• Tidak ada hasil yang ditemukan

JENIS DAN BENTUK KORUPSI PERTEMUAN

N/A
N/A
M Gio Ramanda Yusda

Academic year: 2024

Membagikan "JENIS DAN BENTUK KORUPSI PERTEMUAN"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

Pendidikan Anti-Korupsi

Untuk Perguruan Tinggi

1

Pengertian Korupsi

Rojali,SKM,M.Epid

(2)

PENGERTIAN KORUPSI

Bab

01

“To end corruption is my dream;

togetherness in fighting it makes the

dream come true”.

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Pengertian Korupsi 2

(3)

1. Mahasiswa mampu menjelaskan arti kata dan definisi korupsi secara tepat dan benar;

2. Mahasiswa mampu menjelaskan sejarah korupsi dan

pemberantasan korupsi di Indonesia dengan benar;

3. Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk-bentuk korupsi dan perilaku koruptif dengan benar;

4. Mahasiswa mampu membedakan bentuk tindak pidana korupsi dan perilaku koruptif;

5. Mahasiswa mampu menganalisis perbuatan korupsi dan perilaku koruptif di masyarakat;

6. Mahasiswa mampu mengevaluasi dan memahami berbagai bentuk tindak korupsi dan perilaku

koruptif.

Kompetensi Dasar

Pokok Bahasan Pengertian Korupsi Sub Pokok Bahasan 1. Definisi Korupsi

2. Bentuk-bentuk Korupsi 3. Pola Korupsi

4. Perspektif Korupsi

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Pengertian Korupsi 3

(4)

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

DEFINISI KORUPSI

4

Pengertian Korupsi

(5)

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Pengertian Korupsi 5

(6)

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

“KORUPSI” dari bahasa Latin

“corruptio” atau “corruptus”

“corruptio” dari kata “corrumpere”,

 “corruption, corrupt” (Inggris),

“corruption” (Perancis) dan

“corruptie/korruptie” (Belanda).

kebusukan, keburukan, kebejatan,

ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian

kebusukan, keburukan, kebejatan,

ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian

DEFINISI KORUPSI

8

Pengertian Korupsi

(7)

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

Di Malaysia dipakai kata

“resuah” dari bahasa Arab

“risywah”,

menurut Kamus umum Arab- Indonesia artinya korupsi .

Risywah (suap) secara terminologis berarti pemberian yang diberikan seseorang kepada hakim atau lainnya untuk memenangkan

perkaranya dengan cara yang tidak dibenarkan atau untuk memperoleh kedudukan Semua ulama sepakat mengharamkan

risywah yang terkait dengan pemutusan hukum, perbuatan ini termasuk dosa.

Risywah (suap) secara terminologis berarti pemberian yang diberikan seseorang kepada hakim atau lainnya untuk memenangkan

perkaranya dengan cara yang tidak dibenarkan atau untuk memperoleh kedudukan Semua ulama sepakat mengharamkan

risywah yang terkait dengan pemutusan hukum, perbuatan ini termasuk dosa.

DEFINISI KORUPSI

9

Pengertian Korupsi

(8)

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Korup artinya busuk, suka menerima uang suap/sogok, memakai kekuasaan untuk kepentingan sendiri dan

sebagainya;

Korupsi artinya perbuatan busuk seperti

penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya;

Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi.

PENGERTIAN

1

2

3

10

Pengertian Korupsi

(9)

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

corruptie adalah korupsi,

perbuatan curang, perbuatan curang, tindak pidana yang merugikan keuangan negara.

Subekti dan Tjitrosoedibio

PENDAPAT PAKAR

11

Pengertian Korupsi

(10)

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

menguraikan istilah korupsi dalam berbagai bidang, yakni yang menyangkut masalah penyuapan, yang berhubungan dengan manipulasi di bidang ekonomi, dan yang menyangkut bidang kepentingan umum. Hal

ini diambil dari definisi “financial manipulations and deliction injurious to the economiy are often labeled

corrupt”

Baharuddin Lopa mengutip pendapat David M. Chalmers

PENDAPAT PAKAR

12

Pengertian Korupsi

(11)

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Sesuatu yang bersifat amoral, Sifat dan keadaan yang busuk,

Menyangkut jabatan instansi atau aparatur pemerintah,

Penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian,

Menyangkut faktor ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatan.

Perbuatan korupsi menyangkut :

15

Pengertian Korupsi

(12)

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

BENTUK KORUPSI

16

Pengertian Korupsi

Kerugian Keuangan Negara Suap Menyuap

Penggelapan Dalam Jabatan

Pemerasan

Perbuatan Curang

Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan Gratifikasi

(13)

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Korupsi di Indonesia sudah

‘MEMBUDAYA’ sejak dulu, sebelum dan sesudah kemerdekaan, di era Orde

Lama, Orde Baru, berlanjut hingga era Reformasi. Berbagai upaya telah

dilakukan untuk memberantas korupsi, namun hasilnya masih jauh DARI

HARAPAN.

Diskusikan di dalam kelas, mengapa hal ini masih dan terus terjadi?

17

Pengertian Korupsi

(14)

JENIS DAN BENTUK

KORUPSI

(15)

 Bentuk-Bentuk Korupsi

Berikut dipaparkan berbagai bentuk korupsi yang diambil dari Buku Saku yang dikeluarkan oleh KPK (KPK : 2006)

(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)

Bentuk/jenis tindak pidana korupsi dan tindak pidana yang

berkaitan dengan korupsi berdasarkan UU Tindak Pidana Korupsi dapat dikelompokkan :

1. Melawan hukum untuk memperkaya diri dan dapat merugikan keuangan Negara

2. Menyalahgunakan kewenangan untuk kepentingan diri sendiri dan dapat merugikan keuangan Negara

3. Menyuap pegawai negeri

4. Memberi hadiah kepada pegawai negeri karena jabatannya 5. Pegawai negeri menerima suap

6. Pegawai negeri menerima hadiah yang berhubungan dengan jabatannya

7. Menyuap hakim 8. Menyuap advokat

(24)

9. Hakim dan advokat menerima suap

10. Pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan penggelapan

11. Pegawai negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi

12. Pegawai negeri merusakkan bukti

13. Pegawai negeri membiarkan orang lain merusakkan bukti

14. Pegawai negeri membantu orang lain merusakkan

bukti

(25)

15. Pegawai negeri memeras

16. Pegawai negeri memeras pegawai yang lain 17. Pemborong berbuat curang

18. Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang 19. Rekanan TNI/Polri berbuat curang

20. Pengawas rekanan TNI/Polri membiarkan perbuatan curang

21. Penerima barang TNI/Polri membiarkan perbuatan curang

22. Pegawai negeri menyerobot tanah negara sehingga

merugikan orang lain

(26)

23. Pegawai negeri turut serta dalam pengadaan yang diurusnya 24. Pegawai negeri menerima gratifikasi dan tidak lapor KPK

25. Merintangi proses pemeriksaan

26. Tersangka tidak memberikan keterangan mengenai kekayaannya

27. Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka 28. Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi keterangan palsu

29. Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan keterangan atau memberi keterangan palsu

30. Saksi yang membuka identitas pelapor

(27)

 GRATIFIKASI

Selain perbuatan sebagaimana dipaparkan di atas, dalam praktik di masyarakat dikenal pula istilah gratifikasi.

1. Pengertian Gratifikasi

Black’s Law Dictionary memberikan pengertian Gratifikasi atau Gratification: “a voluntarily given reward or recompense for a service or benefit” (gratifikasi adalah “sebuah pemberian yang diberikan atas diperolehnya suatu bantuan atau keuntungan”).

2. Bentuk Gratifikasi

a. Gratifikasi positif adalah pemberian hadiah dilakukan dengan niat yang tulus dari seseorang kepada orang lain tanpa pamrih artinya pemberian dalam bentuk “tanda kasih” tanpa mengharapkan

balasan apapun.

b. Gratifikasi negatif adalah pemberian hadiah dilakukan dengan tujuan pamrih, pemberian jenis ini yang telah membudaya

dikalangan birokrat maupun pengusaha karena adanya interaksi kepentingan.

(28)

Dengan demikian gratifikasi tidak selalu mempunyai arti jelek, namun harus dilihat dari kepentingan gratifikasi. Akan tetapi

dalam praktiknya seseorang memberikan sesuatu tidak mungkin dapat dihindari tanpa adanya pamrih.

Di negara-negara maju, gratifikasi kepada kalangan birokrat

dilarang keras dan kepada pelaku diberikan sanksi cukup berat, karena akan mempengaruhi pejabat birokrat dalam menjalankan tugas dan pengambilan keputusan yang dapat menimbulkan

ketidakseimbangan dalam pelayanan publik. Bahkan di kalangan privat pun larangan juga diberikan, contoh pimpinan stasiun

televisi swasta melarang dengan tegas reporter atau wartawannya menerima uang atau barang dalam bentuk apa pun dari siapapun dalam menjalankan tugas pemberitaan. Oleh karena itu gratifikasi harus dilarang bagi birokrat dengan disertai sanksi yang berat

(denda uang atau pidana kurungan atau penjara) bagi yang

melanggar dan harus dikenakan kepada kedua pihak (pemberi dan penerima).

(29)

 Gratifikasi menurut UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan UU Nomor 31 tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan

penjelasannya didefinisikan sebagai pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat atau diskon, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket

perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata,

pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.

(30)

Dalam Pasal 12 B UU No 20 Tahun 2001 dinyatakan bahwa “Setiap

gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya”. Apabila seorang pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima suatu pemberian, maka ia mempunyai kewajiban untuk melaporkan kepada KPK sebagaimana diatur dalam Pasal 12 C UU No 20 Tahun 2001, yaitu :

a. Ketentuan pada Pasal 12 B ayat (1) mengenai gratifikasi dianggap sebagai pemberian suap dan tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada KPK;

b. Laporan penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal gratifikasi diterima;

c. Dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal penerimaan laporan, KPK wajib menetapkan gratifikasi dapat menjadi milik penerima atau milik negara;

d. Tata cara penyampaian laporan dan penentuan status gratifikasi diatur menurut Undang-undang tentang KPK.

(31)

Contoh pemberian yang dapat digolongkan sebagai gratifikasi, antara lain :

a. Pemberian hadiah atau uang sebagai ucapan terima kasih karena telah dibantu;

b. Hadiah atau sumbangan dari rekanan yang diterima pejabat pada saat perkawinan anaknya;

c. Pemberian tiket perjalanan kepada pejabat/pegawai negeri atau keluarganya untuk keperluan pribadi secara cuma-cuma;

d. Pemberian potongan harga khusus bagi pejabat/pegawai negeri untuk pembelian barang atau jasa dari rekanan;

e. Pemberian biaya atau ongkos naik haji dari rekanan kepada pejabat/pegawai negeri;

f. Pemberian hadiah ulang tahun atau pada acara-acara pribadi lainnya dari rekanan;

g. Pemberian hadiah atau souvenir kepada pejabat/pegawai negeri pada saat kunjungan kerja;

h. Pemberian hadiah atau parsel kepada pejabat/pegawai negeri pada saat hari raya keagamaan, oleh rekanan atau bawahannya;

i. Pembiayaan kunjungan kerja lembaga legislatif, karena hal ini dapat memengaruhi legislasi dan implementasinya oleh eksekutif;

(32)

j. Cinderamata bagi guru (PNS) setelah pembagian rapor/kelulusan;

k. Pungutan liar di jalan raya dan tidak disertai tanda bukti dengan tujuan sumbangan tidak jelas, oknum yang terlibat bisa jadi dari petugas

kepolisian (polisi lalu lintas), retribusi (dinas pendapatan daerah), LLAJR dan masyarakat (preman). Apabila kasus ini terjadi KPK menyarankan agar laporan dipublikasikan oleh media massa dan dilakukan penindakan tegas terhadap pelaku;

l. Penyediaan biaya tambahan (fee) 10-20 persen dari nilai proyek.

m. Uang retribusi untuk masuk pelabuhan tanpa tiket yang dilakukan oleh Instansi Pelabuhan, Dinas Perhubungan, dan Dinas Pendapatan Daerah;

n. Parsel ponsel canggih keluaran terbaru dari pengusaha ke pejabat;

o. Perjalanan wisata bagi bupati menjelang akhir jabatan;

p. Pembangunan tempat ibadah di kantor pemerintah (karena biasanya sudah tersedia anggaran untuk pembangunan tempat ibadah dimana anggaran tersebut harus dipergunakan sesuai dengan pos anggaran dan keperluan tambahan dana dapat menggunakan kotak amal);

(33)

q. Hadiah pernikahan untuk keluarga PNS yang melewati batas kewajaran;

r. Pengurusan KTP/SIM/Paspor yang “dipercepat” dengan uang tambahan;

s. Mensponsori konferensi internasional tanpa menyebutkan biaya perjalanan yang transparan dan kegunaannya, adanya penerimaan ganda, dengan jumlah tidak masuk akal;

t. Pengurusan izin yang dipersulit.

Dengan demikian pemberian yang dapat dikategorikan sebagai gratifikasi adalah pemberian atau janji yang mempunyai kaitan dengan hubungan kerja atau kedinasan dan/atau semata-mata karena keterkaitan dengan jabatan atau kedudukan

pejabat/pegawai negeri dengan si pemberi.

(34)
(35)

 Referensi:

1. Pendidikan Anti Korupsi Untuk Perguruan Tinggi, Tim Editor:

Nanang T. Puspito, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta, 2011.

2. Dokumen Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang (2012-2025) dan Jangka Menengah (2012- 2014), Jakarta, 2012

3. Buku Saku KPK “Memahami Untuk Membasmi”, Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, 2006.

4. Buku Ajar Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi (PBAK), Pusat

Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan Kementerian Kesehatan RI,

Jaakrta, 2014.

(36)

JENIS DAN BENTUK

POLA KORUPSI

KORUPSI

(37)

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Korupsi ada bentuk ketidakadilan dan kegagalan pemerintah dalam mengurangi

kesenjangan;

konsekuensi dari pelaksanaan

sistem demokrasi yang tidak sehat

Korupsi juga sebagai konsekuensi dari sistem distribusi kekayaan negara

yang tidak proporsional

PENGERTIAN

1

2

3

10

Pengertian Korupsi

(38)

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

yang cenderung diberikan kepada kelompok tertentu dan kroni yang dianggap mendukung dirinya dalam proses

demokrasi;

. Korupsi di Indonesia, tidak random, dan tidak insidental, tetapi sistemik dan dapat direkonstruksi polanya.

Pola korupsi terdiri dari pelaku Principal-Agent-Client- Middlemen (PACM).

PENGERTIAN

1

2

3

10

Pengertian Korupsi

(39)

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Principal dan Agent merupakan pejabat negara.

. Korupsi di Indonesia, tidak random, dan tidak insidental, tetapi sistemik dan dapat direkonstruksi polanya.

Client adalah individu perwakilan korporasi, dan middlemen merujuk pada rakyat biasa

PENGERTIAN

1

2

3

10

Pengertian Korupsi

(40)

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Pola tersebut menunjukkan bahwa korupsi tidak bisa dilakukan seorang diri.

Pelaku tindak pidana korupsi melakukan korupsi dalam jaringan.

Jaringan korupsi sistemik, tertata rapi sedemikian rupa.

PENGERTIAN

1

2

3

10

Pengertian Korupsi

(41)

PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

“KORUPSI PERSPEKTIF POLITIK”

Perspektif politik, korupsi : penyalahgunaan kekuasaan publik (politik) untuk memperoleh keuntungan pribadi.

Secara sederhana korupsi didefinisikan sebagai menyalahgunakan kekuasaan/

kepercayaan untuk kepentingan pribadi

Dalam berbagai pandangan para pakar mengasosiasikan korupsi dengan

penyalahgunaan jabatan publik KORUPSI

PERSPEKTIF POLITIK

3

Pengertian Korupsi

(42)

Definisi Korupsi Politik

Dalam konsep klasik istilah korupsi politik dimaknai sebagai hubungan permasalahan antara sumber-sumber kekuasaan dan

hak-hak moral penguasa.

Lord Acton mengkaitkan permasalahan korupsi politik dengan penyalahgunaan

sifat kekuasaan pemerintah monarchi yang

lalim pada saat itu.

(43)

Dampak Korupsi Politik

 MERUGIKAN KEUANGAN NEGARA DAN PEREKONOMIAN NEGARA

 MENGHAMBAT PEMBANGUNAN NASIONAL

 PELANGGARAN THD HAK-HAK SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT SECARA LUAS

 ANCAMAN THD PRINSIP2 DEMOKRASI

(44)

PENDIDIKAN BUDAYA ANTI-KORUPSI

Penyuapan 1

2

4

10

Korupsi dalam berbagai perspektif

Bentuk-bentuk Korupsi Politik

Trading in Influence Pembelian Suara 3

Nepotisme/Patronage

Pembiayaan Kampanye 5

(45)

PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

KORUPSI PERSPEKTIF BUDAYA

Korupsi menjadi sesuatu yang dianggap biasa

Telah dilakukan, baik secara sadar maupun tidak sadar dalam sikap hidup sehari hari

Dikategorikan secara berjenjang

Perilaku seseorang terhadap praktek korupsi dimulai dari sangat permisif, permisif, antikorupsi dan sangat anti korupsi

Perilaku seseorang terhadap praktek korupsi dimulai dari sangat permisif, permisif, antikorupsi dan sangat anti korupsi

KORUPSI PERSPEKTIF

BUDAYA

3

Pengertian Korupsi

(46)
(47)
(48)
(49)

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

Pada dunia pendidikan berikut ini adalah beberapa contoh perilaku yang bersifat permisif menganggap sebagai hal biasa, tetapi sebenarnya merupakan praktik korupsi

7

Pengertian Korupsi

(50)

PENDIDIKAN BUDAYA ANTI-KORUPSI

Pengertian Korupsi 8

(51)
(52)

PENDIDIKAN BUDAYA ANTI-KORUPSI

Agama sebagai dasar dari segala kepercayaan dan keyakinan tiap individu berperan penting;

Dalam semua ajaran agama, tidak ada yang

mengajarkan umatnya untuk berlau atau melakukan tindakan korupsi;

Namun pada kenyataannya praktik korupsi juga dapat menjangkiti orangg-orang beragama

1

2

3

10

Korupsi dalam berbagai perspektif

(53)

PENDIDIKAN BUDAYA ANTI-KORUPSI

Pengertian Korupsi 11

Agama memang mengajarkan dan mengarahkan para penganutnya jujur, lurus dan benar

Korupsi termasuk kategori perilaku mencuri yang diharapkan agama dann tindakan para pendosa

Logikanya seseorang yang beragama dan memegang teguh ajaran agamanya tidak akan melakukan korupsi

(54)

PENDIDIKAN BUDAYA ANTI-KORUPSI

Penyebabnya tentu. Dapat dilihat dari berbagai perpekstif. Harus disadari bahwa kelakukan seseorang tidak hanya ditentukan oleh agamanya.

MENGAPA MASIH TERJADI KORUPSI?

12

Pengertian Korupsi

Ada banyak faktor yang mempengaruhi orang untuk bertindak atau bertindak atau berperilaku koruptif, antara faktor pendidikan dan pengasuhan didalam keluarga, faktor psikologis, faktor sosiologi

atau lingkungan dan juga faktor tekanan.

(55)

PENDIDIKAN BUDAYA ANTI-KORUPSI

Agama berperan dalam proses pendidikan dan

pengasuhan manusia untuk membentuk jati diri, watak dan perilaku manusia yang saleh dan beriman.

13

Pengertian Korupsi

Ada faktor-faktor lain yang bisa mengalahkan ajaran agama sebagai godaan duniawi, yaitu nilai-nilai agama

tidak menjadi pedoman dalam tindak perilaku di masyarakat, ketiadaan apresiasi terhadap nilai-nilai kemuliaan disertai dengan lemahnya disiplin diri dan etika dalam bekerja, serta adanya sifa tamak dan egois

yang hanya mementinkan diri sendiri atau golongan

(56)
(57)
(58)

PENDIDIKAN BUDAYA ANTI-KORUPSI

san

Dalam rangka pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia, sesuai dengan asas hukum maka diterapkan peraturan khusus tentang pemberantasan tindak pidana korupsi yaitu UU No.3 Tahun 1971, UU No.31 Tahun 1999 dan UU No.20 Tahun 2001

pemerintah,

Akan tetapi peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk kejahatan seperti kejahatan perpajakan, money loundering, kehutanan, perikanan, pertambangan dan sebagainya yang deliknya dapat memenuhi unsur-unsur perbuatan korupsi, berlaku peraturan perundang- undangan masing-masing

16

Korupsi dalam berbagai perpekstif

(59)

Untuk mengetahui isi setiap undang- undang dan peraturan tersebut, anda dapat membuka situs KPK di laman berikut

:

http://www.kpk.go.id/id/tentang-

kpk/undang-undang-pendukung

(60)

PENDIDIKAN BUDAYA ANTI-KORUPSI

Dalam konteks dunia kesehatan, menindaklanjuti Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2013 tentang strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan

Korupsi dalam jangka panjang 2012-2025 dan jangka menengah tahun 2012-2014, seerta Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 2 Tahun 2014

tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi, Kementerian Kesehatan telah

mengimplementasikan peraturan tersebut ke dalam lingkungan internal Kementerian Kesehatan yang

saat ini sedang berproses membuat/menyusun strategi komunikasi pendidikan dan budaya antikorupsi lebih spesifik pada institusi pendidikan

calon tenaga kesehatan termasuk didalamnya adalah Politeknik dan Kementerian Kesehatan

18

Korupsi dalam berbagai perspektif

(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)

Terima kasih

Referensi

Dokumen terkait

Kita tidak berhak menilai dan menentukan apakah suatu ajaran atau kepercayaan itu merupakan agama atau bukan, karena ajaran agama merupakan keyakinan seseorang untuk menjalin

Segi agama memandang bahwa korupsi terjadi sebagai dampak dari lemahnya nilai-nilai agama dalam diri individu, dan oleh karenanya upaya yang harus dilakukan

• Nilai-nilai anti korupsi itu perlu diterapkan oleh setiap individu untuk dapat mengatasi faktor eksternal agar korupsi tidak terjadi. • Untuk mencegah terjadinya faktor eksternal,

matakuliah Pendidikan Karakter Dan Anti-Korupsi tentang Pengaruh Pendidikan Agama, Karakter dan Budaya ( Culture ) Terhadap Budaya Korupsi yang Terjadi di Indonesia

Budaya anti korupsi yang ada di sekolah akan mampu menjadikan peserta didik mempunyai karakter anti korupsi dan melalui penanaman karakter tersebut akan menjadi cara

Budaya hukum anti korupsi ini penting agar pemerintah ohoi tidak tersadung masalah hukum pada kemudian hari.6 Peningkatan budaya hukum anti korupsi dengan melakukan design thinking,

ikut berperan dalam Gerakan Anti Korupsi Dengan harapan siswa yang telah mengikuti penyuluhan deapat bermanfaat untuk dirinya tidak korupsi dan berimbas kepada siswa yang lainya...

Kuesioner ini berisi pernyataan tentang kepercayaan agama untuk mengukur keyakinan dan praktik keagamaan