Hal ini dapat dicapai jika perusahaan selalu mewaspadai faktor lingkungan kerja (K3), karena hal ini dapat meningkatkan kinerja karyawan. Dan tidak hanya itu, sebenarnya masih banyak undang-undang lain yang mengatur keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Perusahaan menggunakan konsep keselamatan lingkungan kerja (K3) untuk menciptakan lingkungan yang kondusif, yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja karyawan (Munandar, 2014:71).
Pemahaman dan penerapan keselamatan kerja (K3) pada perusahaan sangat diperlukan terutama dalam perbaikan kondisi kerja. Saat ini permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja masih sering terabaikan di Indonesia, hal ini terlihat dari masih tingginya angka kecelakaan kerja. Misalnya, kurangnya kesadaran akan penggunaan alat pelindung diri (APD) dan kurangnya pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti terdorong untuk mengangkat permasalahan tersebut dalam bentuk penelitian yang berjudul: Pengaruh Keselamatan Kerja Dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Menurut Rivai, lingkungan kerja mengacu pada kondisi fisiologis-fisik dan psikologis pekerja sebagai akibat dari lingkungan kerja yang tersedia di perusahaan. Setiap perusahaan industri wajib memberikan standar kesehatan dan keselamatan kerja agar karyawannya bekerja dengan nyaman dan aman.
Penggunaan pencahayaan/cahaya dan warna yang tepat di tempat kerja mempunyai arti penting dalam menunjang keselamatan dan kesehatan kerja.
Kesehatan Kerja
Beban kerja merupakan kewajiban seseorang untuk melaksanakan pekerjaan yang diberikan sesuai dengan kemampuan dan tanggung jawabnya. Pekerja mempunyai keahliannya sesuai dengan beban kerjanya, sehingga penugasan pekerja pada tempat kerja yang tepat sudah seharusnya. Kesehatan kerja membantu mengurangi beban kerja dengan mengubah metode kerja atau merencanakan mesin dan alat kerja.
Contoh beban fisik pada saat seseorang membawa atau membawa suatu benda dapat dikurangi dengan menggunakan stroller. Kapasitas kerja tergantung pada keterampilan, kebugaran, nutrisi, jenis kelamin, usia, ukuran tubuh dan motivasi. Jika keseimbangan antara faktor-faktor di atas tidak baik, maka akan terjadi situasi yang tidak berkelanjutan bagi angkatan kerja dan mengakibatkan berkurangnya kemampuan bekerja, kelelahan, gangguan kesehatan, dan bahkan penyakit, cacat, dan kematian.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesehatan kerja adalah suatu upaya dan pengaturan untuk melindungi keadaan pekerja dari kondisi atau pekerjaan yang membahayakan kesehatan pekerja, baik fisik, mental maupun sosial, sehingga pekerja dapat bekerja secara maksimal.
Kinerja
Oleh karena itu, kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya berdasarkan keterampilan, pengalaman, keseriusan, dan waktu. Faktor yang mempengaruhi kinerja adalah faktor pengetahuan, keterampilan dan motivasi. Pengetahuan merupakan kemampuan yang dimiliki pegawai yang lebih menitik beratkan pada kecerdasan dan daya pikir serta penguasaan pengetahuan luas yang dimiliki pegawai.
Kompetensi terbentuk dari sejumlah kompetensi yang dimiliki seorang pegawai, antara lain loyalitas, disiplin, kerjasama dan tanggung jawab. Mereka yang mempunyai sikap positif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang tinggi, sedangkan mereka yang bersikap negatif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang rendah. Situasi kerja yang dimaksud antara lain meliputi kondisi kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan manajemen, pola manajemen kerja, dan kondisi kerja.
Dharma (2011:9) menyatakan bahwa kinerja individu merupakan hasil kerja pegawai, baik kualitas maupun kuantitasnya, berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan. Dalam konteks pengembangan sumber daya manusia, kinerja seorang anggota suatu organisasi atau perusahaan merupakan komponen yang penting. Jika pemimpin dan karyawan tidak melakukan tugasnya dengan baik, maka organisasi atau perusahaan tidak dapat mencapai tujuannya.
Upaya peningkatan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja di masa depan akan lebih mungkin terjadi apabila manajer menjalankan fungsinya sebagai supervisor dengan tingkat keterampilan yang semakin tinggi. Faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi, masing-masing faktor kinerja dipengaruhi oleh peningkatan kinerja baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Handoko, faktor kinerja dipengaruhi oleh: 1) Riwayat pribadi, meliputi pendidikan dan pengalaman kerja untuk menunjukkan apa yang telah dilakukan seseorang selama waktu yang dihabiskan.
Merupakan tingkat penggunaan sumber daya manusia (energi, uang, teknologi dan bahan baku) yang dimaksimalkan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil setiap unit dalam penggunaan sumber daya. 5) Kemerdekaan. Alat atau sumber daya adalah sarana yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan dengan sukses. Kompetensi merupakan kemampuan seseorang untuk melaksanakan pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan baik.
Manajer memfasilitasi motivasi bagi karyawan dengan insentif dalam bentuk uang, memberikan pengakuan, menetapkan tujuan yang menantang, menetapkan standar yang terjangkau, mencari umpan balik, memberikan kebebasan untuk melakukan pekerjaan termasuk waktu untuk melakukan pekerjaan, menyediakan sumber daya yang diperlukan dan menghilangkan tindakan yang mengakibatkan pembubaran. Ada dua faktor yang menyebabkan kurangnya kesempatan untuk berprestasi, yaitu ketersediaan waktu dan kemampuan memenuhi tuntutan.
Penelitian Terdahulu
Dari berbagai kriteria di atas dapat dipahami bahwa tujuan pengukuran kinerja adalah untuk membuktikan apakah hasil kinerja karyawan yang diinginkan perusahaan telah tercapai atau belum. Lingkungan kerja dengan tingkat signifikansi 0,884 lebih besar dari tingkat signifikansi (α) sebesar 0,05 sehingga diindikasikan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Variabel lingkungan kerja dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari tingkat signifikansi (α) sebesar 0,05 sehingga dinyatakan berpengaruh positif atau signifikan terhadap kinerja karyawan.
Oleh karena itu hipotesis awalnya adalah “keselamatan kesehatan di tempat kerja berpengaruh positif atau signifikan terhadap kinerja karyawan”. Sementara itu, terdapat pengaruh positif dari variabel bebas Keselamatan Kerja (X1), Kesehatan Kerja (X2) dan Lingkungan Kerja (X3). Secara parsial variabel Kesehatan Kerja (X2) dan Lingkungan Kerja (X3) terbukti mempunyai pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap variabel produktivitas karyawan (Y) di PT.
Keselamatan kerja (X1), kesehatan kerja (X2) dan lingkungan kerja (X3) pada karyawan memberikan kontribusi sebesar 47,5%, sedangkan sisanya sebesar 52,5% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Berdasarkan nilai Cronbach’s Alpha Based on Standardized Items lebih besar dari 0,60 Selanjutnya nilai R-squared/koefisien determinasi sebesar 0,727 menunjukkan bahwa kinerja karyawan (variabel Y) dapat dipengaruhi namun cukup kuat oleh keselamatan kerja dan kesehatan (variabel X) sebesar 72,7%, sedangkan. Artinya terdapat pengaruh antara keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan PT Pertamina EP.
Menunjukkan bahwa keselamatan kerja dan kesehatan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan dengan nilai signifikansi sebesar 0,003 dan 0,002. Uji t keselamatan dan kesehatan kerja mempunyai pengaruh secara parsial terhadap kinerja karyawan. Pada uji F diperoleh nilai F hitung sebesar 183,387. Dari f tabel 3.81 yang berarti pada taraf nyata a = 0,05 untuk keselamatan kerja. X1) Kesehatan kerja (X2) mempunyai pengaruh secara simultan/bersama-sama terhadap kinerja pegawai (Y). Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan, namun penelitian ini tetap menarik untuk dilakukan karena setiap perusahaan mempunyai kondisi sosial yang berbeda-beda dan tidak ada yang sama persis dengan yang lain.
Kerangka Konseptual
Pengaruh Keselamatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Pengaruh Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Pengaruh Kesehatan Kerja Dan Keselamatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Hipotesis