Jenis Jenis Tes Non Kognitif
Tes non kognitif adalah tes dalam bentuk ujian, yang tujuannya untuk mengetahui dan mengukur kapasitas intelektual atau fungsi berpikir seseorang Dalam tes non kognitif,analisis item terdiri dari empat tahapan penilaian, diskriminabilitas, validitas dan reliabilitas, dan interpretasi skor. Untuk melanjutkan analisis pada tahap selanjutnya, artikel harus lulus uji dari tahap sebelumnya. Jika item gagal pada salah satu langkah, analisis berhenti pada langkah tersebut. Tes non-kognitif digunakan untuk mengukur kinerja tipikal dan dirancang untuk mendeteksi respons atau kecenderungan perilaku individu dalam situasi tertentu. Oleh karena itu, tujuan pengukuran bukanlah untuk mengetahui apa yang mampu dilakukan seseorang tetapi untuk melihat kecenderungan apa yang dilakukannya (Azwar, 2000).
1. Tes Kepribadian
Tes kepribadian merupakan tes yang digunakan untuk mengukur cirri-cirii emosional, motivasional, sikap dan hubungan antar manusia.
2. Tes Minat
Tes minat adalah tes yang mengukur preferensi seseorang teerhadap aktivitas atau topic-topik tertentu dan karenanya membantu menetapkan pilihan pekerjaan.
3. Tes Sikap
Tes sikap merupakan salah satu jenis tes yang digunakan untuk mengungkapkan kecenderungan atau kecenderungan seseorang dalam bereaksi terhadap dunia disekitarnya, baik berupa individu atau benda tertentu.
Anwar (2017) atribut non-kognitif dapat diukur dengan berbagai cara yaitu:
1. Kuesioner, merupakan alat survey yang terdiri dari serangkain pertanyaan yang tertulis, yang bertujuan untu mendapatkan jawaban.
2. Wawancara, dilaksanakan dengan Tanya jawab secaraa lisan.
3. Portofolio, kumpulan pekerjaan seseorang atau dalam bisang pendidikan berarti berkumpul.
4. Penilaian diri, model yang berhubungan antara penilaian diri dengan hadil belajar.
Contoh-Contoh Tes Non Kognitif
Salah satu alat ukur Non Kognitif yang sering di gunakan yaitu alat ukur dengan Skala Likert.
Likert menggunakan sistem metode konstruksi skala sikap yang lebih mudah yakni memberikan bobot tanggapan kategori-kategori pernyataan sedemikian sehingga tanggapan yang diberikan setiap individu dengan sikap yang paling baik akan selalu memiliki bobot positif tertinggi serta pernyataan yang tidak baik, sistem pembobotan di balik.
Contohnya:
A. Saya selalu terbuka terhadap orang lain 1. Sangat setuju
2. Setuju 3. Netral
4. Tidak setuju 5. Sangat tidak setuju
B. Saya Mudah mudah marah jika seseorang tidak mematuhi perintah saya 1. Sangat setuju
2. Setuju 3. Netral 4. Tidak setuju 5. Sangat tidak setuju
C. Saya sering merasakan kesepian 1. Sangat setuju
2. Setuju 3. Netral 4. Tidak setuju 5. Sangat tidak setuju
Anwar, K., & Wahyuni, S. (2017). Penerapan mental kognitif Islam dan psikososial Islam dalam mencegah perilaku LGBT pada remaja muslim Pekanbaru. Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, 16(1), 85- 98.
Azwar, S. (2000). Asumsi-asumsi dalam inferensi statistika. Buletin Psikologi, 9(1).