Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan konsep ketangkasan individu untuk meningkatkan kinerja individu di era digital. Data dikumpulkan dari para pelaku industri kreatif yang menggunakan alat komunikasi berbasis teknologi informasi dalam kehidupan sehari-hari dalam menyelesaikan pekerjaannya. Sebanyak 150 responden yang bekerja di industri kreatif dan menggunakan alat komunikasi berbasis teknologi informasi untuk menyelesaikan pekerjaannya sehari-hari diikutsertakan sebagai responden dalam penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelincahan individu mampu memprediksi kinerja individu yang bekerja di lingkungan digital. Selain itu, pemberdayaan psikologis kepemimpinan dan kemauan individu untuk berubah berperan sebagai stimulan penting dalam pembentukan resourcefulness individu, yang kemudian dapat meningkatkan kinerja individu. Hasil penelitian ini memberikan data yang sangat penting untuk meningkatkan kinerja individu di era digital.
Perkembangan teknologi informasi berdampak pada kemudahan organisasi dalam menjalankan aktivitas bisnis guna meningkatkan kinerja. Perkembangan teknologi informasi menuntut individu untuk memiliki soft skill dan hard skill untuk mencapai kinerja yang optimal.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Banyak penelitian tentang ambiguitas organisasi menunjukkan bahwa organisasi yang berhasil mencapai keseimbangan antara eksplorasi dan eksploitasi memiliki kinerja lebih baik dalam jangka pendek dan panjang. Organisasi yang berhasil menggabungkan kedua aktivitas tersebut disebut “organisasi ambidextrous” (Benschop, Leenders, Doorewaard, & Brink, 2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi ambidexterity di tingkat individu memberikan wawasan dan metode baru tentang bagaimana membangun ambidexterity ke dalam organisasi.
Ambidexterity organisasi adalah kemampuan organisasi untuk secara bersamaan mengejar inovasi eksploratif dan eksploitatif (O'Reilly & Tushman, 2013). Ambidexterity organisasi adalah kemampuan organisasi untuk secara bersamaan mengejar inovasi eksploratif dan eksploitatif (O'Reilly. & Tushman, 2013). Penelitian (Chao, Kavadias, & Gaimon, 2009) (An, Qiang, Wen, Jiang, & unity meningkatkan kinerja selanjutnya.
Namun ada dua aspek penting untuk meningkatkan kinerja pegawai, yaitu aspek internal-eksternal pegawai dan metode kerja (Jansen, Simsek, & Cao, 2012). Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi harus diintegrasikan pada tingkat hierarki yang lebih rendah dalam organisasi, dan dengan demikian, manajer tingkat bawah harus bertindak ganda untuk meningkatkan kinerja (Birkinshaw & Gibson, 2004).
Rumusan Masalah
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka
- Psychological Empowering Leadership dan Kesiapan Individu untuk Berubah
- Kesiapan Individu untuk Berubah
- IT Contextual Ambidextrity
- Kinerja Individu
Lebih lanjut, beberapa penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa sikap karyawan terhadap perubahan organisasi mempengaruhi dukungan perilaku mereka terhadap perubahan, sehingga orang yang memiliki sikap positif terhadap perubahan organisasi lebih cenderung mengubah perilakunya dan mendorong inisiatif perubahan (misalnya; (Malhotra & . Hinings, 2015; Rogiest et al., 2018) (Bouckenooghe & Devos, 2008)(Shin, Taylor, & Seo, 2010)(Rogiest, Segers, & van Witteloostuijn, 2018)(Vigoda-Gadot & Beeri, 2012). dibuktikan oleh penelitian ini, sikap individu terhadap perubahan organisasi memiliki dampak nyata pada implementasi perubahan dan oleh karena itu penting bagi semua orang. Namun demikian, semua peneliti sepakat bahwa kesiapan individu untuk perubahan organisasi melibatkan evaluasi individu terhadap individu dan kapasitas organisasi untuk melakukan perubahan. membuat perubahan berhasil, perlunya perubahan dan manfaat yang dapat diperoleh organisasi dan anggotanya dari perubahan (Armenakis, Harris, & Mossholder, 2007) (Holt, Armenakis, Harris, . & Lapangan, 2007).
Dalam (Choi, 2011) kesiapan individu terhadap perubahan merupakan penilaian terhadap kapasitas individu dan organisasi dalam melakukan perubahan yang berhasil, perlunya perubahan dan manfaat yang dapat diperoleh organisasi dan anggotanya dari suatu perubahan dengan indikator yaitu keberhasilan spesifik, kesesuaian . perubahan, dukungan manajemen terhadap perubahan tersebut, dan manfaat pribadi dari perubahan tersebut. Selain itu, beberapa penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa sikap karyawan terhadap perubahan organisasi mempengaruhi dukungan perilaku mereka terhadap perubahan sehingga orang-orang yang memiliki sikap positif terhadap perubahan organisasi lebih cenderung mengubah perilaku mereka dan mendukung inisiatif perubahan (misalnya, Jones, Jimmison, & Griffiths, 2005; JP Meyer, Srinivas, Lal, & Topolnytsky, 2007). Sebagaimana dibuktikan oleh penelitian ini, sikap individu terhadap perubahan organisasi mempunyai dampak nyata terhadap implementasi perubahan dan oleh karena itu sangat penting agar setiap inisiatif perubahan berhasil.
Mengingat pentingnya kesiapan perubahan, kita masih memerlukan lebih banyak penelitian yang menyelidiki bagaimana mengembangkan kesiapan perubahan dalam organisasi dan melakukannya dengan langkah-langkah yang secara efektif menangkap sifat kesiapan perubahan. dalam Choi, 2011) berpendapat bahwa kesiapan individu terhadap perubahan organisasi berkaitan dengan keyakinan bahwa perubahan itu perlu dan kemungkinan besar akan berhasil (hal. 422). Dalam Choi, 2010 Kesiapan individu terhadap perubahan merupakan penilaian terhadap kapasitas individu dan organisasi dalam melakukan perubahan yang berhasil, kebutuhan akan perubahan dan manfaat yang dapat diperoleh organisasi dan anggotanya dari suatu perubahan dengan indikator yaitu keberhasilan spesifik, kemampuan beradaptasi. . perubahan, dukungan manajemen terhadap perubahan dan manfaat pribadi dari perubahan tersebut.
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan dan Manfaat Penelitian
METODE PENELITIAN
- Jenis penelitian
- Populasi dan Sampel
- Variabel dan Indikator
- Teknik Analisa Data
Variabel diartikan sebagai atribut seseorang atau benda yang berbeda-beda antara orang yang satu dengan orang yang lain atau antara satu benda dengan benda yang lain (Sujarweni, 2015). Analisis PLS digunakan untuk tujuan prediksi, pengujian model fit, dan pengujian teori (Hair, Hult, Ringle, & Sarstedt, 2017). Kegiatan pada langkah ini adalah mengembangkan model berdasarkan kajian teoritis untuk mendukung penelitian terhadap masalah yang diteliti.
Tahapan ini merupakan tahapan penting dalam SEM karena suatu model yang tidak dapat diidentifikasi tidak dapat diperkirakan atau dihitung. Tahapan ini penting dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui apakah model mempunyai nilai unik atau tidak. Proses ini diawali dengan uji normalitas data, kemudian dilanjutkan dengan pengujian model pengukuran dengan menganalisis faktor konfirmatori untuk menguji validitas dan reliabilitas variabel laten, dilanjutkan dengan pengujian model struktural, dan terakhir menilai kesesuaian keseluruhan. model yang mengacu pada kebaikan. adaptasi (GoF).
Apabila nilai GoF model kurang atau belum sesuai, maka perlu dilakukan modifikasi atau spesifikasi ulang pada model tersebut.
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
Hasil Penelitian
Draft submitted The role of individual resourcefulness and psychologically empowering leadership in the digital workplace (International Journal of Organizational Analysis). Your manuscript entitled "THE ROLE OF PSYCHOLOGICAL EMPOWERMENT AND LEADERSHIP IN THE DIGITAL WORKPLACE" has been successfully submitted online and is currently under full review for publication in the International Journal of Organizational Analysis. This research aims to test a concept of individual agility in improving individual performance for the digital workplace.
In addition, psychologically empowered leadership and individual readiness for change play an important role in building individual skill, which in turn increases individual performance. Individual skill can be conceptualized as a combination of individual exploration and exploitation (Mom, et al., 2009). The questionnaire contains several items that address the psychological empowerment of leadership, individual readiness for change, individual skill, and individual performance.
The higher level of psychologically empowering leadership will influence individual willingness to change and also influence individual agility. The second objective analyzed the effect of individual willingness to change on individual agility. The third objective of this study contributed to the literature on organizational ambidexterity by demonstrating that individual agility mediates the relationship between psychologically empowering leadership, individual readiness for change, and individual performance.
In conclusion, this paper shows the effect of psychologically empowering leadership and change readiness on individual dexterity for further performance. The empirical evidence has important implications for managers and marks progress in research on the moderating effects of organizational factors in the relationship between individual dexterity and performance.