• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 Introduction 73 Pedagogical Content Knowledge 9 Distance Learning 95 Student Cognitive

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "1 Introduction 73 Pedagogical Content Knowledge 9 Distance Learning 95 Student Cognitive "

Copied!
125
0
0

Teks penuh

Pengetahuan konten web dan pedagogis (Metode Collaborative Distance Learning dalam Pembelajaran) / Andy Prasetyo Wati, Jefry Aulia Martha, Aniek Indrawati. Dibutuhkan kerjasama antara guru, model dan media pengajaran yang tepat agar transfer ilmu tepat sasaran, tidak terkecuali pembelajaran jarak jauh. Dalam buku ini, penulis memberikan gambaran tentang pendidikan jarak jauh yang merupakan model pembelajaran, web yang digunakan sebagai media pengajaran dan pengetahuan konten pedagogik yang merupakan kemampuan guru untuk mentransfer pengetahuan.

INTRODUCTION

Komponen penting dalam pendidikan adalah pendidik, peserta didik, kurikulum, metode pembelajaran, lingkungan belajar dan media pembelajaran” (Ahmadi, 2014). Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran jarak jauh dengan kemampuan kognitif yang maksimal, diperlukan media pembelajaran digital yang tepat terutama di masa pandemi, agar teknologi dan kemampuan kognitif dapat bekerja sama. Media pembelajaran digital yang dapat diterapkan untuk mendukung kemampuan kognitif siswa adalah penggunaan internet.

Pemilihan media pembelajaran oleh pendidik diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa dengan meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, menghasilkan ide-ide baru dan membuat keputusan tentang masalah yang diberikan, serta meningkatkan kemampuan memahami materi secara menyeluruh. Media pembelajaran berupa web diharapkan dapat memberikan dukungan yang maksimal dalam proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena dalam media pembelajaran online ini memungkinkan guru untuk mengkombinasikan berbagai bentuk media sesuai dengan kebutuhannya.

DISTANCE LEARNING

Media utama yang digunakan dalam metode pembelajaran jarak jauh ini adalah radio dan televisi, dan telah digunakan hingga Abad Pertengahan. Ketika perkembangan teknologi semakin pesat, media yang digunakan dalam metode pembelajaran jarak jauh juga ikut berkembang. Pembelajaran dengan metode distance learning ini dapat berlangsung dalam dua pola yaitu sinkron dan asinkron.

Media yang dapat digunakan dalam metode pembelajaran jarak jauh model sinkron antara lain zoom, google meet (hangouts), webex, skype, dll. Sedangkan pada model asynchronous memungkinkan model penyampaian pembelajaran menggunakan media internet secara tidak langsung, artinya metode pembelajaran jarak jauh dilakukan secara offline antara pendidik dan peserta didik melalui media yang telah ditentukan. Media yang dapat digunakan dalam metode pembelajaran asinkron antara lain Sipejar, Google Classroom, Edmodo dll.

WEB COURSE

Rusman (2013) juga mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran, web course tidak memerlukan pertemuan tatap muka antara pendidik dan peserta didik. Dalam model ini, hubungan komunikasi antara pendidik dan peserta didik dapat dilakukan kapan saja tanpa ada batasan waktu. Artinya dalam model ini akan lebih banyak saluran komunikasi yang tersedia, baik secara langsung (sinkron) seperti Google Meet dan Zoom maupun tidak langsung (asynchronous) seperti Google Classroom dan WhatsApp.

Artinya, memungkinkan guru menggunakan perangkat teknologi untuk mengevaluasi kemampuan siswa dalam menerima dan memahami materi yang diberikan, salah satunya dengan menyisipkan video streaming dan simulasi. Selain fitur yang perlu diperhatikan jika ingin menggunakan web course, Rusman (2013) juga mengungkapkan bahwa web course memiliki kelebihan dan kekurangan dalam aplikasinya. Siswa bisa bosan dan bosan jika tidak memiliki akses informasi karena tidak adanya peralatan yang memadai dan memadai.

Panduan diperlukan bagi siswa untuk menemukan informasi yang relevan karena informasi di web sangat beragam. Pendidik membuat tutorial, materi, tugas atau hal-hal yang relevan yang dianggap mampu mengaktifkan kemampuan kognitif siswa sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, karakteristik bahan pembelajaran serta sarana dan prasarana yang tersedia sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara optimal. Materi yang diberikan dalam bentuk tutorial atau lainnya harus mudah diakses oleh siswa dimana saja dan kapan saja tanpa harus bertatap muka langsung dengan pendidik.

Dalam model ini, guru harus menyiapkan skrip tutorial atau sejenisnya dan memungkinkan interaksi antara guru dan siswa dalam pembelajaran virtual. Pendidik menyajikan materi pokok dan sumber belajar yang dibutuhkan siswa kemudian dapat mengadakan diskusi atau kerja kelompok baik secara sinkron maupun asinkron dengan menggunakan media internet. Peserta didik diharapkan memperhatikan penyajian materi dan sumber belajar yang telah ditentukan, merupakan gagasan utama dalam penyelesaian studi kasus, memberikan kesimpulan atau kegiatan lain yang telah disepakati bersama menggunakan media internet dalam pembelajaran. .

WEB CETRIC COURSE

Instruktur dan siswa lainnya memberikan umpan balik dan saran dengan mengomentari posting blog. Artinya, siswa harus membagikan pengalaman belajarnya dalam bentuk dokumen di blog atau yang lebih berkembang untuk membagikannya di web yang ditentukan. Setelah siswa mengunggah tugas atau pengalaman belajarnya ke blog atau online, guru dan siswa lainnya dapat memberikan tanggapan dan saran berupa komentar di kolom diskusi.

Dengan metode tersebut, model pembelajaran menggunakan web-centric course membutuhkan teknologi web 2.0. Dimungkinkan untuk memiliki pendekatan ke seluruh pelosok negara dan kapasitas tidak terbatas karena tidak memerlukan ruang kelas. Pembelajaran dapat memilih topik atau bahan ajar sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masing-masing.

Pembelajaran dapat bersifat interaktif, sehingga melibatkan siswa dan memungkinkan pihak-pihak yang berkepentingan (orang tua dan guru) untuk ikut serta mensukseskan proses pembelajaran dengan memeriksa tugas yang diselesaikan siswa. Program ini idealnya dilakukan selama 5-10 bulan dan dibagi menjadi 5 langkah yaitu langkah 1, langkah 3 dan langkah 5 dilakukan secara eksternal untuk itu media web dipilih sebagai alat komunikasi. Pembelajaran tatap muka rutin dilakukan setiap minggu selama 7 minggu pertama dan selanjutnya hanya setiap 2 atau 3 kali seminggu.

Model pembelajaran dapat diimplementasikan dengan model kelompok, karena pembelajaran dan tugas yang dilakukan bersama-sama memainkan peran penting dalam penggunaan kursus online.

WEB ENHANCED COURSE

MAIL

Karena pengetahuan konten pedagogik merupakan hasil perpaduan antara pengetahuan tentang bahan ajar (content knowledge) dengan pengetahuan cara pendidik (pedagogical knowledge). Loughran, et.al (2006) menemukan bahwa pengetahuan konten pedagogis merupakan konstruksi akademik yang menggambarkan suatu gagasan yang dapat membangkitkan minat untuk mempelajari sesuatu. Dengan kata sederhana, pengetahuan konten pedagogis dapat diartikan sebagai gambaran bagaimana seorang guru mengajar suatu mata pelajaran dan apa yang dia yakini sebagai cara mengajar yang baik dalam konteks itu (Rollnick, et.al., 2008).

Pengetahuan konten pedagogis juga berarti representasi dari semua pengetahuan, yang merupakan hasil penggabungan pengetahuan mata pelajaran dengan pengetahuan pedagogis (Geddis & Wood, 1997 dalam Rollnick, et.al., 2008). Kompetensi mengenai pengetahuan konten pedagogik yang harus dimiliki pendidik, oleh pemerintah diatur dalam PP no. Dalam peraturan pemerintah ini, pengetahuan konten mengacu pada kompetensi profesional yang harus dimiliki pendidik, sedangkan pengetahuan pedagogik mengacu pada kompetensi pedagogik.

Pengetahuan dasar inilah yang nantinya akan membedakan pengetahuan konten pedagogik antara satu pendidik dengan pendidik lainnya, karena pendidik memerlukan pemahaman konseptual tentang apa yang diajarkannya. Pada tahun 1986, Shulman juga menemukan bahwa aspek-aspek yang terkandung dalam pengetahuan konten pedagogik dapat mendukung aktivitas pendidik dalam pelaksanaan pembelajaran. Dalam model ini, pengetahuan konten pedagogik belum terstruktur dalam pengetahuan yang dimiliki pendidik, tetapi merupakan interaksi antara berbagai komponen pengetahuan yaitu materi, mata pelajaran, pedagogi dan konteks.

Ketika proses belajar mengajar berlangsung di dalam kelas, ketiga komponen pengetahuan tersebut dipadukan untuk membentuk pengetahuan konten pedagogik pendidik. Perubahan ke bentuk pengetahuan baru dengan integrasi ini disebut model pengetahuan konten pedagogis transformatif. Pengetahuan konten pedagogik memiliki komponen yang tidak dapat diabaikan oleh guru dalam mengembangkan kompetensinya agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.

Mereka mengungkapkan bahwa komponen utama pemikiran Magnusson adalah orientasi pada pengajaran sains, kemudian empat komponen lainnya merupakan komponen pendukung untuk membentuk kemampuan mengetahui konten pedagogis. Pengetahuan konten pedagogis, campuran konten dan pedagogi khusus ini, yang merupakan wilayah unik para guru, pemahaman profesional khusus mereka. Gambar 3 menunjukkan bahwa semua komponen yang terkait dengan pengajaran, seperti pengetahuan konten, pengetahuan pedagogik umum, dan desain tujuan pembelajaran dan mata pelajaran, ditujukan untuk menciptakan pengetahuan konten pedagogis.

Gambar 1.   Domains of Pedagogical Content Knowledge  (Shulman, 1986)
Gambar 1. Domains of Pedagogical Content Knowledge (Shulman, 1986)

KOGNITIF

Reminiscence adalah upaya untuk mendapatkan kembali pengetahuan dari ingatan masa lalu, baik yang baru diperoleh maupun yang sudah lama diperoleh. Klasifikasi akan terjadi ketika siswa mencoba mengidentifikasi pengetahuan yang merupakan bagian dari pengetahuan tertentu yang telah atau sedang dipelajari. Perbandingan berkaitan dengan proses kognitif untuk menemukan satu persatu ciri-ciri objek yang dibandingkan.

Aplikasi untuk proses kognitif dapat diartikan sebagai menggunakan prosedur atau melakukan eksperimen atau memecahkan masalah. Eksekusi merupakan proses kognitif yang dimiliki siswa dalam memecahkan masalah dan melakukan percobaan, dengan melakukan hal tersebut siswa sudah mengetahui informasi tentang masalah dan mampu memutuskan dengan tepat prosedur apa yang akan dilakukan. Jika siswa tidak dapat menentukan prosedur apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang telah ditentukan, maka siswa diperbolehkan untuk melakukan perubahan terhadap prosedur standar yang telah ditentukan.

Implementasi akan terjadi ketika siswa memilih dan menggunakan prosedur untuk memecahkan masalah yang tidak diketahui atau tidak diketahui pengetahuannya. Karena siswa masih dalam tahap pengenalan masalah tersebut maka siswa terlebih dahulu harus mengidentifikasi atau mengenali dan memahami, setelah siswa mampu mengidentifikasi dan memahami masalah tersebut dengan baik barulah mereka dapat menentukan prosedur yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Aplikasi merupakan suatu proses yang harus dilakukan secara terus menerus atau terus menerus, hal ini dikarenakan ketika menyelesaikan masalah dilihat dari dimensi aplikasi, siswa harus menyelesaikannya dengan menggunakan prosedur baku atau standar yang sudah diketahui.

Kegiatan yang dapat dilakukan siswa selama pembelajaran yang memiliki dimensi kognitif materi untuk dianalisis adalah siswa dapat mengidentifikasi unsur-unsur yang paling penting dan relevan dengan masalah yang telah diidentifikasi kemudian dilanjutkan untuk membangun hubungan yang sesuai dari informasi yang telah diberikan. Ranah kognitif tahap evaluasi merupakan kegiatan pengambilan keputusan berdasarkan beberapa kriteria dan standar yang telah ditentukan. Siswa dikatakan memiliki kemampuan menciptakan proses kognitif jika siswa tersebut dapat menciptakan suatu produk baru yang merupakan reorganisasi dari beberapa konsep.

Kemampuan yang mendasari proses kognitif mencipta adalah kemampuan mengkoordinasikan pengalaman belajar siswa sebelumnya dan kemampuan berpikir kreatif.

Gambar

Gambar 1.   Domains of Pedagogical Content Knowledge  (Shulman, 1986)
Gambar 2  Pedaogical Content Knowledge (PCK) Model for Science Teaching (Simplified Version)  (Sumber: Friedrichsen & Dana, 2005)
Gambar 3 Teacher Knowledge (Shulman, 1987)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Menurut [5] “sistem adalah suatu rangkaian yang terdiri dari dua atau lebih komponen yang saling berhubungan dan saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan