• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Edukasi Saintifik

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Jurnal Edukasi Saintifik"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 2 Nomor 1, 2022, Hal. 35-49

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Sejarah dengan Menggunakan Media Pembelajaran VCD

dan Metode Kerja Kelompok

Improving Activities and Learning Outcomes for Social Studies History by Using VCD Learning Media and Group Work Methods

Sitti Aminah

MTS Negeri Barru, Indonesia

Corresponding Author. Email: sittiaminahMTS@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) peningkatan kemandirian belajar siswa, (2) pemahaman konsep IPS, dan (3) peningkatan prestasi belajar siswa kelas IX.6 MTS Negeri Barru Kabupaten Barru tahun Pelajaran 2018/2019. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Tahap penelitian terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Tindakan dilaksanakan dalam 2 siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari 3 pertemuan. Subjek penelitian adalah siswa kelas IX.6 MTs Negeri Barru Kabupaten Barru sebanyak 26 orang siswa. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi, dokumentasi dan tes. teknik analisis data dengan analisis kualitatif dan kuantitatif. Kemandirian belajar pada siklus I mencapai rata-rasa pesersentase sebesar 60,64%, hal ini sesuai dengan hasil observasi yang menunjukkan siswa masih kurang percaya diri, belum memiliki inisiatif belajar, dan masih menggantungkan diri kepada orang lain. Kemudian pada siklus II kemandirian belajar menjadi 82,96% Pada Siklus II siswa sudah menunjukkan rasa percaya diri, memiliki inisiatif belajar secara terus menerus, serta tidak menggantungkan diri kepada orang lain. Pada pemahaman konsep IPS di siklus I sebesar 68,64% menunjukkan bahwa siswa belum dapat mengklarifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu,belum dapat mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah, siswa belum dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan langkah-langkah yang benar lalu di siklus II mengalami peningkatan sebesar 80,03% adanya alat peraga berupa VCD dan lembar kegiatan dapat membantu siswa untuk memahami materi yang dipelajari.

Begitu juga dengan prestasi belajar IPS siswa yaitu 37.5% sebelum dikenai tidakan meningkat menjadi 40,91% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 81,82% pada siklus II. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan Menggunakan Media Pembelajaran VCD dan Metode Kerja Kelompok dapat meningkatkan kemandirian belajar, pemahaman konsep IPS dan prestasi belajar pada siswa kelas IX.6 MTS Negeri Barru Kabupaten Barru tahun Pelajaran 2018/2019 dan dapat menjadi acuan dalam pemilihan model pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.

Kata Kunci: aktivitas, hasil belajar, media pembelajaran VCD, metode kerja kelompok

Abstract

This study aims to determine: (1) increasing student learning independence, (2) understanding social studies concepts, and (3) improving student achievement in class IX.6

(2)

Jurnal Edukasi Saintifik, Vol. 2 No. 1 | 36 MTS Negeri Barru, Barru Regency in the 2018/2019 academic year. This type of research is classroom action research (Classroom Action Research). The research phase consists of planning, implementing, observing, and reflecting. The action was carried out in 2 cycles with each cycle consisting of 3 meetings. The research subjects were 26 students of class IX.6 MTs Negeri Barru, Barru Regency. Methods of data collection is done through observation, documentation and tests. data analysis techniques with qualitative and quantitative analysis.

Independent learning in the first cycle reached an average percentage of 60.64%, this is in accordance with the results of observations that show students are still less confident, do not have the initiative to learn, and still depend on others. Then in the second cycle of learning independence to 82.96%. In the second cycle, students have shown self-confidence, have the initiative to learn continuously, and do not depend on others. In understanding social studies concepts in the first cycle of 68.64%, it shows that students have not been able to clarify objects according to certain properties, have not been able to apply concepts or algorithms in problem solving, students have not been able to solve problems according to the correct steps then in the second cycle there was an increase of 80.03%. The existence of teaching aids in the form of VCDs and activity sheets can help students to understand the material being studied. Likewise, the social studies learning achievement of students, namely 37.5% before being subject to action, increased to 40.91% in the first cycle and increased again to 81.82%

in the second cycle. So, it can be concluded that learning using VCD Learning Media and Group Work Methods can increase learning independence, understanding social studies concepts and learning achievement in class IX.6 students of MTS Negeri Barru, Barru Regency in the 2018/2019 academic year and can be a reference in choosing learning models.

to improve the quality of learning in the classroom.

Keywords: activities, learning outcomes, VCD learning media, group work method

Pendahuluan

Ilmu Pengatahuan Sosial (IPS) sebagai salah satu bidang studi yang diajarakan memiliki tujuan membekali siswa untuk mengembangkan penalaran, di samping aspek nilai dan moral. Mulyasa (2006:125) menyatakan bahwa IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan ekonomi. Dalam kenyataannya aktifitas pembelajaran IPS di MTS Negeri Barru menurut penulis masih jauh dari harapan. Secara sadar, penulis sebagai guru IPS di sekolah ini selama mengajar masih jarang menggunakan media IT ataupun media pembelajaran lain yang dapat mendukung keberhasilan pembelajaran di dalam kelas.

Sejalan dengan itu, beberapa komentar siswa kelas IX-6 secara iseng menilai cara mengajar penulis dalam pembelajaran. Daintara komentar mereka sebagai berikut.Pelajaran IPS Sejarah menurut saya pelajaran yang membosankan karena banyak menghafal tanggal, kejadian dan nama-nama, Ibu kalau menerangkan ceramah terus, hal tersebut didukung kurangya penggunaan media sehingga kurang menarik Ibu.” (Syahrul, siswa kelas IX-6).

Saya tidak suka pelajaran IPS Sejarah karena IPS Sejarah itu sulit, kalau ditanya oleh ibu, saya sering tidak bisa menjawab karena saya bingung, saya jadi males.(Putri Wulandari, siswa kelas IX-6 ).

Menurut keterangan beberapa siswa kelas IX-6 MTS Negeri Barru pelajaran IPS sejarah banyak yang bersifat hafalan sehingga pengetahuan dan informasi yang diterima siswa

(3)

Jurnal Edukasi Saintifik, Vol. 2 No. 1 | 37 sebatas produk hafalan. Padahal dalam proses belajar mengajar keterlibatan siswa harus total, artinya melibatkan pikiran, penglihatan, pendengaran, psikomotorik. Jadi dalam proses belajar mengajar seorang guru harus mengajak siswa untuk mendengar, menyajikan media yang dapat dilihat, memberi kesempatan untuk menulis dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan sehingga terjadi dialog yang kreatif yang menunjukkan proses belajar mengajar yang kreatif.

Lebih tegas lagi apabila dilihat dari tujuan pembelajaran IPS di tingkat SMP/MTs Mulyasa (2006:125), menjelaskan IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan mengenal konsep-konsep yang berkaitan denagn kehidupan masyarakat dan lingkungan. Memiliki kemampuan dasr untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan soasial.

Penggunaan media pembelajaran sejarah yang berupa VCD pembelajaran dapat memuat materi yang sesuai dengan materi saja, sehingga dapat digunakan dalam berbagai keadaan dan tempat, baik di sekolah maupun di rumah, serta yang paling utama adalah dapat memenuhi nilai atau fungsi media pembelajaran secara umum. Selain itu media VCD pembelajaran juga cukup dikenal oleh masyarakat umum.

Menurut Agung Dwi Darmawan (2006:2) pemilihan VCD pembelajaran sebagai media pendidikan dan sumber pembelajaran IPS mengkondisikan siswa untuk belajar secara mandiri melalui pembelajaran mandiri, siswa dapat berpikir aktif serta mampu meningkatkan motivasi belajar siswa, siswa dapat berperan sebagai peneliti, analis, tidak hanya sebagai konsumen informasi saja. Video yang salah satu bentuknya adalah Video Disc masih termasuk media pembelajaran audio visual. Yudhi Munadi dalam bukunya. Media Pembelajaran mendefinisikan video adalah teknologi pemrosesan sinyal elektronik meliputi gambar gerak dan suara.

Berdasarkan hal – hal tersebut, diharapkan bahwa VCD pembelajaran mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Program tersebut saat ini sudah tersebar di beberapa sekolah. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa berbagai media yang ada termasuk program video pembelajaran belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini antara lain disebabkan tidak siapnya sumber daya manusia yang ada di sekolah untuk memanfaatkan program media.

Prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa merupakan hasil yang mencerminkan kemampuan dan kecakapan seorang siswa yang diperoleh melalui proses belajar mengajar IPS. Akan tetapi kenyataan yang dijumpai banyak nilai IPS masih kurang memuaskan. Tingkat keberhasilan proses pembelajaran siswa ditandai dengan standar ketuntasan belajar yang ditentukan oleh guru. Dalam muatan kurikulum KTSP dijelaskan bahwa nilai ketuntasan belajar (KKM) untuk mata pelajaran IPS adalah 75 (tujuh puluh Lima). Nilai ketuntasan belajar ditentukan oleh guru mata pelajaran atas kebijakan pemerintah daerah. Cara penentuan nilai ketuntasan belajar (KKM) berdasarkan tiga hal yaitu daya dukung, tingkat kesulitan materi, intak/kemapuan siswa.

Aktifitas pembelajaran IPS yang berpengaruh terhadap hasil belajar di MTS Negeri Barru berdasarkan data perolehan nilai ulangan harian, MID, maupun ulangan semester belum memperlihatkan hasil yang memuaskan. Kenyataan tersebut merupakan kendala yang serius dalam usaha untuk mencapai tujuan pembelajarn IPS yang diharapkan. Masalah ini harus dicari solusinya agar siswa termotivasi untuk belajar dan menyukai mata pelajaran IPS,

(4)

Jurnal Edukasi Saintifik, Vol. 2 No. 1 | 38 sehingga pada akhirnya dapat tercapai nilai tuntas, baik klasikal maupun individual. Untuk itu diperlukan suatu metode pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa dalam memahami peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi, serta terciptanya pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Oleh karena itu dalam penelitian ini, penulis menggunakan langkah penggunaan media VCD dan penerapan metode kerja kelompok, untuk mengatasi permasalahan di atas dalam pelaksanaannya akan diselingi dengan penyampaian materi pelajaran dengan menggunakan media VCD.

Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan dalam penelitian tindakan kelas dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah melalui metode kerja kelompok dengan penggunaan media pembelajaran VCD pada mata pelajaran IPS Sejarah Materi Kehidupan Indonesia pada masa kemerdekaan (1945-1950) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IX-6 Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019 MTs Negeri Barru?”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran kerja kelompok dengan media pembelajaran VCD dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS Sejarah Materi Kehidupan Masyarakat Masa Pra-aksara di Indonesia pada siswa kelas IX-6 Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019 MTs Negeri Barru.

Partisipasi Aktif Siswa

Menurut Tjokrowinoto partisipasi adalah penyertaan mental dan emosi seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan daya berfikir dan perasaan mereka bagi terciptanya tujuan-tujuan, bersama bertanggungjawab terhadap tujuan tersebut. Menurut Davis partisipasi dimaksudkan sebagai keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya (Suryobroto, 1997:278-279). George Terry dalam Winardi menyatakan bahwa partisipasi adalah turut sertanya seseorang baik secara mental maupun emosional untuk memberikan sumbangan- sumbangan pada proses pembuatan keputusan, terutama mengenai persoalan dimana keterlibatan pribadi orang yang bersangkutan melaksanakan tanggung jawabnya untuk melakukan hal tersebut (Winardi, 2002 : 149).

Menurut Sudjana dalam Hayati (2001 : 16) partisipasi siswa di dalam pembelajaran merupakan salah satu bentuk keterlibatan mental dan emosional. Disamping itu, partisipasi merupakan salah satu bentuk tingkah laku yang ditentukan oleh lima faktor, antara lain:

1) Pengetahuan/kognitif berupa pengetahuan tentang tema, fakta, aturan dan ketrampilan.

2) Kondisi situasional seperti lingkungan fisik, lingkungan sosial dan faktor-faktor sosial.

3) Kebiasaan sosial seperti kebiasaan menetap dan lingkungan.

4) Kebutuhan meliputi kebutuhan Approach (mendekatkan diri), Avoid(menghindari) dan kebutuhan individual.

5) Sikap meliputi pandangan/perasaan, kesediaan bereaksi, interaksi sosial, minat dan perhatian.

(5)

Jurnal Edukasi Saintifik, Vol. 2 No. 1 | 39 Hasil Belajar Sejarah

Hasil yaitu sesuatu yang diadakan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1996:343). Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan (Ali, 2008:14). Belajar merupakan suatu proses, dan bukan hasil yang hendak dicapai semata(Hamalik, 2009:106). Kata belajar menurut Sadiman (2002:2) adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup dan berlangsung sejak bayi sampai keliang lahat nanti. Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari proses perubahan kehidupan manusia (Kuntowijoyo, 1995 :2).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh beberapa perubahan tingkah laku yang relatif tetap sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dengan lingkungannya. Hasil belajar merupakan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Catharina, 2006:5). Jadi, hasil belajar sejarah adalah sesuatu yang diadakan melalui suatu peoses, usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku berdasarkan nilai-nilai sosial.

IPS Sejarah

IPS adalah salah satu mata pelajaran yang ada di SMP/MTs terdiri dari materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan ekonomi. Bahan kajian sejarah meliputi perkembangan dan proses perubahan masyarakat Indonesia dan dunia sejak masa lalu hingga masa kini.

Tim Penyusun Depdiknas (2003:1) memberikan pengertian tentang IPS sebagai berikut.

Pengetahuan Sosial merupakan seperangkat fakta, peristiwa, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia untuk membangun dirinya, masyarakatnya, bangsanya, dan lingkungannya berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan datang.

Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari proses perubahan kehidupan manusia (Kuntowijoyo, 1995 :2). IPS Sejarah adalah suatu mata pelajaran yang menanamkan nilai-nilai sosial.

Pengertian Metode Pembelajaran

Sudjana (1991:76) mengatakan bahwa metode mengajar ialah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Metode mengajar merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam kegiatan pembelajaran.

Metode mengajar merupakan cara atau teknik yang digunakan guru dalam melakukan interaksi dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung (Winatasaputra, 2004 : 4.4).

Metode mengajar merupakan salah satu alat untuk mencapai pembelajaran. Dalam prosesnya guru perlu menggunakan metode mengajar secara variasi untuk mencapai pembelajaran yang sudah direncanakan sebelumnya. Proses belajar mengajar yang baik, hendakanya menggunakan beberapa jenis metode mengajar saling bahu-membahu satu sama lain (Sudjana, 1991:76). Untuk itu peneliti menggunakan beberapa metode untuk menunjang metode Kerja Kelompok yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar.

(6)

Jurnal Edukasi Saintifik, Vol. 2 No. 1 | 40 Manfaat Media

Secara umum manfaat media pembelajaran adalah mempelancar interaksi anatara guru dengan siswa sehingga pembelajaran lebih afektif dan efisien. Secara khusus menurut Kemp dan Dayton dalam Arsito Rahadi (2003: 15) manfaat media yaitu (1) penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan, (2) proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, (3) proses pembelajaran menadi lebih interatif, (4) efisiensi dalam waktu dan tenaga, (5) meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, (6) media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapanpun saja, (7) media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar, (8) Mengubah peran guru kearah yang lebih positif dan produktif.

Oleh sebab itu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat Bantu mengajar, yakni menunjang penggunaan metode mengajar yang digunakan guru (Sudjana, 2007: 7).

Media VCD Pembelajaran

Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari ‘medium’

yang secara harfiah berarti perantara atau penganta(Rohadi, 2003 : 9). Media audio visual yang digunakan dalam penelitian ini berupa Video Compact Disk (VCD) adalah format digital standard untuk menyimpan gambar video dalam suatu cakram padat (http:id.wikipedia.org/wiki/VCD).

Media VCD merupakan panduan antara media suara (audio) dan media gambar (visual) yang dapat membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaranMedia ini mampu menggugah perasaan dan pikiran siswa, memudahkan pemahaman materi dan menarik minat siswa untuk belajar. Menurut Hastuti dalam Ahmad (2009:16) media VCD mempunyai dua perangkat lunak (Software) dan perangkat keras (hardware), Adapun perangkat keras VCD adalah player atas alat yang memproses perangkat lunak dalam tampilan gambar kemudian gambar tersebut ditampilkan melalui televisi sedangkan, perangkat lunaknya adalah berupa bagian disc.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang dilaksanakan ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yaitu penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktek pembelajaran di kelas. Suharsimi Arikunto (2008:3) menjelaskan “Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”. PTK terdiri atas rangkaian kegiatan berupa perencanaan (plan), pelaksanaan tindakan (act), pengamatan (observe), refleksi (reflect). PTK termasuk ke dalam penelitian kualitatif. Penelitian tindakan yang diawali dengan suatu masalah yang ada di dalam kelas, kemudian dilakukan perbaikan terus menerus hingga tercapainya sasaran dari penelitian tersebut.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MTs Negeri Barru. Sekolah ini merupakan tempat penulis mengabdikan diri sebagai guru mata pelajaran IPS Terpadu. MTs Negeri Barru ber alamat di jalan AA Bau Massepe nomor 106, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru, Kota Kabupaten Barru.

(7)

Jurnal Edukasi Saintifik, Vol. 2 No. 1 | 41 Penelitian tindakan kelas dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019. Proses penelitian diawali dengan permohonan izin kepada kepala sekolah MTs Negeri Barru pada tanggal 09 Januari 2019.

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IX-6 Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 26 orang siswa terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.

Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) ini merupakan penelitian yang dilakukan secara langsung oleh peneliti. Dalam penelitian ini tindakan yang direncanakan yaitu untuk mengetahui kemampuan siswa kelas IX-6 MTs Negeri Barru setelah penerapan model pembelajaran dengan metode kerja kelompok dan media VCD, apakah hasil belajar dan motivasi mereka akan mengalami peningkatan.

Penelitian ini menggunakan model action research spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc.Taggart. Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa siklus, yang setiap siklusnya meliputi tahapan perencanaan (planning), pelaksanaan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection).

Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 160), instrumen penelitian adalah suatu alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah. Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian, digunakan adalah Lembar Pengamatan Kegiatan Siswa dan Soal Tes

Metode pengumpulan data merupakan cara memperoleh data. Data adalah hasil pencatatan peneliti baik yang berupa fakta maupun angka (Arikunto 2006: 149).

Pengumpulan data dapat dialkukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara (Sugiyono, 2008:137).

Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode Teknik Analisis Data

a. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Data proses pembelajaran yang terdapat pada lembar observasi pelaksanaan pembelajaran dianalisis secara deskriptif untuk tiap siklus. Penilaian dapat dilihat dari hasil skor pada lembar observasi yang digunakan.

b. Tes Hasil Belajar

Menurut Nurkancana (1990:3) DP_Mastura untuk menetapkan tingkat penguasaan materi pembelajaran, maka digunakan kriteria yang digolongkan dalam skala lima, yaitu :

 Penguasaan 90% sampai 100% dikategorikan “sangat tinggi”.

 Penguasaan 80% sampai 89% dikategorikan “tinggi”.

 Penguasaan 65% sampai 79% dikategorikan “sedang”.

 Penguasaan 55% sampai 64% dikategorikan “rendah”.

 Penguasaan 0% sampai 54% dikategorikan “sangat rendah”.

Berdasarkan pengkategorian di atas, selanjutnya di konversikan kedalam skor hasil belajar dengan skor maksimal ideal 100.

 Skor 90 100 dikategorikan sangat tinggi

 Skor 80 89 dikategorikan tinggi

(8)

Jurnal Edukasi Saintifik, Vol. 2 No. 1 | 42

 Skor 65 79 dikategorikan sedang

 Skor 55 64 dikategorikan rendah

 Skor 0 55 dikategorikan sangat rendah

Dengan persentase tingkat ketuntasan adalah sebagai berikut:

 0% - 75% dikategorikan tidak tuntas.

 77% - 100% dikategorikan tuntas.

Untuk memudahkan dan memeroleh data akurat, data yang terkumpul akan diolah melalui bantuan aplikasi olah data SPSS 16 for Windows.

Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan kinerja penelitian peningkatan aktivitas dan prestasi belajar IPS Sejarah dengan penggunaan model pembelajaran dengan metode kerja kelompok dan media VCD Pembelajaran pada siswa kelas IX-6 MTS Negeri Barru ditentukan oleh:

1. Persentase keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dengan lebih dari atau sama dengan 15 siswa menunjukkan aktivitas sesuai dengan pembelajaran dan skor yang diperoleh siswa minimal 75 atau dalam kategori baik.

2. Tes hasil belajar pada akhir siklus

Lebih dari 85% siswa memperoleh nilai tes hasil belajar atau nilai ulangan harian ≥ 75.

3. Meningkatnya hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II yang diperoleh melalui analisis rata-rata tes hasil belajar siswa siklus I dan siklus II.

Hasil Penelitian

1. Deskripsi Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa

Dalam melakukan observasi penulis menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Aspek yang diamati yaitu aktivitas belajar siswa. Hasil observasi pada partisipasi aktif siswa dilihat dari hasil pengamatan yang di amati dalam setiap aspeknya, yang terdapat pada indikator sebagai berikut:

a. Siswa aktif berperan serta dalam kegiatan pembelajaran di kelas selama proses pembelajaran.

b. Melakukan diskusi dalam kelompok belajar.

c. Mengajukan dan menjawab pertanyaan dengan baik pada waktu diskusi kelompok.

d. Mengerjakan soal-soal kelompok dengan baik.

e. Mau bekerjasama dalam kelompok.

Berdasarkan indikator-indikator pada pertemuan pertama Siklus I, hari Rabu 2 Januari 2019 ini siswa yang hadir sebanyak 26 siswa. Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat disimpulkan bahwa skor partisipasi yang diperoleh masing-masing siswa siklus I menunjukkan bahwa dari 21 siswa, 13 siswa (69,23%) belum berhasil dalam pencapaian kriteria dalam partisipasi, belum dapat dikatakan melakukan aktivitas belajar karena skor yang diperoleh kurang dari 75. Sedangkan siswa yang berhasil melakukan aktivitas hanya 8 siswa (30,77%). Jadi pada pertemuan pertama ini partisipasi aktif siswa belum dikatakan meningkat karena belum sesuai dengan kriteria keberhasilan yang dicapai, dimana kriteria tersebut minimal 15 siswa yang melakukan aktivitas dengan mendapatkan skor minimal 75.

(9)

Jurnal Edukasi Saintifik, Vol. 2 No. 1 | 43 Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari jum’at tanggal 4 januari 2019 dengan penerapan pendekatan penggunaan model pembelajaran dengan metode kerja kelompok dan media VCD. diketahui bahwa pada pertemuan II Siklus I aktivitas belajar siswa sudah mulai mengalami peningkatan setelah penerapan pendekatan penggunaan model pembelajaran dengan metode kerja kelompok dan media VCD. Pencapaian kriteria keaktivan siswa dalam belajar diketahui bahwa siswa yang berhasil dalam melakukan aktivitas belajar mencapai 53,85% atau terdapat 13 siswa. Sedangkan siswa yang belum berhasil melakukan aktifitas pembelajaran sebanyak 6 siswa (46,15%). Dengan demikian telah terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa pada pertemuan kedua namun belum memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan, dimana kriteria tersebut minimal 15 siswa yang melakukan aktivitas dengan mendapatkan skor minimal 75.

2. Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa Siklus II

Pelaksanaan pembelajaran pertemuan I Siklus II dilaksanakan pada hari jum’at, 25 Januari 2019 melalui penerapan model pembelajaran dengan metode kerja kelompok dan media VCD. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran Siklus II pada dasarnya sama dengan Siklus I. Kekurangan-kekurangan yang dilakukan pada Siklsu I akan diperbaiki pada Siklus II dengan harapan agar keatifan dan hasil belajar siswa dapat lebih baik dan mengalami peningkatan. Frekuensi dan persentase aktivitas belajar siswa pertemuan pertama Siklus II setelah diterapkan model pembelajaran dengan metode kerja kelompok dan media VCD yaitu terdapat 5 siswa (19,23%) dalam kategori kurang, 7 siswa (26,92%) berada pada kategori sedang, 11 siswa (42,31%) berada dalam kategori baik, dan sebanyak 3 siswa (11,54%) dalam kategori sangat baik. Dengan demikian berdasarkan data tersebut diperoleh keterangan bahwa dari 26 siswa kelas IX-6 , 12 siswa (46,15%) belum berhasil dalam pencapaian kriteria dalam partisipasi aktivitas belajar. Sedangkan 14 siswa (53,85%) berhasil melakukan aktivitas.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan I siklus II partisipasi aktif siswa belum dikatakan berhasil meskipun mengalami peningkatan aktivitas pembelajaran dari pertemuan sebelumnya karena belum sesuai dengan kriteria keberhasilan yang hendak dicapai, dimana kriteria tersebut minimal 15 siswa yang melakukan aktivitas dengan mendapatkan skor minimal 75.

Selanjutnya, hasil observasi aktivitas belajar siswa pertemuan II Siklus II pada hari Rabu, 30 Januari 2019 frekuensi dan persentase aktivitas belajar siswa pertemuan kedua Siklus II setelah diterapkan model pembelajaran dengan metode kerja kelompok dan media VCD yaitu 2 siswa (7,69%) dalam kategori kurang, 5 siswa (19,23%) dalam kategori sedang, 10 siswa (38,46%) berada dalam kategori baik, dan 9 siswa (36,62%) dalam kategori sangat baik. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa dari 26 siswa, 7 siswa (26,92%) belum berhasil dalam pencapaian kriteria dalam partisipasi aktivitas belajar. Sedangkan 19 siswa (73.08%) berhasil melakukan aktivitas pembelajaran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan II siklus II partisipasi aktif siswa dapat dikatakan berhasil mengalami peningkatan aktivitas pembelajaran dari pertemuan sebelumnya karena sudah sesuai dengan kriteria keberhasilan yang hendak dicapai, dimana kriteria tersebut terdapat 19 siswa (>15 siswa) yang melakukan aktivitas dengan mendapatkan skor minimal 75.

(10)

Jurnal Edukasi Saintifik, Vol. 2 No. 1 | 44 3. Deskripsi Hasil Belajar Siswa

Data yang diperoleh dari tes hasil belajar pada setiap akhir siklus untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS Sejarah siswa setelah penerapan pendekatan penggunaan model pembelajaran dengan metode kerja kelompok dan media VCD.

Deskripsi hasil belajar siswa akan dipaparkan sebagai berikut:

a. Tes Hasil Belajar Siklus I

Apabila hasil belajar siswa dikelompokkan dalam lima kategori menurut Nurkancana, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase hasil belajar siswa sebagaimana disajikan frekuensi dan persentase skor hasil belajar siswa setelah diberikan tindakan pembelajaran melalui model pembelajaran dengan metode kerja kelompok dan media VCD siklus I diketahui bahwa siswa yang masuk kategori hasil belajar sangat tinggi sebanyak 1 orang (3,85%), kategori sedang dicapai oleh 10 orang siswa (38,46), rendah 50,00% atau sebanyak 13 siswa dan kategori sangat rendah diperoleh sebanyak 2 orang siswa (7,69%). Berdasarkan analisis data diketahui bahwa tidak ada siswa yang memperoleh nilai dalam kategori tinggi.

Jika skor rata-rata hasil belajar siswa pada Tabel 4.2 berdasarkan kategorisasi hasil belajar sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya, maka skor rata-rata siswa berada dalam kategori “rendah”.

b. Tes Hasil Belajar Siklus II

Pelaksanaan tes hasil belajar Siklus II diberikan setelah penyajian materi pembelajaran.

Analisis statistik deskriptif hasil belajar IPS Sejarah siswa berdasarkan hasil tes pada siklus I dapat dilihat bahwa skor tertinggi yang dicapai siswa yaitu 100 dari skor ideal yang mungkin dicapai adalah 100. Skor terendah 64 dengan rentang skor sebesar 36. Rata-rata skor hasil belajar siswa siklus II mencapai 85,08 dimana diketahui bahwa nilai modus atau nilai yang sering muncul sebesar 84 dan median atau nilai tengah data berada pada angka 84. Standar deviasi perolehan hasil belajar siswa Siklus II mencapai 9,68.

Apabila hasil belajar siswa dikelompokkan dalam lima kategori maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase hasil belajar bahwa frekuensi dan persentase skor hasil belajar siswa setelah diberikan tindakan pembelajaran melalui model pembelajaran dengan metode kerja kelompok dan media VCD siklus II diketahui bahwa siswa yang masuk kategori hasil belajar sangat tinggi sebanyak 6 orang (23,08%), kategori tinggi dicapai oleh 4 orang siswa (15,38%), kategori sedang sebanyak 13 siswa (50,00%), capaian nilai siswa pada kategori rendah sebanyak 3 orang (11,54%), dan tidak ada nilai yang dicapai capai siswa dalam kategori sangat rendah.

Jika skor rata-rata hasil belajar siswa pada Tabel 4.5 berdasarkan pengkategorian hasil belajar siswa maka skor rata-rata siswa berada dalam kategori “sedang”.

Selanjutnya hasil persentase ketuntasan belajar siswa disajikan bahwa dari 26 siswa kelas IX-6 dinyatakan tuntas belajar sebanyak 23 orang siswa (88,46%) dan siswa yang belum tuntas masih ada 3 orang siswa (11,54%). Berdasarkan persentase hasil ketuntasan belajar siswa tersebut setelah penerapan pembelajaran melalui model pembelajaran dengan metode kerja kelompok dan media VCD Siklus II menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa telah memenuhi ketuntasan secara klasikal.

4. Refleksi Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran a. Refleksi Siklus I

(11)

Jurnal Edukasi Saintifik, Vol. 2 No. 1 | 45 Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan selama 2 kali pertemuan proses pembelajaran dan 1 kali pertemuan pemberian tes hasil belajar. Pertemuan pertama Siklus I dilaksanakan pada Rabu,16 Januari 2019, pertemuan ke kedua di hari Jum’at, 18 Januari 2019, dan tes hasil belajar dilaksanakan pada hari Rabu,23 Januari 2019.

Pada pelaksanaan siklus I kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

Guru menyiapkan rencana pembelajaran dan mengkondisikan siswa agar selalu siap mengikuti kegiatan pembelajaran serta menjelaskan kepada siswa tentang semua tujuan dan materi pembelajaran yang ingin dicapai, kemudian guru memberikan apersepsi dengan cara menampilkan peta konsep dan menghubungkan materi pada pertemuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. Pembahasan Indonesia Pada masa Kemerdekaan (1945 – 1950).

Berdasarkan lembar pengamatan untuk mengetahui partisipasi aktif siswa pada siklus I. Partisipasi aktif yang telah di peroleh dalam proses pembelajaran di siklus I belum mengalami peningkatan karena jumlah siswa yang masuk dalam kriteria keberhasilan dalam melakukan aktivitas belum memenuhi kriteria keberhasilan aktivitas belajar yang hendak dicapai yaitu minimal 15 siswa berpartisifasi aktif dalam pembelajaran dan skor yang diperoleh minimal 75.

Berdasarkan hasil refleksi tersebut, maka perlu adanya siklus lanjutan untuk memperbaiki pembelajaran dengan menggunakan penerapan pendekatan penggunaan model pembelajaran dengan metode kerja kelompok dan media VCD. Belum tercapainya target tindakan pada pelaksanaan siklus I maka penelitian dilanjutkan pada siklus II.

Untuk hasil belajar IPS Sejarah siswa yang dinilai melalui tes pada akhir siklus I menunjukkan bahwa sebagian kecil siswa telah mencapai ketuntasan belajar yaitu sebanyak 10 siswa (38,46%), sehingga kriteria ketuntasan secara klasikal belum tercapai.

Ketidaktercapaian tersebut disebabkan karena terdapat beberapa siswa yang tidak berperan aktif dalam mengerjakan tugas atau dalam kegiatan aktivitas kelompok belajar, sehingga berdampak pada penguasaan siswa terhadap materi yang belum maksimal.

b. Refleksi Siklus II

Pelaksanaan peniltian Siklus II merupakan pengulangan langkah-langkah pada Siklus I untuk memperbaiki kekurangan dan kelemahan yang ditemuakan pada Siklus I.

Pelaksanaan pembelajaran pada Siklus II dilaksanakan selama 2 kali pertemuan proses pembelajaran dan 1 kali pertemuan pemberian tes hasil belajar. Pertemuan pertama Siklus II dilaksanakan pada hari Jum’at.25 Januari 2019, pertemuan ke dua hari Rabu, 30 Januari 2019, dan tes hasil belajar dilaksanakan pada hari Jum’at ,01 Pebruari 2019.

Dari hasil penelitian pada tahap awal masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Sehingga guru merasa perlu mengadakan pengulangan materi pada siklus II Pada pelaksanaan siklus II kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

Guru menyiapkan rencana pembelajaran dan mengkondisikan siswa agar selalu siap mengikuti kegiatan pembelajaran serta menjelaskan kepada siswa tentang semua tujuan dan materi pembelajaran yang ingin dicapai, kemudian guru memberikan apersepsi dengan cara menampilkan peta konsep dan menghubungkan materi pada pertemuan sebelumnya dengan

(12)

Jurnal Edukasi Saintifik, Vol. 2 No. 1 | 46 materi yang dipelajari penyampaian ini berlangsung selama ± 10 menit. Pokok bahasan pada siklus II adalah zaman Pra aksara di Indonesia.

Pengulangan materi dikarenakan dari hasil pembelajaran sebelumnya nilai ketuntasan yang diperoleh belum memuaskan hal tersebut dimungkinkan siswa belum menguasai materi yang disampaikan oleh guru, karena metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar tidak menarik perhatian dan kurang antusias sehingga siswa kurang menerima materi yang disampaikan oleh guru. Di samping itu siswa kurang memahami materi Indonesia masa kemerdekaan karena materi ini bersifat hafalan. Kesulitan yang dihadapi adalah pada teknik menghafal.

Pada kegiatan belajar mengajar Siklus II guru berusaha meningkatkan Proses Belajar Mengajar dengan menggunakan media VCD dengan metode kerja kelompok. Setelah dilaksanakan dengan menggunakan media VCD dengan metode kerja kelompok dan hanya memberi poin-poin materi, siswa dilatih untuk memahami lebih dalam dengan membaca materi pada buku yang di sediakan guru. Setelah anak memahami ± 15 menit, Suasana kelas lebih hidup dibanding pada tahap awal dimana guru hanya menggunakan metode ceramah.

Selesai diskusi guru menyimpulkan materi yang telah dibahas bersama sebagai hasil kerja kelompok.

Dalam pengulangan siklus II ini siswa terlihat lebih siap dan lebih serius dalam melakukan pengulangan. Setelah pengulangan, kemudian guru memberikan evaluasi kepada siswa, dimana pemberian evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi. Soal evaluasi terdiri dari 5 soal essay.

Hasil belajar siswa pada siklus II diperoleh setelah siswa mengerjakan evaluasi siklus II.

Nilai rata-rata hasil evaluasi siklus II sebesar 85,08 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 64. Siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 sebanyak 23 siswa (88,46%). Dengan demikian indikator pada siklus II telah tercapai sehingga tidak dilaksanakan siklus lanjutan.

Setelah diberikan soal tes evaluasi siklus II, penulis melakukan tanya jawab/wawancara dengan beberapa siswa kelas IX-6 saat di luar jam pelajaran. Wawancara ini digunakan untuk mengetahui pendapat dan penilaian siswa terhadap model pembelajaran menggunakan media VCD dengan metode kerja kelompok secara lisan. Berdasarkan hasil wawancara, kebanyakan siswa merasa senang terhadap model pembelajaran menggunakan media VCD dengan metode kerja kelompok Para siswa mengaku lebih antusias mengikuti pelajaran sejarah dikarenakan dengan media VCD pelajaran yang sebelumnya monoton dirasakan lebih hidup.

Pembahasan hasil penelitian didasarkan pada hasil pengamatan yang dilakukan, disertai refleksi di setiap akhir siklus. Kegiatan pembelajaran IPS Sejarah yang dilakukan menggunakan media VCD dengan metode kerja kelompok telah menghasilkan berbagai macam data, dari hasil observasi, dan hasil tes belajr.

Hasil belajar siswa dari siklus I sampai siklus II diperoleh dari aspek kognitif. Nilai kognitif dperoleh melalui evaluasi atau tes yang dilakukan oleh penulis yang pada akhir pembelajaran menggunakan media VCD dengan metode kerja kelompok.

Hasil belajar kognitif diperoleh dari nilai tes atau evaluasi di setiap akhir pembelajaran atau siklus, sehingga diperoleh dua nilai kognitif yaitu hasil tes belajar siklus I, dan hasil tes belajar siklus II. Soal yang diberikan pada siswa pada siklus I sebanyak 5 soal

(13)

Jurnal Edukasi Saintifik, Vol. 2 No. 1 | 47 essay dan pada siklus II sebanyak 5 soal essay yang dikerjakan secara individu, selain 5 soal urain diberikan juga tugas kelompok pada siklus I dan siklus II sebanyak 5 soal untuk mengukur keberhasilan metode kerja kelompok dengan menggunakan media VCD sehingga memperoleh nilai hasil belajar sesuai dengan nilai ketuntasan belajar (KKM). Dengan kata lain seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila nilai hasil belajar siswa tersebut ≥ 75.

Gambaran umum dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat terlihat bahwa pemahaman materi dan hasil belajar serta aktivitas siswa mengalami peningkatan di setiap siklusnya. Nilai rata-rata kognitif siswa mengalami peningkatan secara siginifikan dari siklus I ke siklus II.

Siklus I dengan nilai rata-rata kognitif 68,31 dengan ketuntasan klasikal 38,46% kemudian meningkat pada siklus II yaitu nilai rata-rata kognitif 85,08 dengan ketuntasan klasikal 88,46%. Kenaikan nilai rata-rata.

Berdasarkan data tersebut maka ketuntasan klasikal sudah tercapai. Bberdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran Siklus I, umumnya siswa masih kurang aktif atau dengan kata lain nilai kualitatifnya kurang, Hal tersebut disebabkan kurangnya interaksi belajar mengajar antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa dalam kelompok.

Kurangnya interaksi belajar mengajar siswa terlihat dari saat penyelesaian tugas kelompok dimana hanya beberapa siswa saja yang bekerja. Menurut Suprayekti (2003:9) Interaksi belajar mengajar merupakan suatu pendekatan khusus yang diupayakan guru untuk mengaktualisasikan proses belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai secara efektif dan efisien. Karena alasan diatas maka perlu dilakukan tindakan berikutnya yaitu melanjutkan tindakan pada siklus II.

Peningkatan hasil belajar siswa pada siklus II disebabkan oleh adanya keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa ketuntasan belajar sudah tercapai pada siklus II. Disamping itu, keaktifan siswa pada siklus II juga benar-benar terlihat karena semua kelompok sudah ikut berpartisipasi dalam diskusi, dan juga hampir semua anggota kelompok dapat memainkan perannya masing- masing sehingga kekompakan didalam kelompok terlihat jelas. Pada akhir siklus II, penulis mengadakan wawancara dengan beberapa orang siswa. Berdasarkan hasil wawancara, siswa merasa senang menggunakan media VCD dengan metode kerja kelompok.

Pencapaian hasil belajar pada siklus II tidak terlepas dari peran guru/penulis dalam proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus II penulis telah melakukan perbaikan-perbaikan dalam kegiatan belajar mengajar. Dari siklus yang telah dilakukan, penerapan model pembelajaran menggunakan media VCD dengan metode kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Pengamatan penulis terhadap proses pembelajaran dari siklus I sampai siklus II dilakukan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi selama proses pembelajaran.

Sesuai dengan data yang diperoleh dalam pengamatan Siklus I terjadi peningkatan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan data yang diperoleh dalam pengamatan siklus I terjadi perubahan metode dalam menyampaikan materi dengan adanya pembagian kelompok dalam proses belajar. Penjelasan awal guru, proses pengarahan dan pembimbingan guru, pengulangan materi berjalan serta evaluasi siklus I berjalan dengan baik. Disini siswa terlihat sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran dengan metode kerja kelompok. Akan tetapi

(14)

Jurnal Edukasi Saintifik, Vol. 2 No. 1 | 48 untuk hasil kerja kelompok dibuat kurang memuaskan dikarenakan kurangnya perhatian siswa terhadap materi.

Proses belajar pada siklus I guru merasa kurang puas dengan hasil yang diperoleh maka pada siklus II guru menggunakan medi VCD dengan metode kerja kelompok dalam proses belajar. Penjelasan awal guru, prosess pengarahan dan bimbingan guru, pengulangan materi berjalan serta evaluasi siklus II berjalan dengan baik. Disini siswa terlihat sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran dengan metode kerja kelompok. Kekompakan guru dan siswa terlihat diakarenakan antusian siswa dalam mengerjakan tugas kerja kelompok sehingga materi yang diajarkanpun dicerna baik oleh para siswa.

Data tentang penilaian siswa terhadap model pembelajaran sejarah menggunakan media VCD dengan metode kerja kelompok didapatkan dari wawancara dengan beberapa siswa pada akhir kegiatan penelitian. Melalui wawancara ini penulis dapat mengetahui sejauh mana penilaian dan ketertarikan siswa terhadap media dan metode pembelajaran yang diterapkan selama pembelajaran.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilaksanakan ada beberapa hal yang perlu disimpulkan bahwa hasil belajar IPS Sejarah siswa kelas IX-6 MTs Negeri Barru Kabupaten Barru materi Indonesia Masa Kemerdekaan (1945-1950) setelah menggunakan media VCD dan metode kerja kelompok menunjukkan hasil yang cukup baik dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Nilai rata-rata hasil belajar siswa Siklus I sebesar 68,31% dengan ketuntasan klasikal mencapai 38,46% kemudian meningkat pada siklus II yaitu nilai rata-rata kognitif 85,08%

dengan ketuntasan klasikal 88,46%.

Daftar Pustaka

Ahmad, Saif Fajri. 2009. Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Sejarah Menggunakan Model Pembelajaran Think Talk Write dengan Media VCD Pembelajaran pada Siswa Kelas IX A MTs Nurul Huda Sumowono Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009 – 2010.

Skripsi. Tidak diterbitkan. Semarang: Fakultas Ilmu Sosial.

Ali, Muhammad. 2008. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Arif, Sardiman dkk. 2008. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta : Rajawali Press.

Arikunto, Suharsimi, dkk, 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Catharina, 2006. Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa pada Pokok Bahasan Pengerjaan Hitung Campuran Melalui Model Pembelajaran Semester 1 SDN Perumas Krapyak 2006. Skripsi Tidak diterbitkan. UNES. 2006

Darmawan Dwi Agung, 2006. Metode Pembelajaran dan Penerapannya di Kelas. Bandung:

Rosdakarya.

Departemen pendidikan dan kebudayaan. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka.

(15)

Jurnal Edukasi Saintifik, Vol. 2 No. 1 | 49 Fakultas Ilmu Sosial. 2008. Panduan, Bimbingan, Penyusunan, Pelaksanaan Ujian, dan

Penelitian Skripsi Mahasiswa. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Hamalik, Oemar. 2009. Dasar–Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rusdakarya.

Hayati. 2001. Penggunaan Gambar Cetak dalam Pembelajaran IP{S Terpadu Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IXI Semester II Di SMP Negeri 8 Semarang Tahun Pelajaran 208 – 2009. Skripsi. Tidak diterbitkan Semarang: Fakultas Ilmu Sosial.

Kuntowijoyo, 1995. Menuju Pendidikan Bermutu. Bumi Aksara.

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rusdakarya.

Munadi Yudi. 2010. Media Pembelajaran. Pustaka Iilmu: Jakarta.

N. K, Rostiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Asdi Mahasatya.

Nurkancana. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Nurman Arif, Miftakhul. 2007. Efektifitas Penggunaan VCD dan Gambar Cetak dalam Pembelajaran Geografi Terhadap Hasil Belajar Siswa Pokok Bahasan Kondisi fisik Wilayah Indonesia pada Kelas IXI Semester II Di SMP Negeri 5 Semarang Tahun Pelajaran 2007 – 2008. Skripsi tidak diterbitkan, Semarang : Fakultas Ilmu Sosial.

Rahadi, Arsita. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kerja.

Sardiman, 2002. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudaryo, dkk. 1991. Strategi Belajar Mengajar 1. Semarang: Tim Pengadaan Buku Pelajaran IKIP Semarang.

Sudjana, Nana. 1991. Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sudjana, Nana dan Ahmad Rifai, 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kerja.

Suprayekti. 2003. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kerja.

Suryobroto, 1997. Pengelolaan Kelas. Bandung: PT Remaja Rusdakarya.

Wibawa, Basuki, 2003. Penelitian Tindakan kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kerja.

Wikipedia, VCD. http:id.wikipedia.org/wiki/VCD.8 Pebruari 2016.

Winatasaputra, 2004. Penerapan Strategi Pembelajarn Kreatif Produktif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Kelas IXI.B MTs Diniyah Putri Pekan Baru Pada Pokok Bahasan Garis-Garis Pada Segitiga. Skripsi. tidak diterbitkan. UNES.

Winardi, 2002. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rusdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Menetapkan Behan Togas Dosen Semester Ganjil Tahun Akademik 2022/2023 Dilingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Andalas Biaya yang timbul akibat dikeluarkannya surat

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukan bahwa hasil evaluasi belajar siswa dalam pembelajaran fiqih mengalami peningkatan, hasil belajar pada pra siklus siswa kelas 1