• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Mekanisme Koping Pada Pasien Luka Kaki Diabetes di Asri Wound Care Centre

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Mekanisme Koping Pada Pasien Luka Kaki Diabetes di Asri Wound Care Centre"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1 FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Gambaran Mekanisme Koping Pada Pasien Luka Kaki Diabetes Oleh :

Bebi Wanda Sri Ulina

Saya mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian mengenai gambaran mekanisme koping pada paien luka kaki diabetes di Asri Wound Care Centre Medan.Tujuan peneliti melakukan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gambaran mekanisme koping pada pasien luka kaki diabetes di Asri Wound Care Centre Medan.

Agar tercapainya tujuan dari penelitian ini, saya selaku peneliti mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu, Saudara/Saudari sebagai responden. Peneliti akan menjamin kerahasiaannya, sangat diusahakan tidak ada orang lain yang membacanya kecuali peneliti sendiri dan semua data akan digunakan hanya untuk kepentingan penelitian. Informasi yang peneliti dapatkan dari Bapak/Ibu, Saudara/Saudari akan dipergunakan dalam mengembangkan Ilmu Keperawatan khususnya Riset Keperawatan dan sebagai bukti penelitian yang sah dalam penelitian.

Apabila bapak/ibu, Saudara/Saudari tidak menginginkan menjadi bagian dari responden penelitian ini, bapak/ibu, Saudara/Saudari berhak menolak dan tidak ikut berperan serta dalam penelitian ini tanpa ada ganjaran apapun. Keikutsertaan sebagai responden dalam penelitian ini adalah bersifat suka rela. Apabila Bapak/Ibu, Saudara/Saudari setuju berpartisipasi maka kami mohon untuk bersedia menandatangani lembar persetujuan menjadi responden. Atas perhatian dan kesediaannya, kami ucapkan terima kasih.

Medan, Juli 2016 Responden

(2)

Lampiran 2 KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN LUKA KAKI DIABETES

Kode Responden : ( diisi peneliti)

Petunjuk pengisian:

1. Bacalah dengan cermat dan teliti pada setiap item pertanyaan

2. Pilih salah satu jawaban yang sesuai menurut Bapak/ Ibu paling sesuai dengan

kondisi yang dialami dengan memberi tanda ceklis (√ ) pada pilihan yang

dipilih.

Pilihan yang akan dipilih adalah:

TP : tidak pernah

J : Jarang

S : sering

SS : selalu

3. Isilah titik- titik yang tersedia dengan jawaban yang benar

A. Data demografi responden (identitas responden)

Nama (Inisial) : ………..

Jenis kelamin :

Agama :

Islam

(3)

Hindu

Budha

... (lain-lain sebutkan)

Umur : ………… Tahun

Laki-laki

Perempuan

Suku :

Batak toba

Mandailing

Karo

Jawa

... (lain-lain, sebutkan)

Pendidikan :

Tidak sekolah

SD

SMP

SMA

Diploma

(4)

B. Kuesioner mekanisme koping

No A. Problem-focused coping TP J S SS

1 Saya memikirkan upaya untuk mengatasi masalah yang sedang saya alami

2 Saya mengambil tindakan untuk mencoba mengatasi masalah tersebut menjadi lebih baik

3 Saya mencoba untuk membuat suatu strategi tentang apa yang sebaiknya saya lakukan

4 Saya berfikir dengan serius mengenai langkah-langkah apa yang sebaiknya saya ambil

5 Saya berusaha untuk melihat masalah tersebut dari sudut pandang lain agar masalah tersebut kelihatannya menjadi lebih positif

6 Saya mencari dukungan emosional dari orang lain 7 Saya mencari kenyamanan dan pengertian dari

seseorang

8 Saya mencari pertolongan dan nasehat-nasehat dari orang lain

9 Saya berusaha untuk meminta nasehat/pertolongan dari orang lain mengenai apa yang sebaiknya saya lakukan

B. Emotion-focused coping

10 Saya berusaha tegar ketika seseorang takut melihat luka kaki diabetes yang saya alami

11 Saya menerima kenyataan bahwa masalah yang sayaa lami memang telah terjadi

12 Saya belajar untuk terbiasa dengan masalah yang saya alami

13 Saya menjalankan diet diabetes/senam kaki untuk mengatasi masalah yang saya alami

14 Saya merasarisih kalau luka kaki diabetes saya kelihatan orang lain

15 Saya berfikir kalau masalah yang saya alami hanyalah peringatan dari Tuhan untuk saya menjadi seseorang yang lebih baik

16 Saya berdoa untuk mengatasi masalah yang saya alami 17 Saya melakukan sesuatu pekerjaan/aktivitas lainnya

untuk melupakan masalah yang saya alami

18 Saya pergi rekreasi kesuatu tempat agar saya tidak terlalu memikirkan masalah yang saya alami

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)

15 NM Pr Kristen 52

tahun Batak Toba SMA 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 2 1 4 3 2 1 1 4 16 SK Pr Islam

59

tahun Jawa SMA 4 2 2 3 2 4 4 3 3 3 3 4 4 1 4 4 2 1 2 4

17 My Pr Islam 58

tahun Lain-lain SD 3 3 1 2 1 2 4 1 1 4 4 4 2 1 4 4 2 1 2 2 18 Z Lk Islam

51

tahun Lain-lain SMA 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 1 4 19 A Lk Islam

63

tahun Lain-lain SMP 2 2 2 3 2 3 2 2 3 4 1 3 1 2 4 4 3 3 1 2 20 Sr Pr Islam

66

tahun Lain-lain SMA 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 1 4 4 2 1 2 4 21 Tg Lk Islam

59

tahun Jawa S1 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 2 4 4 4 4 3 1 2 4

22 JS Lk Islam 59

(13)

Lampiran 8

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

(14)

Lampiran 9

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid islam 20 90.9 90.9 90.9

kristen 2 9.1 9.1 100.0

(15)

Statistics

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(16)
(17)

Lampiran 11 TAKSASI DANA

PROPOSAL

1. Biaya rental dan print proposal Rp. 100.000

2. Biaya internet Rp. 100.000

3. Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp. 50.000

4. Pembelian buku sumber tinjauan pustaka Rp. 100.000

5. Fotocopy perbanyak proposal Rp. 50.000

PENGUMPULAN DATA

1. Uji Reabilitas Rp. 50.000

2. Ijin Penelitian Rp. 200.000

3. Transportasi Rp. 100.000

4. Fotocopy kuesioner dan persetujuan responden Rp. 50.000

5. Souvenir Rp. 50.000

ANALISA DATA DAN PENYUSUNAN LAPORAN

1. Biaya rental dan print Rp. 50.000

2. Penjilidan Rp. 150.000

3. Fotocopy laporan penelitian Rp. 100.000

BIAYA TAK TERDUGA Rp. 100.000

(18)

Lampiran 12

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Bebi Wanda Sri Ulina

Tempat, TanggalLahir : Medan, 29 Oktober 1994

JenisKelamin : Perempuan

Agama : Islam

Email : bebiwanda94@yahoo.com

Alamat : Jln. Binjai Km 13,8Dusun XIV Emplasmen

RiwayatPendidikan

1. SDNegeri 064979 Medan Tahun 2000 - 2006

2. SMP Panca Budi Medan Tahun 2006 - 2009

3. SMA Panca Budi Medan Tahun 2009 - 2012

4. Kuliah di IlmuKeperawatanFakultasKeperawatan USU Tahun 2012 -

(19)

30

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2005). Manajemen penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Desalu, O. O., Salawu, F. K., Adekoya, A. O., Busari, O. A., Olokaba, A. B. (2011). Diabetic foot care: Self reported knowledge and practice among patients attending three tertiary hospital in Nigeria. Ghana Medical Journal, 45, 60-65.

Ekaputra, E. (2013). Evolusi Manajemen Luka. Jakarta: TIM

Erman. (1998). Thediabtesmelitus manual a primary care companion to

ellenberg&rifkin’ssixt edition. USA: The Mcgraw-Hill companies.

Fausiah, F, & Widury, J. (2005). Psikologi abnormal klinis dewasa. Jakarta: UI-Press

Hidayat, A. A. (2013). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data. Jakarta: Salemba Medika.

Inzucchi. (2005). The wound diabetes mellitus manual a primary care companion

to ellenberg & rifkin’s sixt edition. USA : The McGraw-Hill Companies

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2004). Fundamental of nursing :

concept, process and practice 7th. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Lazarus, R.S., & Folkman, S. (1984). Stress, apparaisal, and coping. Newyork: Spinger Publishing Company.

Maryunani.(2013). Perawatanluka modern terkinidanterlengkap. Jakarta: In Media.

Mutoharoh.(2010). Faktor-faktor yang

berhubungandenganmekanismekopingpasiengagalginjalkronik.UI.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

(20)

31

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. (Edisi 2). Jakarta: Salemba Medika.

Potter, P, A, & Perry A.G. (2005). Fundamental keperawatan. Jakarta: EGC. Sunaryo, (2004). Psikologi dasar. Jakarta :EGC

Silalahi. (2015). Mekanisme koping pasien kanker payudara di RSUP

HAM..http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/47664padatanggal 17 November 2015.

Siswanto. (2007). Kesehatan mental konsep, cakupan, dan perkembangannya. Yogyakarta : Andi

Smelzer, & Bare. (2002).Ilmu penyakit dalam. Jakarta: Salemba Medika.

Smelzer, & Bare. (2008). Buku ajar keperawatan medikal bedah brunner &

suddart. Jakarta : EGC

Suryani, E. (2014).Faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme koping paien

luka diabetes

melitus.http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/44555.padatanggal 2 Oktober 2015.

(21)

14

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN 1. Konsep Kerangka Penelitian

Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

gambaran mekanisme koping pada pasien luka kaki diabetes di Asri Wound Care

Centre, seperti yang tergambar dalam skema kerangka konsep berikut:

Skema 1. Kerangka konsep gambaran mekanisme koping pada pasien luka kaki

diabetes.

Mekanisme Koping

-Problem-focused

coping

-Emotion-focused

- Adaptif

(22)

15

2. Defenisi Operasional

No. Variabel Definisi

(23)

16

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu

menggambarkan mekanisme koping pada pasie luka kaki diabetes di Asri Wound

Care Centre Jln. Suluh Gg. Mahmud No.41 Medan.

2. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010). Adapun

yang menjadi populasi penelitan ini adalah seluruh pasien luka kaki diabetes yang

datang berobat di klinik Asri Wound Care Centre yang berjumlah 310 pasien

selama Januari – September 2015. Bila jumlah 310 pasien : 9 bulan = 37

pasien/bulan.

3. Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik accidental

sampling dimana semua anggota populasi menjadi sampel (Notoatmodjo, 2010).

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah 22 pasien yang mengalami luka kaki

diabetes.

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Jln. Suluh Gg. Mahmud

No.41 Medan Sumatera Utara. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan

(24)

17

5. Pertimbangan Etik

Penelitian dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari bagian

pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini

peneliti memperoleh ethical clearance oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah memperoleh surat

rekomendasi dan ethical clearance, selanjutnya peneliti memberikan penjelasan

kepada responden tentang maksud, tujuan serta prosedur penelitian yang

dilakukan. Lembar persetujuan menjadi responden sebagai bukti kesediaannya

sebagai sampel dalam penelitian.

Hal ini responden berhak untuk menolak terlibat dalam penelitian ini.

Peneliti akan merahasiakan identitas responden yang sudah dilampirkan di lembar

persetujuan responden. Jika responden bersedia diteliti maka harus terlebih dahulu

menandatangani lembar persetujuan. Jika responden menolak diteliti maka

peneliti tidak dapat memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden.

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan mencantumkan

nama responden (anonymity) pada lembar pengumpulan data yang diisi oleh

responden. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu. Kerahasiaan

(confidentiality) informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti

dan hanya kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil

(25)

18

6. Instrumen penelitian

Data penelitian diperoleh dengan menggunakan instrumen penelitian

berupa kuesioner. Instrumen ini terdiri dari 2 bagian yaitu kuesioner data

demografi dan kuesioner tentang mekanisme koping pasien luka diabetes melitus.

Kuesioner data demografi meliputi jenis kelamin, agama, umur, suku, pendidikan.

Kuesioner ini digunakan hanya untuk melihat distribusi demografi dari responden

saja dan tidak dianalisis.

Kuesioner mekanisme koping diadopsi dari peneliti sendiri yang sudah

diuji validitas yang terdiri dari 20 pernyataan, pernyataan 1-9 adalah

Problrm-focused coping dan pernyataan 10-20 adalah Emotion-Problrm-focused coping. Skala

pengukuran yang digunakan adalah skala likert dengan pilihan jawaban “tidak

pernah”, “jarang”, “sering”, “selalu”. Untuk jawaban “tidak pernah” diberi nilai 1,

jawaban “jarang” diberi nilai 2, jawaban “sering” diberi nilai 3 dan jawaban

“selalu” diberi nilai 4. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 80 dan terendah

adalah 20. Berdasarkan rumus statistika (Hidayat, 2013):

Dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 60 (selisih nilai

tertinggi dan nilai terendah) dan banyak kelas 2 (adaptif dan maladaptif), maka

didapatkan panjang kelas sebesar panjang kelas sebesar p = 30. Hasil data

pengukuran mekanisme koping dikategorikan sebagai berikut:

20 - 49 = Maladaptif

(26)

19

7. Uji Validitas

Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip

keandalan instrumen dalam mengumpulkan data (Nursalam, 2008). Uji validitas

pada penelitian ini menggunakan validitas isi yang disusun mengacu pada

tinjauan pustaka. Dalam penelitian ini, uji validitas oleh dosen di bidang

Keperawatan Jiwa. Instrumen yang disusun peneliti berjumlah 20 butir.

8. Pengumpulan Data

Peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada

Dekan Fakultas Keperawatan USU dan mengirimkan surat izin ke Asri Wound

Care Centre Medan sebagai tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan dari

klinik tersebut, peneliti melakukan pengumpulan data.

Peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat dan

proses pengisian kuesioner sebelum menanyakan kesediannya untuk terlibat

sebagai responden. Peneliti menjelaskan bahwa instrumen penelitian yang

digunakan ada 2, yang pertama kuesioner data sampel yang berisi umur, jenis

kelamin, agama, suku, pendidikan. Kedua, kuesioner mengenai mekanisme

koping. Calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani lembar

persetujuan (informed consent). Responden diminta untuk mengisi kuesioner yang

diberikan oleh peneliti dan diberikan kesempatan untuk bertanya bila ada yang

(27)

20

9. Analisa Data

9.1. Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2010), setelah data terkumpul maka langkah yang

dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Tahap-tahap proses pengolahan

data ialah:

9.1.1. Editing

Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan

penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing merupakan kegiatan

untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner.

9.1.2. Coding

Kuesioner yang telah diedit atau disunting selanjutnya dilakukan

pengkodean atau coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan.

9.1.3. Processing

Data yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam

bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau software

komputer..

9.1.4. Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry untuk

mengetahui ada tidaknya kesalahan.dengan melihat frekuensi data. Peneliti

memeriksa kembali pengolahan hasil penelitian dan tidak ditemukan data yang

(28)

21

9.2. Analisa Data

Analisa data dalam penelitian di bentuk analisi univariat. Analisis

univariate dilakukan untuk mendeskripsikan data demografi yang meliputi umur,

jenis kelamin, agama, suku, pendidikan dan untuk mendeskripsikan data

mekanisme koping yang meliputi adaptif dan maladaptif. Data tersebut disajikan

(29)

22

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang Gambaran Mekanisme

Koping pada Pasien Luka Kaki Diabetes di Asri Wound Care Centre. Penelitian

ini telah dilakukan pada bulan Juli 2016 di Asri Wound Care Centre.

1.1. Deskripsi Karakteristik Responden

Deskripsi karakteristik responden terdiri dari: jenis kelamin, agama, umur,

suku dan pendidikan. Data karakteristik responden ditampilkan hanya untuk

melihat distribusi demografi dari responden saja. Data yang diperoleh berdasarkan

tabel 1, jumlah jenis kelamin responden laki-laki dan perempuan adalah sama

yaitu sebanyak 50%. Sebanyak 91% responden beragama Islam. Menurut

karakteristik umur, sebanyak 50% responden berusia 51-60 tahun. Sebanyak 36%

responden bersuku lain-lainnya. Dan karakteristik responden berdasarkan

pendidikan, sebanyak 41% berpendidikan SMA.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik Responden di AsriWound Care Centre (n=22)

Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)

(30)

23

1.2 Mekanisme Koping Pada Pasien Luka Kaki Diabetes

Dari hasil kumulatif seluruh sub variabel mekanisme koping, maka hasil

penelitian kepada 22 responden didapatkan sebanyak 86% responden memiliki

mekanisme koping yang adaptif.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Mekanisme Koping Pada Pasien Luka Kaki Diabetes di Asri Wound Care Centre (n=22)

Mekanisme Koping Frekuensi (f) Persentase (%)

(31)

24

2. Pembahasan

2.1. Gambaran data demografi responden luka kaki diabetes 2.1.1. Jenis Kelamin

Hasil penilitian yang dilakukan di Asri Wound Care Centrediketahui

bahwa mayoritas responden antara laki-laki sama perempuan sama besar, hal

ini tidak sesuai dengan teori (Siswanto, 2007) yang menyatakan bahwa

perempuan biasanya mempunyai daya tahan yang lebih baik terhadap stresor

dibanding dengan laki-laki.

2. Umur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas umur 51-60 tahun. Umur

termuda adalah 45 tahun dan tertua adalah 75 tahun. Menurut Smelzer & Bare

(2008), komplikasi diabetes melitus merupakan jenis luka yang paling banyak

dengan persentasi antara 90-95% dari seluruh penderita luka dan sangat banyak

dialami oleh dewasa diatas 40 tahun. Hal ini disebabkan karena resistensi

insulin cenderung meningkat pada usia 40-65 tahun, disamping adanya riwayat

obesitas dan faktor keturunan.

Menurut Izucchi (2005) faktor resiko terjadi luka kaki diabetes salah

satunya adalah umur dan akan meningkat pada usia dewasa awal dan juga

dewasa lanjut. Hasil penelitian sesuai dengan teori bahwa sebagian responden

(32)

25

3. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan sebagian besar berada pada kategori tingkat

pendidikan tinggi yaiti SMA 9 (41%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan Suryani (2014) mengenai faktor yang mempengaruhi management

perawatan diri luka diabetes di Medan bahwa 25 ( 59,5%) responden berada

pada kategori pendidikan tinggi. Hal ini berbeda dengan penelitian Bai, Chiou,

dan Chang (2009) di Taiwan tentang perilaku perawatan diri dan faktor yang

mempengaruhi luka diabetes melitus sebagian besar responden berpendidikan

rendah (52,7%).

2.2. Strategi koping responden luka kaki diabetes 1. Problem-focused coping

Pada penelitian ini menunjukkan jumlah responden luka kaki diabetes

menjalani perawatan luka yang memiliki kategori adaptif yaitu 19 orang

(86%). Sedangkan pasien luka kaki diabetes yng memiliki kategori maladaptif

3 orang (14%). Dari hasil penelitian didapatkan mekanisme koping kategori

adaptif. Sejalan dengan teori Lazarus dan Folkman (1984) koping yang

berfokus problem-focused copingyaitu usaha mengatasi stres dengan cara

mengatur atau mengubah masalah yang dihadapi dan lingkungan sekitarnya

yang menyebabkan terjadinya tekanan. Mencari informasi mengenai suatu

(33)

26

2. Emotion-focused coping

Pada penelitian ini menunjukkan jumlah responden luka kaki diabetes

menjalani perawatan luka yang memiliki kategori adaptif yaitu 21 orang

(95%). Sedangkan pasien luka kaki diabetes yng memiliki kategori maladaptif

1 orang (5%). Dari hasil penelitian didapatkan mekanisme koping kategori

adaptif. Sejalan dengan teori Lazarus dan Folkman (1984) koping yang

berfokus emotion-focused copingyaitu berusaha mengenal stres dengan cara

mengatur respon emosional dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak

yang akan ditimbulkan oleh satu kondisi atau situasi yang dianggap penuh

tekanan. Menghindar, meminimalisir, menjaga jarak, selektif memilih

perhatian dan mencri nilai positif dari sebuah peristiwa negatif.

2.2. Gambaran mekanisme koping responden luka kaki diabetes

Pada hasil penelitian ini menunjukkan jumlah pasien luka kaki diabetes

yang menjalani perawatan luka yang memiliki mekanisme koping adaptif yaitu

19 orang (86%). Sedangkan pasien luka kaki diabetes yang memiliki

mekanisme koping maladaptif 3 orang(14%). Dari hasil penelitian di dapatkan

mekanisme koping pasien luka kaki diabetes yang menjalani perawatan luka

adalah adaptif.

Sejalan dengan penelitian Sarafino (2008) pasien yang memiliki

mekanisme koping yang adaptif pada pasien yang mengalami luka kaki

diabetes adalah sebanyak 40 orang (55,6%) sedangkan mekanisme koping

(34)

27

Sesuai dengan penelitian Suryani & Widyasih (2008) yang menyatakan

bahwa penggunaan koping yang adaptif membantu individu dalam beradaptasi

untuk menghadapi keseimbangan. Adaptasi individu yang baik muncul reaksi

untuk menyelesaikan masalah dengan melibatkan proses kognitif, efektif dan

psikomotor (bicara dengan oranglain untuk mencari jalan keluar suatu masalah,

membuat berbagai tindakan dalam menangani situasi dan belajar dari

pengalaman masa lalu). Sesuai dengan pernyataan Lazarus dan Folkman

(1984) mekanisme koping yang efektif adalah koping yang membantu sesorang

untuk menoleransi dan menerima situasi menekan, serta tidak merisaukan

tekanan yang tidak dapat dikuasainya. Sesuai dengan pernyataan Taylor

(1991), mengemukakan agar koping dilakukan dengan efektif, maka strategi

koping perlu mengacu pada lima fungsi tugas koping yang dikenal dengan

istilah coping task, yaitu sebagai berikut: mengurangi kondisi lingkungan yang

berbahaya dan meningkatkan pospek untuk memperbaikinya, menoleransi atau

menyesuaikan diri dengan kenyataan yang negatif, mempertahankan gambaran

diri yang positif, mempertahankan keseimbangan emosional, dan

melanjutkannya terhadap hubungan dengan orang lain (Nasir dan Muhith,

(35)

28

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Karekteristik responden di Asri Wound Care Centre Medan berjenis

kelamin yang perbandingannya sama dengan rata-rata umur 51-65 tahun.

Responden memiliki tingkat pendidikan tinggi yaitu SMA.Nilai strategi

koping problem-focused coping rata-rata (86%) yang mrenunjukkan

responden memiliki kategori adaptif. Nilai strategi koping emotion-focused

coping rata-rata (95%) yang mrenunjukkan responden memiliki kategori

adaptif. Nilai mekanisme koping responden rata-rata (86%) yang

menunjukkan responden memiliki mekanisme koping adaptif.

2. Saran

2.1. Pendidikan Keperawatan

Perlunya mengembangkan mata kuliah terkait dukungan emosional pada

pasien luka kaki diabetes. Materi yang diberikan dapat berfokus pada asuhan

keperawatan biopsikososial yang merupakan bagian dari asuhan keperawatan

yang komprehensif.

2.2. Pelayanan Keperawatan

Memberikan perawatan luka kepada pasien luka kaki diabetes dengan

mencoba untuk meningkatkan dukungan emosional pasien. Akan tetapi

sebelum memberikan perawatan luka dengan meningkatkan dukungan

(36)

29

2.3. Penelitian Keperawatan

Sebagai dasar bagi peneliti selanjutnya untuk melanjutkan penelitian, yaitu

membandingkan hubungan tingkat stres dengan mekanisme koping pada

(37)

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 1. Luka Kaki Diabetes

1.1. Konsep luka kaki diabetes

Kaki diabetes adalah istilah yang digunakan untuk menyebut sekelompok

syndrom yaitu gangguan vaskuler, syaraf, atau kombinasi yang juga merupakan

dua dari tiga faktor predisposisi yang mengancam timbulnya suatu perlukaan pada

kaki. Faktor predisposisi ke tiga adalah tekanan mekanik. Dari faktor ke tiga

tersebut, neuropati merupakan faktor yang paling sering menyebabkan terjadinya

perklukaan atau sekitar 50-64% (Ekaputra, 2013).

Karena hal tersebut, para penyandang diabetes sering ditemukan dua

kondisi kaki seperti dibawah ini :

1.1.1. Neuropati kaki dengan hilangnya sensasi rasa tetapi dengan denyut nadi

kaki yang adekuat. Neuropati yng terjadi pada pasien diabetes bisa

meliputi neuropati sensori (pengontrolan sensasi), neuropati motorik

(pengontrolan motorik/otot), serta neuropati outonom (pengontrolan fungsi

seperti keringat, aliran darah dan denyut jantung) (Ekaputra, 2013).

1.1.2. Neuro-iskemia pada kaki dengan hilangnya sensasi rasa dan iskemia.

Iskemia menjadi penyebab tersebar tindakan amputasi dilakukan,

khususnya pada pasien dengan diabetes karena tidak adekuatnya

oksigenisasi dan perfusi jaringan yang menyebabkan gagalnya proses

(38)

6

lebih sedikit menjadi penyebab timbulnya luka kaki diabetes, hal ini lebih

berbahaya karena proses penyembuhan yang memakan waktu lebih lama

serta tingginya tingkat rata-rata amputasi (Ekaputra, 2013).

1.2. Proses terjadinya luka kaki diabetes

Luka diabetes terjadi karena kurangnya kontrol diabetes selama

bertahun-tahun yang sering memicu terjadinya kerusakan syaraf atau masalah sirkulasi

yang serius yang dapat menimbulkan efek pembentukan luka diabetes

(Maryunani, 2013 dalam Suryani, 2014).

1.3. Pengakajian luka kaki diabetes

1.3.1. Letak Luka : Letak luka pada pasien-pasien diabetes juga bisa

menggambarkan penyebab luka tersebut. Misalnya ; adanya perlukaan di

plantar pedis kemungkinan besar pasien mengalami neuropati, luka

kehitaman di ujung-ujung jari kaki bisa mengindikasikan kemungkinan

iskemia

1.3.2. Ukuran Luka : Meliputi panjang yang di ukur “head to toe” atau vertika,

luas dan kedalaman luka. Selain itu di kaji juga adanya goa (undermining

tissue) atau adaya sinius

1.3.3. Gambaran Klinis : Biasa digunakan istilah R (Red) untuk luka kemerahan

atau granulasi, Y (Yellow) untuk luka berslough, B (Black) untuk luka

(39)

7

1.3.4. Eksudat : Mengacu pada moisture balance, pengkajian eksudat menjadi

sangat penting terutama mengenai jumlah dan tipe eksudat

1.3.5. Kulit sekitar luka : Melindungi kulit sekitar luka sangatlah penting,

terutama untuk luka-luka ber eksudat. Dengan perlindungan pada kulit

sekitarnya diharapkan tidak terjadi maserasi atau denudasi

1.3.6. Tepi luka : Tepi luka bisa menjadi informasi penting mengenai penyebab

dan status proses penyembuhan. Misalnya ; tepi luka yang irriguler dan

tajam mengkarekteriskkan luka karena gangguan arteri. Bila terlihat

epitelisasi pada tepi luka menunjukkn bahwa luka mengalami proses

penyembuhan

1.3.7. Nyeri : Kapan nyeri muncul, apakah terus menerus, atau dipacu oleh

faktor-faktor tertentu. Pada pasien dengan gangguan neuropati nyeri akan

sulit untuk dikaji

1.3.8. Re-Assessment : Tujuan dilakukan pengkajian ulang adalah untk

mengetahui adakah tanda-tanda komplikasi dan memonitor perkembangan

(40)

8

2. Mekanisme Koping

2.1. Pengertian mekanisme koping

Mekanisme koping adalah mekanisme yang digunakan individu untuk

menghadapi perubahan yang diterima (Nursalam, 2007). Apabila mekanisme

koping berhasil, maka orang tersebut akan dapat beradaptasi terhadap perubahan

yang terjadi. Kemampuan koping individu tergantung dari temperamen, persepsi,

dan kognisi serta latar belakang budaya/norma tempatnya dibesarkan (Nursalam,

2007).

Mekanisme koping adalah perubahan kognitifdan perilaku secara konstan

dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal maupun eksternal yang

melelahkan atau melebihi kemampuan individu (Lazarus dan Folkman, 1984).

Dapat disimpulkan mekanisme koping adalah upaya yang dilakukan individu baik

secara kognitif maupun perilaku dalam menghadapi atau menangani suatu

masalah dan situasi.

2.2. Jenis koping

Menurut Lazarus dan Folkman (1984), dalam melakukan koping, ada dua

strategi yang bisa dilakukan.

2.2.1. Koping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping).

Problem-focused coping, yaitu usaha mengatasi stres dengan cara mengatur

atau mengubah masalah yang dihadapi dan lingkungan sekitarnya yang

menyebabkan terjadinya tekanan. Problem-focused coping ditunjukkan

(41)

9

memperluas sumber untuk mengatasinya. Seseorang cenderung

menggunakan metode problem-focused coping apabila mereka percaya

bahwa sumber atau demands dari situasinya dapat diubah. Contoh

problem-focused coping yaitu mencari informasi mengenai suatu masalah,

mengumpulkan solusi yang dapat dijadikan sebagai alternatif,

mempertimbangkan alternatif dari segi biaya dan manfaatnya, memilih

alternatif, dan menjalani alternatif yang dipilih (Lazarus dan Folkman,

1984). Strategi yang dipakai dalam problem-focused coping antara lain

sebagai berikut:

a. Confrontative coping: usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap

menekan dengan cara yang agresif, tingkat kemarahan yang cukup tinggi,

dan pengambilan risiko.

b. Seeking sosial support: usaha untuk mendapatkan kenyamanan emosional

dan bantuan informasi dari orang lain.

c. Planful problem solving: usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap

menekan dengan cara yang hati-hati, bertahap, dan analitis.

2.2.2. Emotion-focused coping.

Emotion-focused coping, yaitu usaha mengenai stres dengan cara mengatur

respons emosional dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang

akan ditimbulkan oleh satu kondisi atau situasi yang dianggap penuh

tekanan. Emotion-focused coping ditunjukan untuk mengontrol respon

emosionalnya melalui pendekatan perilaku dan kognitif. Contoh

(42)

10

memilih perhatian, perbandingan positif, dan mencari nilai positif dari

sebuah peristiwa negatif (Lazarus dan Folkman, 1984). Contoh lain

Emotion-focused coping mengalihkan perhatian dari masalah yang dihadapi

dengan bersantai atau mencari kesenangan dengan pergi ke bioskop, cafe,

karoeke, berenang dan sebagainya (Fausiah dan Widury, 2005). Strategi

yang digunakan dalam Emotion-focused coping antara lain sebagai berikut:

a. Self-control: usaha untuk mengatur perasaan ketika menghadapi situasi yang

menekan.

b. Distancing, usaha untuk tidak terlibat dalam permasalahan, seperti

menghindar dari permasalahan seakan tidak terjadi apa-apa atau

menciptakan pandangan-pandangan yang positif, seperti mrnganggap

masalah seperti lelucon.

c. Positive reappraisal: usaha untuk mencari makna positif dari permasalahan

dengan berfokus pada pengembangan diri, biasanya juga melibatkan hal-hal

yang bersifat religius.

d. Accepting responsibility, usaha untuk menyadari tanggung jawab diri sendiri

dalam permasalahan yang dihadapinya dan mencoba menerimanya untuk

membuat semuanya menjadi lebih baik. Strategi ini baik, terlebih bila

masalah terjadi karena pikiran dan tindakannya sendiri. Namun, strategi ini

menjadi tidak baik bila individu tidak seharusnya bertanggung jawab atas

(43)

11

e. Escape/avoidance: usaha untuk mengatasi situasi menekan dengan lari dari

situasi tersebut atau menghindarinya dengan beralih pada hal lain seperti

makan, minum, merokok, atau menggunakan obat-obatan.

Kozier, Erb, Berman dan Synder (2004) mengklarifikasi koping

berdasarkan jangka waktunya menjadi dua tipe yaitu: mekanisme koping jangka

panjang dan pendek. Mekanisme koping jangka panjang bersifat konsuktif dan

realistis, contohnya berbicara dengan orang lain untuk mencari solusi dari

masalah yang dihadapi. Mekanisme ini melibatkan perubahan pola hidup seperti

makanan yang sehat, olahraga teratur, menyeimbangkan waktu luang dengan

waktu kerja, upaya penyelesaian masalah sebagai pengambilan keputusan

daripada marah atau respon yang konstruktif. Mekanisme koping jangka pendek

dapat menguragi stres yang sifatnya sementara dan berakhir pada cara inefektif

untuk menghadapi ralita. Contohnya dalam minum minuman beralkohol atau

obat-obatan dan mengandalkan keyakinan bahwa segalanya akan berhasil.

2.3. Penggolongan mekanisme koping

Menurut Suryani & Widyasih (2008) secara garis besar mekanisme koping

terdiri dari mekanisme koping adaptif dan maladaptif:

2.3.1. Mekanisme koping adaptif

Penggunaan koping yang adaptif membantu individu dalam beradaptasi

untuk menghadapi keseimbangan. Adaptasi individu yang baik muncul reaksi

untuk menyelesaikan masalah dengan melibatkan proses kognitif, efektif dan

psikomotor (bicara dengan orang lain untuk mencari jalan keluar suatu

(44)

12

pengalaman masa lalu). Kegunaan koping adaptif membuat individu akan

mencapai keadaan yang seimbang antara tingkat fungsi dalam memelihara dan

memperkuat kesehatan fisik dan psikologi. Kompromi merupakan tindakan

adaptif yang dilakukan oleh individu untuk menyelesaikan masalah, lazimnya

kompromi dilakukan dengan cara bermusyawarah atau negosiasi untuk

menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, secara umum kompromi dapat

mengurangi ketegangan dan masalah dapat di selesaikan. Mekanisme koping

adaptif yang lain adalah berbicara dengan orang lain tentang masalah yang

sedang dihadapi, mencoba mencari informasi lebih banyak tentang masalah

yang sedang dihadapi, berdoa, melakukan latihan fisik untuk mengurangi

ketegangan masalah, membuat berbagai alternatif tindakan untuk mengurangi

situasi, dan merasa yakin bahwa semua akan kembali stabil, mengambil

pelajaran dari peristiwa atau pengalaman masa lalu.

2.3.2. Mekanisme koping maladaptif

Penggunaan koping yang maladaptif dapat menimbulkan respon negatif

dengan munculnya reaksi mekanisme pertahanan tubuh dan respon verbal.

Perilaku mekanisme koping maladaptif antara lain perilaku agresi dan menarik

diri. Perilaku agresi dimana individu menyerang objek, apabila dengan ini

individu mendapat kepuasan, maka individu tidak akan berperilaku agresi.

Perilaku agresi (menyerang) terhadap sasaran atau objek dapat merupakan

benda, barang atau orang atau bahkan terhadap dirinya sendiri. Adapun

perilaku menarik diri dimana perilaku yang menunjukan pengasingan diri dari

(45)

13

sadar pergi meninggalkan lingkungan yang menjadi sumber stresor misalnya ;

individu melarikan diri dari sumber stres. Sedangkan reaksi psikologis individu

menampilkan diri seperti apatis, pendiam dan munculnya perasaan tidak

berminat yang menetap pada individu. Perilaku yang dapat dilakukan adalah

menggunakan alkohol atau obat-obatan, melamun dan fantasi, banyak tidur,

(46)

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Pasien luka kaki diabetes yang sukar sembuh merupakan komplikasi

kronis yang bisa muncul bila kadar gula darah tidak dikontrol dengan baik. Klien

diabetes sangat beresiko terhadap kejadian luka kaki (Litzelman, 1993;Ekaputra,

2013). Luka pada kaki yang disebut luka kaki diabetes sering menyebabkan

frustasi, tidak hanya bagi para penyandang diabetes tetapi juga keluarga, perawat

serta dokter yang merawatnya karena proses penyembuhannya yang sangat lama

dan mahal serta sering sekali tidak mampu menyelamatkan kaki tersebut

(Ekaputra, 2013).

Pasien luka diabetes umumnya terlambat menyadari bahwa telah terjadi

luka pada kakinya, hal ini semakin diperparah karena kaki yang terluka tersebut

tidak dirawat dan mendapat perhatian serius, serta ditambah dengan adanya

gangguan aliran darah ke perifer kaki yang disebabkan karena komplikasi

makrovaskular, mengakibatkan luka tersebut sukar untuk sembuh dan akan

menjadi borok/ulkus (Soebardi, 2006)

Smeltzer and Bare (2002) menyatakan luka dapat berkembang menjadi

kematian jaringan, yang apabila tidak ditangani dengan baik secara intensif dapat

menyebabkan gangren, yang pada penderita diabetes disebut gangren diabetik.

Gangren diabetik merupakan suatu komplikasi yang ditimbulkan akibat infeksi

atau suatu proes peradangan luka pada tahap lanjut yang disebabkan karena

(47)

2

dengan penyakit diabetes. Infeksi pada kaki diabetes dapat terjadi pada kulit, otot

dan tulang yang umumnya dapat disebabkan oleh kerusakan dari pembuluh darah,

syaraf dan menurunnya aliran darah kedaerah luka (Erman, 1998).

Pravelensi luka kaki diabetes di Kenya 4,6% dan di Belanda 20,4%. Studi

rumah sakit, menunjukkan bahwa pravelensi kaki diabetes adalah antara 11,7%

dan 19,1% diantara penderita diabetes di Nigeria. Pravelensi kaki diabetes pasien

rawat inap dengan dibetes di Iran adalah 20% (Desalu et al., 2011).Di Indonesia

penderita luka kaki diabetes sebesar 15% dari penderita DM. Di RSCM, pada

tahun 2003 masalah kaki diabetes masih merupakan masalah besar. Sebagian

besar penderita DM selalu terkait dengan luka kaki diabetes.

Hasil data awal di klinik Asri Wound Care Centre Medan pada Januari -

Desember 2014, pasien yang mengalami luka kaki diabetes sebanyak 312 orang.

Pada Januari - September 2015, pasien yang mengalami luka kaki diabetes

sebanyak 310 orang.

Seseorang dengan penyakit kronis tidak memikirkan bahwa mereka sakit

dan berperilaku seperti kebiasaan sehari-hari. Masalah psikologis dan sosial harus

diperhatikan karena gejala yang ditimbulkan dan juga ketidakmampuan karena

sakit akan mengancam identitas, menyebabkan perubahan-perubahan dalamperan,

megubah citra tubuh dan mengganggu gaya hidup yang ada (Smeltzer, 2007).

Mekanisme koping yang digunakan pasien luka diabetes di RS Sadikin

Bandung pada tahun 2000 adalah koping yang berpusat pada masalah sebanyak

(48)

3

berpusat pada emosi sebanyak 19,51% seperti mencari dukungan sosial,

penerimaan, menjaga jarak, kontrol diri dan penghindaran (Mutoharoh, 2010).

Pasien yang memiliki self-efficacyyang rendah memiliki mekanisme

koping yang maladaptif. Individu yang memiliki self-efficacy yang rendah (kurang

keyakinan pada kemampuannya untuk melaksanakan tugas-tugas dengan sukses)

cenderung berfokus pada tidak adekuatnya yang dipersepsikan. Individu dengan

self-efficacy yang tinggi meyakini bahwa kerja keras untuk menghadapi tantangan

hidup, sementara rendahnya self-efficacy kemungkinan besar akan memperlemah

bahkan menghentikan usaha seseorang. (Nevid, 2003; Suryani, 2014).

Hasil wawancara pada beberapa penderita luka kaki diabetes didapatkan

penggunaan mekanisme koping yang berbeda. Sebagian pasien ada yang sudah

menerima keadaan mereka tapi ada beberapa penderita yang masih menyangkal

dan bersikap diam untuk menghadapi masalah yang mereka hadapi. Kondisi

pnderita tersebut menarik perhatian peneliti sebagai calon tenaga keperawatan.

Keperawatan adalah sebagai profesi yang unik karena keperawatan ditunjukkan

pada berbagai respon individu dan keluarga terhadap masalah kesehatan yang

dihadapinya. (Potter & Perry, 2005).

Depresi merupakan hal yang dapat terjadi pada pasien luka kaki diabetes,

tetapi gambaran mekanisme koping yang bagaimana pada pasien luka kaki

diabetes yang akan diteliti. Berdasarakan uraian diatas peneliti sangat tertarik

untuk meneliti gambaran mekanisme koping bagaimana pada pasien luka kaki

(49)

4

2. Rumusan Masalah

Pasien luka kaki diabetes berbeda mekanisme kopingnya. Beberapa pasien

menerima keadaan yang mereka alami dengan perubahan citra tubuh dan ada juga

yang tidak menerima keadaan yang mereka alami. Penellitian ini dilakukanuntuk

menjawab permasalahan yang dinyatakan dengan pertanyaan penelitian:

1. Bagaimana mekanisme koping pada pasien luka kaki diabetes?

3. Tujuan Penelitian

3.1. Tujuan

Mengidentifikasi gambaran mekanisme koping pada pasien luka kaki diabetes di

Asri Wound Care Centre.

4. Manfaat Penelitian

4.1. Pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan

pengetahuan baru yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

4.2. Pelayanan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan masukan bagi

tenaga kesehatan khususnya bagi perawat dalam memahami gambaran mekanisme

koping pada pasien luka kaki diabetes.

4.3. Penelitian keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan yang berharga

bagi peneliti sehingga dapat menetapkan pengalaman ilmiah yang diperoleh untuk

(50)
(51)

xii

Judul : Gambaran Mekanisme Koping Pada Pasien Luka Kaki Diabetes di Asri Wound Care Centre

Nama Peneliti : Bebi Wanda Sri Ulina

NIM : 121101038

Program Studi : Ilmu Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2016

ABSTRAK

Luka pada kaki yang disebut luka kaki diabetes sering menyebabkan frustasi, tidak hanya bagi para penyandang diabetes tetapi juga keluarga, perawat serta dokter yang merawatnya karena proses penyembuhannya yang sangat lama dan membutuhkan biaya. Di Indonesia penderita luka kaki diabetes sebesar 15% dari penderita DM. Di RSCM, pada tahun 2003 masalah kaki diabetes masih merupakan masalah besar. Hasil wawancara pada beberapa penderita luka kaki diabetes didapatkan penggunaan mekanisme koping yang berbeda. Sebagian pasien ada yang sudah menerima keadaan mereka tapi ada beberapa penderita yang masih menyangkal dan bersikap diam untuk menghadapi masalah yang mereka hadapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran mekanisme koping pada pasien luka kaki diabetes di Asri Wound Care Centre. Design penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan suatu fenomena. Lokasi penelitian di Asri Wound Care Centre. Penelitian dilakukan bulan September 2015-Juli 2016 dan pengumpulan data dilakukan bulan Juli 2016.Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa mayoritas responden pasien luka kaki diabetes memiliki mekanisme koping adaptif. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan koping yang adaptif membantu individu dalam beradaptasi untuk menghadapi keseimbangan emosional. Secara umum mekanisme koping pada pasien luka kaki diabetes dalam kategori adaptif yaitu 19 orang (86%). Diharapkan kepada perawat agar memberikan interaksi yang lebih baik kepada pasien, karena perlakuan tersebut akan menumbuhkan mekanisme positif dan harapan hidup yang lebih baik.

(52)

Gambaran Mekanisme Koping Pada Pasien Luka Kaki Diabetes

di Asri Wound Care Centre

SKRIPSI

oleh

Bebi Wanda Sri Ulina 121101038

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(53)
(54)
(55)

iv

PRAKATA

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

segala puji bagi Allah telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Gambaran Mekanisme Koping Pada Pasien Luka Kaki Diabetes di

Asri Wound Care Centre” ini sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan studi dan

mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara. Sholawat berangkaikan salam dihanturkan kepada Nabi

Muhammad SAW yang telah membawa kita ke alam yang penuh dengan

pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Penulis berharap semoga

apa yang disajikan di skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk penulis sendiri

dan juga pembaca sekalian.

Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang

banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini. Semoga bantuan yang berharga

tersebut dibalas oleh Allah SWT. Rasa syukur dan ucapan terima kasih

disampaikan kepada:

1. Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

2. Sri Eka Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Wakil Dekan I Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Cholina Trisa Siregar, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Wakil Dekan II Fakultas

(56)

4. Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat selaku Wakil Dekan III

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Ns. Asrizal, S.Kep., M.Kep., RN.,WOC(ET), CHt.N selaku Dosen Pembimbing

saya yang telah memberikan waktunya untuk memberikan pengetahuan,

arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat serta selalu sabar untuk

membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses penulisan skripsi ini.

6. Yesi Ariani, S.Kep., Ns., M,Kep selaku Dosen Penguji I yang telah

memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat bagi penulis.

7. Mahnum Lailan Nst, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dosen Penguji II yang telah

memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat bagi penulis.

8. Kepada Bapak Tersayang Jasmin dan Mamak Tersayang Nurleli, SH atas

segala cinta, kasih sayang, dukungan dan doa yang telah diberikan dan Abang

Arwin Kurniawan, SS dan Yuda Riski Gunawan, SS atas segala kasih sayang

dan doa yang telah diberikan.

9. Seluruh Bapak dan Ibu staf pengajar di Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara selama proses perkuliahan

10. Mahasiswa/i Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara stambuk 2012

yang telah menjadi teman seperjuangan selama menjalani suka duka

perkuliahan

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini baik secara

langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan

(57)

vi

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, atas segala kesalahan dan

kekurangan saya mohon maaf. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Medan, Agustus 2016

Penulis

(58)

Daftar Isi

2.3.Penggolongan mekanisme koping ... 11

Bab 3. Kerangka penelitian ... 13

1. Konsep kerangka penelitian ... 13

2. Defenisi operasional ... 14

Bab 4. Metodologi penelitian ... 15

1. Desain penelitian ... 15

(59)

viii

3. Sampel penelitian ... 15

4. Lokasi dan tempat penelitian ... 15

5. Pertimbangan etik ... 16

6. Instrumen penelitian ... 17

7. Uji validitas... 18

8. Rencana pengumpulan data ... 18

9. Analisa data ... 19

Bab 5. Hasil dan Pembahasan ... 1. Hasil penelitian ... 21

1.1.Deskripsi karektreistik responden ... 21

1.2.Mekanisme koping pada pasien luka kaki diabetes ... 22

2. Pembahasan ... 23

2.1.Gambaran data demografi responden luka kakl diabetes ... 23

2.2.Strategi koping responden luka kaki diabetes ... 24

2.3.Gambaran mekanisme koping responden luka kaki diabetes . 25 Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 27

1. Kesimpulan ... 27

2. Saran ... 27

(60)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik

Responden ……… 21

Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Mekanisme

Koping Pada Pasien Luka Kaki Diabetes di Asri Wound

(61)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Inform consent

Lampiran 2. Instrumen penelitian

Lampiran 3. Surat validitas

Lampiran 4. Surat reliabilitas

Lampiran 5. Surat penelitian

Lampiran 6. Etik

Lampiran 7. Master tabel

Lampiran 8. Hasil uji reliabilitas

Lampiran 9. Hasil uji SPSS

Lampiran 10. Lembar bukti bimbingan

Lampiran 11. Taksasi dana

Gambar

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik  Responden di AsriWound Care Centre (n=22)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka pelaksanaan pelelangan paket pekerjaan pada Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Deputi IIG Badan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2017 berikut kami

Dalam rangka pelaksanaan pelelangan paket pekerjaan pada Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Deputi IIG Badan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2017 berikut kami

The application of personal journal writing as the part of teaching and learning process in the classroom helps the students improve their ability in writing recount text

48  ASRM  ASURANSI RAMAYANA Tbk 

Pada sub indikator ini rata-rata respon siswa sebesar 81,1 % dengan kriteria sangat kuat sehingga dapat disimpulkan bahwa kalimat dalam modul tidak berbelit-belit dan

Tahapan penelitian pada Gambar 2, dapat dijelaskan sebagai berikut. 3) Tahap keempat: Pembuatan Aplikasi/Program pengujian, sekaligus pengujian algoritma dan analisis hasil

Finite state automata dapat digunakan untuk membuat model Non-Deterministic Finite Automata (NDFA), sehingga dapat mendeteksi keadaan yang tidak normal atau malfungsi

Secara khusus dapat disimpulkan bahwa (1) pengenalan awal terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup, (2) pengenalan,