• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSTRUMEN PENILAIAN KEBUTUHAN PEMBINAAN NARAPIDANA RISIKO TINGGI KATEGORI TERORIS

N/A
N/A
Yenni Ummu Rania Syakira

Academic year: 2024

Membagikan "INSTRUMEN PENILAIAN KEBUTUHAN PEMBINAAN NARAPIDANA RISIKO TINGGI KATEGORI TERORIS "

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : PAS- 251 .PK.01.02.02 TAHUN 2019

TENTANG

INSTRUMEN PENILAIAN KEBUTUHAN PEMBINAAN NARAPIDANA RISIKO TINGGI KATEGORI TERORIS

DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa dalam rangka operasionalisasi Lembaga Pemasyarakatan Khusus, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia mengeluarkan Keputusan Menteri Hukun dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-02.PK01.02.02 Tahun 2017 tentang Pedoman Kerja Lembaga Pemasyarakatan Khusus bagi Narapidana Risiko Tinggi (high risk) Kategori Teroris;

b. bahwa untuk pelaksanaan Keputusan Menteri Hukun dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-02.PK01.02.02 Tahun 2017 tentang Pedoman Kerja Lembaga Pemasyarakatan Khusus bagi Narapidana Risiko Tinggi (high risk) Kategori Teroris perlu adanya Instrumen Penilaian Kebutuhan Pembinaan Narapidana Risiko Tinggi Kategori Teroris ;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan tentang Instrumen Penilaian Kebutuhan Pembinaan Narapidana Risiko Tinggi Kategori Teroris.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3614);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Narapidana dan Klien Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3845);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3846) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik

▸ Baca selengkapnya: instrumen penilaian antar teman

(2)

Indonesia Tahun 2012 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5359);

4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Jabatan Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1716);

5. Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 12 Tahun 2013 tentang Assessment Risiko dan Assessment Kebutuhan Bagi Narapidana dan Klien Pemasyarakatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 445);

6. Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 3 Tahun 2018 tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 282);

7. Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 41 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 248);

8. Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH- 07.OT.01.01 Tahun 2017 tentang Penetapan Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Batu Nusakambangan, Lembaga Pemasyarakatan kelas IIA Pasir Putih Nusakambangan, Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas III Langkat, Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas III Kasongan, Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Gunung Sindur sebagai Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara Khusus bagi Narapidana atau Tahanan Resiko Tinggi (High Risk);

9. Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH- 02.PK.01.02.02 Tahun 2017 tentang Pedoman Kerja Lembaga Pemasyarakatan Khusus bagi Narapidana Resiko Tinggi (High Risk) Kategori Teroris;

10. Surat Edaran Nomor PAS6.PK.01.05.02-572 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Penelitian Kemasyarakatan;

11. Surat Edaran Nomor PAS6.PK.01.05.02-573 Tahun 2014 tentang Pedoman Umum Penyusunan Rekomendasi Penelitian Kemasyarakatan.

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN TENTANG INSTRUMEN PENILAIAN KEBUTUHAN PEMBINAAN NARAPIDANA RISIKO TINGGI KATEGORI TERORIS

KESATU : Instrumen Penilaian Kebutuhan Pembinaan Narapidana Risiko Tinggi Kategori Teroris merupakan panduan bagi Pembimbing Kemasyarakatan untuk melakukan penilaian Kebutuhan Pembinaan Narapidana Risiko Tinggi Kategori Teroris.

KEDUA : Instrumen Penilaian Kebutuhan Pembinaan Narapidana Risiko Tinggi Kategori Teroris sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU terdiri atas :

1. Lembar Isian Instrumen Penilaian Kebutuhan Pembinaan Narapidana Risiko Tinggi Kategori Teroris

(3)

2. Pedoman Penggunaan Instrumen Penilaian Kebutuhan Pembinaan Narapidana Risiko Tinggi Kategori Teroris

3. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengisian Instrumen Penilaian Kebutuhan Pembinaan Narapidana Risiko Tinggi Kategori Teroris

KETIGA : Instrumen Penilaian Kebutuhan Pembinaan Narapidana Risiko Tinggi Kategori Teroris sebagaimana tercantum dalam lampiran Keputusan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

KEEMPAT : Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan apabila ada perubahan maka akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : J a k a r t a Pada tanggal : 06 Maret 2019

DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN,

SRI PUGUH BUDI UTAMI NIP. 19620702 198703 2 001

Tembusan:

1. Para Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI Cq. Kepala Divisi Pemasyarakatan di seluruh Indonesia;

2. Para Kepala Balai Pemasyarakatan di seluruh Indonesia.

(4)

Lampiran I :

Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor : PAS- 251 .PK.01.02.02 TAHUN 2019 Tanggal : 06 Maret 2019

I N F O R M A S I R A H A S I A

IDENTITAS NARAPIDANA

Nama Lengkap : ______________________________ Nomor Registrasi : _______________________

Tempat/Tgl Lahir : _____________________________ Jenis Kelamin : __________________________

Tindak Pidana : ______________________________ Masa Pidana : ___________________________

Alasan Penilaian Dilakukan : _____________________ Tanggal Penilaian : _______________________

Nama Lapas : ______________________________ Blok/Kamar : ____________________________

Nama Wali : ______________________________ Nama Asesor : ___________________________

Nama PK : _________________ TTD PK: __________ Tingkat Resiko : _________________________

LEMBAR ISIAN INSTRUMEN PENILAIAN KEBUTUHAN PEMBINAAN

NARAPIDANA RESIKO TINGGI KATEGORI TERORIS

(5)

A. FAKTOR KRIMINOGENIK

NO ASPEK PENILAIAN INDIKATOR JAWABAN SKOR

1 Keyakinan

1. Meyakini “kekerasan”

(muamalah/jihad dengan kekerasan) sebagai bagian ajaran agama

Ya Tidak

1 0 2. Sudah lama meyakini

“kekerasan” (muamalah/jihad dengan kekerasan) sebagai bagian dari ajaran agama

Ya Tidak

1 0 3. Ingin terlibat kembali dalam

“kekerasan” (muamalah/jihad dengan kekerasan)

Ya Tidak

1 0

CATATAN: TOTAL

SKOR 2 Ideologi

1. Indonesia adalah negara kafir Ya Tidak

1 0 2. Aparatur Indonesia adalah kafir Ya

Tidak

1 0 3. Menjadikan kelompok

teroris/jihadist sebagai kepemimpinan yang sah

Ya Tidak

1 0 4. Masih berbaiat kepada kelompok

teroris/jihadist

Ya Tidak

1 0

CATATAN: TOTAL

SKOR 3 Hubungan Sosial dan

Keluarga 1. Pernah tergabung dalam kelompok yang mendukung gerakan teror

Ya Tidak

1 0 2. Berteman atau dekat dengan

WBP lain yang terlibat dengan kelompok jihadist selama di Lapas/Rutan

Ya Tidak

1 0

LEMBAR ISIAN INSTRUMEN PENILAIAN KEBUTUHAN PEMBINAAN

NARAPIDANA RESIKO TINGGI KATEGORI TERORIS

(6)

NO ASPEK PENILAIAN INDIKATOR JAWABAN SKOR 3. Memiliki teman yang mendukung

ideologi jihadist

Ya Tidak

1 0 4. Memiliki teman atau rekan yang

pernah terlibat dalam tindakan teror

Ya Tidak

1 0 5. Anggota keluarga pro terhadap

teror

Ya Tidak

1 0 6. Anggota keluarga pernah terlibat

dalam tindakan teror

Ya Tidak

1 0 7. Pernah bergabung dalam forum

kajian konservatif dan ekstrimis

Ya Tidak

1 0 8. Mudah terpengaruh oleh karisma

individu yang mengajarkan penggunaan kekerasan (muamalah/jihad dengan kekerasan)

Ya Tidak

1 0

CATATAN: TOTAL

SKOR 4 Sikap Pro-Kriminal/Anti

Sosial 1. Cenderung mudah marah dalam menyelesaikan masalah terkait keyakinan beragama

Ya Tidak

1 0 2. Menghindari pergaulan sosial

dengan orang lain yang tidak sepaham

Ya Tidak

1 0 3. Membatasi interaksi diri dengan

orang-orang di luar jaringan

Ya Tidak

1 0 4. Merasa perbuatannya bukan

tindak pidana atau kejahatan

Ya Tidak

1 0 5. Merasa tidak empati terhadap

korban

Ya Tidak

1 0 6. Merasa tidak bersalah/tidak

menyesal terhadap perbuatan yang dilakukannya

Ya Tidak

1 0

(7)

NO ASPEK PENILAIAN INDIKATOR JAWABAN SKOR

CATATAN: TOTAL

SKOR 5 Sikap terhadap NKRI

1. Memiliki dendam terhadap

negara dan aparat

Ya Tidak

1 0 2. Merasa negara telah melakukan

ketidakadilan

Ya Tidak

1 0 3. Merasa bahwa ideologi yang

dianut banyak mengalami diskriminasi

Ya Tidak

1 0 4. Merasa bahwa ideologi yang

dianut banyak difitnah oleh kelompok agama lain

Ya Tidak

1 0 5. Merasa bukan bagian dari

Negara Kesatuan Republik Indonesia

Ya Tidak

1 0 6. Pancasila tidak diakui sebagai

dasar negara

Ya Tidak

1 0

CATATAN: TOTAL

SKOR

B. RINGKASAN KEBUTUHAN PEMBINAAN

ASPEK PENILAIAN TINGGI SEDANG RENDAH

Keyakinan 2-3 1 0

Ideologi 3 – 4 1 – 2 0

Hubungan Keluarga

dan Sosial 6 – 8 3 – 5 0 – 2

Sikap terhadap Pro

Kriminal 4 – 6 2 – 3 0 – 1

Sikap terhadap NKRI 4 – 6 2 – 3 0 – 1

(8)

C. KESIMPULAN

FAKTOR KRIMINOGENIK (DARI PK):

REKOMENDASI ASESOR:

REKOMENDASI INSTANSI LAIN:

D. REKOMENDASI PROGRAM PEMBINAAN

ASPEK PENILAIAN TINGGI SEDANG WAKTU

Keyakinan

1. Wali atau petugas pembinaan mendorong untuk menonton video kekerasan yang banyak memakan korban jiwa dan kehancuran sebuah negara

Jika kategori skor TINGGI, frekuensinya 1

minggu sekali Jika kategori skor SEDANG, frekuensinya

2 minggu sekali

2. Memberikan nasihat kepada pelaku mengenai jalan keluar menghentikan kekerasan melalui kegiatan ceramah meliputi Islam sebagai agama

perdamaian dan Islam Rahmatan Lil Alamin

Jika kategori skor TINGGI, frekuensinya 30

menit sehari Jika kategori skor SEDANG, frekuensinya

2 hari sekali selama 30 menit

3. Konseling untuk mengungkap

pengalaman hidup yang mungkin terkait

Jika kategori skor TINGGI, frekuensinya 1 minggu sekali selama 15

(9)

ASPEK PENILAIAN TINGGI SEDANG WAKTU dengan pandangan kekerasan napiter menit

Jika kategori skor SEDANG, frekuensinya 2 minggu sekali selama

30 menit

Ideologi

1. Mengikuti ceramah meliputi sistem politik dalam Islam dan kajian multikulturalisme

Jika kategori skor TINGGI, frekuensinya 30

menit sehari Jika kategori skor SEDANG, frekuensinya

2 hari sekali selama 30 menit

2. Psikolog melakukan intervensi psikologi agar napiter memiliki pandangan yang lebih positif terhadap Pancasila

Jika kategori skor TINGGI, frekuensinya 1 minggu sekali selama 15

menit Jika kategori skor SEDANG, frekuensinya 2 minggu sekali selama

30 menit 3. Psikolog melakukan intervensi

psikoterapi suportif untuk

mempertahankan perubahan baik dalam hal pola pikir yang sudah diperlihatkan oleh napiter

Sesuai jadwal kunjungan psikolog

4. Wali atau petugas pembinaan

memperlihatkan video berisi testimoni mantan napiter mengenai tujuan kelompok ekstrimis menjadikan dirinya sebagai alat kekerasan

Jika kategori skor TINGGI, frekuensinya 1

minggu sekali Jika kategori skor SEDANG, frekuensinya

2 minggu sekali

Hubungan Keluarga dan Sosial

1. Melakukan komunikasi dengan keluarga napiter di luar penjara untuk mencegah masih adanya kontak dan komunikasi anggota keluarga yang terlibat

kelompok teror

Jika kategori skor TINGGI, frekuensinya 30

menit sebelum kunjungan Jika kategori skor SEDANG, frekuensinya

15 menit sebelum kunjungan 2. Kajian agama (bisa dalam bentuk Jika kategori skor

(10)

ASPEK PENILAIAN TINGGI SEDANG WAKTU khotbah atau penyuluhan agama) dalam

bentuk audio dapat disiarkan ke dalam penjara. Tema-tema yang disyiarkan merupakan tema-tema yang konstruktif dan relevan dalam mengusung agama sebagai rahmat dan pembawa

kedamaian

TINGGI, frekuensinya 30 menit sehari Jika kategori skor SEDANG, frekuensinya

2 hari sekali selama 30 menit

3. Meminta bantuan napiter lain dan keluarga yang tak terlibat kekerasan untuk memberikan pemahaman

terhadap napiter. Hal ini dilakukan saat berkunjung (visit)

Jika kategori skor TINGGI, frekuensinya 30

menit sebelum dan sesudah kunjungan

Jika kategori skor SEDANG, frekuensinya

15 menit sebelum dn sesudah kunjungan 4. Wali atau petugas penjagaan mengecek

dengan siapa napiter berteman dekat selama di Lapas, dan memastikan bahwa mereka tinggal dalam sel yang berjauhan agar tidak ada komunikasi langsung maupun tidak langsung (isyarat) selama tinggal di sel

Setiap saat

Sikap terhadap Pro Kriminal

1. Pemeriksaan kepribadian borderline untuk melihat adanya kecenderungan napiter melakukan perbuatan

menyimpang (dilakukan oleh petugas untuk kepentingan informasi awal, namun untuk kebutuhan asesmen lebih mendalam harus dilakukan oleh

psikolog)

Sesuai kebutuhan petugas dan jadwal kedatangan psikolog

2. Penyuluhan hukum terkait dengan berbangsa dan bernegara

Jika kategori skor TINGGI, frekuensinya 1 minggu sekali selama 15

menit Jika kategori skor SEDANG, frekuensinya 2 minggu sekali selama

30 menit 3. Olahraga bersama dengan petugas

untuk meningkatkan interaksi dan perilaku baik

Jika kategori skor TINGGI, tidak diberi

program ini Jika kategori skor

(11)

ASPEK PENILAIAN TINGGI SEDANG WAKTU

SEDANG, frekuensinya 2 minggu sekali selama

30 menit

Sikap terhadap NKRI

1. Pemberian materi video, ceramah atau buku bacaan terkait dengan NKRI oleh petugas pembinaan

Jika kategori skor TINGGI, frekuensinya 1

minggu sekali Jika kategori skor SEDANG, frekuensinya

2 minggu sekali 2. Cognitive behavioral therapy (CBT)

dapat juga dilakukan oleh psikolog untuk merubah kognisi napiter terkait alasan dirinya melakukan kekerasan

Sesuai jadwal kunjungan psikolog

3. Usaha menjaga perubahan pola pikir dan perasaan positif yang telah dimiliki oleh napiter dengan melakukan

kegiatan rutin berupa upacara bendera dengan petugas

Jika kategori skor TINGGI, frekuensinya 1

minggu sekali Jika kategori skor SEDANG, frekuensinya

2 minggu sekali 4. Mendorong kelangsungan hidup

keluarga napiter (dalam bentuk kesempatan kerja atau pemodalan usaha dan sejenisnya) dan harus diketahui oleh napiter sehingga dirinya percaya bahwa negara juga mengayomi dirinya dan keluarganya untuk tetap mendapatkan kehidupan yang baik (dapat dilaksanakan melalui kerja sama dengan instansi atau lembaga lain)

Sesuai jadwal yang disepakati

(12)

Lampiran II :

Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor : PAS- 251 .PK.01.02.02 TAHUN 2019 Tanggal : 06 Maret 2019

Pedoman Penggunaan Instrumen Penilaian Faktor Kriminogenik Narapidana Resiko Tinggi Kategori Teroris oleh Pembimbing Kemasyarakatan

A. Pengantar

Peran utama dari Instrumen Penilaian Faktor Kriminogenik adalah mencari tahu Kebutuhan (Criminogenic) dan aspek perilaku apa saja dari Narapidana Teroris yang memerlukan perubahan agar tidak mengulangi tindak pidana. Instrumen ini terdiri dari indikator-indikator yang disusun berdasarkan 5 (lima) aspek perilaku spesifik pada pelaku teror. Kelima aspek penilaian merupakan adopsi dari Instrumen Asesmen Faktor-Faktor Criminogenic Indonesia yang disesuaikan dengan konteks Narapidana Terorisme dalam hal latar belakang kebutuhan melakukan tindak pidana terror.

Metode pengumpulan data dalam Instrumen Penilaian Faktor Kriminogenik ini menggunakan data dari hasil observasi yang dilakukan oleh Wali Pemasyarakatan menggunakan instrumen Lembar Observasi Aktivitas Pembinaan Narapidana Resiko Tinggi, data hasil instrumen self-assesment, atau melalui wawancara langsung. Untuk verifikasi dan validasi data, petugas harus menghubungi sumber- sumber lain melalui kunjungan rumah, menghubungi orang-orang terdekat, pemeriksaan psikologis dan kesehatan serta dokumen resmi lainnya.

B. Tujuan

1. Pembimbing Kemasyarakatan dapat menentukan penilaian yang lebih mendalam mengenai faktor-faktor kebutuhan (criminogenic) dari Narapidana Resiko Tinggi Kategori Teroris;

2. Pembimbing Kemasyarakatan dapat membuat pedoman dalam penyusunan rencana program pembinaan/pembimbingan (case plan).

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam menganalisa hasil penilaian Wali – Asesor – Konselor, Pembimbing Kemasyarakatan dapat menggunakan satu maupun beberapa metode di bawah ini untuk memperkuat data dan informasi relevan lainnya yang berkaitan dengan

(13)

Narapidana. Data dan informasi tersebut selanjutnya digunakan untuk menyusun rekomendasi program pembinaan yang akan diberikan kepada Narapidana selama berada berada di lapas khusus. Program pembinaan akan secara periodik di evaluasi untuk mendapatkan formulasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan Narapidana Resiko Tinggi Kategori Teroris. Metode pengumpulan data dan informasi tersebut antara lain:

1. Wawancara

 Wawancara terhadap narapidana, dilakukan secara periodik setiap 6, 9 dan 12 bulan sekali atau sesuai kebutuhan

 Wawancara terhadap Petugas Pemasyarakatan (Wali, Asesor, Konselor, dll), dilakukan secara rutin maupun periodik untuk mengumpulkan informasi sesuai kebutuhan

 Wawancara dengan pihak relevan lainnya, baik yang berkaitan langsung dengan Narapidana (Seperti orang tua kandung dan pasangan) maupun yang tidak berkaitan langsung seperti petugas dari instansi lain jika diperlukan.

2. Observasi

 Observasi terhadap sikap dan perilaku Narapidana melalui pemantauan CCTV maupun observasi lainnya terhadap perkembangan Narapidana selama berada di Lapas Khusus Resiko Tinggi;

 Observasi terhadap orang tua maupun pasangan Narapidana saat waktu kunjungan.

3. Studi dokumen

 BAP Kepolisian

 Putusan maupun catatan lain dari pengadilan

 Dokumen resmi lainnya (catatan instansi lain yang terkait).

Metode pengumpulan data dan informasi diatas dapat diintegrasikan antara metode satu dengan metode lainnya (mix method) sehingga dapat saling mengisi dan menguatkan temuan data. Dengan metode tersebut diharapkan dapat membantu Pembimbing Kemasyarakatan dalam mempertajam analisis yang akan dicantumkan ke dalam instrumen penilaian. Sedangkan untuk Teknik Pengumpulan Data, seperti probing wawancara dan lain-lain, dapat mengadopsi pada Pedoman Umum Assessment Risiko dan Assessment Kebutuhan Narapidana dan Klien Pemasyarakatan Tahun 2013.

D. Kebutuhan Sarana Prasarana

1. Ruang khusus untuk melakukan asesmen;

2. Meja;

3. Kursi;

4. Instrumen penilaian dalam bentuk hard copy;

5. Pensil/Spidol/Pulpen;

6. Laptop.

(14)

E. Proses Penilaian dan Pengisian Instrumen

1. Petugas mengumpulkan data-data yang relevan (BAP Kepolisian, Putusan Pengadilan dan dokumen resmi lainnya);

2. Petugas mengisi kelengkapan identitas narapidana berdasarkan catatan registrasi;

3. Petugas membaca setiap indikator dari masing-masing aspek. Penjelasan masing-masing indikator dapat dilihat dalam tabel di bawah ini sebagai acuan dalam melakukan pengisian.

Aspek Indikator Definisi Penjelasan Indikator

Keyakinan

1. Meyakini

“kekerasan”

(muamalah/ji had dengan kekerasan) sebagai bagian ajaran agama

Kekerasan: tindakan yang menyebabakan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik pada benda, kekerasan dapat dipisahkan menjadi tiga bentuk: kekerasan langsung, kekerasan struktural, dan kekerasan kultural. Kekerasan langsung merupakan kekerasan-kekerasan

konvensional yang jelas siapa pelaku, perbuatan apa yang dilakukan, dan siapa yang menjadi sasarannya. Kekerasan langsung adalah kekerasan yang merugikan secara fisik (Galtung, 1996: 2 dalam Maulana 2016). Kekerasan struktural merupakan kekerasan yang tidak dapat ditunjuk siapa pelakunya dan mungkin tidak jelas wujudnya. Dalam kekerasan

struktural, yang

menimbulkan kerugian adalah struktur sosial masyarakat sendiri—antar manusia, antar kumpulan manusia (masyarakat), antar kumpulan masyarakat (aliansi, wilayah). Dalam kekerasan struktural dapat

Berilah skor 1 pada indikator ini apabila berdasarkan hasil observasi, wawancara, atau self- assessment (lihat respon terhadap aitem no.42, no.43, no.44, dan no.45) WBP terindikasi memiliki keyakinan bahwa kekerasan sebagai bagian ajaran agama

2. Sudah lama meyakini

“kekerasan”

(muamalahj/ji had dengan kekerasan) sebagai bagian dari ajaran

agama

Berilah skor 1 pada indikator ini apabila berdasarkan hasil observasi atau wawancara, WBP terindikasi memiliki keyakinan bahwa kekerasan sebagai bagian ajaran agama sejak masa sekolah menengah atau kuliah

3. Ingin terlibat kembali dalam

“kekerasan”

(muamalah/ji had dengan kekerasan)

Berilah skor 1 pada indikator ini apabila berdasarkan hasil observasi atau wawancara, WBP terindikasi memiliki keinginan untuk terlibat kembali dalam tindak kekerasan

(15)

Aspek Indikator Definisi Penjelasan Indikator ditemui kekuatan politik,

ekonomi, militer, serta kultural atau budaya (Galtung, 1996: 2).

Kekerasan kultural adalah aspek-aspek tertentu dari kebudayaan, yang dapat ditunjukkan melalui agama dan ideologi, bahasa dan seni, ilmu pengetahuan empirik dan formal—yang

kemudian bisa

dimanfaatkan untuk menjustifikasi atau melegitimasi kekerasan langsung maupun struktural

1. Indonesia adalah negara kafir

Kelompok teroris/jihadist atau kelompok ekstrimis kekerasan adalah kelompok

yang menyetujui

penggunaan bom atau kekerasan bersenjata sebagai bentuk jihad

Jihad adalah upaya untuk menaklukkan lawan.

(Amerika dan sekutunya, non-muslim, dan orang- orang Muslim yang tidak mendukung berdirinya kekhilafahan Islam)

Berilah skor 1 pada indikator ini apabila berdasarkan hasil observasi, wawancara atau self- assessment (lihat respon terhadap aitem no.26), WBP mengeluarkan pernyataan bahwa Indonesia adalah negara kafir

2. Aparatur Indonesia adalah kafir

Berilah skor 1 pada indikator ini apabila berdasarkan hasil observasi, wawancara atau self- assessment (lihat respon terhadap aitem no. 27), WBP mengeluarkan pernyataan bahwa aparatur Indonesia adalah kafir 3. Menjadikan

kelompok teroris/jihadi st sebagai kepemimpina n yang sah

Berilah skor 1 pada indikator ini apabila berdasarkan hasil observasi, wawancara atau self- assessment (lihat respon terhadap aitem no.32 dan no.34) WBP terindikasi menjadikan kelompok ekstrimis kekerasan sebagai kepemimpinan yang sah

Ideologi

4. Masih berbaiat kepada kelompok teroris/jihadi st

Berilah skor 1 pada indikator ini apabila berdasarkan hasil observasi WBP masih menunjukkan perilaku mengucapkan sumpah setia kepada kelompok tertentu yang menganut paham ekstrimisme

(16)

Aspek Indikator Definisi Penjelasan Indikator dengan kekerasan, seperti ISIS, Al Qaeda, Jamaah Islamiah (JI), dan kelompok lainnya dalam 6 bulan terakhir; atau data-data lainnya mengindikasikan bahwa WBP masih berbaiat dengan kelompok ekstrimis kekerasan

Hubungan Keluarga dan Sosial

1. Pernah tergabung dalam kelompok yang

mendukung gerakan teror

Ideologi jihadist atau ideologi kekerasan ekstrim adalah pandangan atau

keyakinan bahwa

penggunaan kekerasan (pengeboman, pembunuhan aparat atau masyarakat sipil, perusakan fasilitas umum, dsb) sebagai upaya membela agama; bentuk kepercayaan yang dianut atau perbuatan yang dilakukan oleh orang yang

mendukung atau

menggunakan kekerasan bermotif ideologi untuk menggapai cara pandang ideologi, politik, atau keagamaan yang radikal

Berilah skor 1 pada indikator ini apabila berdasarkan hasil observasi Wali, profiling dan data- data pendukung lainnya, WBP pernah teridentifikasi sebagai anggota kelompok tertentu yang menganut paham ekstrimisme dengan kekerasan, seperti ISIS, Al Qaeda, Jamaah Islamiah (JI), dan kelompok lainnya

2. Berteman atau dekat dengan WBP lain yang terlibat dengan kelompok jihadist selama di Lapas/Rutan

Berilah skor 1 pada indikator ini apabila berdasarkan hasil observasi, profiling dan data-data pendukung lainnya, WBP terindikasi berteman atau dekat dengan satu atau lebih WBP lainnya yang terlibat tindak pidana kekerasan ekstrim

3. Memiliki teman yang mendukung ideologi jihadist

Berilah skor 1 pada indikator ini apabila berdasarkan hasil observasi, profiling atau hasil self- assessment (lihat respon terhadap aitem no.10), WBP terindikasi berteman atau dekat dengan satu atau lebih orang yang teridentifikasi sebagai pendukung ideologi kekerasan ekstrim baik di dalam maupun di luar Lapas/Rutan selama 6 bulan terakhir

4. Memiliki teman atau rekan yang pernah terlibat dalam tindakan

Berilah skor 1 pada indikator ini apabila berdasarkan hasil observasi, profiling dan data-data pendukung lainnya, WBP terindikasi berteman atau dekat dengan satu atau lebih orang

(17)

Aspek Indikator Definisi Penjelasan Indikator

teror yang teridentifikasi pernah terlibat

dalam tindakan kekerasan ekstrim baik di dalam maupun di luar Lapas/Rutan selama

5. Anggota keluarga pro terhadap teror

Berilah skor 1 pada indikator ini apabila berdasarkan hasil observasi, profiling dan data-data pendukung lainnya, lingkungan keluarga WBP terindikasi sebagai pendukung ekstrimisme kekerasan

6. Anggota keluarga pernah terlibat dalam tindakan teror

Berilah skor 1 pada indikator ini apabila berdasarkan hasil observasi, profiling dan data-data pendukung lainnya, salah satu atau beberapa anggota keluarga WBP terindikasi pernah terlibat tindak kekerasan ekstrim

7. Pernah bergabung dalam forum kajian

konservatif dan ekstrimis

Kajian

konservatif/konservatisme adalah berbagai paham filsafat politik yang menekankan pentingnya menjaga tradisi (terkait dengan kepercayaan dan adat istiadat agama, budaya, atau bangsa) dari kekuatan luar yang mendorong perubahan, dan penolakannya yang kuat terhadap perubahan sosial yang radikal

Berilah skor 1 pada indikator ini apabila berdasarkan hasil observasi Wali, profiling dan data- data pendukung lainnya, WBP terindikasi pernah mengikuti forum kajian konservatif dan kekerasan ekstrim

8. Mudah terpengaruh oleh karisma individu yang mengajarkan penggunaan kekerasan (muamalah/ji had dengan kekerasn)

Berilah skor 1 pada indikator ini apabila berdasarkan hasil observasi atau wawancara, WBP mengakui bahwa dirinya mudah terpengaruh oleh karisma individu atau tokoh tertentu yang mengajarkan penggunaan kekerasan ekstrim

Sikap Pro- Kriminal/Anti Sosial

1. Cenderung mudah marah dalam menyelesaik an masalah terkait

keyakinan beragama

Perilaku anti-sosial:

perbuatan yang merugikan dan tidak mempedulikan keadaan sekitar si pelaku Sikap pro-kriminal: Cara berpikir yang menempatkan kejahatan sebagai bagian dari hidup, atau sesuatu yang berada di luar kuasa,

Berilah skor 1 pada indikator ini apabila berdasarkan hasil observasi Wali, WBP memiliki kategori tinggi pada aspek agresi;

atau pada self-assessment (lihat respon terhadap aitem no.12) WBP terindikasi memiliki

kecenderungan mudah

menampilkan kemarahan

(18)

Aspek Indikator Definisi Penjelasan Indikator

2. Menghindari pergaulan sosial dengan orang lain yang tidak sepaham

sehingga cenderung untuk

selalu dicari

pembenarannya.

(terhubung dengan teori netralisasi, lihat: Sykes &

Matza, 1957)

Berilah skor 1 pada indikator ini apabila berdasarkan hasil observasi Wali, profiling atau wawancara, dan atau data-data pendukung lainnya, WBP terindikasi memiliki kecenderungan menghindari pergaulan dengan orang-orang yang berbeda paham atau ideologi dengan dirinya

3. Membatasi interaksi diri dengan orang-orang di luar jaringan

Berilah skor 1 pada indikator ini apabila berdasarkan hasil observasi Wali, profiling atau wawancara, dan data-data pendukung lainnya, WBP terindikasi memiliki kecenderungan membatasi interaksi dengan orang-orang dari luar kelompok atau jaringannya

4. Merasa perbuatanny a bukan tindak pidana atau

kejahatan

Berilah skor 1 pada indikator ini apabila berdasarkan hasil observasi, WBP menunjukkan perilaku yang menunjukkan tidak adanya penyesalan atas perbuatannya; atau melalui wawancara dan self-assesment (lihat respon terhadap aitem no.2, no.3) WBP menyatakan bahwa perbuatannya bukanlah sebuah tindak pidana atau kejahatan

5. Merasa tidak empati terhadap korban

Berilah skor 1 pada indikator ini apabila berdasarkan hasil observasi, WBP menunjukkan perilaku yang menunjukkan tidak adanya rasa empati; atau melalui wawancara, atau data-data pendukung lainnya WBP menyatakan bahwa dirinya tidak merasakan empati atau kasihan terhadap korban dan keluarga korban akibat tindak terorisme yang ia lakukan maupun dilakukan oleh orang lain

(19)

Aspek Indikator Definisi Penjelasan Indikator

6. Merasa tidak bersalah/tida k menyesal terhadap perbuatan yang

dilakukannya

Berilah skor 1 pada indikator ini apabila berdasarkan hasil observasi, WBP menunjukkan perilaku yang menunjukkan tidak adanya rasa bersalah/menyesal;

atau melalui wawancara dan self- assessment (lihat respon terhadap aitem no.2, dan no.3) WBP menyatakan bahwa dirinya tidak merasa bersalah/ tidak menyesal atas perbuatannya

Sikap terhadap NKRI

1. Memiliki dendam terhadap negara dan aparat

Berilah skor 1 pada indikator ini apabila berdasarkan hasil observasi, wawancara dan self- assessment (lihat respon terhadap aitem no.22, dan no.23), WBP terindikasi memiliki dendam tertentu terhadap Negara maupun aparat

2. Merasa negara telah melakukan ketidakadilan

Berilah skor 1 pada indikator ini apabila berdasarkan hasil observasi, wawancara dan self- assessment (lihat respon terhadap aitem no.22) WBP terindikasi merasa diperlakukan tidak adil oleh Negara atau lingkungannya

3. Merasa bahwa

ideologi yang dianut

banyak mengalami diskriminasi

Diskriminasi: perlakuan tidak adil atau penuh prasangka yang didorong oleh perbedaan kategori, terutama dalam hal ras, gender, dan usia.

Berilah skor 1 pada indikator ini apabila berdasarkan hasil observasi, wawancara dan self- assessment (lihat respon terhadap aitem no.34) WBP terindikasi atau menyatakan bahwa pihak mayoritas tidak mendukung atau mendiskriminasi ideologi yang ia anut

4. Merasa bahwa

ideologi yang dianut

banyak difitnah oleh kelompok agama lain

Berilah skor 1 pada indikator ini apabila berdasarkan hasil

observasi atau wawancara, WBP menyatakan bahwa ideologi yang dianut sering kali difitnah oleh kelompok lain

(20)

Aspek Indikator Definisi Penjelasan Indikator

5. Merasa bukan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia

Berilah skor 1 pada indikator ini apabila berdasarkan hasil observasi Wali, WBP tidak bersedia menandatangani kesetiaan terhadap NKRI; atau berdasarkan wawancara, profiling, data-data pendukung lainnya, dan hasil self-assessment (lihat respon terhadap aitem no. 4, no.5, no.8) WBP terindikasi tidak mengakui dirinya sebagai bagian dari NKRI

6. Pancasila tidak diakui dasar negara

Berilah skor 1 pada indikator ini apabila berdasarkan hasil observasi, profiling atau wawancara, dan hasil self-

assessment (lihat respon terhadap aitem no. 6, no. 9) WBP terindikasi tidak mengakui Pancasila sebagai dasar negara

4. Petugas memberi tanda centang (✔) pada kolom skor untuk pernyataan indikator yang sesuai dengan data primer dan sekunder dari Narapidana dan memberi tanda silang (X) untuk indikator yang tidak sesuai;

5. Petugas menghitung jumlah total skor berdasarkan jumlah tanda centang (✔) pada setiap aspek dan menuliskan kategori skor berdasarkan aturan penormaan:

Aspek/Faktor Skor total

maksimal

Kategori/Tingkat

Tinggi Sedang Rendah

Keyakinan 3 2 – 3 1 0

Ideologi 4 3 – 4 1 – 2 0

Hubungan Keluarga & Sosial 8 6 – 8 3 – 5 0 – 2 Sikap Pro Kriminal/Anti Sosial 6 4 – 6 2 – 3 0 – 1

Sikap terhadap NKRI 6 4 – 6 2 – 3 0 – 1

Skor maksimal dihitung berdasarkan jumlah aitem yang ada pada setiap aspek/faktor penilaian. Skor tersebut dapat berubah sesuai dengan banyaknya indikator penilaian berdasarkan kebutuhan.

 Apabila dalam Aspek/Faktor Keyakinan tanda centang berjumlah 2 -3 maka Narapidana memiliki tingkat kebutuhan pembinaan yang tinggi dalam aspek keyakinan. Jika tanda centang berjumlah 1 maka Narapidana memiliki kebutuhan pembinaan dengan tingkat sedang dalam aspek keyakinan.

(21)

 Apabila dalam Aspek/Faktor Ideologi tanda centang berjumlah 3-4 maka Narapidana memiliki tingkat kebutuhan pembinaan yang tinggi dalam aspek ideologi. Jika tanda centang berjumlah 1-2 maka Narapidana memiliki kebutuhan pembinaan dengan tingkat sedang dalam aspek ideologi.

 Apabila dalam Aspek/Faktor Hubungan Keluarga & Sosial tanda centang berjumlah 6-8 maka Narapidana memiliki tingkat kebutuhan pembinaan yang tinggi dalam aspek hubungan keluarga dan sosial. Jika tanda centang berjumlah 3-5 maka Narapidana memiliki kebutuhan pembinaan dengan tingkat sedang dalam aspek hubungan keluarga dan sosial.

 Apabila dalam Aspek/Faktor Sikap Pro Kriminal/Anti Sosial tanda centang berjumlah 4-6 maka Narapidana memiliki tingkat kebutuhan pembinaan yang tinggi dalam aspek sikap pro kriminal atau anti sosial.

Jika tanda centang berjumlah 2-3 maka Narapidana memiliki kebutuhan pembinaan dengan tingkat sedang dalam aspek sikap pro kriminal atau anti sosial.

 Apabila dalam Aspek/Faktor Sikap terhadap NKRI tanda centang berjumlah 4-6 maka Narapidana memiliki tingkat kebutuhan pembinaan yang tinggi dalam aspek sikap terhadap NKRI. Jika tanda centang berjumlah 2-3 maka Narapidana memiliki kebutuhan pembinaan dengan tingkat sedang dalam aspek sikap terhadap NKRI.

6. Berdasarkan hasil penilaian kelima aspek, petugas fokus pada aspek-aspek yang memiliki kategori skor SEDANG dan TINGGI, kemudian merekemondasikan program yang sesuai pada kolom rekomendasi. Jika hasil penilaian menunjukkan skor RENDAH pada aspek tertentu maka petugas tidak perlu memberikan rekomendasi program pembinaan pada aspek tersebut karena dapat dipindahkan ke Lapas non-Resiko Tinggi;

7. Petugas mencantumkan hasil penilaian dari Instrumen Lembar Observasi Aktivitas Pembinaan Narapidana Resiko Tinggi yang terdiri dari Interpretasi 6, 9 dan 12 Bulan dengan melingkari pada kategori yang sesuai antara Rendah/Sedang/Tinggi yang diperoleh dari Asesor.

8. Petugas menuliskan hasil Rekomendasi Program Pembinaan yang diperoleh dari Asesor serta hasil rekomendasi yang diperoleh dari instansi lain (Kepolisian, BNPT, dll).

9. Petugas menuliskan deskripsi kesimpulan secara ringkas berdasarkan faktor/aspek yang masuk kategori SEDANG dan TINGGI, hasil penilaian 6, 9 dan 12 Bulan yang diperoleh dari Asesor dan rekomendasi-rekomendasi yang diperoleh.

10. Hasil penilaian selanjutnya dimasukkan ke dalam Laporan Penelitian Kemasyarakatan (Laporan Litmas) beserta dengan data dukung lainnya seperti hasil penilaian Wali dan Asesor Pemasyarakatan serta penilaian dari instansi lain seperti BNPT, dll.

(22)
(23)

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengisian Instrumen Penilaian Kebutuhan Narapidana Risiko Tinggi Kategori Teroris

1 Instrumen Penilaian

dan alat tulis 30 menit Tersedianya Instrumen dan berkas terkait

2 Pedoman, Instrumen

Penilaian dan alat tulis 3 menit Memahami cara pengisian instrumen

3 Instrumen Penilaian

dan alat tulis 10 menit Identitas terisi secara lengkap

4 berkas terkait dan alat

tulis 30 menit Ringkasan Berkas

9 alat tulis dan alat

perekam 60 menit hasil wawancara

10 hasil wawancara 30 menit hasil analisis

11 lembar instrumen, alat

tulis dan hasil analisis 15 menit total skor pada instrumen penilaian

Jumlah waktu : 374 menit 13

Memberi ceklis pada bagian rekomendasi program pembinaan berdasarkan ringkasan

kebutuhan pembinaan yang diperoleh Instrumen Penilaian

dan alat tulis 5 menit Rekomendasi program pembinaan diperoleh Instrumen Penilaian

dan alat tulis 1 menit

Kategori tingkat kebutuhan setiap

aspek diperoleh 5 menit

merekapitulasi data dan informasi hasil wawancara

menganalisa data dan informasi Mengisi lembar instrumen berdasarkan

hasil analisa data dan informasi serta kolom Total Skor pada setiap aspek 12

Melingkari kolom penormaan berdasarkan total skor yang diperoleh pada bagian ringkasan kebutuhan pembinaan 6

Membangun atensi dan keterbukaan Narapidana sebelum melakukan wawancara serta meminta izin merekam proses wawancara apabila petugas memiliki kebutuhan untuk menggunakan alat perekam

Instrumen Penilaian, alat perekam dan alat

tulis

Narapidana teroris meninggalkan tempat

wawancara 8 Menutup proses wawancara dan memanggil

petugas untuk mengembalikan narapidana -

petugas Lapas terkait

dan ruang wawancara 5 menit Kehadiran napiter di ruang wawancara

7

Melakukan proses wawancara dan pencatatan data dan informasi yang diperoleh

Instrumen Penilaian, alat perekam, dan alat

tulis

120 menit Terkumpulnya data dan informasi

NO KEGIATAN

PELAKSANA MUTU BAKU

KETERANGAN

60 meniit

Napiter bersedia dan merasa nyaman untuk

diwawancara mempelajari hasil penilaian harian Wali,

Laporan Litmas sebelumnya, data registrasi atau data dukung lainnya terkait

Narapidana teroris

5

PEMBIMBING

KEMASYARAKATAN KELENGKAPAN WAKTU OUTPUT

Menyiapkan Instrumen Penilaian, dan berkas terkait

Membaca buku pedoman pengisian instrumen

Mengisi isian identitas pada halaman depan instrumen

Memanggil Narapidana teroris ke ruang konseling atau ruang pembinaan

Referensi

Dokumen terkait