• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISOLASI DAN KARAKTERISASI JAMUR INFEKSI KUKU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ISOLASI DAN KARAKTERISASI JAMUR INFEKSI KUKU"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

ISOLASI DAN KARAKTERISASI JAMUR INFEKSI KUKU

Mirza Ulfia1), Atria Martina2)

(1)Mahasiswa Program Studi S1 Biologi

(2)Dosen Bidang Mikrobiologi Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau, Kampus Bina Widya, Pekanbaru, 28293, Indonesia

[email protected] ABSTRACT

Onychomycosis is a fungal infection of the nail plate caused by dermatophytes fungi, non-dermatophytes fungi and yeast. Onychomycosis causes infection of nails, they become thickening and separation from the nail bed easily. The factor that causes nails to become infected by the fungus is frequently direct contact with watery and dirty environment. The purpose of this study was to determine the presence of fungal infection Aspergillus sp. on the nails of patients infected with the fungus. This study is descriptive research. Samples were taken from patient's nails and the observation was carried out at the Biology Laboratory, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of Riau. Analysis was carried out through the direct observation and fungal culture methods.

Results of the identification showed that the nail samples were positively infected by Tinea unguium (nail fungus). In addition, fungal cultures were positively infected by the fungus Aspergillus sp.

Keywords : Onymycosis, isolation, saburoud dextrose agar, Aspergillus sp.

ABSTRAK

Onikomikosis merupakan infeksi jamur pada lempeng kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita, non dermatofita dan yeast. Onikomikosis menyebabkan kerusakan pada kuku akan mengalami penebalan rapuh dan mudah hancur. Faktor penyebab kuku terinfeksi jamur adalah sering kontak langsung dengan lingkungan yang lembap dan kotor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya infeksi jamur Aspergillus sp. pada kuku pasien yang terinfeksi jamur. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Pengambilan sampel penelitian diambil dari kuku pasien, tempat pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau. Metode pemeriksaan yang dilakukan melalui metode pengamatan langsung dan metode kultur jamur. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa dari potongan kuku positif terinfeksi Tinea unguium (jamur kuku). Pada pengamatan metode kultur jamur hasil positif terinfeksi oleh jamur Aspergillus sp.

Kata kunci : Onimikosis, isolasi, saburoud dextrose agar, Aspergillus sp.

(2)

2 PENDAHULUAN

Kasus infeksi kulit yang disebabkan oleh jamur cukup banyak terjadi di Indonesia sehingga menjadi masalah terhadap kesehatan masyarakat. Infeksi jamur dapat terjadi pada pekerja yang sering berhubungan dengan air, misalnya orang yang bekerja sebagai pencuci.

Hal ini dikarenakan peran air yang konstan akan dapat merusak kulit di ujung kuku (Latifah & Sulistiawan 2019).

Penelitian dermatofitosis pada tahun 2014-2015 yang dilakukan oleh Agrawaraletal dan Dubljanin didapatkan sebanyak 5-17% kasus dermatofitosis disebabkan oleh non- dermatofita. Jellinek et al. (2015) melaporkan kelompok non- dermatofita yang telah dilaporkan sebagai agen penyebab onikomikosis diantaranya Aspergillus spp.

Spesies Aspergillus adalah penyebab kedua yang paling umum dari onikomikosis non-dermatofit.

Secara umum, A. niger dan A. flavus adalah kelompok spesies Aspergillus yang paling umum diisolasi dari spesimen kuku abnormal. Aspergillus pada onikomikosis terlihat lebih banyak di antara orang-orang dengan paparan pekerjaan seperti penjual sayur dan di antara penderita diabetes, pemarut kelapa dan orang tua (Majawati et al. 2019).

A. flavus memiliki koloni pada saat muda berwarna putih, dan akan berubah menjadi warna hijau kekuningan setelah membentuk konidia. Kepala konidia berwarna hijau hijau kekuningan hingga hijau tua kekuningan, berbentuk bulat dan konidiospora panjang, konidiofor berdinding kasar, hialin. Vasikula berbentuk bulat hingga semi bulat (Kumala 2016).

Pada individu normal atau pasien tanpa gejala klinis Aspergillosis, spora dapat ditemukan pada permukaan kulit. Kuantitas konidia/spora pada udara luar ruangan maupun di dalam ruangan merupakan faktor penting yang menyebabkan berbagai gambaran klinis pada penyakit akibat A. flavus.

Infeksi A. flavus pada kuku berawal dari kolonisasi spora yang terjebak pada hiponikium, lipatan kuku lateral, atau pada kuku yang telah ada defek sebelumnya. Ketika jamur mulai tumbuh, infeksi dapat menyebar hingga kutikula, menyebabkan kuku berubah warna dan menebal.

Gambaran klinis Aspergillosis pada kuku yaitu kuku menebal dan rapuh, berwarna kehijauan/kekuningan dengan garis vertikal dan bergelombang di distal, atau disebut juga distal lateral subungual onychomycosis (Ekasari 2020).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dari bulan September 2021 hingga Oktober 2022 yang bertempat di Laboratorium Mikrobiologi dan

Bioproses, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Riau, Pekanbaru, Riau.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri, autoklaf, erlenmeyer, potongan kuku, jarum ose, bunsen, cover glass, object

glass, hot plate, magnetic strirrer pipet tetes, mikroskop, timbangan analitik, alu dan lumpang.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur sampel

(3)

3 kuku yang terinfeksi, aquades,

alkohol 70%, medium Sabouraud Dextrose Agar, larutan KOH 10%, minyak zaitun, lactophenol cotton blue (LPCB)

Pembuatan Medium Saburoud Dextrosa Agar (SDA)

Serbuk medium SDA

ditimbang sebanyak 65 gr menggunakan timbangan analitik, kemudian dipindahkan medium SDA ke erlenmeyer, lalu ditambahkan aquades sebanyak 1000 mL dan dipindahkan ke dalam erlenmeyer.

Medium selektif SDA yang diperkaya dengan minyak zaitun sebanyak 1% dari jumlah media sebagai penunjang pertumbuhan jamur uji. Larutan dihomogenkan dengan cara dipanaskan sambil diaduk menggunakan hot plate dan magnetic strirrer. pH diatur menjadi (pH = 5,6) . Pada suhu 25°C, saat pengecekan pH media perlu diperhatikan suhu larutan, apabila pH larutan kurang basa maka ditambahkan NaOH 0,01 N dan apabila larutan kurang asam maka ditambahkan HCl 0,01 N. Medium disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 121°C (2 atm) selama 15 menit. Medium dibiarkan hingga mencapai suhu 50°C lalu medium di dalam erlenmeyer dituangkan 10 mL ke dalam cawan petri (Purwanti 2016).

Pengambilan Sampel

Bagian kuku yang akan dipotong atau diambil dibersihkan terlebih dahulu menggunakan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol 70% (Khusnul 2018). Sampel kuku yang terkena penyakit dipotong menggunakan gunting kuku dan diletakkan kedalam cawan petri kosong yang steril.

Pemeriksaan Mikroskopis Langsung

Identifikasi jamur dilakukan secara mikroskopis ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat infeksi jamur pada sampel potongan kuku.

Pengamatan dilakukan dengan meletakkan sampel kuku diatas objek glass kemudian ditetesi dengan KOH 10% dengan kondisi steril. Objek ditutup dengan gelas penutup, dan didiamkan selama 10 menit dalam suhu ruang. Setelah itu lakukan pengamatan dibawah mikroskop untuk melihat adanya hifa (Nyoman et al. 2020).

Isolasi Sampel

Sampel potongan kuku yang terkena penyakit digoreskan pada medium SDA menggunakan jarum ose dengan kondisi steril. Cawan petri dibungkus dengan kertas dan diinkubasi selama 30 hari pada suhu 25°C. Diamati ada tidaknya pertumbuhan jamur (Khusnul 2018).

Pembuatan Kultur Murni

Sebanyak satu ose koloni jamur diambil dari tempat pembiakan jamur sampel dan diinokulasikan pada bagian tengah medium SDA. Medium diberi label nama, tanggal, dan nomor sampel. Medium diinkubasi pada inkubator dengan suhu ruang 25°C selama 7 hari (Khusnul 2018).

Peremajaan Isolat Jamur

Peremajaan isolat jamur dengan cara mengambil satu koloni biakan murni dari jamur dermatofit menggunakan ose steril dari kultur murninya dan diinokulasikan ke cawan petri dengan cara distreak pada medium, kemudian diinkubasi pada suhu 25°C selama 5 hari (Lely et al.

2018 ). Suhu optimum untuk

(4)

4 pertumbuhan jamur antara 25°C-

30°C (Cappucino 2014).

Identifikasi Isolat Jamur

Pemeriksaan mikroskopis dilakukan terhadap media SDA yang teramati positif (tumbuh koloni fungi) menggunakan LPCB. Ose dicelupkan ke dalam alkohol dan dibakar pada api bunsen kemudian didiamkan sesaat. Ose digoreskan pada koloni fungi dermatofita yang tumbuh pada

medium SDA kemudian diusapkan pada gelas objek yang sebelumnya telah ditetesi LPCB dan ditutup dengan gelas penutup, diamati menggunakan mikroskop cahaya terhadap tipe hifa, bentuk dan ukuran makrokonidia serta mikrokonidia (El- ashmawy et al. 2015). Identifikasi jamur menggunakan buku acuan Identification Of Pathogenic Fungi (Campbell 2013).

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Purifikasi Bakteri Pelarut Fosfat dari Tanah Gambut Asal Bengkalis

Isolat bakteri yang berhasil Berdasarkan hasil isolasi yang diperoleh pada sampel kuku seseorang yang terinfeksi jamur, gejala yang ditampakkan oleh sampel kuku yaitu kuku seperti tidak mengkilat, berwarna kecoklatan dari pangkal sampai ujung, permukaan kuku terlihat tidak rata atau bergelombang, kuku terlihat rapuh dan bergaris-garis putih. Pengamatan mikroskopis secara langsung dengan menggunakan KOH 10% ditemukan hifa jamur pada kuku kaki seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. A. Gambaran klinis kuku kaki yang terinfeksi jamur non- dermatofita atau Tinea unguium. B.

Hifa jamur non-dermatofita dengan mikroskopis langsung dari kuku kaki

Gejala yang diperlihatkan oleh sampel kuku pada penelitian ini sesuai dengan pernyataan Fahmi et al.

(2021) Gejala yang sering kali tampak pada infeksi tinea unguium yang disebabkan oleh A. flavus diantaranya kuku menjadi lebih tebal dan nampak terangkat dari dasar perlekatannya, pecah-pecah, tidak rata dan tidak mengkilap lagi, serta perubahan warna lempeng kuku menjadi putih, kuning, coklat, hingga hitam.

Menurut Setianingsih (2015) Tinea unguium atau onikomikosis merupakan infeksi pada lempeng kuku yang disebabkan oleh jamur kulit dermatofita, non-dermatofita, maupun yeast. Ruhimat et al. (2011) mengatakan bahwa mikroskopis langsung dengan menggunakan KOH 10% berfungsi dalam melisiskan jaringan kuku sehingga

mempermudah pengamatan

keberadaan hifa.

Hasil penelitian yang diperoleh dengan menumbuhkan isolat pada media SDA dengan masa inkubasi 30 hari dengan suhu ruang. Pada hari ke Jamur yang tumbuh kemudian diremajakan selama 7 hari pada suhu ruang, dilihat secara makroskopis warna permukaan koloni berwarna hijau kekuningan, pinggir koloni berwarna putih, warna sebalik koloni kuning kecoklatan, topografi raised, tekstur powderry, bentuk koloni filamen, pinggir koloni filiform, hifa

(5)

5 bersepta, memiliki garis radial dan

lingkaran. Karakter mikroskopis isolat yang diperoleh pada penelitian yaitu bentuk konidia bulat, warna konidia hialin, konidiofor tunggal, letak spora menempel pada fialid dan terdapat vesikel yang bulat, hal ini

sesuai pada buku acuan Campbell et al. (2013) Aspergillus sp. memiliki ciri-ciri mikroskopis vesikel berbentuk bulat, konidiofor, phialids berada di atas vesikel, dan konidia yang bulat yang berdiameter 3-6 μm, halus, atau kasar.

Gambar 2. Aspergillus sp. pada medium SDA inkubasi hari ke 7. A. Permukaan koloni, B. Sebalik koloni, C. Mikroskopis secara langsung D.

Perbesaran 1000X, (a) Konidiofor, (b) Konidia, (c) Vesikel Hasil penelitian Mulyati (2020)

jamur yang tumbuh dari 50 sampel kerokan kuku kuku pemulung dibiakan pada medium SDA yaitu Aspergillus sp. sebanyak 38 koloni (48,72%). Berdasarkan hasil pengamatan Redig (2005) Aspergillus sp. menunjukkan adanya koloni warna hijau tua dengan permukan bawah koloni berwarna kekuningan.

Secara mikroskopis menunjukkan adanya konidiofor, vesikel dan konidia berbentuk bulat, berwarna kehijauan, dan permukaan bergerigi.

Gautam dan Bhadauria (2012) dapat mengisolasi A. flavus pada medium SDA dengan karakter koloni yang terlihat berwarna hijau kekuningan dan pada bagian bawahnya berwarna kekuningan sampai coklat. Putra et al. (2020) menyatakan secara mikroskopis

tampak vesikel A. flavus berbentuk bulat hingga lonjong dengan diameter 25-45 μm. Konidianya berbentuk bulat dan berdiameter 3-6 μm, serta konidiofornya panjang dan berbentuk silinder. Berdasarkan hasil yang telah dilakukan oleh penelitian sebel umnya, isolat yang diperoleh pada penelitian ini mirip dengan A. flavus.

Beberapa penelitian

menyatakan bahwa 3-5% kasus Tinea unguium disebabkan oleh non dermatofita seperti Aspergillus sp dan Scopulariopsis (Setianingsih 2015).

Raghavendra dan rekannya di India menjelaskan bahwa A. Flavus menyebabkan 19,2% DLSO (Onikomikosis subungual distal- lateral), 18,8% TDO (Onikomikosis distrofi total) dan 9,1% SWO (Onikomikosis putih superfisial).

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa potongan kuku kaki pasien yang diperiksa

menunjukkan bahwa pasien terinfeksi jamur Aspergillus sp.

KKPM.

(6)

6 SARAN

Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini yaitu diharapkan pasien lebih memperhatikan

kebersihan yang berkaitan dengan kebersihan kuku tangan maupun kaki.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell CK, Elizabeth MJ, and David WW. 2013. Identification Of Pathogenic Fungi, Second Edition. Blackwell Publishing.

Cappuccino JG & Sherman N. 2014.

Manual Laboratorium Biologi.

Jakarta, Indonesia: EGC.

Ekasari DP dan Nahlia NL. 2020.

Onikomikosis Akibat

Aspergillus Flavus Pada Anak 7 Bulan: Sebuah Kasus Langka.

Journal of ermatology, Venerelogy and Aesthetic 1(2):1–8.

Gautam AK, and Bhadauria R. 2012.

Characterization of Aspergillus spesies associated with commercially stored triphla powder. African Journal of Biotechnology 11:16814–

16823.

Jellinek, N. J., Rich, P., & Pariser, D.

M. 2015. Understanding Onychomycosis Treatment:

Mechanisms of Action and Formulation. Semin Cutan Med Surg, 34(3 Suppl)S51-3.

Khusnul K, Idris M, dan Nurwahidah FS. 2018. Identifikasi Jamur Candida Sp. Pada Kuku Jari Tangan Dan Kuku Kaki Petani Dusun Panaikang Desa Bontolohe Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba.

Jurnal Media Laboran 8(1):39- 43.

Khusnul K, Idris M, dan Nurwahidah FS. 2018. Identifikasi Jamur Candida Sp. Pada Kuku Jari

Tangan Dan Kuku Kaki Petani Dusun Panaikang Desa Bontolohe Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba.

Jurnal Media Laboran 8(1):39- 43.

Kumala M D. 2016. Identifikasi Fungi Pada Jamur Bubuk Dijual di Pasar Tradision Kota Kendari. Analis Kesehatan

Poltekes Kendari :

Kendari.Putra GWK, Yan R, dan Meitini WP. 2020.

Eksplorasi Dan Identifikasi Mikroba Yang Diisolasi dari Rhizosfer Tanaman Stroberi (Fragaria x ananassa Dutch.) Di Kawasan Pancasari Bedugul.

Journal of Biological Sciences 7(2):205-213.

Latifah I & Sulistiawan N. 2019.

Identifikasi Jamur Dermatofita Penyebab Tinea Unguium Pada Kuku Kaki Petani Kelapa Sawit Berdasarkan Penggunaan Alas Kaki Di Desa Pauh Menang

Kecamatan Pamenang

Kabupaten Merangin, Jambi.

Ilmiah Analis Kesehatan 5:189- 197.

Lely N, Sulastri H, dan Meisyayati S.

2018. Aktivitas Antijamur Minyak Atsiri Sereh Wangi (Cymbopogon nardus (L.) Rendle). Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana 1(1):31–

37.

Majawati ES, Jenny K, Monica PS.

2019. Prevalence of

(7)

7 Onychomycosis in Fish Traders

in Kopro Market West Jakarta.

Indonesian Journal of Biotechnology and Biodiversity 3(2):55-62.

Mulyati & Zakiyah, 2020. Identifikasi Jamur Penyebab Onikomikosis Pada Kuku Kaki Di Daerah Tempat Pembuangan Akhir Bantargerbang Bekasi. Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan 6:1- 10.

Nyoman IA, Wayan NDB, Dewa AKS. 2020. Infeksi Jamur Kuku (Onychomycosis) Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya. BALI MEDIKA JURNAL 7(1):116-124.

Purwanti NU, dan Ressi S. 2016. Uji Aktivitas Antibakteri dan

Antifungal Ekstrak Etanol Rimpang Acorus sp. Jurnal Kesehatan Khatulistiwa 2(1):256-268.

Redig P. 2005. Mycotic infections in birds I: Aspergillosis. North

American Veterinary

Conference Proceedings.

Eastern States Veterinary Association. 1192.

Setianingsih I, Arianti DC, dan Fadilly A. 2015. Prevalensi, Agen Penyebab, dan Analisis Faktor Risiko Infeksi Tinea Unguium pada Peternak Babi di Kecamatan Tanah Siang, Provinsi Kalimantan Tengah. J Epidemiol dan Penyakit Bersumber Binatang. Jurnal Buski 5(3):155-161.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dan Pembahasan Isolasi Bakteri Tanah Isolat bakteri dari keenam sampel tanah, yaitu tiga sampel tanah organik dengan komoditas tanaman sawi pakcoy, selada dan sawi putih yang

BAC Members COA Observers Interested Bidders IGP Food Park, LNU Tacloban City Bid Documents will be available only to prospective bidders upon payment of a non-refundable amount of