (semua gejala ada)

Dengan menggunakan rumus statistik menurut Sudjana (2005),

Panjang kelas = Rentang

Banyak kelas

Rentang adalah selisih nilai tertinggi dan terendah. Untuk tingkat

kecemasan, nilai tertinggi adalah 56 dan nilai terendah 14. Maka rentang untuk

tingkat kecemasan adalah 14, dengan banyak kelas tiga kategori yaitu ringan,

(55)

14 sebagai batas bawah kelas ordinal pertama. batas bawah pertama maka

persepsi di kategorikan sebagai berikut :

14-28 : karakteristik cemas ringan

29-42: karakteristik cemas sedang

43-56: karakteristik cemas berat

Bagian ketiga tentang beban keluarga terdiri dari pertanyaan beban obyektif,

beban subyektif dan beban iantrogenik pada komplikasi diabetes melitus dan

perawatan yang lama.

kuesioner beban keluarga dibuat berdasarkan tinjauan pustaka yang terdiri

dari 12 pertanyaan, pertanyaan no 1 sampai 4 tentang obyektif, 5 sampai 8

tentang subyektif dan 9 sampai 12 tentang iontrogenik. dengan penilaian

menggunakan skala Guttman dengan jawaban Ya dan Tidak. ( pernyataan yang

tepat diberi nilai 1 dan yang salah diberi nilai 0). Nilai yang tertinggi 12 dan

terendah 0 .

Untuk beban keluarga, nilai tertinggi adalah 12 dan nilai terendah 0. Maka

rentang untuk motivasi adalah 12, dengan banyak kelas tiga kategori yaitu rendah,

sedang dan tinggi. Maka didapat panjang kelas adalah 12 dengan nilai terendah 0

sebagai batas bawah kelas ordinal pertama. Maka beban keluarga pada klien yang

menderita diabetes melitus dapat dikategorikan :

0-4 : karakteristik ringan

5-8 : karakteristik sedang

(56)

6. Uji Validitas dan Reliability

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan suatu

instrumen. Suatu instrumen yang valid adalah instrumen yang mempunyai

validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki

validitas rendah (Arikunto, 2010).

Uji validitas dilakukan oleh dosen yang ahli dibidang ini berupa uji

content validitas. Berdasarkan uji reliabilitas tersebut, kuesioner disusun kembali

dengan bahasa yang lebih efektif dan dengan item-item pernyataan yang akan

mengukur sasaran yang ingin di ukur sesuai dengan teori atau konsep. Setelah

dilakukan uji validitas maka didapatkan hasil bahwa instrument penelitian yang

digunakan telah valid dan dapat di gunakan untuk penelitian selanjutnya.

Uji Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana suatu

alat pengukuran dapat dipercaya dan tetap konsisten bila dilakukan beberapa kali

dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoadmodjo, 2010). Uji reliabilitas

dilakukan pada keluarga klien yang menderita diabetes melitus di Rumah Sakit

Umum Daerah Langsa pada bulan Agustus. Instrumen reliabel diujikan kepada

30 orang responden sesuai kriteria penelitian yang sudah ditentukan. Pada

penelitian ini diperoleh hasil uji reliabilitas yaitu nilai Cronbach Alpha untuk

variabel kecemasan 0,887 dimana r tabel 0,378 dan untuk variabel beban keluarga

diperoleh alpha 0,846. Karena nilai Alpha >0,7 maka dinyatakan bahwa seluruh

(57)

7. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti menerima surat dari institusi

pendidikan (Fakultas Keperawatan USU) dan surat izin dari lokasi penelitian yaitu

Rumah Sakit Aceh Tamiang. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan

menggunakan kuesioner dan sebelum membagikan kuesioner, terlebih dahulu

peneliti meminta kesediaan menjadi responden penelitian, kemudian responden

diberi kesempatan membaca surat persetujuan menjadi responden.

Sebelum mengisi kuesioner, responden terlebih dahulu diberi penjelasan

dan menandatangani informed concent sebagai tanda persetujuan menjadi

responden penelitian. Setelah diisi sendiri oleh responden, kuesioner dikumpulkan

oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya sesuai dengan petunjuk (editing),

memberikan kode tertentu pada kuesioner untuk mempermudah sewaktu

mengadakan tabulasi dan analisa data (coding), dan mempermudah analisa data,

pengolahan dan pengambilan kesimpulan dengan melakukan tabulasi (tabulating).

pengolahan data dilakukan secara komputerisasi, kemudian dilakukan labelisasi

variabel, dimana yang di ukur adalah frekuensi, persen dan mean. Hasil analisa

data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase untuk

melihat gambaran tingkat kecemasan dan beban keluarga pada klien yang

menderita diabetes melitus.

8. Analisa Data

Setelah data terkumpul, maka dilakukan analisa data melalui beberapa

tahapan. Pertama dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas

(58)

memberi kode untuk memudahkan peneliti dalam melakukan mentabulasi data

yang telah dikumpulkan. Kemudian dilakukan pengolahan data dengan

menggunakan teknik komputerisasi.

Hasi penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan

persentase sehingga memperoleh gambaran tentang objek yang diteliti dengan

gambaran tingkat kecemasan 3 kategori: ringan, sedang dan berat serta gambaran

beban keluarga 3 kategori yaitu: beban ringan, beban sedang dan beban berat.

Kesimpulan dibuat dengan bentuk kesimpulan induktif dimana hasil dari para

responden akan disimpulkan sebagai jawaban secara umum yang memwakili

(59)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian serta pembahasan yang

diperoleh dari pengumpulan data terhadap 63 responden di Rumah sakit Aceh

Tamiang selama bulan Juli sampai November 2012. Hasil penelitian ini

menguraikan mengenai tingkat kecemasan dan beban keluarga pada klien yang

menderita diabetes melitus di Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang.

1. Hasil penelitian

Hasil penelitian dibawah ini menguraikan gambaran data demografi

responden dan gambaran tingkat kecemasa dan beban keluarga pada klien yang

menderita diabetes melitus di Rumah sakit Aceh Tamiang.

1.1 Data demografi responden

Responden dalam penelitian ini adalah keluarga pada klien yang

menderita diabetes melitus dirumah sakit umum daerah aceh tamiang

dengan jumlah 63 responden. Hasil penelitian didapatkan bahwa umur

responden terbanyak berada pada rentang 27-33 tahun yaitu sebanyak 19

responden (30,2%). Sedangkan jenis kelamin responden terbanyak

laki-laki sebanyak 33 responden (52,4%). Berdasarkan Suku didapatkan hasil

bahwa mayoritas suku aceh sebanyak 37 responden (58,7%), Pendidikan

responden terbanyak adalah perguruan tinggi sebanyak 31 responden

(60)

sebanyak 26 responden (41,3%), hubungan dengan keluarga terbanyak

adalah suami sebanyak 24 responden (38,1%), sebagian besar responden

mengungkapkan bahwa penghasilan perbulan besar dari Rp 1.000.000-

3.000.000 yaitu 31 responden (49,2%).

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Data Demografi keluarga pada klien yang menderita Diabetes Melitus di Rumah Sakit Aceh Tamiang (n=63)

Data Demografi Frekuensi (n) Persentase (%) Umur

(61)

1.2Tingkat Kecemasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keseluruhan responden

yang berjumlah 63 orang responden yakni keluarga pada klien yang

menderita diabetes melitus terdapat 3 kategori kecemasan yaitu, cemas

ringan, cemas sedang dan cemas berat. Mayoritas responden mengalami

kecemasan sedang yakni sebanyak 38 responden (60,3%), dan sebagian

lagi mereka menunjukkan kecemasan berat yaitu sebanyak terdapat 15

responden (23,8%), serta kecemasan ringan hanya 10 responden (15,9%).

Data tersebut dapat di lihat pada tabel 5.2

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi tingkat kecemasan keluarga pada klien yang menderita Diabetes Melitus di Rumah Sakit Aceh Tamiang (n=63)

Tingkat Kecemasan keluarga

Frekuensi n=(63) Persentase (%)

Cemas Ringan 10 15,9

Cemas Sedang 38 60,3

Cemas Berat 15 23,8

1.3. Beban Keluarga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban keluarga dari 63 orang

responden keluarga pada klien yang menderita diabetes melitus dapat

dibedakan 3 kategori beban yaitu, beban ringan, beban sedang dan beban

berat di peroleh hasil bahwa mayoritas keluarga mengalami beban berat

yakni sebanyak 27 responden (42,9%), dan sebagian lagi mereka

Gambar

Gambaran Tingkat Kecemasan dan Beban Keluarga Pada Pasien yang
Tabel 1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Data Demografi keluarga pada klien yang  menderita  Diabetes Melitus di Rumah Sakit Aceh Tamiang (n=63)
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi tingkat kecemasan keluarga pada klien yang   menderita Diabetes Melitus di Rumah Sakit Aceh Tamiang (n=63)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti merupakan Mahasiswa Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, bermaksud mengadakan penelitian untuk mengetahui “ Pengalaman Keluarga sebagai

Dari hasil penelitian didapat bahwa dukungan keluarga berhubungan dengan tingkat kecemasan, 16 klien mengalami kecemasan ringan sampai sedang dan 14 klien mengalami kecemasan

Saya adalah mahasiswa semester VII Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian berjudul Gambaran Risiko Trombosis Berdasarkan

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan bagi Mahasiswa keperawatan Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai bahan kajian bagi Mahasiswa yang tertarik untuk

penelitian tentang bagaimana gambaran aktivitas hidup sehari-hari pada pasien diabetes mellitus di Rumah Sakit Pirngadi Medan. Universitas

Saya adalah mahasiswa S-1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan yang akan melekukan penelitian dengan judul gambaran kualitas hidup

Data subjektif yaitu keluarga mengatakan tidak tahu cara merawat penyakit diabetes melitus dan mengatasi cemas dan nyeri yang dirasakan oleh klien, keluarga

Departemen Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Juni, 2023 ABSTRAK Sinta Nur Kamila Beban Anggota Keluarga yang Merawat Pasien Diabetes Melitus di Puskesmas