• Tidak ada hasil yang ditemukan

JAGUNG ( Zea mays ssp. Parviglumis)

N/A
N/A
dian

Academic year: 2024

Membagikan "JAGUNG ( Zea mays ssp. Parviglumis)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

JAGUNG ( Zea mays ssp. Parviglumis)

Famili : Gramineae (Rumput-rumputan)

Nam Daerah : Jagong ( Sunda,Aceh,Batak,Ambon),jago (Bima),jhaghung(Madura),

rigi(Nias), eyako (Engga no),Wataru (Sumba), Latung

(flores),fata(Solor),pena(Timor), gandung (Toraja), kastela (Halmahera), telo (Tidore), Binthe atau binde (Gorontalo dan Buol), dan Barelle’ (Bugis)

Nama Asing : Inggris: corn; Indonesia: jagung; Tagalog: mais; China: yuâ shuâ shu, yu mi xu.

A. ASAL USUL

Jagung budidaya dianggap sebagai keturunan langsung sejenis tanaman rerumputan mirip jagung yang bernama teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7 000 tahun lalu oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana.

Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam.

Petunjuk-petunjuk arkeologi mengarah pada budidaya jagung primitif di bagian selatan Meksiko, Amerika Tengah, sejak 7 000 tahun lalu. Sisa-sisa tongkol jagung kuno yang ditemukan di Gua Guila Naquitz, Lembah Oaxaca berusia sekitar 6250 tahun; tongkol utuh tertua ditemukan di gua-gua dekat Tehuacan, Puebla, Meksiko, berusia sekitar 3450 SM.

Bangsa Olmek dan Maya ditengarai sudah membudidayakan di seantero Amerika Tengah sejak 10 000 tahun yang lalu dan mengenal berbagai teknik pengolahan hasil.

Teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7 000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4 000 tahun yang lalu. Pada saat inilah berkembang jagung yang beradaptasi dengan suhu rendah di kawasan Pegunungan Andes. Sejak 2500 SM, tanaman ini telah dikenal di berbagai penjuru Benua Amerika.

(2)

Kedatangan orang-orang Eropa sejak akhir abad ke-15 membawa serta jenis-jenis jagung ke Dunia Lama, baik ke Eropa maupun Asia. Penyebaran jagung ke Asia dipercepat dengan terbukanya jalur barat yang dipelopori oleh armada pimpinan Ferdinand Magellan melintasi Samudera Pasifik. Di tempat-tempat baru ini jagung relatif mudah beradaptasi karena tanaman ini memiliki plastisitas fenotipe yang tinggi.

Jagung masuk Nusantara diperkirakan pada abad ke-16 oleh penjelajah Portugis.

Akibat riwayat yang cukup tua ini, berbagai macam nama dipakai untuk menyebutnya. Beberapa nama lokal adalah jagong (Sunda, Aceh, Batak, Ambon), jago (Bima), jhaghung (Madura), rigi (Nias), eyako (Enggano), wataru (Su mba), latung (Flores), fata (Solor), pena (Timor), gandung (Toraja), kastela (Halmahe ra), telo (Tidore), binthe atau binde (Gorontalo dan Buol), dan barelle´ (Bugis).] Di kawasan timur Indonesia juga dipakai luas istilah milu, yang nyata-nyata merupakan adaptasi dari kata milho, berarti "jagung", dalam bahasa Portugis.

Kata "jagung" menurut Denys Lombard merupakan penyingkatan dari jawa agung, berarti "jewawut besar", nama yang digunakan orang Jawa dan diadopsi ke dalam bahasa Melayu.

B. JENIS DAN VARIETAS UNGGUL

Berikut merupakan variasi varietas jagung unggul dari tahun ke tahun yang bisa memberikan hasil panen berlimpah,

1. Varietas Jagung Yang Dikeluarkan Tahun 2010

(1) Bima 7. Umur genjah, 50% keluar rambut: ±49 hari, masak fisiologis: ±89 hari, rata-rata hasil: ±10,0 t/ha pipilan kering. Potensi hasil ±12,1 t/ha. Memiliki ketahanan agak toleran terhadap penyakit bulai, toleran terhadap penyakit karat daun dan bercak daun. (2) Bima 9. Umur tanaman 57-95 hari. Potensi hasil ±13,4 t/ha pipilan kering.

Toleran terhadap penyakit bulai, agak toleran terhadap penyakit karat daun dan bercak daun. (3) Bima 10. Umur tanaman 55-100 hst. Perakaran sangat baik,.Potensi hasil ± 13,1 ton/ha pipilan kering, agak tahan penyakit bulai, tahan penyakit karat dan bercak daun. (4) Bima 11. Umur 59-94 hst, perakaran kuat, potensi hasil ±13,2 t/ha pipilan kering. Sangat peka terhadap penyakit bulai, agak toleran penyakit karat daun dan bercak daun.

2. Varietas Jagung Yang Dikeluarkan Tahun 2011

(3)

(5) Provit A1. Umur tanaman 96 hst, baris biji lurus dan rapat, tinggi tanaman 192 cm, potensi hasil 7,4 t/ha pipilan kering. Sangat peka terhadap penyakit bulai, tahan rebah. Baik ditanam di dataran rendah sampai 800 m. (6) Provit A2. Umur tanaman 98 hst, tinggi tanaman 198 cm, potensi hasil 8,8 t/ha pipilan kering. Peka terhadap penyakit bulai, tahan rebah, baik ditanam di dataran rendah.

3. Varietas Jagung Yang Dikeluarkan Tahun 2012

Bima 16. Umur tanaman ±99 hst, tinggi tanaman ±220 cm. Potensi hasil 12,4 t/ha pipilan kering dengan kadar air 15%. Tahan terhadap penyakit bulai, toleran terhadap penyakit karat daun, dan penyakit bercak daun.

4. Varietas Jagung Yang Dikeluarkan Tahun 2013

Pulut Uri 1 (Jagung Komposit (Bersari besar)). Batangnya besar dan kokoh, warna batang hijau, umur berbunga 50 hst, Umur panen 85 hst, tinggi tanaman 177 cm, biji berwarna putih, jumlah baris/tongkol 14-16 baris, baris antar biji agak lurus dan rapat, tipe biji dent dengan bobot 1000 biji 356 g, rata-rata hasil 7,8 t/ha - 9,4 t/ha, tahan terhadap penyakit bulai. (9) Pulut Uri 2 (Jagung Komposit (Bersari besar)).

Batangnya besar dan kokoh, umur berbunga 50 hst, umur panen 85 hst, biji berwarna putih, jumlah baris/tongkol 14-16 baris, baris antar biji agak lurus dan rapat, tipe biji flint dengan bobot 1000 biji mencapai 347 g, rata-rata hasil 7,3 t/ha – 9,2 t/ha, tahan terhadap penyakit bulai. (10) Bima 17 (Jagung Hibrida). Batangnya tegak, kuat dan tahan rebah, tipe biji semi mutiara dengan warna kuning orange, jumlah baris/tongkol 14-16 baris dengan bobot 1000 biji 325 g, rata-rata hasil panen 11,8 t/ha-13,6 t/ha, tahan terhadap penyakit bulai, toleran penyakit karat, penyakit bercak daun. (11) Bima 18 (Jagung Hibrida). Batangnya tegak, kuat dan tahan rebah, tipe biji semi mutiara dengan warna kuning orange, jumlah baris/tongkol 14-16 baris dengan bobot 1000 biji 325 g, kandungan protein 15,7%, lemak 11,2%, tahan terhadap penyakit bulai, toleran penyakit karat, penyakit bercak daun. Dapat beradaptasi baik pada lingkungan yang sub optimal (marginal). (12) Bima 19 - Uri (STJ107) (Jagung Hibrida). Umur panen 102 hst, tipe biji semi mutiara yang berwarna kuning orange, baris antar biji lurus dan rapat, jumlah baris/tongkol 14-16 barus. Tahan terhadap penyakit bulai, penyakit karat daun, dan penyakit hawar daun, memiliki potensi hasil tinggi, toleran kekeringan, tahan rebah akar dan batang dan dianjurkan tanam pada musim kemarau di lahan sawah/ lahan kering. (13) Bima 20 - Uri (STJ109) (Jagung

(4)

Hibrida). Tipe bijinya semi mutiara dengan warna kuning orange, sistem perakarannya kuat. Tahan terhadap penyakit bulai, penyakit karat daun, penyakit hawar daun, memiliki potensi hasil tinggi, sesuai dikembangkan pada lahan kering dimusim kemarau, tahan rebah akar dan batang, hasilnya stabil pada lingkungan yang luas.

5. Varietas Jagung Yang Dikeluarkan Tahun 2014

HJ 21 Agritan (Jagung Hibrida). Umur tanaman ±82 hari hst dengan potensi hasil 12,2 t/ha, rata-rata hasil ±11,4 t/ha, tahan penyakit bulai, penyakit hawar daun, dan karat daun, umur genjah, adaptif pada lahan ketinggian 5-650 m dpl. (15) HJ 22 Agritan (Jagung Hibrida). Umur tanaman ±80 hst dengan potensi hasil 12,1 ton/ha, rata-rata hasil ±10,9 ton/ha. Tahan terhadap penyakit bulai, hawar daun, dan karat daun. Umur genjah, adaptif pada lahan ketinggian 5-650 m dpl. (16) Pulut Uri 3 H (Jagung Hibrida). Umur tanaman ±85-88 hst dengan potensi hasil 10,68 t/ha, rata-rata hasil ±8,57 t/ha. Tahan terhadap hama dan penyakit yaitu tahan terhadap penyakit penyakit bulai, tahan terhadap penyakit hawar daun,. Kadar amilosa tinggi, umur genjah, adaptif pada lahan subur dengan ketinggian 5-650 m dpl. Varietas Jagung Yang Dikeluarkan Tahun 2016 (17) JH 36. Keunggulan varietas JH 36 antara lain berumur genjah (89 HST), biji tipe mutiara, warna biji oranye, jumlah baris biji 12- 16, tahan rebah akar dan batang. Memiliki sifat tahan terhadap penyakit bulai (Peronosclerospora maydis),karat daun (Puccinia sorghi), dan hawar daun (Helminthosporium maydis). Potensi hasil 12,2 ton/ha pipilan kering pada kadar air 15% dengan rata-rata hasil ± 10,6 ton/ha pipilan kering pada kadar air 15%.

Kandungan lemak 5,02%, protein 7,97%, dan karbohidrat 74,71%. (18) JH 45.

Potensi hasil tinggi, tahan rebah akar dan batang dan beradaptasi luas di dataran rendah, umur 99 hari potensi hasil 12,6 t/ha. Varietas JH 45 memiliki keunggulan kandungan lemak 5,06%, protein 9, 92%, dan karbohidrat 73,86%. Keunggulan lain tahan terhadap penyakit bulai (Peronosclerospora maydis), karat daun (Puccinia sorghi),dan hawar daun dataran rendah (Helminthosporium maydis).

C. DESKRIPSI

Jagung diklasifikasikan dalam kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, subdivisio Angiospermae, kelas Monocotyledoneae, ordo Graminae, famili Graminaceae, genus Zea dan spesies Zea mays L. Jagung merupakan tanaman yang tinggi, berumah satu,

(5)

dan semusim (Ministry Environment and Forest, 2009). Morfologi tanaman jagung terdiri dari akar, batang, bunga dan biji. Awal fase pertumbuhan jagung berupa kecambah. Akar primer menjadi awal pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan tumbuh menyamping.

Akar yang tumbuh relatif dangkal ini merupakan akar adventif dengan percabangan yang amat lebat (Wakman et al., 2007). Umumnya jagung memiliki tiga jenis akar yaitu, (1) akar seminal yang berkembang dari radikal dan terbentuk dalam waktu yang lama, (2) akar adventif, serabut akar yang berkembang dari titik tumbuh batang bagian bawah yang dekat dengan perakaran, dan (3) akar tunjang, yang berkembang dari dua buku terbawah. Pertumbuhan akar sangat cepat baik secara vertikal maupun horizontal. Pada jenis tanah yang ringan, akar jagung mampu mencapai kedalaman 60 cm di bawah permukaan tanah (Ministry Environment and Forest, 2009). Morfologi tanaman jagung terdirdari batang, daun, bunga, tongkol dan biji, serta sistem perakaran.

D. AGROEKOLOGI

Agroekologi pertanaman jagung sangat bervariasi, dari dataran rendah sampai dataran tinggi, pada berbagai jenis tanah, berbagai tipe iklim dan bermacam pola tanam.

Tanaman jagung dapat ditanam pada lahan kering beriklim basah dan beriklim kering, sawah irigasi dan sawah tadah hujan, toleran terhadap kompetisi pada pola tanam tumpang sari, sesuai untuk pertanian subsistem, pertanian komersial skala kecil, menengah, hingga skala sangat besar. Suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman jagung rata-rata 26-300C dan pH tanah 5,7- 6,8 (Subandi, 1988). Produksi jagung berbeda antardaerah, terutama disebabkan oleh perbedaan kesuburan tanah, ketersediaan air, dan varietas yang ditanam. Variasi lingkungan tumbuh akan mengakibatkan adanya interaksi genotipe dengan lingkungan (Allard and Brashaw 1964), yang berarti optimal.

E. SENTRA PRODUKSI

Produksi jagung memberikan hasil yang maksimal untuk mencukupi kebutuhan nasional. Berdasarkan data Pusdatin Kementan, berikut ini 10 provinsi di Indonesia sebagai produsen jagung tertinggi dengan kadar air 15 persen untuk Januari - Desember 2020. Peringkat kesatu hingga ketiga nasional tahun 2020 tidak bergeser dibandingkan peringkat tahun 2019. Pertama, Provinsi Jawa Timur, dengan luas panen 11,9 juta ha menghasilkan 5,37 juta ton jagung. Kedua, Provinsi Jawa Tengah

(6)

dengan luas panen 614,3 ribu ha menghasilkan 3,18 juta ton jagung. Ketiga, Provinsi Lampung dengan luas panen 474,9 ribu ha menghasilkan 2,83 juta ton jagung.

Keempat, Provinsi Sumatera Utara dengan luas panen 350,6 ribu ha menghasilkan 1,83 juta ton. Kelima, Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas panen 377,7 ribu menghasilkan 1,82 juta ton jagung. Keenam, Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan luas panen 283 ribu ha menghasilkan 1,66 juta ton jagung.

Ketujuh, Provinsi Jawa Barat dengan luas panen 206,7 ribu ha menghasilkan 1,34 juta ton jagung. Kedelapan, Provinsi Sulawesi Utara dengan luas panen 235,5 ribu ha menghasilkan 0,92 juta ton jagung. Kesembilan, Provinsi Gorontalo dengan luas panen 212,5 ribu ha menghasilkan 0,91 juta ton jagung. Terakhir kesepuluh, Provinsi Sumatera Selatan dengan luas panen 137 ribu ha menghasilkan jagung mencapai 0,80 juta ton.

F. PEMANFAATAN

Jagung dikonsumsi oleh sebagian masyarakat Indonesia sebagai makanan pokok sehari-hari. Tidak hanya nikmat, manfaat jagung bagi kesehatan juga melimpah, mulai darimelancarkan pencernaan, menangkal efek radikal bebas, hingga menjaga kesehatan mata

Pemanfaatan jagung sangat luas dan mencakup berbagai sektor, dari pangan, pakan ternak, hingga industri dan energi terbarukan. Berikut adalah penjelasan umum mengenai pemanfaatan jagung:

1. Pangan:

2. Jagung Manis (Sweet Corn): Dikonsumsi secara langsung sebagai sayuran atau diproses menjadi produk makanan seperti kalengan jagung.

3. Jagung Pipil (Field Corn): Digunakan sebagai bahan baku dalam industri pangan, seperti tepung jagung, minyak jagung, dan sirup jagung.

4. Pakan Ternak:

5. Biji Jagung: Dikonversi menjadi tepung jagung dan digunakan sebagai komponen utama dalam pakan ternak.

6. Jerami Jagung: Dapat digunakan sebagai pakan serat tambahan untuk ternak.

7. Bioetanol:

(7)

8. Bioetanol dari Jagung: Melalui proses fermentasi dan distilasi, jagung dapat diubah menjadi bioetanol yang digunakan sebagai bahan bakar terbarukan.

9. Industri:

10. Plastik dan Produk Kimia: Beberapa produk plastik dapat diproduksi dari komponen jagung. Selain itu, jagung juga dapat digunakan dalam produksi lem dan produk kimia lainnya.

11. Bahan Bangunan: Serat jagung dapat dimanfaatkan dalam pembuatan bahan bangunan seperti panel dinding dan papan serat.

12. Pertanian Berkelanjutan:

13. Pemupukan Hijau: Jagung dapat digunakan sebagai tanaman pemupukan hijau, meningkatkan kesuburan tanah melalui peningkatan kandungan bahan organik.

14. Rotasi Tanaman: Digunakan dalam praktik rotasi tanaman untuk mempertahankan produktivitas tanah.

15. Agroforestri:

16. Integrasi dengan Tanaman Lain: Dalam agroforestri, jagung dapat diintegrasikan dengan tanaman lain untuk mencapai keberlanjutan ekosistem.

17. Inovasi Teknologi Pertanian:

18. Pertanian Presisi: Penggunaan teknologi untuk memantau dan mengelola tanaman jagung dengan lebih efisien, termasuk penggunaan sensor, irigasi cerdas, dan pemupukan yang tepat.

19. Pengelolaan Limbah:

20. Pemanfaatan Limbah: Limbah jagung seperti tandan dan pulp dapat diolah dan dimanfaatkan sebagai pupuk organik, mengurangi limbah dan mendukung keberlanjutan pertanian.

G. PERBANYAKAN

1. Perbanyakan Melalui Biji:

2. Pemilihan Benih: Pilih varietas yang baik.

3. Penyemaian Benih: Tanam di tempat penyemaian atau polibag.

4. Transplantasi: Pindahkan bibit ke lahan utama.

5. Perawatan: Berikan penyiraman, pemupukan, dan perlindungan.

6. Pemanenan: Panen jagung ketika matang.

7. Perbanyakan Melalui Stek:

8. Pemilihan Tanaman Induk: Pilih tanaman kuat dan sehat.

9. Pemotongan Stek: Potong dan tanam stek-stek.

(8)

10. Perawatan: Lakukan penyiraman dan pemupukan.

11. Pengamatan: Pantau pertumbuhan dan kesehatan stek.

H. Penanaman jagung membutuhkan perencanaan dan perhatian khusus untuk memastikan pertumbuhan yang optimal. Berikut adalah langkah-langkah untuk penanaman jagung:

1. Pemilihan Lahan:

2. Pilih lahan yang mendapatkan sinar matahari yang cukup dan memiliki tanah yang subur.

3. Pastikan drainase tanah baik untuk menghindari genangan air.

4. Persiapan Lahan:

5. Lakukan olah tanah dengan baik untuk memastikan tanah tercampur dengan baik dan memudahkan penetrasi akar.

6. Lakukan pemupukan awal sesuai dengan hasil analisis tanah.

7. Pemilihan Benih:

8. Pilih varietas jagung yang sesuai dengan iklim dan kondisi pertanian lokal.

9. Periksa kualitas benih dan pastikan bebas dari penyakit.

10. Penyemaian Benih:

11. Tanam benih pada kedalaman yang tepat, biasanya sekitar 5-7 cm.

12. Berikan jarak tanam yang sesuai untuk memastikan pertumbuhan yang optimal.

13. Penyiraman:

14. Lakukan penyiraman dengan baik, terutama pada periode pertumbuhan awal tanaman.

15. Hindari genangan air yang dapat merusak akar.

16. Pemeliharaan Tanaman:

17. Lakukan pemupukan tambahan sesuai dengan kebutuhan tanaman selama siklus pertumbuhannya.

18. Bersihkan gulma secara teratur untuk mengurangi kompetisi nutrisi dan air.

19. Pengendalian Hama dan Penyakit:

20. Pantau tanaman secara rutin untuk mendeteksi tanda-tanda hama atau penyakit.

21. Terapkan tindakan pengendalian yang diperlukan, baik secara kimiawi maupun dengan metode organik.

22. Pemangkasan dan Pembentukan Barisan:

23. Lakukan pemangkasan apikal untuk mendorong pertumbuhan cabang dan pembentukan buah.

(9)

24. Pastikan tanaman terbentuk dalam barisan yang rapi untuk memaksimalkan sinar matahari.

25. Pemanenan:

26. Panen jagung ketika buah sudah mencapai kematangan fisiologis.

27. Pilih waktu panen yang tepat untuk mendapatkan hasil yang terbaik.

28. Penanganan dan Penyimpanan Hasil:

29. Tangani jagung dengan hati-hati saat panen untuk menghindari kerusakan.

30. Simpan jagung di tempat yang kering dan sejuk untuk mencegah kelembaban berlebihan.

I. PANEN DAN PASCAPANEN Panen Jagung:

1. Penentuan Waktu Panen:

2. Pantau kematangan jagung dengan memeriksa warna bulir dan struktur tongkol.

3. Pilih waktu panen yang tepat untuk memaksimalkan kualitas dan hasil panen.

4. Persiapan Alat Panen:

5. Pastikan alat panen seperti sabit atau mesin pemipil dalam kondisi baik.

6. Atur kecepatan dan ketepatan alat panen sesuai dengan kondisi lapangan.

7. Proses Panen:

8. Potong tangkai tongkol dengan hati-hati menggunakan sabit atau mesin pemipil.

9. Pastikan penanganan jagung dilakukan dengan cermat untuk menghindari kerusakan.

10. Pengangkutan Hasil:

11. Tempatkan jagung yang sudah dipanen ke dalam kendaraan atau wadah penyimpanan dengan hati-hati.

12. Hindari penumpukan yang berlebihan untuk mencegah kerusakan fisik dan kehilangan butiran jagung.

13. Pascapanen Jagung:

1. Pemilahan dan Penyortiran:

2. Pilih dan sortir jagung berdasarkan kualitas dan ukuran.

3. Pisahkan jagung yang cacat atau terinfeksi penyakit.

4. Pengeringan:

5. Jika jagung masih memiliki kadar air tinggi, lakukan proses pengeringan untuk mencegah kelembaban berlebihan dan pertumbuhan jamur.

6. Pastikan pengeringan dilakukan secara merata.

7. Penyimpanan:

(10)

8. Simpan jagung dalam wadah yang kedap udara dan tahan air.

9. Tempatkan di tempat yang kering dan sejuk untuk menghindari kelembaban dan hama.

10. Pemeriksaan Kualitas:

11. Lakukan pemeriksaan rutin terhadap jagung yang disimpan untuk memastikan kualitasnya.

12. Perhatikan adanya tanda-tanda serangan hama atau penyakit.

13. Pemasaran:

14. Persiapkan jagung yang akan dijual dengan melakukan pemilahan dan pengemasan yang baik.

15. Identifikasi pasar yang tepat dan kembangkan strategi pemasaran yang efektif.

16. Pengolahan Lanjutan:

17. Jagung dapat diolah lebih lanjut menjadi produk turunan seperti tepung, sirup, atau pakan ternak.

18. Lakukan pengolahan sesuai dengan kebutuhan dan permintaan pasar.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

http://plantamor.com/species/info/zea/mays https://id.wikipedia.org/wiki/Jagung

https://www.neurafarm.com/blog/InfoTania/Teknologi%20Pertanian/jenis-jenis-varietas- jagung

https://www.gramedia.com/best-seller/cara-menanam-jagung/

Referensi

Dokumen terkait

Ekstrak daun tapak liman, mimba, sirih, dan seraiwangi sebagai fungisida nabati efektif dalam menekan keterjadian penyakit bulai pada tanaman jagung manis.. Setiap jenis ekstrak

Perlakuan V4 (Bisi 12) merupakan varietas yang tahan terhadap penyakit karat daun dan memiliki tingkat serangan yang rendah jika dibandingkan dengan perlakuan V2 (Pioneer 23)

Beberapa varietas jagung hibrida ( Zea mays L.) yang ditanam di dataran. rendah tahan terhadap penyakit karat daun ( P. polysora

Ciri-ciri lain dari gejala penyakit bulai pada tanaman jagung yaitu daun yang mengalami klorosis karena infeksi patogen bulai menjadi sempit dan kaku, petumbuhan tanaman

Keterangan : Agak tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1, 2, dan 3 Penyakit: Agak tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri strain III, Rentan hawar daun

Berdasarkan hasil penelitian, fungisida metalaksil efektif menekan keterjadian penyakit bulai namun tidak lebih efektif dibandingkan dengan perlakuan ekstrak daun mengkudu dan

Hasil penelitian didapat tiga penyakit daun yaitu penyakit bulai (Peronosclerospora sorghi) dengan insidensi tergolong rendah, kemudian penyakit Hawar Daun

Upaya pengendalian penyakit bulai, bercak daun, dan karat dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti penggunaan varietas tahan, waktu tanam yang serentak,