GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN DAN BEBAN
KELUARGA PADA KLIEN YANG MENDERITA
DIABETES MELITUS DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH ACEH TAMIANG
SKRIPSI
OLEH
Ernawati 1111210 51
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “gambaran tingkat kecemasan dan beban keluarga pada klien yang menderita diabetes melitus di Rumah Sakit Umum Daerah Aceh Tamiang.”.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menghadapi berbagai
hambatan dan kesulitan. Namun, berkat adanya bantuan, bimbingan, dan
arahan dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang
terhormat:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu dr. Zuheni, M.Kes selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Aceh Tamiang
3. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep selaku pembimbing yang
telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi
5. Ibu Wardiah, S. Kep, Ns M.Kep selaku penguji I yang telah memberikan saran
dan bimbingan untuk kesempurnaan skripsi ini
6. Ibu Siti Zahara S.kp. MNS selaku penguji II yang telah memberikan saran
dan bimbingan untuk kesempurnaan skripsi ini
7. Para staf pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
8. Teristimewa buat kedua orang tuaku, Ayahanda Salamun dan Ibunda Asminah
yang tidak pernah bosan mencurahkan perhatian serta doanya juga
pengorbanan baik moril maupun materil, untuk setiap belaian sayang dan
pengorbanan panjang mu, aku tahu untuk bahwa setiap langkah berbalut peluh
engkau simpan sejuta pengharapan untuk kebahagianku, aku juga tahu hidup
ini sangat singkat untuk berfikir kerdil, untuk itu aku ingin menjadi seseorang
yang pantas engkau banggakan dan kebanggaan terbesarku adalah karena aku
terlahir sebagai putrimu.
9. Serta kakak-kakakku tersayang (July, Ilan, Iyan, dan Adin), adikku tersayang
(Iwan) dan sahabat spesialku (Gunawan Andri Y) yang selalu senantiasa
menghadiahkan keceriaan, dorongan serta semangat ketika aku menghadapi
semua permasalahan dan yang menjadi alasan bagi ku untuk tetap semangat,
dan terus berusaha.
10.Teman-teman mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra
Utara, khususnya stambuk 2011 yang telah memberikan semangat dan
masukan dalam penyusunan skripsi ini (kak Heny, Hana, Hasnul, Masnidar,
partisipasi, dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan Skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan kerendahan
hati penulis sangat mengharapkan saran dan kriktik demi kesempurnaan
skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi peningkatan dan
pengembangan profesi keperawatan.
Akhirnya kepada Allah SWT penulis berserah diri semoga kita selalu
dalam lindungan serta limpahan rahmat-Nya dengan kerendahan hati
penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya dan penulis khususnya.
Medan, Februari 2013
DAFTAR ISI
BAB 1 Pendahuluan 1.Latar Belakang ... 1
12. Beban Keluarga yang Mempunyai Klien Diabetes Melitus... 20
13. Fungsi Dan Tugas Keluarga... 21
14. Peran Keluarga ... 23
15. Peran Perawat Keluarga... 24
16. Definisi diabetes melitus... 25
17. Faktor-faktor penyebab diabetes melitus... 27
18. Gejala diabetes melitus... 28
19. Komplikasi diabetes melitus... 29
20. Penatalaksanaan... 33
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual ... 34
2. Defenisi Operasional ... 35
BAB 4 METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 37
2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 37
4. Pertimbangan Etik ... 39
5. Instrumen Penelitian ... 51
6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 43
7 . Prosedur Pengumpulan Data ... 44
8. Analisa Data ... 44
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian 1.1Data Demografi Responden ... 46
1.2Tingkat Kecemasan ... 48
1.3Beban Keluarga ... 48
2. Pembahasan 2.1Tingkat Kecemasan ... 50
2.2Beban Keluarga ... 54
BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan ... 62
2. Rekomendasi ... 63
DAFTAR TABEL
Tabel.3.1 Defenisi Operasional ... 35 Tabel.5.1 Distribusi frekuensi data demografi keluarga pada klien
yang menderita diabetes melitus di Rumah Sakit Aceh
Tamiang (n=63)... 46 Tabel.5.2 Distribusi frekuensi tingkat kecemasan keluarga pada klien
yang menderita diabetes melitus di Rumah Sakit Aceh
Tamiang (n=63)... 48 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi beban keluarga pada klien yang
menderita diabetes melitus di Rumah Sakit Aceh
DAFTAR SKEMA
Skema
Halaman
1. Gambaran tingkat kecemasan dan beban keluarga pada pasien yang
LAMPIRAN
1. Formulir persetujuan menjadi responden penelitian 2. Instrumen penelitian
3. Hasil uji reliabilitas kuesioner kecemasan 4. Uji uji reliabilitas kuesioner beban keluarga 5. Hasil pengolahan data demografi responden 6. Hasil pengolahan data kecemasan responden 7. Hasil pengolahan data beban keluarga responden 8. Surat izin penelitian dari PSIK FK USU
Judul : Gambaran Tingkat Kecemasan Dan Beban Keluarga Pada Klien Yang Menderita Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang
Nama Mahasiswa : Ernawati
Nim : 111121051
Jurusan : Sarjana Keperawatan
Tahun : 2013
Abstrak
Kecemasan merupakan gangguan yang disebabkan oleh konflik yang tidak di sadari terkait keyakinan, nilai, krisis situasional, maturasi, ancaman pada diri sendiri dan kehidupan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi. Beban Keluarga adalah pihak utama yang menanggung beban fisik, emosional dan finansial karena adanya masalah salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit. Penelitian bertujuan mengidentifikasi tingkat kecemasan dan beban keluarga pada klien yang menderita diabetes melitus di rumah sakit umum aceh tamiang. Desain deskriptif dengan Jumlah sampel sebanyak 63 orang.
Pengambilan sampel menggunakan purposive Sampling. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas mengalami kecemasan sedang (60,3%), mengalami kecemasan berat (23,8%), serta kecemasan ringan (15,9%) dan keluarga mayoritas mengalami beban berat (42,9%) dan beban sedang (39,7%), serta mengalami beban ringan (17,6%). Petugas kesehatan diharapkan agar dapat meningkatkan pelayanan keperawatan keluarga. pada penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian tentang faktor faktor yang mempengaruhi kecemasan dan beban yang di alami keluarga.
Judul : Gambaran Tingkat Kecemasan Dan Beban Keluarga Pada Klien Yang Menderita Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang
Nama Mahasiswa : Ernawati
Nim : 111121051
Jurusan : Sarjana Keperawatan
Tahun : 2013
Abstrak
Kecemasan merupakan gangguan yang disebabkan oleh konflik yang tidak di sadari terkait keyakinan, nilai, krisis situasional, maturasi, ancaman pada diri sendiri dan kehidupan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi. Beban Keluarga adalah pihak utama yang menanggung beban fisik, emosional dan finansial karena adanya masalah salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit. Penelitian bertujuan mengidentifikasi tingkat kecemasan dan beban keluarga pada klien yang menderita diabetes melitus di rumah sakit umum aceh tamiang. Desain deskriptif dengan Jumlah sampel sebanyak 63 orang.
Pengambilan sampel menggunakan purposive Sampling. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas mengalami kecemasan sedang (60,3%), mengalami kecemasan berat (23,8%), serta kecemasan ringan (15,9%) dan keluarga mayoritas mengalami beban berat (42,9%) dan beban sedang (39,7%), serta mengalami beban ringan (17,6%). Petugas kesehatan diharapkan agar dapat meningkatkan pelayanan keperawatan keluarga. pada penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian tentang faktor faktor yang mempengaruhi kecemasan dan beban yang di alami keluarga.
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam dunia kesehatan penyakit diabetes melitus termasuk penyakit yang
tidak menular, namun merupakan salah satu penyakit degeneratif yang bersifat
kronis. Diabetes Melitus merupakan ganguan kesehatan dan kumpulan gejala
yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan ataupun
resistensi insulin, serta adanya komplikasi yang bersifat akut dan kronik (Bustan,
2007).
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2010 menunjukan
jumlah penderita diabetes melitus di dunia sekitar 171 juta dan diprediksikan akan
meningkat dua kali, 366 juta jiwa tahun 2030. Di Asia Tenggara terdapat 46 juta
pada tahun 2000 diperkirakan meningkat menjadi hingga 119 juta jiwa. Di
Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2008 diperkirakan menjadi 21,3 juta pada tahun
2030. Indonesia merupakan urutan kelima di dunia sebagai negara dengan jumlah
penderita diabetes melitus terbanyak setelah Bangladesh, Bhutan, Cina, India
(Bustan, 2007). Pada tiga daerah di Indonesia memiliki tingkat prevalensi
diabetes melitus diatas 1,5% akibat dari gaya hidup dan pola makan yaitu
Sumatra utara, Jawa Timur dan Sulawesi Utara ( Riskesdas, 2010).
Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang akan meningkat
jumlahnya dan menjadi penyebab angka kesakitan dan kematian. Diabetes
dapat menyebabkan komplikasi yang menyerang seluruh tubuh, mulai dari
kulit sampai jantung, kompikasi bersifat aku dan kronik ,dan dapat terjadi
pembedahan (Yumizone, 2008). Peningkatan jumlah penderita diabetes
sebagian besar dipengaruhi oleh gaya hidup masyarakat. Diabetes juga
memberikan pengaruh beban ekonomi yang besar untuk pengobatannya
(Tandra, 2007).
Diabetes Melitus ditandai dengan keadaan hiperglikemia kronik yang
di tandai oleh ketiadaan obsolut insulin atau intensitivitas sel terhadap insulin
disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang
menimbulkan berbagai komplikasi akut untuk terjadinya koma hipoglikemia,
ketoasidosis dan hiperosmolar nonketotik, sedangkan kronik pada mata,
ginjal, saraf dan pembuluh darah, dimana gejala di tandai dengan polyuria,
polydipsi, palypaghia, glikosuria, berat badan menurun, kesemutan, cepat
lelah dan lemah dan rabun (Sukarmin & Riyadi, 2008). Komplikasi pada mata
dapat terjadi kebutaan atau komplikasi pada kaki, dapat terjadi gangren yang
harus di amputasi, sehingga pada pasien diabetes melitus mengalami
kecemasan dan stres akibat komplikasi dari diabetes melitus (Utama, 2007).
Tingkat kecemasan keluarga klien dipengaruhi oleh koping dan
tingkat pengetahuan, informasi dan keyakinan (Setiawati, 2008). Lingkungan
penuh ancaman dan tuntutan ekonomi akan perawatan anggota keluarga yang
menderita diabetes melitus dengan komplikasi kronik, dalam waktu yang
tidak singkat dalam perawatannya, maka situasi tersebut menimbulkan beban
Kecemasan merupakan suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana
seorang yang mengalami cemas, merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan
diri dan merasa lemah sehingga tidak mampu untuk bersikap dan bertindak secara
rasional (Wiramihardja, 2007). Secara psikologis banyak hal yang dapat terjadi
pada penderita diabetes melitus, seperti reaksi fisiologis, termasuk kecemasan
yang terjadi pada keluarga, keluarga sering dihadapkan dengan keadaan yang
memicu kecemasan karena penderita diabetes melitus terhadap komplikasi dan
perawatan dengan waktu yang lama. Kecemasan keluarga dapat dilihat dari sikap,
perilaku dan cara berkomunikasi sejak terdiagnosa diabetes melitus.
Keluarga merasa terbebani pada pasien yang menderita diabetes melitus,
karena diabetes melitus merupakan penyebab kesakitan dan mematikan , sehingga
keluarga merasa stres dan cemas akan masa depan keluarganya, dengan terjadi
nya komplikasi akut dan kronik, juga mempengaruhi beban ekonomi dalam
pengobatan dan perawatannya dalam waktu tidak singkat (Fontane, 2009)
Masalah kesehatan yang tejadi dalam keluarga, salah satunya diabetes
melitus yang dapat mengganggu stabilitas keluarga, apa bila terdapat salah satu
anggota keluarga yang mengalami diabetes melitus yang sudah terjadi komplikasi
seperti jantung, ginjal, hipertensi, hipoglikemia atau hiperglikemia, bahkan terjadi
ganggren, maka hal tersebut dapat menjadi beban bagi anggota keluarga yang
mengalami diabetes melitus (Setiadi, 2008).
Status sehat atau sakit para anggota keluarga dan keluarga saling
mempengaruhi satu sama lain. Suatu penyakit dalam keluarga mempengaruhi
pengaruh status sehat atau sakit saling mempengaruhi atau sangat tergantung satu
sama lain (Achjar, 2010).
Menurut Hasana (2009), dalam penelitian Expressed Emotion Keluarga
Pada Pasien Diabetes Melitus menyatakan, bahwa diabetes melitus merupakan
penyakit kronis yang menyebabkan kecacatan dan perawatan dalam waktu yang
lama, yang mempengaruhi fungsi keluarga, ketika salah satu anggota keluarga
mengalami sakit, maka akan mempengaruhi kondisi keluarga dalam pengobatan
dan perawatanya dalam faktor psikososial, biologis dan ekonomi. Dan
mempengaruhi penderita itu sendiri.
Menurut Surjeet (2002), dalam penelitian Beban dari pengasuh pada
pasien diabetes melitus menyatakan, bahwa Keluarga tidak hanya menyediakan
praktis bantuan dan perawatan pribadi, tetapi juga memberikan dukungan
emosional untuk keluarga mereka dengan mental gangguan dan penyakit kronis.
Beban pengasuh adalah multi Fenomena dimensi mencerminkan fisik,
psiko-emosional, sosial dan keuangan, beban pengasuh dalam penyakit mental dapat
obyektif dan subyektif beban keluarga berhubungan dengan keparahan yang
lebih besar penyakit mental dalam keluarga dengan ketersediaan yang kurang
dukungan sosial dan sumber daya mengatasi sedikit dari anggota keluarga.
Menurut Gilliss, dkk (1989), dikutip dari Ali (2010), status sehat sakit para
anggota keluarga mempengaruhi fungsi dan peran kelurga, keluarga cenderung
menjadi masalah reaktor terhadap masalah kesehatan dan menjadi faktor dalam
menentukan masalah kesehatan anggota keluarganya. Sehat merupakan tujuan
Anggota keluarganya berperan penting untuk saling berusaha dan
bersedia berkorban untuk menjaga keutuhan keluarga dengan memberikan
keperawatan anggota keluarganya yang menderita diabetes melitus, jadi peranan
keluarga menggambarkan seperangkat prilaku interpersonal dengan situasi yang
di alami kelurga yang menderita diabetes melitus (Setiadi, 2008).
Berdasarkan survei awal yang telah peneliti laksanakan di RSUD Aceh
Tamiang dan mendapatkan data pasien diabetes melitus meningkat setiap
tahunnya. Rata- rata jumlah pasien diabetes melitus setiap bulannya berjumlah
170 orang dan beberapa orang telah mengalami komplikasi. Perawat dan tenaga
medis lebih terfokus pada pasien dalam melakukan tindakan sehingga
mengabaikan kecemasan pada keluarga pasien yang menderita diabetes melitus.
Sehingga memerlukan intervensi keperawatan yang komprehensif termasuk untuk
mengatasi kecemasan keluarga pasien yang menderita diabetes melitus.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merasa tertarik untuk
meneliti bagaimana gambaran tingkat kecemasan dan beban keluarga pada
klien yang menderita diabetes melitus di Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang.
2. Tujuan Penelitian
2.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi tingkat kecemasan dan beban keluarga pada klien
yang menderita diabetes melitus di Rumah Sakit Umum Aceh
2.2 Tujuan Khusus
2.2.1 Mengidentifikasi gambaran tingkat kecemasan keluarga pada
klien yang menderita diabetes melitus
2.2.2 Mengidentifikasi beban keluarga pada klien yang menderita
diabetes melitus.
3 Pertanyaan Penelitian
3.1 Bagaimana tingkat kecemasan pada klien yang menderita diabetes
melitus di Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang 2012.
3.2 Bagaimana beban keluarga pada klien yang menderita diabetes melitus di
Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang 2012.
4. Manfaat Penelitian
4.1 Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan, sumber
pengetahuan dan acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan yang lebih komprehensip pada keluarga kilen diabetes
melitus dan agar lebih memperhatikan segi psikologisnya, sehingga
kecemasan keluarga dapat diminimalkan.
4.2 Institusi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa perawat dan
dijadikan sebagai masukan bagi mahasiswa nantinya dalam
melitus, serta dalam melakukan asuhan keperawatan dapat lebih optimal,
komprehensif dan lebih peka terhadap psikologis keluarga.
4.3 Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan
pengetahuan yang berharga bagi penelitian berikutnya. Terutama bagi
penelitian yang menyangkut tingkat kecemasan dan beban keluarga tentang
komplikasi diabetes.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Pustaka
Studi kepustakaan akan memberikan penjelasan tentang kepustakaan
yang terkait dengan teori dan konsep, yang berguna untuk memberikan
penjelasan lebih lanjut terhadap penelitian ini. Adapun teori dan konsep yang
akan diuraikan dalam bab ini meliputi tingkat kecemasan, beban keluarga,
dan pasien diabetes melitus.
2. Definisi Kecemasan
Kecemasan adalah gangguan yang disebabkan oleh konflik yang tidak di
sadari mengenai keyakinan, nilai, krisis situasional, maturasi, ancaman pada diri
sendiri dan kehidupan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi (Lumongga, 2010).
Kecemasan adalah perasaan was-was, kuatir atau tidak nyaman, dan tidak
menyenangkan, yang di ikuti oleh reaksi fisiologis seperti perubahan detak
jantung dan pernapasan (Marlindawani dkk, 2008).
Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian individu yang
subjektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus
penyebabnya (Dalami, 2009).
Kecemasan merupakan suatu gangguan ketakutan yang tidak realistik,
irasional, dan tidak dapat secara intensif ditampilkan secara dalam cara-cara yang
Kecemasan yang di alami bisa mengarah pada objek tertentu. Yang
dimaksud dengan objek bisa berupa situasi. Ini biasanya mengarah pada phobia.
Kecemasan juga bisa dialami meskipun objeknya tidak jelas atau tidak bisa
dikenali. Jika individu tiba-tiba merasa cemas tidak begitu memahami apa yang
dicemaskannya. Gejala kecemasan juga bisa beralih dari satu objek lainnya, ini
yang menjadi penanda bahwa sebenarnya kecemasan terjadi karena adanya
konflik dalam diri individu yang bersangkutan, bukan karena situasi riilnya
(Siswanto, 2007).
3. Tanda-Tanda Umum kecemasan
Keluhan atau tanda dan gejala kecemasan yang ditunjukan atau
dikemukakan oleh seseorang sangat bervariasi, tergantung dari beratnya
kecemasan yang dirasakan oleh individu tersebut, keluhan-keluhan yang sering
dikemukakan oleh orang yang mengalami gangguan kecemasan antara lain yakni;
cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung,
merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut, takut sendirian, takut pada
keramaian dan banyak orang, gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang
menegangkan, gangguan kosentrasi dan daya ingat, keluhan-keluhan somatik
misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging (tinitus),
berdebar-berdebar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan,
4. Hal-hal Yang Menimbulkan Kecemasan
Kecemasan tidak dapat dihindari dari kehidupan individu dalam memelihara
keseimbangan. Pengalaman cemas seseorang tidak sama beberapa situasi dan
hubungan interpersonal. Ancaman integritas biologi meliputi gangguan terhadap
kebutuhan dasar makan, minum dan kehangatan. Ancaman terhadap keselamatan
diri, tidak menemukan integritas diri, tidak menemukan status dari prestise, tidak
memperoleh pengakuan dari orang lain, ketidak sesuaian pandangan diri dengan
lingkungan nyata (Suliswati dkk, 2009).
Gangguan atau rasa takut terhadap lingkungan penuh ancaman terhadap
adanya tindakan-tindakan darurat dan komplikasi penyakit diabetes melitus yang
menambah besar kecemasan (Wiramihardja, 2007).
Gangguan cemas (dalam kaplan,sadock, & Grebb 1994) adalah
kekhawatiran yang berlebihan dan bersifat pervasif, disertai dengan berbagai
simtom somatik, yang menyebabkan gangguan signifikan dalam kehidupan sosial
atau pekerjaan pada penderita atau stres yang nyata. Gangguan cemas lebih
banyak terjadi pada perempuan, sekitar dua kali lebih banyak daripada laki-laki,
gangguan ini biasanya timbul pada masa dewasa muda yang merupakan usia
cukup matang dalam pengalaman hidup dan kematangan jiwa, meskipun dapat
pula muncul pada usia yang lebih tua atau bahkan lebih muda. ( Widuri 2008).
5. Tingkat Kecemasan
Suliswati dkk (2009) mengatakan cemas sangat berkaitan dengan perasaan
yang tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan cemas ini tidak memiliki objek
hubungan interpersonal. Tingkat kecemasan mempunyai karakteristik atau
manifestasi yang berbeda satu sama lain, manifestasi yang terjadi tergantung pada
kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadapi ketegangan, harga diri dan
mekanisme yang digunakannya (Asmadi, 2008). Koping Peplou 1963 yang
dikutip oleh suliswati (2009) menggolongkan kecemasan dalam empat tingkat,
yaitu :
5.1 Cemas ringan
Kecemasan ringan, pada kecemasan ringan ini ketegangan yang
dialami sehari-hari dan menyebabkan pasien menjadi waspada dan
lapangan persepsi meningkat. Pada tingkat kecemasan ringan ini dapat
motivasi dan menghasilkan kreativitas. Manifestasi fisiologisnya berupa
yaitu sesekali nafas pendek, berdebar-debar, nadi dan tekanan darah naik,
gejala ringan pada lambung dan muka berkerut serta tangan gemetar.
Manifestasi kognitifnya berupa, mampu menerima rangsangan yang
kompleks, konsentrasi pada masalah dan menyelesaikan masalah secara
efektif. Sedangkan manifestasi perilaku dan emosi yang muncul adalah
tidak dapat duduk tenang, gerakan halus pada tangan, suara kadang
meninggi dan menggunakan mekanisme koping yang minimal.
Menurut Lumongga (2010) gejala kecemasan ringan secara fisik yang
timbul berupa sesak napas, nadi dan tekanan darah naik, gangguan ringan
pada lambung, mulut berkerut, bibir gemetas dan sedangkan gejala secara
komplek, mampu berkosentrasi, mampu menyelesaikan masalah, gelisah,
tremor dan suara terkadang tinggi.
Cemas ringan atau cemas yang normal yang menjadi bagian dari
kehidupan sehari-hari dan menyebabkan waspada pada dan meningkatkan
persepsi nya terhadap penyakit diabetes melitus dangan komplikasi dan
lama perawatanya.
5.2 Cemas Sedang
Kecemasan sedang, pada kecemasan sedang memungkinkan individu
lebih memusatkan pada hal yang penting pada saat itu dan
mengesampingkan yang lain sehingga individu mengalami perhatian yang
selektif yang lebih terarah. Manifestasi fisiologisnya berupa : nafas
pendek, berdebar-debar, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering,
anoreksia, diare atau konstipasi, gelisah dan muka berkerut serta tangan
gemetar. Manifestasi kognitif yang muncul adalah lapangan persepsi
menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima dan berfokus pada apa
yang menjadi perhatiannya. Sedangkan manifestasi perilaku dan emosi
yang muncul adalah gerakan tersentak, bicara mudah lelah, susah tidur,
perasaan tidak aman, mudah tersinggung, banyak pertimbangan dan
mudah lupa.
Gejala fisik yang timbul pada kecemasan sedang berupa sering nafas
pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia, diare,
konstipasi, dan gejala psikologis yang timbul seperti persepsi
yang menjadi perhatiannya, gerakan tersentak, meremasi tangan, bicara
banyak dan cepat, insomnia, perasaan tak aman dan gelisah (Menurut
Pieter , 2010).
Menurut Lukluk, (2008). Penyakit diabetes melitus membutuhkan
perhatian terhadap pola makan aktivitas dan pengobatannya sehingga
penyakit diabetes melitus harus di utamakan atau diperhatikan.
5.3 Cemas Berat
Kecemasan berat, pada kecemasan berat lapangan persepsi menjadi
sangat sempit. Individu tidak mampu berfikir berat lagi, sehingga
membutuhkan banyak pengarahan, cenderung memikirkan hal kecil saja
dan mengabaikan yang lain. Manifestasi fisiologis yang muncul antara lain
nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala,
penglihatan kabur, tegang, rasa tertekan, nyeri dada, tidak mampu
menyelesaikan masalah, perlu pengarahan yang berulang, tidak mampu
membuat keputusan dan butuh bantuan. Manifestasi perilaku dan emosi
yang muncul adalah: konsep diri terancam, disorientasi, bingung dan
kemungkinan halusinasi.
Menurut Lumongga (2010) gejala cemas berat yang timbul berupa
nafas pendek, tekanan darah dan nadi naik, berkeringat, sakit kepala,
penglihatan kabur, dan ketegangan, sedangan gejala psikologis yang
timbul lapangan persepsi sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan
dipersepsikan sebagai ancaman dalam kehidupan karena kebutuhan untuk
bertahan yang tidak terpenuhi.
Pada penyakit diabetes melitus yang sudah komplikasi yang
membutuhkan tindakan pembedahan, sehingga terjadinya keluhan fisik
dan individu terus menerus merasa takut dan mengalami kesulitan untuk
berkosentrasi dalam mengambil keputusan (Lukluk, 2008).
5.4 Panik
Panik pada tahap ini lapangan persepsi sudah terganggu, sehingga
individu tidak mampu mengendalikan diri dan tidak dapat melakukan
apa-apa walaupun sudah diberi tuntunan. Manifestasi fisiologis yang muncul
berupa : nafas pendek, rasa tercekik, palpitasi dan sakit dada, pucat,
hipertensi dan kordinasi motorik rendah. Manifestasi kognitif berupa
lapangan pandang persepsi menyempit dan tidak berfikir logis. Sedangkan
manifestasi perilaku dan emosi yang muncul adalah mengamuk, marah,
ketakutan, berteriak, dan kehilangan kendali.
Menurut Lumongga (2010). Gejala fisik yang timbul seperti nafas
pendek, tekanan darah dan nadi naik, aktivitas motorik meningkat,
ketegangan, dan sedangkan gejala psikologis yang timbul lapangan
persepsi sangat menyempit, hilangnya rasional, tidak dapat melakukan
aktivitas, perasaan tidak enak dan terancam semangkin meningkat,
6. Respon Kecemasan
Kecemasan menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram
dan disertai berbagai keluhan fisik yang dapat terjadi dalam kondisi situasi
kehidupan dan berbagai gangguan kesehatan (Dalami, 2009)
Kecemasan atau ketakutan adalah bahagian dari kehidupan manusia,
kecemasan ini terjadi karena individu tidak mampu mengadakan penyesuaian diri
terhadap diri sendiri didalam lingkungan pada umumnya (Sundari, 2005).
Beberapa respon individu yaitu dalam tingkatan rentang respon kecemasan
respon adaptif, dan respon maladaptif yaitu respon adaptif respon yang wajar
sedangkan respon maladaptif respon yang tidak wajar. Respon tingkat kecemasan
terbagi atas antisipasi, ringan, sedang, Berat dan Panik ( Suliswati, dkk, 2009).
7. Teori Kecemasan 7.1 Teori psikoanalitik
Kecemasan dapat timbul secara otomatis akibat dari stimulus internal
dan eksternal yang berlebihan sehingga melampaui kemampuan individu
untuk menanganinya. Ada dua tipe kecemasan yaitu kecemasan primer dan
skunder (Suliswati dkk, 2009).
a. Kecemasan primer
Kejadian traumatik yang diawali saat bayi akibat adanya stimulasi
tiba-tiba dan trauma pada saat persalinan, kemudian berlanjut dengan
kemungkinan tidak tercapai nya rasa puas dan kelaparan atau kehausan.
penyebab kecemasan primer adalah keadaan ketegangan atau dorongan
b. Kecemasan skunder
Sejalan dengan peningkatan ego dan usia, freud melihat ada jenis
kecemasan lain akibat konflik emosi di antara dua element kepribadian
yaitu id dan super ego.
7.2 Teori interpesonal
Sullivan mengemukakan bahwa kecemasan timbul akibat ketidak
mampuan untuk berhubungan interpersonal dan sebagai akibat penolakan,
kecemasan bisa dirasakan bila individu mepunyai kepekaan lingkungan.
7.3 Teori perilaku
Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan merupakan hasil
frustrasi akibat berbagai hal yang mempengaruhi individu dalam mencapai
tujuan yang di inginkan.
7.4 Teori keluarga
Studi pada keluarga dan epidemiologi memperlihatkan bahwa
kecemasan selalu ada pada tiap-tiap keluarga dalam berbagai bentuk dan
sifatnya heterogen (Suliswati dkk, 2009).
8. Reaksi Kecemasan
Kecemasan dapat menimbulkan reaksi konstruktif maupun destruktif bagi
individu. Kecemasan konstruktif terjadi ketika individu termotivasi untuk belajar
mengadakan perubahan terutama perubahan terhadap perasaan tidak nyaman dan
berfokus pada kelangsungan hidup. Kecemasan destruktif terjadi ketika individu
9. Kecemasan pada pasien Diabetes Melitus
Penyakit fisik dapat menimbulkan masalah psikososial yang terjadi pada
pasien sendiri maupun keluarga. Kecemasan banyak terjadi pada orang-orang dan
anggota keluarga yang menderita penyakit kronis atau genetik pada penyakit
diabetes melitus dengan komplikasi yang dapat menyebabkan gangreng hingga
amputasi. Menyebabkan kecacatan fisik dan membutuhkan perawatan yang cukup
lama. penyakit diabetes melitus membutuhkan perhatian terhadap pola makan,
aktivitas dan pengobatannya. Ketidaktahuan tentang diabetes melitus akan
semakin meningkatkan emosionalitas penderita yang berkaitan dengan hubungan
dengan orang lain. Hal ini akan meningkatkan kecemasan dan mengubah
segalanya dalam kehidupannya (Dalami, 2009).
Unsur psikologis terkait dengan persepsi penderita tentang ancaman dan
stres yang disebabkan oleh penyakit diabetes melitus, persepsi ini akan berbeda
pada setiap individu, yang disebabkan oleh diabetes melitus yakni ancaman dari
penyakit diabetes melitus itu sendiri kemudian akan timbul komplikasi akut dan
kronis (Sukarmin, 2008)
Menurut Tarwoto (2003) ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan
stress dan cemas pada dirin seseorang yakni: lingkungan yang asing, kehilangan
kemandirian sehingga mengalami ketergantungan dan memerlukan bantuan orang
lain, berpisah dengan pasangan dan keluarga, masalah biaya, kurang informasi,
10. Definisi Beban keluarga
Menurut Depkes RI (1988) dalam Ali (2009) keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang berkumpul
serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung.
Menurut Hanson (1996) dikutip dari Achjar (2010), Keluarga adalah
kumpulan dua atau lebih individu yang saling tergantung satu sama lainnya untuk
emosi, fisik, dukungan emosional. Keluarga menghadapi situasi penuh stres dan
ketergantungan karena memiliki anggota keluarga yang mengalami penyakit
kronis. Situasi penuh stres ini memperberat dengan tuntutan ekonomi akan
perawatan anggota yang mengalami penyakit kronis tersebut dalam jangka waktu
yang tidak singkat dalam perawayan, kesabaran tinggi dalam menghadapi emosi,
kekhawatiran akan perilaku maladatif dan masa depannya. Situasi- situasi tersebut
menimbulkan beban keluarga yang tidak ringan, jika tidak mendapatkan intervensi
secara optimal dapat mengantarkan keluarga ke dalam krisis psikologis.
Beban Keluarga adalah tingkat pengalaman distres keluarga sebagai efek dari
kondisi anggota keluarga, yang dapat menyebabkan meningkatnya stres emosional
dan ekonomi dari keluarga, sebagaimana respon keluarga terhadap komplikasi dan
akan perawatan anggota keluarga yang menderita diabetes melitus dengan
komplikasi kronik, dalam waktu yang tidak singkat dalam perawatannya (Fontane,
2009).
11. Jenis-Jenis Beban Keluarga
a. Beban Obyektif
Beban obyektif merupakan beban dan hambatan yang dijumpai dalam
kehidupan suatu keluarga yang berhubungan dangan pelaksanaan merawat
salah satu anggota keluarga yang menderita. Yang termasuk dalam beban
obyektif adalah beban biaya finansial untuk merawat dan pengobatan,
tempat tinggal, makan, dan trasportasi.
b. Beban Subyektif
Beban subyektif merupakan beban yang berupa distres emosional
yang dialami anggota keluarga yang berkaitan dengan tugas merawat
anggota keluarga yang menderita. Yang termasuk kedalam beban obyektif
adalah ansietas akan masa depan, sedih, frustasi, merasa bersalah, kesal, dan
bosan.
c. Beban Iatrogenik
Beban iatrogenik merupakan beban yang disebabkan karena tidak
berfungsinya sistem pelayanan kesehatan jiwa yang dapat mengakibatkan
intervensi dan rehabilitas tidak berjalan sesuai fungsinya, termasuk dalam
beban ini, bagaimana sistem rujukan dan program pendidikan kesehatan.
Menurut WHO (2008) mengkategorikan beban keluarga kedalam dua
jenis yaitu:
a. Beban Obyektif
Beban obyektif merupakan beban yang berhubungan dengan
dan aktivitas kerja, kesulitan finansial dan dampak negatif terhadap
kesehatan fisik anggota keluarga.
b. Beban Subyektif
Beban subyektif merupakan beban yang berhubungan dengan
reaksi psikologis anggota keluarga meliputi perasaan kehilangan,
kesedihan, kecemasan dan maludalam situasi sional, koping, stress
terhadap gangguan perilaku dan frustasi yang disebabkan karena
perubahan hubungan
12.Beban Keluarga yang Mempunyai Klien Diabetes Melitus
Disabilitas satu anggota kelurga secara signifikan mempengaruhi keluarga
dan fungsinya, sebagaimana perilaku keluarga dan anggota keluarga secara
stimulan mempengaruhi perjalanan dan karakteristik disabilitas. Berdasarkan
asumsi timbal balik, jelas bahwa disabilitas sangat mempengaruhi perkembangan
keluarga dan juga anggota keluarga, terutama anggota keluarga yang tidak
mampu. Seringkali ketika suatu keluarga terlambat dalam memenuhi tugas
perkembangan keluarganya, terdapat interaksi antara tuntutan atau stresor
perkembangan dan tuntutan atau stresor situasional dalam keluarga secara
berlebih. Bertambahnya stres keluarga yang diciptakan oleh rendahnya fungsi
keluarga, sementara tugas perkembangan keluarga menjadi terganggu atau
terhambat.
Keluarga menghadapi situasi krisis dan ketegangan karena memiliki
anggota keluarga yang mengalami diabetes melitus, situasi krisis diperberat
diabetes meletus tersebut dalam jangka waktu yang tidak singkat dalam
perawatan, pengobatan, mengatur pola makan, mengatur pola aktivitas, kesabaran
tinggi dalam menghadapi emosi, kekhawatiran akan keadaan masa depannya,
situasi tersebut menimbulkan beban keluarga yang tidak ringan, jika tidak dapat
mendapatkan intervensi secara optimal dapat mengantarkan keluarga ke dalam
krisis psikologis (Achjar, 2010)
13. Fungsi Dan Tugas Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman 1988 dikutip dari (Ali, 2009). Bahwa
fungsi keluarga didefinisikan sebagai hasil dari konsekwensi dari struktur kelurag
fungsi fungsi dasar untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota individu
keluarga dan masyarakat luas. Fungsi keluarga sangat penting dalam
mmenjalankan kehidupan berkeluarga, jika salah satu fungsi keluarga yang tidak
akan berjalan maka akan mempengaruhi fungsi-fungsi yang lain. Lima fungsi
keluarga yaitu:
a. Fungsi afektif
Keluarga mengembangkan gambaran diri yang positif, peran
dijalankan dengan baik, dan penuh kasih sayang terhadap angota keluarga.
b. Fungsi sosialalisasi
Proses perkembangan dan perubahan individu menghasilkan interaksi
sosial, dan menjalankan perannya di dalam lingkungan sosial, Keluarga
keluarga untuk belajar di siplin, norma budaya, perilaku interaksi terhadap
keluarga sehingga mampu berperan dalam masyarakat.
c. Fungsi reproduksi
Untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber
daya manusia.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi adalah melakukan kegiatan ekonomi baik diluar
maupun di dalam kehidupan keluarga memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarganya seperti sandang, pangan, dan papan. Mengelola ekonomi
keluarga sehingga terjadi keserasian, keselamatan, keseimbangan, antara
pemasukan dan pengeluaran keluarga. Sehingga anggota rumah tangganya
berjalan serasi, selaras, dan seimbang. Ekonomi keluarga untuk
mewujudkan keluarga bahagia dan sejahtera.
e. Fungsi perawatan keluarga
Kemamupan keluraga melakukan asuhan keperawatan atau pemeliharaan
kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga dan individu
Tugas keluarga merupakan ketidakmampuan keluarga dalam
menghadapi masalah (Achjar, 2010).
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Termasuk bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan
penyakit, pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan persepsi
keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga.
Keluarga merasa takut terhadap akibat atau sikap negatif dari keluarga
terhadap pengambilan keputusan yang dilakukan keluarga terhadap
anggota keluarga yang sakit.
c. Ketidakmapuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,seperti
keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat dan perkembangan perawatan
yang diperlukan, sumber sumber yang ada dalam keluarga serta sikap
kelurga terhadap yang sakit.
d. Ketidakmampuan menciptakan suasana rumah yang sehat, seperti
pentingnya hygiene sanitasi bagi kelurga, upaya pencegahan penyakit, dan
kekompakan keluarga dalam dan luar rumah yang berdampak terhadap
kesehatan keluarga.
e. Ketidakmampuan keluarga memamfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan,
seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas
pelayanan kesehatan, adanya fasilitas yang tersedia.
14. Peran Keluarga
Peran adalah seperangkat perilaku interpersonal, sifat dan kegiatan yang
berhubungan dengan individu dalam posisi dan satuan tertentu. Setiap anggota
keluarga mempunyai peran masing-masing, Ayah sebagai pemimpin keluarga,
pencari nafkah, pendidik, pelindung atau pengayom, pemberi rasa aman, dan
sebagai anggota masyarakat kelompok sosial. Sedangkan Ibu sebagai pengurus
rumah tangga, pengasuh, pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan sebagai
anggota masyarakat, Sedangkan Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai
15. Peran perawat keluarga
Menurut setyowati (2008). Peran pearawtan dalam membantu keluarga
dalam menyelesaikan masalah atau melakukan perawatan kesehatan keluarga
sebagai berikut:
a. Pendidk
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga dengan
tujuan keluarga dapat melakukan program asuhan keluarga secara mendiri,
dan keluarga bertanggung jawab terhadap masalah kesehatannya.
b. Koordinator
Koordinasi diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang
komprehensif dapat tercapai dan untuk mengatur program kegiatan terapi.
c. Pelaksana
Perawat bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung
kepada pasien baik dirumah ataupun dirumah sakit. Perawat
mendemonstrasikan kepada kleuarga asuhan keperawatan.
d. Pengawas kesehatan
Perawat melakukan home visite atau kunjungan rumah yang teratur untuk
melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
e. Konsultan
Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan. Dan harus ada bina hubungan saling percaya (BHSP) antara
f. Kolaborasi
Kolaborasi tidak hanya dilakukan dirumah sakit tetapi juga dikeluarga
komunitas.
g. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi masalah dan meningkatkan derajat
kesehatan yang optimal dengan sistem rujukan dan dana sehat.
16. Definisi diabetes melitus
Diabetes melitus adalah gangguan hiperglikemia yang disebabkan oleh
ketidakadekutan insulin yang dapat menyebabkan ketoasidosis diabetik. Diabetes
melitus dapat diklasifikasikan menjadi diabetes melitus tipe 1 (insulin–dependen
diabetes mellitus atau IDDM), tipe II (non insulin-dependent diabetes mellitus
atau NIDDM) (Tucker, 2008).
Diabetes melitus merupakan keadaan hiperglikemia kronik yang di tandai
oleh ketiadaan absolut insulin atau intensitivitas sel terhadap insulin di sertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (Riyadi
dan sukarmin, 2008).
Diabetes melitus merupakan gangguan kesehatan yang yang berupa
kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar glukosa darah akibat
kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007).
Diabetes tipe 1 (IDDM) disebakan oleh gangguan sel beta pangkreas,
(IAA), dan Glutamic Acid Decarboxylase Antibodies (GADA). Dan terjadi
destruksi sel Beta, yang ditandai dengan defisiensi insulin absolut (Bustan, 2007).
Diabetes melitus Tipe 1 (IDDM) tejadi nya defisiensi produksi insulin
yang memerlukan pemberian insulin eksogen guna mencegah asidosis, terjadi
akibat perusakan autoimun sel Beta (Tucker, 2008). Menurut (Brunner &
Suddarth, 2002) Diabetes Melitus Tipe I disebabkan oleh faktor genetik, di mana
penderita diabetes mewarisi predisposisi/kecenderungan terhadap terjadinya
diabetes melitus Tipe I, biasanya ditemukan pada individu yang memiliki antigen
H. Selain itu disebabkan oleh faktor imunologi, adanya respon autoimun yang
abnormal, serta adanya kerusakan sel beta pankreas.
Diabetes Tipe II (NIDDM) merupakan diabetes yang paling sering
ditemukan di Indonesia. Penderita tipe ini biasanya ditemukan pada usia di atas 40
tahun disertai berat badan yang berlebih. Selain itu diabetes tipe II ini dipengaruhi
oleh faktor genetik, keluarga, obesitas, diet tinggi lemak, serta kurang gerak badan
(Utama, 2007). Menurut (tucker, 2008) diabetes melitus Tipe 11 (NIDDM) di
sebabkan oleh kerusakan sekresi insulin, resistensi insulin, dan peningkatan
produksi glukosa oleh hati.
Diabetes Gestational adalah jenis diabetes yang muncul pada saat ibu
hamil. Hal ini terjadi karena pengaruh beberapa hormon pada ibu hamil
menyebabkan resisten terhadap insulin. Diabetes ini dapat ditemukan sekitar 2-5%
tetapi resiko ibu terkena DM tipe II akan lebih besar dan janin kurang baik bila
tidak ditangani dengan benar (Utama, 2007).
Diabetes Melitus Sekundaer adalah diabetes yang terjadi akibat gangguan
yang spesifik seperti kerusakan pangkreas, gangguan endoktin dan faktor genetik
yang menyebabkan produksi insulin terganggu atau meningkatkan kadar gula
darah meningkat.dibangkitkan oleh zat-zat kimia seperti obat kortikosteroid
(Utama, 2007).
17. Faktor-faktor Penyebab Diabetes melitus
Ada banyak faktor yang memicu terjadinya diabetes. Semakin cepat
kondisi diabetes diketahui dan ditangani akan mencegah komplikasi yang terjadi
(Utama, 2009). Faktor-faktor yang dapat dianggap sebagai penyebab diabetes
antara lain kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai
kegagalan sel beta melepas insulin. Faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel
beta, antara lain adanya infeksi, pola diet, umur, obesitas, kegemukan, kehamilan,
gangguan sistem imunitas, kelainan insulin.
Diabetes melitus merupakan penyakit keturunan, bila orang tua menderita
diabetes melitus, anak-anaknya akan menderita diabetes melitus juga dan adanya
faktor risiko atau faktor pencetus, seperti infeksi virus pada diabetes melitus tipe
1, kegemukan, pola makan yang salah, minum obat-obatan yang dapat menaikan
kadar glukosa darah, proses menua dan stres. penyebab resistensi insulin pada
diabetes melitus tipe 2 adalah obesiatas, diet tinggi lemak dan rendah
diabetes melitus tipe 2 jumlah sel beta berkurang sampai 50-60% dari normal dan
jumlah sel alpa meningkat (Utama, 2007).
18. Gejala Diabetes Melitus
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau
kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah,
dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan
air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose),
sehingga urine sering dikerubuti semut (Utama, 2010).
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah
ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
a. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
b. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
c. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
d. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
e. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
f. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
g. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
h. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
i. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
19. Komplikasi Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan penyakit yang memiliki komplikasi, jika gula
darah tidak terkontrol dengan baik beberapa tahun kemudian akan timbul
komplikasi. Komplikasi akibat diabetes yang timbul dapat berupa komplikasi akut
dan kronis.
a. Komplikasi akut
Komplikasi akut merupakan komplikasi yang muncul secara
mendadak. Keadaan bisa fatal jika tidak segera ditangani dan kompliksai
akut masih menjadi masalah utama karena angka kematiannya masih
tinggi. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah:
1) Hipoglikemia (glukosa darah turun terlalu rendah)
Hipoglikemia adalah suatu keadaan di mana konsentrasi atau kadar
gula di dalam darah terlalu rendah (<60mg/dl), terjadi karena
pemakaian obat-obat diabetic yang melebihi dosis yang di anjurkan
sehingga terjadi penurunan glukosa dalam darah. Glukosa sebagian
besar difasilitasi untuk masuk kedalam sel (Sukarmin & Riyadi, 2008) .
Olah raga membakar glukosa dalam tubuh, tetapi perlu
diperhatikan kesesuaian antara olah raga dengan dosis obat dan pola
diet penderita. Latihan fisik dan olahraga berlebihan dapat
menyebabkan hipoglikemia pada malam hari atau keesokan harinya
disebut dengan delayed onset low blood sugar. Pengaruh alkohol
bekerja dengan menghambat kemampuan hati untuk melepaskan
glukosa darah serta meningkatkan efek insulin, dan dapat menyebabkan
hipoglikemia berat (Tandra, 2007).
Penyebab dari hipoglikemia adalah makan kurang dari aturan yang
ditentukan, berat badan turun, sesudah olahraga,sesudah melahirkan,
sembuh dari sakit, makan obat yang yang mempunyai sifat sama. Tanda
dari gejala hipoglikemia dapat bervariasi tergantung penurunan kadar
glukosa darah. Keluhan pada dasarnya dapat berupa keluhan pada otak,
ini dikarenakan otak tidak mendapat kalori yang cukup sehingga
mempengaruhi fungsi intelektual, antara lain sakit kepala, kurang
konsentrasi, mata kabur, lelah, kejang hingga koma. Keluhan lain
seperti lapar, nadi cepat, kejang atau koma. Keluhan akibat efek
samping hormon lain yang berusaha menaikkan kadar glukosa darah,
misalnya pucat, berkeringat, nadi cepat, berdebar, cemas serta rasa lapar
(Utama, 2007).
Pengobatan yang paling baik adalah pencegahan. Penyandang
diabetes melitus dan dokter bekerja sama, dokter memberikan
penerangan tentan obat pengaruh terhadap glukosa darah dan hubungan
dangan makanan, makan tepat waktu dan jumlah kalori adalah pokok
utama pencegahan. Pemberian gula murni ±30g (2sendik makan),
permen, dan makanan yang mengandung hidrat arang, stop obat
hipoglikemia sementara dan periksa gula darah sewaktu. Jika penangan
cepat, berikan larutan glokosa 40% sebanyak 2 flakon melalui vena
dextrose 10% per infus 6 jam per kolf, untuk mempertahankan glukosa
darah dalam nilai normal, dan bila belum teratasi dapat diberikan
antagonis insulin seperti adrenalin, kortison dosis tinggi atau glukagon
1 mg intravena (Utama, 2007).
2) Hiperosmolar Non-ketotik
Hiperosmolar Non-ketotik terjadi karena penurunan komposisi
cairan intra sel dan ekstra sel karena banyak diekresi lewat urin
(Sukarmin & Riyadi, 2008). Secara anamnesis ditemukan adanya
masukan kalori yang berlebihan, penghentianobat oral maupun oral
insulin yang didahului stres akut. Glukosa dapat menarik air keluar sel
dan selanjutnya keluar bersama urin, dan tubuh mengalami dehidrasi.
Penderita diabetes dalam keadaan ini menunjukkan gejala nafas cepat
dan dalam, banyak kencing, sangat haus, lemah, kaki dan tulang kram,
bingung, nadi cepat, kejang dan koma (Utama, 2007).
3) Ketoasidosis (terlalu banyak asam dalam darah)
Minimnya glukosa di dalam sel akan mengakibatkan sel mencari
alternatif untuk dapat memperoleh energi sel, jika tidak ada glukosa
maka benda-benda keton akan dipakai sel yang mengakibatkan
penumpukan residu pembongkaran benda-benda keton yang berlebihan
b. Komplikasi Kronik,
komplikasi ini terjadi karena glukosa darah berada di atas normal berlangsung secara selama bertahun-tahun. Komplikasi timbul secara
perlahan, kadang tidak diketahui, tetapi berangsur semakin berat dan
membahayakan. Komplikasi kronik dapat berupa komplikasi
makrovaskular seperti penyakit jantung koroner, pembuluh darah otak, dan
mikrovaskular adalah retinopati, nefropati, neuropati (Sukarmin dan
Riyadi, 2008).
1) Makroangiopati
Komplikasi makroangiopati adalah penyakit vaskuler otak,
penyakit arteri koronatia dan penyakit vaskuler perifer. Terjadi
mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah tepi, pembuluh darah
jantung, pembuluh darah otak. Perubahan pada pembuluh darah besar
dapat mengalami atherosklerosis sering terjadi pada NIDDM (Sukarmin
dan Riyadi, 2008).
2) Mikroangiopati
Komplikasi mikroangiopati merupakan perubahan-perubahan
mikrovaskuler yang ditandai dengan penebalan dan kerusakan membran
di antara jaringan dan pembuluh darah kecil, retinopayi diabetika,
nefropati diabetic. Terjadi pada penderita IDDM. Nefropati terjadi
karena perubahan mikrovaskuler pada struktur dan fungsi ginjal yang
perubahan dalam retina karena penurunan protein dalam retina yang
berakibat gangguan dalam penglihatan (Sukarmin dan Riyadi, 2008)
3) Neuropati diabetika
Perubahan metabolik mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik
saraf menurun kehilangan sensorik mengakibatkan penurunan persepsi
nyeri (Sukarmin dan Riyadi, 2008).
4) Rentan infeksi
Rentan infeksi seperti tuberculosis paru, gingivitis, dan infeksi
saluran kemih (Sukarmin dan Riyadi, 2008)
5) Kaki diabetik
Terjadi akibat perubahan mikroangiopati, makroangiopati, dan
neuropati yang menyebabkan perubahan ekstremitas bawah.
Kompliksai nya dapat terjadi gangguan sirkulasi, infeksi, gangren,
penurunan sensorik dapat menunjang terjadinya trauma atau tidak
terkontrolnya infeksi yang mengakibatkan gangren (Sukarmin dan
Riyadi, 2008).
20.Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes melitus adalah untuk
mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronik.
Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah
normal dan terhindar dari hyperglikemia dan hypoglikemia. Komponen dalam
kadar gula darah, terapi (intervensi farmakologi dan insulin) dan pendidikan atau
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui
Gambaran Tingkat Kecemasan dan Beban Keluarga Pada Pasien yang
Menderita Diabetes melitus Di Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang Tahun
2012. Berdasarkan tinjauan teoritis maka kerangka konsep dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Skema 3.1
Kerangka penelitian Gambaran tingkat kecemasan dan beban keluarga terhadapa pasien yang menderita diabetes melitus.
Ket : Diteliti
Tidak diteliti
Kecemasan keluarga pada pasien Diabetes Melitus :
- Terhadap komplikasi - Perawatan yang lama
2. Defenisi Operasional Variabel Penelitian3
Tabel 1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
2. Beban
pasien diabetes melitus
pada saat perawatan
dengan waktu yang
lama dan pengobatan
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yang
bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat kecemasan dan beban keluarga
(suami, istri, anak, ayah dan ibu), menghadapi anggota keluarganya yang
menderita Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang.
2. Populasi dan Sampel 2.1 Populasi
Populasi adalah Keseluruhan subjek penelitian atau subjek yang diteliti
(Arikunto, 2010). Populasi dari penelitian ini adalah keluarga yang
mengalami diabetes melitus diruang rawat inap dan rawat jalan, dengan
jumlah 170 orang di Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang.
2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel
Purposive Sampling yaitu teknik sampling yang digunakan dengan cara
memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti,
sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik (Nursalam, 2008).
Adapun kriteria inklusi yang ditentukan oleh peneliti adalah :
2.1.1 Sampel bersedia menjadi responden
2.1.3 Bisa berbahasa indonesia dan
2.1.4 Umur minimal 17 tahun.
Menurut Nursalam (2008) Dalam menentukan besarnya sampel dimana
sampel lebih kecil dari 1000, maka peneliti menggunakan rumus :
Dimana :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d=Tingkat kesalahan yang dipilih ( 0,1, 0,5, atau 0,01)
N
n =
N (d)² + 1
170
n =
170 ( 0,1 )² + 1
170
n =
2,7
= 62,96
= 63 responden N
Sehingga jumlah sampel sebanyak 63 orang responden di Rumah Sakit
Aceh Tamiang.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di ruang rawat inap dan rawat jalan Rumah Sakit
Umum Aceh Tamiang dan pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juli
sampai dengan September 2012. Peneliti memilih Rumah Sakit Aceh Tamiang
sebagai tempat penelitian karena belum pernah ada dilakukan penelitian di Rumah
Sakit Aceh Tamiang mengenai tingkat kecemasan dan beban keluarga pada pasien
yang menderita diabetes melitus. Pertimbangan lain adalah efektivitas waktu serta
terjangkaunya daerah yang mudah dikunjungi.
4. Pertimbangan Etik
Pertimbangan etik dalam penelitian ini bertujuan agar peneliti dapat
menjaga dan menghargai hak asasi para respondennya. Dalam penelitian ini,
peneliti mengajukan permohonan izin kepada Direktur Rumah Sakit Aceh
Tamiang tempat saya melakukan penelitian. Setelah mendapat izin persetujuan
kemudian melakukan penelitian dengan menekankan pertimbangan etik yang
meliputi :
1. Onotomi
Otonomi. Peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk
menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan
2. Informed Consent
Peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti
memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan manfaat penelitian. Jika
responden bersedia menjadi peserta penelitian maka responden diminta
menandatangani lembar persetujuan.
3. Anonimity
Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan
data, tetapi akan memberikan kode pada masing-masing lembar
persetujuan tersebut.
4. Confidentiality
Peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan kelompok data
tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.
5. Beneficience
Selalu berupaya bahwa kegiatan yang diberikan kepada responden
mengandung prinsip kebaikan bagi responden guna mendapatkan suatu
metode atau konsep baru untuk kebaikan responden.
6. Nonmaleficience
Penelitian yang dilakukan tidak mengandung unsur bahaya atau merugikan
apalagi sampai mengancam jiwa bagi responden.
7. Veracity. Penelitian yang dilakukan harus dijelaskan secara jujur tentang
manfaat, efek dan apa yang didapat jika responden terlibat di dalam
8. Juctice. Peneliti harus berusaha semaksimal mungkin untuk tetap
melaksanakan prinsip juctice (keadilan) pada saat melakukan penelitian.
(Hidayat, 2007)
5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk
kuesioner yang terdiri dari tiga bagian yaitu lembar pertama mengenai data
demografi meliputi : terdiri dari umur, jenis kelamin, suku, pendidikan, pekerjaan,
hubungan dengan keluarga, penghasilan, bagian kedua mengenai tingkat
kecemasan keluarga tentang komplikasi diabetes melitus dan perawatan yang
lama. Alat ukur kecemasan berdasarkan (HARS) Hamington Anxiety Rating
Scale (Nursalam, 2008). Kuesioner mengenai tingkat kecemasan terdiri dari 14
pertanyaan. Data untuk mengisi kuesioner mengenai tingkat kecemasan
menggunakan angka (skor) antara 1– 4 dengan nilai sebagai berikut :
Nilai 1 = (satu gejala dari pilihan yang ada) Nilai 2 = (separuh dari gejala yang ada)
Nilai 3 = (lebih dari separuh dari gejala yang ada) Niali 4 = (semua gejala ada)
Dengan menggunakan rumus statistik menurut Sudjana (2005),
Panjang kelas = Rentang
Banyak kelas
Rentang adalah selisih nilai tertinggi dan terendah. Untuk tingkat
kecemasan, nilai tertinggi adalah 56 dan nilai terendah 14. Maka rentang untuk
tingkat kecemasan adalah 14, dengan banyak kelas tiga kategori yaitu ringan,
14 sebagai batas bawah kelas ordinal pertama. batas bawah pertama maka
persepsi di kategorikan sebagai berikut :
14-28 : karakteristik cemas ringan
29-42: karakteristik cemas sedang
43-56: karakteristik cemas berat
Bagian ketiga tentang beban keluarga terdiri dari pertanyaan beban obyektif,
beban subyektif dan beban iantrogenik pada komplikasi diabetes melitus dan
perawatan yang lama.
kuesioner beban keluarga dibuat berdasarkan tinjauan pustaka yang terdiri
dari 12 pertanyaan, pertanyaan no 1 sampai 4 tentang obyektif, 5 sampai 8
tentang subyektif dan 9 sampai 12 tentang iontrogenik. dengan penilaian
menggunakan skala Guttman dengan jawaban Ya dan Tidak. ( pernyataan yang
tepat diberi nilai 1 dan yang salah diberi nilai 0). Nilai yang tertinggi 12 dan
terendah 0 .
Untuk beban keluarga, nilai tertinggi adalah 12 dan nilai terendah 0. Maka
rentang untuk motivasi adalah 12, dengan banyak kelas tiga kategori yaitu rendah,
sedang dan tinggi. Maka didapat panjang kelas adalah 12 dengan nilai terendah 0
sebagai batas bawah kelas ordinal pertama. Maka beban keluarga pada klien yang
menderita diabetes melitus dapat dikategorikan :
0-4 : karakteristik ringan
5-8 : karakteristik sedang
6. Uji Validitas dan Reliability
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan suatu
instrumen. Suatu instrumen yang valid adalah instrumen yang mempunyai
validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki
validitas rendah (Arikunto, 2010).
Uji validitas dilakukan oleh dosen yang ahli dibidang ini berupa uji
content validitas. Berdasarkan uji reliabilitas tersebut, kuesioner disusun kembali
dengan bahasa yang lebih efektif dan dengan item-item pernyataan yang akan
mengukur sasaran yang ingin di ukur sesuai dengan teori atau konsep. Setelah
dilakukan uji validitas maka didapatkan hasil bahwa instrument penelitian yang
digunakan telah valid dan dapat di gunakan untuk penelitian selanjutnya.
Uji Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana suatu
alat pengukuran dapat dipercaya dan tetap konsisten bila dilakukan beberapa kali
dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoadmodjo, 2010). Uji reliabilitas
dilakukan pada keluarga klien yang menderita diabetes melitus di Rumah Sakit
Umum Daerah Langsa pada bulan Agustus. Instrumen reliabel diujikan kepada
30 orang responden sesuai kriteria penelitian yang sudah ditentukan. Pada
penelitian ini diperoleh hasil uji reliabilitas yaitu nilai Cronbach Alpha untuk
variabel kecemasan 0,887 dimana r tabel 0,378 dan untuk variabel beban keluarga
diperoleh alpha 0,846. Karena nilai Alpha >0,7 maka dinyatakan bahwa seluruh
7. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti menerima surat dari institusi
pendidikan (Fakultas Keperawatan USU) dan surat izin dari lokasi penelitian yaitu
Rumah Sakit Aceh Tamiang. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
menggunakan kuesioner dan sebelum membagikan kuesioner, terlebih dahulu
peneliti meminta kesediaan menjadi responden penelitian, kemudian responden
diberi kesempatan membaca surat persetujuan menjadi responden.
Sebelum mengisi kuesioner, responden terlebih dahulu diberi penjelasan
dan menandatangani informed concent sebagai tanda persetujuan menjadi
responden penelitian. Setelah diisi sendiri oleh responden, kuesioner dikumpulkan
oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya sesuai dengan petunjuk (editing),
memberikan kode tertentu pada kuesioner untuk mempermudah sewaktu
mengadakan tabulasi dan analisa data (coding), dan mempermudah analisa data,
pengolahan dan pengambilan kesimpulan dengan melakukan tabulasi (tabulating).
pengolahan data dilakukan secara komputerisasi, kemudian dilakukan labelisasi
variabel, dimana yang di ukur adalah frekuensi, persen dan mean. Hasil analisa
data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase untuk
melihat gambaran tingkat kecemasan dan beban keluarga pada klien yang
menderita diabetes melitus.
8. Analisa Data
Setelah data terkumpul, maka dilakukan analisa data melalui beberapa
tahapan. Pertama dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas
memberi kode untuk memudahkan peneliti dalam melakukan mentabulasi data
yang telah dikumpulkan. Kemudian dilakukan pengolahan data dengan
menggunakan teknik komputerisasi.
Hasi penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan
persentase sehingga memperoleh gambaran tentang objek yang diteliti dengan
gambaran tingkat kecemasan 3 kategori: ringan, sedang dan berat serta gambaran
beban keluarga 3 kategori yaitu: beban ringan, beban sedang dan beban berat.
Kesimpulan dibuat dengan bentuk kesimpulan induktif dimana hasil dari para
responden akan disimpulkan sebagai jawaban secara umum yang memwakili
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian serta pembahasan yang
diperoleh dari pengumpulan data terhadap 63 responden di Rumah sakit Aceh
Tamiang selama bulan Juli sampai November 2012. Hasil penelitian ini
menguraikan mengenai tingkat kecemasan dan beban keluarga pada klien yang
menderita diabetes melitus di Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang.
1. Hasil penelitian
Hasil penelitian dibawah ini menguraikan gambaran data demografi
responden dan gambaran tingkat kecemasa dan beban keluarga pada klien yang
menderita diabetes melitus di Rumah sakit Aceh Tamiang.
1.1 Data demografi responden
Responden dalam penelitian ini adalah keluarga pada klien yang
menderita diabetes melitus dirumah sakit umum daerah aceh tamiang
dengan jumlah 63 responden. Hasil penelitian didapatkan bahwa umur
responden terbanyak berada pada rentang 27-33 tahun yaitu sebanyak 19
responden (30,2%). Sedangkan jenis kelamin responden terbanyak
laki-laki sebanyak 33 responden (52,4%). Berdasarkan Suku didapatkan hasil
bahwa mayoritas suku aceh sebanyak 37 responden (58,7%), Pendidikan
responden terbanyak adalah perguruan tinggi sebanyak 31 responden
sebanyak 26 responden (41,3%), hubungan dengan keluarga terbanyak
adalah suami sebanyak 24 responden (38,1%), sebagian besar responden
mengungkapkan bahwa penghasilan perbulan besar dari Rp 1.000.000-
3.000.000 yaitu 31 responden (49,2%).
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Data Demografi keluarga pada klien yang menderita Diabetes Melitus di Rumah Sakit Aceh Tamiang (n=63)
Data Demografi Frekuensi (n) Persentase (%) Umur
1.2Tingkat Kecemasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keseluruhan responden
yang berjumlah 63 orang responden yakni keluarga pada klien yang
menderita diabetes melitus terdapat 3 kategori kecemasan yaitu, cemas
ringan, cemas sedang dan cemas berat. Mayoritas responden mengalami
kecemasan sedang yakni sebanyak 38 responden (60,3%), dan sebagian
lagi mereka menunjukkan kecemasan berat yaitu sebanyak terdapat 15
responden (23,8%), serta kecemasan ringan hanya 10 responden (15,9%).
Data tersebut dapat di lihat pada tabel 5.2
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi tingkat kecemasan keluarga pada klien yang menderita Diabetes Melitus di Rumah Sakit Aceh Tamiang (n=63)
Tingkat Kecemasan keluarga
Frekuensi n=(63) Persentase (%)
Cemas Ringan 10 15,9
Cemas Sedang 38 60,3
Cemas Berat 15 23,8
1.3. Beban Keluarga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban keluarga dari 63 orang
responden keluarga pada klien yang menderita diabetes melitus dapat
dibedakan 3 kategori beban yaitu, beban ringan, beban sedang dan beban
berat di peroleh hasil bahwa mayoritas keluarga mengalami beban berat
yakni sebanyak 27 responden (42,9%), dan sebagian lagi mereka