SEMINAR NASIONAL BAHASA DAN BUDAYA IV KONTESTASI DAN NEGOSIASI
DALAM HUBUNGAN LINTAS AGAMA DAN BUDAYA
Denpasar, l 6-17 Oktober 2019
ISBN 978 -602-294- 380-8
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL BAHASA DAN BUDAYA IV
KONTESTASI DAN NEGOSIASI
DALAM HUBUNGAN LINTAS AGAMA DAN BUDAYA
Penyunting Ahli
Dr. Dra. Maria Matildis Banda, M.S.
Penyunting Pelaksana Drs. I Wayan Teguh, M. Hum.
DENPASAR, 16 - 17 OKTOBER 2019
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kepada Ida Sang Hyang Widhi atas berkat- Nyalah kegiatan ini dapat diselenggarakan sesuai dengan harapan. Pada kesempatan ini kami menghaturkan terima kasih kepada pembicara kunci, yakni Bapak Dr. Agus Mulyana, M.Hum., Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.
Selain itu, ucapan terima kasih yang tulus kepada kedua pembicara utama, yaitu Bapak Dr. I Wayan Tagel Eddy, M.S., dari Prodi Sejarah FIB Universitas Udayana, dan Ibu Dr. Dra. Ni Made Dhanawaty, M.Hum dari Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Udayana yang telah bersedia menyampaikan ide-ide dan gagasannya untuk memperkuat isi SNBB IV ini. Terima kasih pula kami ucapkan kepada para pemakalah pendamping, peserta, dan mahasiswa yang sudah berupaya menjadikan SNBB IV sangat berarti. Partisipasi Bapak Ibu sekalian sebagai pemakalah dan sebagai peserta sangat memotivasi bagi kami demi keberlangsungan SNBB IV ini maupun SNBB pada tahun-tahun berikutnya dan sudah tentu dengan tema dan materi yang berbeda.
Kami juga mengucapkan terima kasih atas semua fasilitas yang diberikan oleh Ibu Dr. Made Sri Satyawati, S.S., M.Hum selaku Dekan FIB beserta staf, serta para koordinator Program Studi di lingkungan FIB, Bapak/Ibu dosen, mahasiswa dan segenap civitas Akademika FIB Unud, yang telah memperlancar kegiatan SNBB IV ini. Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh panitia SNBB IV atas dukungan dan kerja samanya yang baik dan juga tidak kenal lelah.
Harapan, tujuan, semangat, dan kerja sama yang dilandasi dengan komitmen baik telah menjadikan seminar ini berjalan dengan suasana akademik yang kondusif.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat kami harapkan demi terlaksananya SNBB yang lebih berkualitas di masa mendatang. Kami mohon maaf jika ada hal-hal yang tidak berkenan di hati Bapak/Ibu selama acara ini berlangsung. Terima kasih.
Panitia Seminar Nasional Bahasa dan Budaya IV Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana Ketua,
Dra. A.A. Ayu Rai Wahyuni, M.Hum.
ii
SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/
Tuhan Yang Maha Esa karena atas asung kerta wara nugraha-Nya maka Buku Kumpulan Abstrak untuk Seminar Nasional Bahasa dan Budaya IV (SNBB IV) yang mengusung tema ‗Kontestasi Dan Negosiasi Dalam Hubungan Lintas Agama Dan Budaya‟ dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Tema ini menjadi sangat penting karena kita dapat memahami hubungan yang sangat erat antara bahasa dan budaya karena keduanya merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan.
Melalui karya bahasa, sastra, dan budaya diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat terhadap sastra dan budaya.
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana mengembangkan ilmu-ilmu Sastra dan Budaya. Dengan mengungkap hasil karya sastra yang berisikan kandungan budaya diharapkan dapat membangun karakter masyarakat dan bangsa Indonesia dalam menghadapi era globalisasi yang penuh tantangan dapat terwujud dengan baik. SNBB IV dilaksanakan untuk mendiskusikan dan menginterpretasikan hubungan yang erat antara bahasa dan budaya sehingga muncul pemahaman dan apresiasi terhadap keanekaragaman dan persamaan budaya untuk mewujudkan multikulturalisme.
Melalui kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Para Koordinator Program Studi di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana atas kerjasama yang baik sehingga SNBB IV bisa dilaksanakan secara berkesinambungan.
2. Bapak Dr. Agus Mulyana, M.Hum dari Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung sebagai pembicara kunci, pemakalah utama yakni Bapak Dr. I Wayan Tagel Eddy, M.S dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, dan Ibu Dr. Dra. Ni Made Dhanawaty, M.Hum dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, serta para pemakalah pendamping lainnya yang terdiri atas dosen bahasa, pengamat sastra, budayawan, dll.
3. Peserta SNBB IV, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana yang terdiri atas, peneliti dan/atau dosen bahasa, sastra, dan budaya, guru, mahasiswa, pekerja dan pengamat media, sastra dan budaya, yang terlalu panjang bila disebutkan semuanya.
4. Panitia SNBB IV Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana yang telah bekerja keras mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan penyelenggaraan seminar ini dengan sebaik-baiknya.
Semoga SNBB IV yang diselenggarakan atas kerjasama semua Program Studi di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana dapat memberikan pencerahan tentang hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara Bahasa dan Budaya, dan diharapkan bermuara pada penyatuan Visi Fakultas Ilmu Budaya, Unud yaitu memiliki keunggulan dan kemandirian dalam bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dengan aplikasi keilmuan yang berlandaskan kebudayaan.
Melalui kesempatan ini sekali lagi kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran pelaksanaan SNBB IV, dengan harapan semoga Tuhan YME memberikan imbalan yang setimpal dengan pengorbanan Bapak/Ibu sekalian. Kami juga tidak lupa mohon maaf apabila ada hal-hal yang kurang berkenan dan semoga Buku ini bermanfaat untuk kita semua.
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana Dekan,
Dr. Made Sri Satyawati, S.S., M.Hum
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
KATA PENGANTAR ... ii
SAMBUTAN ... iii
DAFTAR ISI ... v
PEMAKALAH UTAMA KONTESTASI ELIT DAN MARGINALISASI PENDUDUK LOKAL DI LOKASI GALIAN C DESA SEBUDI-KARANGASEM I Wayan Tagel Eddy ... 1
PEMAKALAH PENDAMPING TINJAUAN GRAFOLOGI PADA JARAK ANTAR SUKU KATA DALAM PRASASTI BWAHAN A Aditya Iqbal Pratama, I Kadek Agus Juniantara ... 12
PERKEMBANGAN SENI PATUNG GARUDA DI DUSUN PAKUDUI GIANYAR Anak Agung Inten Asmariati ... 18
TOLERANSI BERAGAMA PADA MASA MATARAM KUNA Andry Hikari Damai ... 24
PRAKTIK KUASA OTORITAS MEDIS RUMAH SAKIT JIWA TERHADAP PASIEN PSIKIATRIK DENGAN STIGMA Bambang Dharwiyanto Putro ... 29
POLA ASUH ANAK KELUARGA MUSLIM MELAYU DALAM BALUTAN KEARIFAN LOKAL DI KELURAHAN LOLOAN TIMUR, KABUPATEN JEMBRANA Bambang Dharwiyanto Putro, I Ketut Kaler ...34
EKSPLIKASI VERBA-VERBA BAHASA JEPANG BERNOSI PERGI I Gede Oeinada ... 40
BURUNG GARUDA DALAM MITOLOGI HINDU I Gusti Ayu Gde Sosiowati ... 47
PENGGUNAAN TEKNIK MENYANYI PADA PELATIHAN BAHASA INGGRIS SISWA KELAS 4 SEKOLAH DASAR I Gst Ayu P. Jesika Sita Devi N, Ni Putu Mas Lita, Saraswati, Ni Made Ayu Widiastuti ... 54
ANALISIS TERJEMAHAN GERUND DAN IDIOM DARI
BAHASA INGGRIS KE INDONESIA YANG TERDAPAT DALAM SEBUAH SERIAL TELEVISI BERJUDUL RIVERDALE (Season 2)
I Gusti Ayu Trisha Yunita Agung, Ni Made Ayu Widiastuti ... 60 BAHASA DAN PIKIRAN : Kajian Psikolinguistik
I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa ... 66 EKOLOGI BAHASA, SASTRA, DAN KEBUDAYAAN
DALAM PENDIDIKAN INKLUSI DAN PEMBENTUKAN KARAKTER I Ketut Darma Laksana ... 75 FUNGSI RITUAL BARONG IDER BUMI DALAM KEHIDUPAN
SOSIO-KULTURAL MASYARAKAT DESA KEMIREN, KABUPATEN BANYUWANGI, JAWA TIMUR
I Ketut Darmana... 83 KALIMAT TIDAK EFEKTIF DALAM KARANGAN DESKRIPSI
SISWA SMAN 2 MENGWI, KECAMATAN MENGWI, KABUPATEN BADUNG
I Ketut Nama, I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa, Sri Jumadiah ... 95 SRIWIJAYA DAN INFORMASI
ARKEOLOGI DARI KOTA PALEMBANG
I Ketut Setiawan... 104 TRADISI PENGLUKATAN DI PURA BEJI WARINGIN PITU,
DESA KAPAL, KABUPATEN BADUNG
I Made Suastika... 111 LOCATIVE CONSTRUCTIONS:
Evidence from English, Marathi, Polish, Balinese
I Nyoman Aryawibawa ... 115 SASTRA SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA:
Tinjauan Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer
I Nyoman Suaka ... 121 MERAJUT KEBINEKAAN MELALUI PROGRAM
―SADHAR NAMA‖ DI SEKOLAH
I Nyoman Tingkat ... 129 MARITIM, INTERAKSI BUDAYA, DAN ISLAM BALI
I Putu Gede Suwitha ... 136 CARA MELAYUNE: Makna Teks dan Konteks
I Wayan Cika ... 143 MIKROFONOLOGI DAN MAKROFONOLOGI: Apa pula itu?
I Wayan Pastika ... 150 vi
GRANT FUNDING PHENOMENON AND PRESERVERANCE OF
CULTURAL HERITAGE IN BADUNG REGENCY
I Wayan Srijaya , Kadek Dedy Prawirajaya R ... 158 HINDU-ISLAMIC SYNCRETISM IN PAN BONGKLING‘S
GEGURITAN TEXT
I Wayan Suardiana ... 165 LATAR BELAKANG PENGHAPUSAN KEARIFAN LOKAL MENGENAI ATURAN ADAT ULAH PATI DI BALI: Suatu Studi Pendahuluan
I Wayan Suwena ... 172 KAJIAN SINGKAT KATA YEN DALAM BAHASA BALI
I Wayan Teguh ... 178 PERAN GENDER DALAM KUSU BUE DI KAMPUNG DONA, DESA
NARUWOLO, KECAMATAN JEREBU‘U, NUSA TENGGARA TIMUR
Ida Ayu Putu Kartika Dewi, Ni Made Wiasti, Aliffiati ... 185 MEMAHAMI PERUBAHAN GENDER DALAM BUDAYA PATRILINEAL MASYARAKAT BALI DEWASA INI
Ida Ayu Putu Mahyuni ... 195 PIS BOLONG, SEBUAH BUKTI PERSEBARAN UNSUR BUDAYA
Ida Ayu Wirasmini Sidemen ... 204 BALI UTARA MENUJU KOTA KOLONIAL SEBAGAI DAYA TARIK
WISATA BUDAYA
Ida Bagus Sapta Jaya ... 212 WUJUD KEARIFAN LOKAL RUMAH TRADISIONIL DESA SENARU
SEBAGAI PENGEMBANGAN PARIWISATA BUDAYA
DI KECAMATAN BAYAN LOMBOK UTARA, NUSA TENGGARA BARAT Industri Ginting Suka ... 218 THE CONCEPT OF GOD IN ARCHAEOLOGICAL REMAINS AT PUSEH SUMERTA TEMPLE, DENPASAR
Kadek Dedy Prawirajaya R , I Wayan Srijaya , Heri Purwanto ... 223 TRADISI KLACI SEBAGAI PERSEMBAHAN BABI BALI PEMBAYARAN MAHAR PERKAWINAN DI DESA SIDAN KAWAN, KABUPATEN
BADUNG
Luh Putu Puspawati ... 230 POTENSI PERAN PEREMPUAN DALAM MEWUJUDKAN
MODERASI BERAGAMA DI INDONESIA
Luh Riniti Rahayu dan Putu Surya Wedra Lesmana... 238
REPRESENTASI BUDAYA PATRIARKI PADA KOMUNITAS GEREJA KRISTEN PROTESTAN DI BALI (GKPB)
Made Narawati ... 249 TRANSPORTASI BENDI SALAH SATU IKON PARIWISATA
DI KOTA SOLOK
Mila Yefriza, Anak Agung Ayu Rai Wahyuni ... 264 EKSISTENSI RUMAH ADAT BUGIS KAMPUNG BUGIS SERANGAN
KOTA DENPASAR
Muhamad Satok Yusuf , Rochtri Agung Bawono ... 271 PRASASTI TIMAH SEBAGAI SALAH SATU HARTA KARUN
KADATUAN SRIWIJAYA
Ni Ketut Puji Astiti Laksmi... 277 SYMBOLIC INTERACTIONISM TOWARD MILLENIAL TOURISM
INDUSTRY 4.0
Ni Desak Made Santi Diwyarthi ... 284 Uang Dapur: TRADISI DALAM PERNIKAHAN KOMUNITAS DIASPORA MUSLIM LOLOAN TIMUR JEMBRANA BALI DALAM PERSPEKTIF GENDER
Ni Made Wiasti, Ida Bagus Putra Yadnya, Ni Luh Nyoman Seri Malini,
Ni Made Dhanawaty ... 296 KEYAKINAN MELAUT MASYARAKAT LAMALERA
DALAM NOVEL SUARA SAMUDRA KARYA MARIA MATILDIS BANDA Ni Putu N. Widarsini ... 303 SEJARAH KEBERADAAN MASYARAKAT TAWANI TOLOTANG
SEBAGAI BENTUK KEBERTAHAAN KEBUDAYAAN DI SULAWESI SELATAN
Ni Wayan Sri Rahayu ... 312 DIKSI JUDUL Cerkak PADA MAJALAH BERBAHASA JAWA TAHUN 1970 s.d. 1980 an
Rahmat, Tya Resta, Nirbito Hanggoro Pribadi ... 318 REFLEKSI KONSEP UCHI-SOTO PADA JUJUHYÕGEN
DALAM NOVEL ‗NORWEY NO MORI‘ KARYA HARUKI MURAKAMI Renny Anggraeny ... 324 KAJIAN ETNOLINGUISTIK PROSES RITUAL MERARIQ PADA TRADISI BUDAYA ADAT SASAK DI DESA PENGEMBUR KECAMATAN PUJUT KAB. LOMBOK TENGAH
Roby Mandalika Waluyan, Baiq Desi Milandari ... 330
viii
KONTESTASI DAN NEGOSIASI ISLAM PADA KELUARGA ISTANA DI KERAJAAN MAJAPAHIT
Rochtri Agung Bawono ... 372 PENGGUNAAN BAHASA JAWA PERTENGAHAN PADA Piagěm
KESULTANAN PALEMBANGAN
Rohhimah Nuf Fadhilah, Ni Ketut Puji Astiti Laksmi ... 380 PERANAN SANGGAR WATU BO DALAM PRODUKSI TENUN IKAT
TRADISIONAL DI DESA KAJOWAIR, KECAMATAN HEWOKLOANG, KABUPATEN SIKKA, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Sisilia Marlini, A.A. Ayu Murniasih, I Ketut Kaler ... 389 MULTIKULTURALISME DALAM PERSPEKTIF SEJARAH:
Mengenal Perjuangan dr. Cipto Mangunkusumo ( 1883-1943 )
Sulandjari ... 396 KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI TEKS GEGURITAN CILINAYA
Tjok. Istri Agung Mulyawati R ... 405
PERANAN SANGGAR WATU BO DALAM PRODUKSI TENUN IKAT TRADISIONAL DI DESA KAJOWAIR, KECAMATAN HEWOKLOANG,
KABUPATEN SIKKA, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Sisilia Marlini, A.A. Ayu Murniasih, I Ketut Kaler Program Studi Antropologi
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana E-mail: [email protected]
Hp: 085213925451 ABSTRAK
Sanggar Watu Bo mempunyai peranan sebagai wadah edukasi dan melestarikan dengan memproduksi kembali kain tenun ikat tradisional yang diwariskan oleh nenek moyang. Pembuatan kain itu menggunakan bahan-bahan dan pewarna alami serta peralatan menenun secara tradisional, yaitu alat tenun bukan mesin (ATBM). Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, bagaimanakah proses pembuatan kain tenun ikat tradisional di sanggar Watu Bo? Kedua, bagaimanakah peranan strategis sanggar Watu Bo terhadap keberadaan tenun ikat tradisional?
Teori yang digunakan dalam penelitian ini, yakni teori produksi dan teori peranan karena penenun di sanggar Watu Bo mempunyai peranan dalam produksi tenun ikat tradisional ini. Konsep yang digunakan, yaitu peranan, sanggar Watu Bo dan produksi tenun ikat. Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, sumber data, yaitu data primer dan data sekunder.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sanggar Watu Bo memproduksi tenun ikat tradisional menggunakan bahan-bahan dan pewarna alami serta menggunakan peralatan tenun bukan mesin hingga menghasilkan selembar kain.
Hasil produksi dijual, baik kepada masyarakat lokal maupun mancanegara.
Sanggar Watu Bo mempunyai peranan strategis terhadap keberadaan tenun ikat tradisional, antara lain membantu meningkatkan ekonomi keluarga,
mempertahankan warisan budaya, mewariskan pengetahuan menenun kepada generasi muda, menyerap tenaga kerja, pariwisata, dan membantu melestarikan lingkungan.
Kata kunci: peranan, sanggar Watu Bo, produksi tenun ikat
1. PENDAHULUAN
Hampir setiap desa di Kabupaten Sikka terdapat tenun ikat dengan beragam motif yang diwariskan oleh nenek moyang,. Kain-kain itu menggunakan bahan-bahan dan pewarnaan alami. Para penenun mulai mengerjakan tenun ikat menggunakan bahan-bahan dan pewarna alami tersebut. Proses pengerjaan tenun
390 Seminar Nasional Bahasa dan Budaya IV Denpasar, 16 – 17 Oktober 2019
ikat menggunakan bahan dan pewarnaan alami ini memakan waktu yang lama, memerlukan kesabaran yang tinggi untuk menghasilkan selembar kain. Seiring dengan berjalannya waktu masuklah benang sintetis dan pewarna tekstil yang dijual di toko. Hal itu menyebabkan para penenun lebih tertarik menggunakan benang sintetis dan pewarna tekstil karena dengan menggunakan bahan tersebut lebih mempermudah dalam mengerjakan selembar kain.
Tenun ikat yang menggunakan bahan-bahan dan pewarnaan alami lama- kelamaan memudar karena sebagian besar perajin tenun ikat lebih tertarik menggunakan bahan-bahan dan pewarnaan kimia. Kehadiran sanggar Watu Bo sebagai wadah edukasi serta melestarikan dengan memproduksi kembali tenun ikat yang diwariskan oleh nenek moyang. Kain-kain itu menggunakan bahan- bahan dan pewarnaan alami serta peralatan menenun secara tradisional, yaitu alat tenun bukan mesin (ATBM) hingga menghasilkan selembar kain.
Pada awal mulanya kain sarung dijadikan sebagai bahan penutup badan dan sebagai pemberian belis (maskawin). Seiring dengan berjalannya waktu kain sarung ini dikenal oleh masyarakat luas, bahkan sampai mancanegara dan banyak orang tertarik dengan kain sarung yang di buat dari bahan dan pewarna alami ini.
Dengan demikian, kain diperjualbelikan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat setempat dan mengembangkan budaya yang ada di tengah masyarakat luas.
Berdasarkan latar belakang tersebut, isu yang menarik untuk dibahas dan dikaji lebih mendalam pada tulisan makalah ini adalah peranan sanggar Watu Bo dalam produksi tenun ikat tradisional di Desa Kajowair. Adapun fokus rumusan masalah sebagai berikut. Pertama, bagaimanakah proses pembuatan kain tenun ikat tradisional di sanggar Watu Bo, Desa Kajowair? Kedua, bagaimanakah peranan strategis sanggar Watu Bo terhadap keberadaan tenun ikat tradisional di Desa Kajowair?
Landasan teoretis mengacu kepada teori produksi dan teori peranan, yang dijadikan fondasi untuk menjelaskan masalah tersebut. Pertama, teori produksi menururt Maurice Bloch bahwa mode prduksi nonkapitalis dalam studinya mengenai mode produksi masyarakat tradisional terdapat dua hal, yaitu hubungan
Seminar Nasional Bahasa dan Budaya IV 391 Denpasar, 16 – 17 Oktober 2019
kepemilikan merupakan sifat dasar dari hubungan sosial pada semua masyarakat manusia; pada masyarakat praindustrial hubungan kepemilikan ditampilkan sebagaimana hubungan tersebut dimaksudkan. Kedua, teori peranan Sajogyo (1983:38) mengemukakan ada dua pola peranan, yaitu pola peranan, yaitu seluruh perempuan hanya dalam pekerjaan lingkup rumah tangga dan pola peranan, yaitu perempuan dalam pekerjaan di lingkungan rumah tangga dan peranan dalam mencari nafkah.
Metode pengumpulan data dan analisis data adalah metode kualitatif yang bersumber dari data lapangan (primer) dan ditunjang dengan sumber data melalui studi pustaka (sekunder). Selain itu, data tersebut digali dan dikumpulkan dari hasil pengamatan (observasi, wawancara) di lapangan dan studi pustaka (buku, jurnal, hasil-hasil penelitian yang terkait dengan masalah tersebut, dan sebagainya).
II. PEMBAHASAN
2.1 Proses Pembuatan Tenun Ikat Tradisional di Sanggar Watu Bo
Tenun ikat tradisional yang ada di sanggar Watu Bo merupakan tenun ikat yang proses pembuatannya dikerjakan secara tradisional dan diwariskan para leluhur secara turun-temurun, mulai dari pengumpulan bahan hingga proses menenun dan menghasilkan selembar kain. Terdapat empat proses yang dikerjakan oleh perajin tenun ikat di sanggar Watu Bo, yakni proses mengerjakan benang, proses mengikat motif, proses mewarnakan benang, dan proses memasang lungsin & bertenun.
a. Proses Mengerjakan Benang
Dalam proses mengerjakan benang ini terdapat lima langkah, yakni menjemur kapas hingga kering untuk mempermudah pemisahan biji kapas;
pemisahan biji kapas, yaitu pada proses ini dilakukan dengan dua cara, yakni (a) memisahkan biji kapas menggunakan tangan dan (b) memisahkan biji kapas menggunakan alat (keho); (3) menghaluskan kapas (weting) menggunakan alat yang berupa busur terbuat dari tali senar; (4) menggulung kapas, dalam hal ini kapas digulung dengan sepotong kayu sehingga gulungan itu menjadi bulat
392 Seminar Nasional Bahasa dan Budaya IV Denpasar, 16 – 17 Oktober 2019
memanjang sebesar ibu jari untuk dilanjutkan ke proses pemintalan; (5) memintal kapas menjadi benang (jata kapa), pada proses ini gulungan kapas dimasukkan ke alat memintal (jata) kapas akan diproses menggunakan alat ini dan akan menjadi benang.
b. Proses Mengikat Motif
Sebelum memasuki tahap mengikat motif, kegiatan yang dilakukan adalah merentangkan benang ke pemidangnya, kemudian mengikat motifnya.
c. Proses Mewarnakan Benang
Dalam proses memberikan pewarna alami pada kain tenun, ada dua macam benang tenun yang perlu diwarnai, yaitu pewarnaan benang lungsin dan benang pakan (kapa laing). Proses mewarnakan benang diawali oleh proses koja gelo, yaitu proses pencelupan benang dalam adukan minyak kemiri, kulit pohon dadap, dan daun talin bao yang ditumbuk halus. Selesai proses peminyakan, benang diwarnai. Terdapat empat pewarna alami di sanggar Watu Bo, yaitu pewarna merah mengkudu, pewarna biru indigo, pewarna hijau dari dedaunan hijau, dan pewarna kuning dari kunyit.
d. Proses Memasang Lungsin dan Bertenun
Memasang lungsin; proses pengaturan benang jalur ikat (kelan) dan jalur nonikat (huran) yang dililitkan secara vertikal pada suatu alat yang disebut a‘i nalar. Menenun yang dikerjakan oleh perajin tenun ikat sanggar Watu Bo
menggunakan peralatan tenun tradisional (ATBM) hingga menghasilan selembar kain. Salah satu kain hasil produksi kain di sanggar Watu Bo terlihat pada foto berikut.
Seminar Nasional Bahasa dan Budaya IV 393 Denpasar, 16 – 17 Oktober 2019
2.2 Peranan Strategis Sanggar Watu Bo tehadap Keberadaan Tenun Ikat Tradisional
a. Membantu Meningkatkan Ekonomi Keluarga
Sanggar Watu Bo yang berada di Desa Kajowair merupakan sebuah wadah dalam memproduksi tenun ikat tradisional. Kain hasil produksi itu dijual, baik kepada masyarakat lokal maupun mancanegara untuk membantu meningkatkan kebutuhan ekonomi, terutama anggota perajin tenun ikat di sanggar itu sendiri.
b. Memertahankan Warisan Budaya
Kain tenun ikat tradisional (utan dan lipa) merupakan salah satu khazanah milik masyarakat Maumere pada umumnya yang dikerjakan oleh para perajin tenun ikat sejak dahulu, tidak terkecuali anggota perajin tenun di sanggar Watu Bo Desa Kajowair. sampai sekarang warisan leluhur ini masih tetap dipertahankan dan dikembangkan karena memiliki nilai filosofi dan nilai estetika yang tinggi, baik berlambang status sosial maupun budaya.
c. Mewariskan Pengetahuan Menenun kepada Generasi Muda
Keahlian dan keterampilan menenun merupakan warisan nenek moyang dari generasi ke generasi secara turun-temurun. Untuk mendapatkan warisan seni menenun ini tentu saja harus melalui proses belajar terlebih dahulu. Seperti halnya yang diterapkan para penenun kain tenun ikat tradisional di sanggar Watu Bo, mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan menenun kain tenun ikat dari lingkungan keluarga masing-masing yang sudah diwariskan oleh nenek moyang sejak zaman dahulu.
d. Menyerap Tenaga Kerja
Dengan memproduksi kain tenun ikat tradisional sanggar Watu Bo secara tidak langsung dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang baru di Desa Kajowair.
Sanggar tersebut mampu menarik masyarakat sekitar untuk mau bergabung dan bekerja di sanggar. Sebagian masyarakat yang terserap adalah perempuan.
III. PENUTUP
Berdasarkan analisis penelitian mengenai ― Peranan Sanggar Watu Bo dalam Produksi Tenun Ikat Tradisional di Desa Kajowair‖ dapat disimpulkan sebagai
394 Seminar Nasional Bahasa dan Budaya IV Denpasar, 16 – 17 Oktober 2019
berikut. Pertama, sanggar Watu Bo mengerjakan tenun ikat tradisional mulai dari proses mengolah kapas menjadi benang, pewarnaan, dan menenun sampai menghasilkan selembar kain tenun dilakukan dengan metode yang tradisional dalam setiap tahap yang ada. Kedua, sanggar Watu Bo mempunyai peranan penting terhadap keberadaan tenun ikat tradisional, seperti membantu meningkatkan ekonomi keluarga, mempertahankan warisan budaya, mewariskan pengetahuan menenun kepada generasi muda, dan menjaga kelestarian lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Buchari, Alma. 2017. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung:
CV Alfabeta
Dasi, Simplysius. 2013. Mengenal Budaya Leluhur Nian Tana Sikka. Maumere:
Wairlong.
Davidson, G. dan Mc. Conville. 1991. Pegangan Warisan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Edi, Sedyawati. 2003. Warisan Budaya Takbenda Masalahnya Kini di Indonesia.
Depok: Universitas Indonesia
Herimanto dkk. 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Kartiwa, Suwati. 2007. Ragam Kain Tradisional Indonesia Tenun Ikat. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Koentjaraningrat. 1981. Sejarah Antropologi. Jakarta: UI Press
. 1997. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT.
Gramedia.
. 2006. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Ranika Cipta.
. 2014. Sejarah Teori Antropologi 1. Jakarta:UI Press.
Moleong, J. Lexy. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi).
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Orinbao, P. Sareng. 1980. Seni Tenun Suatu Kebudayaan Orang Flores.
Maumere: Ledalero.
Pujiwiyana. 2010. Pembinaan Peguyupan Seni Tradisional. Yogyakarta: Penerbit Elmatera.
Rahadinta, Award. 2011. Peran Warnet sebagai Sarana Mengakses Informasi Musik Bagi Remaja. Malang: Universitas Negri Malang.
Rangkuti, Freddy. 2002. The Power of Brands. Jakarta:PT Gramedia.
Sairin, Sjafri dkk. 2002. Pengantar Antropologi Ekonomi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Sajogyo, Pudjiwati. 1983. Peranan Wanita dalam Perkembangan Masyarakat.
Jakarta: PT Rajawali.
Seminar Nasional Bahasa dan Budaya IV 395 Denpasar, 16 – 17 Oktober 2019
Setyaningrum, Sulis Ikha. 2015. Peranan Sanggar Puring Sari dalam Melestarikan Tari Kretek. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
Nurmeisarah, Trisna. 2015. ―Tenun Tradisional, Dusun Sade, Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, NTB‖ Vol. 10: 1―3.
Sadevi, Luh Wina. 2015. ―Perkembangan Ragam Hias, Motif & Warna Tenun Ikat Geringsing, Di Desa Tenganan Pegringsing Bali‖ Vol. 04: 1-2.
412 Seminar Nasional Bahasa dan Budaya IV Denpasar, 16 – 17 Oktober 2019