• Tidak ada hasil yang ditemukan

jurnal Biogas

N/A
N/A
Amalia Wulandari

Academic year: 2025

Membagikan "jurnal Biogas"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

D - 99

Pembuatan Digester Sebagai Peralatan Biogas Dari Limbah Kotoran Sapi Untuk Masyarakat Dukuh Gumirang,

Desa Sidomulyo, Kabupaten Blora, Jawa Tengah

Ferro Aji1, Annisa Kesy Garside2,

1 Politeknik Energi dan Mineral Akamigas, Cepu

2 Program Profesi Insinyur, Universitas Muhammadiyah Malang, Jl. Raya Tlogomas 246 Malang

Kontak Person:

Ferro Aji

Jl. Gajah Mada no. 38 Cepu E-mail: [email protected]

Abstrak

Biogas merupakan energi terbarukan (renewable) yang ramah lingkungan dan menjadi pilihan, memiliki peluang untuk pengembangannya sebagai energi altematif yang mulai diperhitungkan oleh karena program penghematan energi dari bahan bakar minyak bumi sebagai energi fosil yang tidak dapat diperbarui (unrenewable). Kebutuhan bahan bakar bagi penduduk berpendapatan rendah maupun miskin, terutama di pedesaan sudah tidak lagi menggunakan minyak tanah (kerosene) namun sudah menggunakan gas LPG yang keberadaannya mulai langka dan harganya semakin mahal. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan pemanfaatan energi terbarukan yang dapat dihasilkan dengan teknologi tepat guna yang relatif sederhana dan sesuai untuk daerah pedesaan adalah energi biogas dengan memproses limbah bio atau bio massa salah satu diantaranya limbah kotoran sapi di dalam suatu alat kedap udara yang disebut digester. Selama ini pemanfaatan limbah kotoran sapi masih belum optimal atau bahkan hanya dibuang begitu saja pada sawah atau tanah lapang. Padahal limbah kotoran sapi dapat dijadikan bahan baku untuk menghasilkan energi terbarukan (renewable) dalam bentuk biogas yang diproses pada suatu alat digester. Satu unit reaktor biogas dari limbah kotoran sapi sebesar 4 m3 telah dibuat di Dukuh Gumiring, Desa Sidomulyo, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Sebanyak l.280 liter biogas sebagai bahan bakar alternatif dihasilkan dari 40 kg limbah kotoran sapi. Lingkungan masyarakat sekitar peternakan sapi tidak tercemar bau busuk yang menyengat dan sehat. Aplikasi pemakaian biogas dari limbah kotoran sapi adalah sebagai bahan kompor gas pengganti gas LPG dan lampu penerangan.

Kata kunci: limbah kotoran sapi, biodigester, biogas, energi alternatif.

1. Pendahuluan

Konversi minyak tanah ke gas elpiji menjadi peristiwa fenomenal di Indonesia, yang menjadi bagian penting dalam program konversi energi yang dilakukan Pemerintah sejak tahun 2007. Pada awalnya program tersebut terbilang cukup berhasil karena mampu menekan anggaran subsidi hingga ratusan triliun rupiah. Sudah bertahun-tahun program konversi gas elpiji dilaksanakan, bahkan mayoritas atau 83,36% rumah tangga Indonesia menggunakan bahan bakar gas elpiji untuk memasak pada 2021 [1]. Tentu saja hal ini berdampak pada semakin berkurangnya cadangan gas negara, karena gas elpiji merupakan bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui. Anggaran subsidi gas elpiji juga semakin membengkak karena konsumsi yang tinggi dan penyesuaian harga minyak bumi dan gas dunia yang terus mengalami kenaikan. Oleh sebab itu Pemerintah berencana melakukan penghapusan subsidi gas elpiji untuk mengurangi beban negara sehingga akan menyebabkan naiknya harga gas elpiji yang tentu saja dirasa sangat memberatkan oleh sebagian masyarakat, khususnya bagi golongan masyarakat kelas bawah. Dalam situasi seperti ini alternatif pencarian, pengembangan, dan penyebaran teknologi energi non fosil yang ramah lingkungan menjadi sangat penting. Salah satu teknologinya ialah teknologi biogas. Biogas merupakan energi terbarukan (renewable) yang ramah lingkungan yang dihasilkan dari limbah organik seperti limbah kotoran ternak, limbah dapur seperti sayuran, limbah cairan tahu dan enceng gondok. Hal ini menjadi tantangan bersama untuk mengurangi ketergantungan energi fosil dan menjadikan Indonesia negara mandiri energi. Biogas sebanyak 1000 ft3 (28,32 m3) mempunyai nilai pembakaran yang sama dengan gallon (1 US gallon = 3,785 liter) butane atau 5,2 galon bensin atau 4,6 galon minyak diesel. Untuk memasak pada rumah tangga dengan 4 – 5 anggota keluarga cukup 150

(2)

Seminar Keinsinyuran 2022 ISSN (Cetak) 2798-0405 eISSN (Online) 2797-1775

D - 100

ft3/hari [2]. Saat ini pemanfaatan biogas di Indonesia masih terbilang cukup rendah yaitu sebesar 0,58%

rumah tangga yang menggunakan biogas untuk memasak [1].

Di Dukuh Gumiring, Desa Sidomulyo, Kabupaten Blora, Jawa Tengah sebagian besar penduduknya memiliki beberapa ekor sapi di rumahnya yang tentu saja menghasilkan limbah kotoran sapi yang cukup besar. Namun yang menjadi tantangannya adalah pola pikir masyarakat yang membiarkan limbah kotoran sapi tanpa diolah untuk menjadi energi alternatif pengganti energi fosil yang murah dan ramah lingkungan. Limbah adalah sesuatu yang tidak berguna, tidak memiliki nilai ekonomi, dan akan dibuang, apabila masih dapat digunakan maka tidak disebut limbah. Limbah kotoran sapi memiliki karakteristik fisika (padatan total, suhu, warna, bau) dan kimia (bahan organik, anorganik, gas) dibuang langsung ke lingkungan, sehingga menyebabkan dampak negatif seperti polusi air, sumber penyakit, bau tidak sedap, pertumbuhan nyamuk, dan menurunkan estetika lingkungan sekitar [3].

Potensi limbah kotoran sapi yang cukup besar jika dipergunakan untuk memproduksi biogas memiliki keuntungan diantaranya adalah reduksi biaya pengolahan limbah kotoran sapi melalui pemanfaatan biogas sebagai bahan bakar, kegiatan sosial bahan bakar untuk masyarakat sekitarnya, produksi sludge sebagai pupuk organik, reduksi masalah lingkungan lokal melalui perbaikan kualitas limbah kotoran sapi, reduksi gangguan serangga, dan perbaikan sistem sanitasi [4]

Pemanfaatan energi terbarukan dapat dihasilkan dengan teknologi tepat guna yang relatif sederhana dan sesuai untuk daerah pedesaan adalah energi biogas dengan memproses limbah bio atau bio massa salah satu diantaranya limbah kotoran sapi didalam suatu alat kedap udara yang disebut digester. Alat digester ini dapat menghasilkan biogas dengan mencampurkan limbah kotoran sapi dan limbah lainnya sebagai starter kemudian disimpan dalam tempat tertutup. Gas yang dihasilkan dari dekomposisi bahan-bahan organik dari limbah kotoran sapi dibawah kondisi anaerobik (tidak memerlukan oksigen) sebagian besar terdiri dari campuran gas methana dan gas karbon dioksida yang selanjutnya dikenal sebagai gas rawa atau biogas. Sifat penting dari gas methana adalah tidak berbau, tidak berwarna, tidak beracun, dan mudah terbakar.

2. Metode Penelitian

Biogas merupakan gas campuran methana (CH4), karbondioksida (CO2) dan gas lainnya yang didapat dari hasil penguraian bahan organik (seperti kotoran hewan, kotoran manusia, tumbuhan, dan limbah cair pangan) oleh bakteri metanogen. Untuk menghasilkan biogas, bahan organik yang dibutuhkan terlebih dahulu ditampung dalam biodigester. Proses penguraian bahan organik terjadi secara anaerob (tanpa oksigen). Kotoran sapi lebih sering dipilih karena banyak tersedia, mudah diperoleh dan juga memiliki kandungan gas methana, dan gas methana adalah komponen penting dalam biogas, sehingga bisa dipakai sebagai bahan campuran pada limbah organik lainnya dalam pembuatan biogas dan sekaligus berfungsi sebagai stater. Kotoran sapi ini memiliki keseimbangan nutrisi, mudah diencerkan dan relatif dapat diproses secara biologi. Selain itu kotoran sapi yang masih segar lebih mudah diproses dibandingkan dengan kotoran yang lama dan telah mengering [5]. Kotoran sapi merupakan substrat yang paling cocok sebagai sumber penghasil biogas, karena telah mengandung bakteri penghasil gas methana yang terdapat dalam perut ruminansia. Bakteri tersebut membantu dalam proses fermentasi sehingga mempercepat proses pembentukan biogas [6].

Tabel 1 Komposisi Biogas

Unsur Komposisi (%)

CH4 54 - 70

Karbon Dioksida (CO2) 27 - 45

Oksigen (O2) 1 - 4

Nitrogen (N2) 0,5 - 3

Karbon Monokida (CO) 1

Hidrogen (H2) rendah

Berdasarkan analisis, penambahan kotoran sapi pada limbah organik lainnya berpengaruh terhadap proses terbentuknya biogas dan volume biogas yang dihasilkan. Volume biogas yang terbentuk

(3)

D - 101

pada hari ke 4-5 relatif sangat kecil. Hal ini bisa dikatakan proses fermentasi belum berlangsung secara optimal, hal ini dikarenakan bakteri baru memasuki fase lag (adaptasi), sehingga penguraian material organik menjadi gas methana berlangsung lambat [7]. Fase ini merupakan periode penyesuaian diri pada bakteri terhadap lingkungan, sehingga belum mampu mengadakan pembiakan secara optimal [8]. Pada hari ke 0-15, volume biogas yang dihasilkan menunjukan peningkatan dari setiap perlakuan. Pada hari ke 20, produksi biogas mengalami peningkatan yang cukup besar oleh karena pengaruh pH pada perlakuan ini bersifat asam, sehingga bakteri yang bertahan hidup adalah bakteri asam, sedangkan bakteri metanogonik tidak dapat bertahan hidup [7]. Bakteri metanagonik tidak dapat bertahan hidup diluar rentang pH= 6,2 - 7,8 [9]. Untuk perlakuan yang mengalami peningkatan volume biogas cukup besar, diduga terjadi karena bakteri mengalami fase cepat (fase eksponensial), selama fase ini bakteri telah menyesuaikan diri dengan media sehingga pembiakan bakteri berlangsung cepat, sel-sel membelah dan jumlahnya meningkat sesuai pertambahan waktu.

Beberapa tahapan dalam proses pembentukan biogas, yaitu:

1. Tahap Hidrolisis (Hydrolysis), bakteri memutuskan rantai panjang karbohidrat kompleks;

protein dan lipida menjadi senyawa rantai pendek

2. Tahap Asidifikasi (Acidogenesis dan Acetogenesis), bakteri (Acetobacter aceti) menghasilkan asam untuk mengubah senyawa rantai pendek basil proses hidrolisis menjadi asam asetat, hidrogen, dan karbon dioksida.

3. Tahap Pembentukan Gas Methana (Methanogenesis), bakteri Methanobacterium omelianski mengubah senyawa basil proses asidifikasi menjadi methana dan CO2 dalam kondisi anaerob

Gambar 1 Skema Pembentukan Biogas[6]

Proses pembuatan biogas dengan menggunakan biodigester pada prinsipnya adalah menciptakan suatu sistem kedap udara dengan bagian-bagian pokok yang terdiri dari tangki pencerna (digester tank), lubang input bahan baku, lubang output lumpur sisa hasil pencernaan (slurry) dan lubang penyaluran biogas yang terbentuk. Dalam digester terkandung bakteri methana yang akan mengolah limbah organik menjadi biogas.

Pembuatan alat digester diharapkan mampu memproduksi biogas dengan hasil yang maksimal dan menggunakan bahan-bahan yang relatif murah serta mudah didapat. Bahan yang digunakan untuk membuat alat digester penghasil biogas ini berupa:

1. Satu buah digester biogas dari bahan fiberglass berkapasitas 4 m3 dengan dimensi diameter 1500 mm, tinggi 2500 mm, tebal 5 mm dan beratap kubah.

2. Saluran umpan (inlet) limbah kotoran sapi dari bahan poly vynil chloride dengan dimensi diameter 4 inchi dan panjang 6000 mm.

3. Bak kontrol pasangan batu bata berfungsi sebagai penampung sementara limbah kotoran sapi agar suhunya tidak melampaui 40°C

(4)

Seminar Keinsinyuran 2022 ISSN (Cetak) 2798-0405 eISSN (Online) 2797-1775

D - 102

4. Bak penampung umpan limbah kotoran sapi dari bahan fiberglass dengan dimensi panjang 1000 mm, lebar 1000 mm, tinggi 600 mm dan tebal 5 mm.

5. Bak penampung akhir keluaran limbah kotoran sapi bahan fiberglass dengan dimensi panjang 1000 mm, lebar 1000 mm, tinggi 1000 mm dan tebal 5 mm.

6. Instalasi penyalur gas methana termasuk kelengkapan penyambung pipanya dari bahan poly vynil chloride berdiameter ½ inchi untuk menyalurkan gas methana dari biodigester ke unit kompor gas, dan lampu biogas.

7. Meter kontrol untuk mengukur tekanan gas methana dan water trapp untuk mengeluarkan kondensat air basil pengembunan gas methana

Pemasangan saluran pipa pengumpan limbah kotoran sapi, bak kontrol, bak pengumpan limbah kotoran sapi, alat biodigester kapasitas 4 m3, bak penampung keluaran limbah kotoran sapi ini dikerjakan di lahan masyarakat dekat dengan petemakan sapi di Dukuh Gumiring, Desa Sidomulyo, Kabupaten Blora.

Cara mengoperasikan alat ini cukup sederhana. Setelah perlengkapannya siap digunakan, yang perlu dilakukan adalah membuat isian dari limbah kotoran sapi. Kebutuhan awal isian untuk alat ini sekitar 80% dari kapasitas tampung unit digester (4000 liter) dan 20% kapasitas isi adalah untuk tempat fermentasi gas methana. Dengan demikian awal isian sebesar 3200 liter, yang terdiri dari 2750 liter limbah kotoran sapi dan 450 liter kotoran ternak sapi sebagai stater. Selanjutnya, limbah kotoran sapi yang masih panas dialirkan melalui pipa PVC menuju bak kontrol, didinginkan sementara waktu agar suhu tidak melampaui 40°C dan selanjutnya dialirkan menuju bak umpan limbah kotoran sapi. Cara penggunaan secara lengkap adalah sebagai berikut :

1. Masukan 137 liter limbah kotoran sapi segar, seperti rumput dan sebagainya, kemudian 23 liter kotoran sapi yang sudah bersih (starter) dimasukan ke bak bejana pengumpan (feeding tank);

2. Campuran limbah kotoran sapi tersebut dimasukan ke dalam unit biodigester yang berkapasitas 4000 liter;

3. Ulangi langkah point 1, dan point 2 sampai 20 kali;

4. Kemudian semua fasilitas kran pengatur ditutup rapat dan suhu diatur rentang 25°C-40°C [9];

5. Pada hari ke 5, sudah mulai terbentuk gas methana tercampur dengan udara pada awalnya dalam jumlah yang sangat sedikit berada diatas limbah cair campuran limbah kotoran sapi, yang ditandai naiknya angka penunjuk tekanan (manometer), kemudian gas methana campuran tersebut dibuang dengan membuka kran pengatur;

6. Setelah gas pertama habis yang ditandai dengan turunnya angka tekanan manometer menunjukan angka nol, kran gas pengumpul ditutup kembali;

7. Semua fasilitas kran pengatur pengeluaran gas tabung pengumpul ditutup dan setelah unit digester sudah dalam kondisi anaerob, maka terjadi peningkatan volume gas methana, meningkatnya angka tekanan manometer dan produksi gas methana terbaik pada hari ke 20.

8. Gas methana yang dihasilkan diperkirakan 2,51 m3/hari kemudian sudah dapat dipakai untuk beberapa kebutuhan. Untuk kebutuhan energi yang digunakan memasak bagi keluarga beranggotakan 4-5 orang diperlukan 1,50 m3/hari. Sehingga biogas hasil fermentasi dari limbah kotoran sapi cukup untuk memenuhi 2 kepala keluarga.

3. Hasil dan Pembahasan

Alat penghasil biogas dari limbah kotoran sapi model reaktor kubah terbuat dari bahan fiberglass/serat kaca dengan beberapa pertimbangan desainnya, antara lain:

1. Reaktor biogas/digester ringan, kedap udara, mudah pemasangan, mudah perbaikan, mudah dipindahkan dan aman;

2. Disain konstruksi sederhana sehingga mudah dioperasionalkan dan perawatannya;

3. Biaya investasi murah.

Performansi Alat Digester

Reaktor biogas/digester kubah tetap ini terdiri dari bak pendinginan, bak penampung bahan baku limbah kotoran sapi, reaktor sebagai ruang proses produksi gas methana, dan bak pengeluaran sisa

(5)

D - 103

fermentasi. Pada bak penampung terdapat saluran pipa penyalur kotoran sapi yang dihubungkan langsung ke ruang reaktor.

Di dalam bak penampungan, kotoran sapi turun masuk ke ruang reaktor akibat gaya gravitasi melalui saluran pipa masuk ke ruang reaktor. Di dalam ruang reaktor terjadi fermentasi. Sementara pada bak pengeluaran terpasang saluran pipa untuk mengalirkan sisa fermentasi dari ruang reaktor.

Proses awal pembentukan biogas, reaktor yang sudah terisi kotoran sapi dan air didiamkan sampai 5 hari dan menutup saluran pemasukan, saluran pengeluaran dan kran pengeluaran mulai terbentuk gas methana dalam jumlah sedikit dan gas sulfur yang selanjutnya kran pembuangan dibuka dan dilakukan pembuangan gas methana, gas sulfur di dalam reaktor. Kemudian kran pembuangan ditutup kembali agar terjadi penguraian bahan organik oleh mikro organisme bakteri metanogen dalam kondisi anaerob dan ternyata pada hari ke 13 sampai 20 terbentuklah gas methana dalam jumlah 2 – 3,6 m3 dan bertekanan 1-2 atm. Biogas yang dihasilkan dari basil fermentasi adalah campuran gas seperti NH4 dan CO2 yang terkumpul pada 1/3 bagian ruang kosong reaktor bagian atas. Pemanfaatan biogas yaitu dengan mengalirkannya memakai saluran pipa PVC berdiameter ½ inchi terpasang pada bagian atas kubah reaktor untuk kompor gas dan lampu penerangan. Setelah 20 hari masa retensi maka untuk menstabilkan jumlah biogas yang terbentuk dilakukan pengisian bahan baku limbah kotoran sapi ke reaktor yang dilakukan secara berkala/setiap hari. Bahan cair yang keluar dari reaktor dan ditampung dalam bak pengeluaran dapat diambil dan dimanfaatkan untuk pupuk cair organik.

Gambar 2 Peralatan Biogas yang terdiri dari bak pengumpan, digester, dan bak penampung akhir

3.1 Data Hasil Analisa Limbah Kotoran Sapi Menjadi Biogas (Methana) Untuk reaktor berkapasitas 4 m3 dengan analisa sebagai berikut:

1. Limbah kotoran sapi baru (berusia 2-3 hari) sebanyak 40-90 kg dimasukan ke dalam reaktor digester dan dicampur dengan 80-180 liter air.

2. Pengisian larutan kotoran sapi sebesar 80% dari volume digester 4.000 liter (4 m3) sedangkan 20% volume bagian digester sebagai ruang penampungan gas sementara;

3. Setiap hari pengisian larutan limbah kotoran sapi kedalarn digester adalah 250-300 liter.

4. Potensi biogas limbah kotoran sapi sebanyak 40 kg setara 40 kg x 0,04 m3/kg=1.6 m3/per hari;

5. Lama proses pembentukan biogas adalah 10 hari, sehingga volume yang diperoleh 1.600 liter larutan kotoran sapi;

6. Volume total dengan 20% bagian digester digunakan sebagai penarnpungan gas sementara diperoleh =1.600 lt/80% = 1.280 liter = 1,280 m3 = 1,3 m3.

7. Aplikasi pemakaian biogas dari limbah kotoran sapi adalah sebagai bahan kompor gas pengganti gas LPG dan lampu penerangan.

(6)

Seminar Keinsinyuran 2022 ISSN (Cetak) 2798-0405 eISSN (Online) 2797-1775

D - 104

Gambar 3 Hasil biogas dimanfaatkan warga untuk memasak dan penerangan

Pemeliharaan merupakan suatu aktifitas untuk mencegah kerusakan peralatan, sedangkan perbaikan adalah suatu tindakan untuk memperbaiki kerusakan. Dalam hal ini sebaiknya dihindari tindakan perbaikan dan mengedepankan pemeliharaan unit reaktor biogas/digester dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk memperpanjang umur penggunaan unit reaktor biogas/digester;

2. Untuk menjamin ketersediaan optimum unit reaktor biogas/digester yang dipasang untuk berproduksi biogas dan dapat diperoleh keuntungan yang optimum;

3. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh unit reactor biogas/digester yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu;

4. Untuk menjamin keselamatan manusia yang menggunakan unit reaktor biogas/digester.

Pemeliharaan yang diperlukan untuk unit reaktor biogas/digester, sebagai berikut:

1. Mengisi bahan baku (limbah kotoran sapi segar) ke dalam unit reaktor biogas/digester sesuai kapasitas setiap harinya;

2. Mencegah masuknya bahan/material penghambat (pestisida, desinfektan, air ditergen/sabun) masuk kedalam unit reaktor biogas/digester;

3. Membersihkan peralatan terpasang (kompor gas, lampu dan alat lainnya) secara teratur;

4. Menjaga kebersihan kubah reaktor biogas/digester (bila kubah reaktor biogas/digester mulai pudar) dapat dicuci menggunakan sabun atau di cat ulang menggunakan cat genteng;

5. Mengolah limbah kotoran sapi secara teratur

4. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari Pembuatan Digester sebagai Peralatan Biogas dari limbah kotoran sapi untuk Masyarakat Dukuh Gumiring, Desa Sidomulyo, Kabupaten Blora, Jawa Tengah adalah sebagai berikut:

1. Satu unit reaktor biogas dari limbah kotoran sapi sebesar 4 m3 telah dibuat di Dukuh Gumiring, Desa Sidomulyo, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

2. Sebanyak 1.280 liter biogas sebanyak sebagai bahan bakar altematif dihasilkan dari campuran 40 kg limbah kotoran sapi dan 80 liter air.

3. Lingkungan masyarakat sekitar peternakan sapi tidak tercemar bau busuk yang menyengat dan sehat.

Referensi

[1] BPS, 2021, https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_data/0000/data/1157/sdgs_7/1

[2] Goendi, Sunarto, 2008. Kajian Model Digester Limbah Cair Tahu untuk Produksi Biogas Berdasarkan Waktu Penguraian. Prosiding Seminar Nasional Teknik Pertanian. Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian UGM

[3] Suparni Setyowati Rahayu, 2009, Netralisasi pada pengolahan limbah cair, http://www.chem-is- try.org/materi_kimia/kimia_sma1/ kelas3-/netralisasi-pada-pengolahan-limbah-cair/

(7)

D - 105

[4] Suprihatin dan Romli M., 2009, Produksi Bersih dalam Industri Pengolahan Perikanan: Studi kasus Industri Penepungan Ikan. Jurnal Kelautan Nasional Vol. 2, Edisi Khusus Januari 2009:

131-143

[5] Pambudi, A., 2008, “Pemanfaatan Biogas Sebagai Energi Alternatif”, http://www.dikti.org/ ?q=

node/99

[6] Sufyandi,A., 2001, Informasi Teknologi Tepat Guna Untuk Pedesaan Biogas. Bandung

[7] Bonang, G., Koeswardono, E. S., 1982, Mikrobiologi Kedokteran Untuk Laboratorium dan Klinik, Edisi 1, PT Gramedia, Jakarta

[8] Vinda Hari Yanti, Darmawati, Mariani Natalinal, 2016, The Cow Feses Adding Effectivity Of Tofu Liquid Waste As Biogas Material For Handout Development Of Biotechnology Conceptin Third Year Of Senior High School, Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Keguruan dan Ilmu Pendidikan

[9] Sudrajat H.R., 2006, Mengelola Sampah, Penebar Swadaya

[10] Sri Wahyuni, 2013, Panduan Praktis Biogas, Penebar Swadaya Penebar

Referensi

Dokumen terkait

Biogas dapat dibuat dari limbah cair tepung ikan dengan penambahan jerami padi dan starter dari kotoran sapi cair yang mana pembentukan biogas. dipengaruhi oleh

Tujuan dari penelitian ini menentukan perbandingan eceng gondok dan limbah kotoran sapi dalam menghasilkan biogas yang optimal dan mengkaji potensi eceng gondok

Pendapatan Peternak dari Hasil Pengolahan Kotoran Sapi menjadi Biogas dan Pupuk Organik.

Tujuan dari penelitian ini menentukan perbandingan eceng gondok dan limbah kotoran sapi dalam menghasilkan biogas yang optimal dan mengkaji potensi eceng gondok

Dengan potensi yang ada pada Desa Garongan, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, penulis merencanakan untuk membuat KKN potensi desa mengenai pengolahan limbah sapi menjadi biogas

dapat dinyatakan bahwa hasil pre test tentang responden yang menyetujui kegiatan pemberdayaan masyarakat di Desa Madureso terkait pengolahan limbah kotoran sapi menjadi biogas, sebanyak

Studi ini bertujuan untuk menentukan pengaruh campuran kotoran sapi dengan cairan limbah organik terhadap produktivitas

Pemanfaatan kotoran sapi sebagai sumber energi biogas dalam rangka pengendalian limbah