Terkait dengan penelitian ini, keberadaan Salafi di Lombok secara geografis diklasifikasikan menjadi Salafi perkotaan dan Salafi desa. Oleh karena itu, artikel ini fokus pada penyebab resistensi penduduk asli desa terhadap salafi desa di Lombok, Nusa Tenggara Barat, penyebab toleransi penduduk asli perkotaan terhadap salafi perkotaan di Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat, dan model penanganan konflik berbasis multikultural. kompetensi dan implikasinya terhadap elite agama di masyarakat Lombok pada umumnya. Salah satu rutinitas pemuka agama seperti guru di Lombok adalah ceramah atau pengajian.
Konflik yang berujung konflik antara kelompok Salafi dan pribumi di Lombok dapat diminimalisir dengan menjadikan kompetensi multikultural sebagai salah satu upaya pengelolaan konflik.
THE QUEST OF THE ISLAMIC ARCHIPELAGO INHERITANCE THROUGH THE JAVANESE
LIVING FOLKLORE
Ruwatan is the Javanese traditional ceremonial performed to free the life of the sukerta from the threat of Bathara Kala (Rassers, 1982: 46). Bathara Guru also reminded Bathara Kala to kill the sukertas by using bedhama maesan (a tool given by Bathara Guru) before eating them. Bathara Narada suggested to Bathara Guru to ask Bathara Wisnu to avoid Bathara Kala's attempt to kill and eat the sukertas by performing a shadow play.
In short, it can be said that Bathara Kala appears because Bathara Guru fails to control his desire.
BLANGKON HITAM
IDENTITAS GERAKAN PADEPOKAN DAKWAH SUNAN KALIJAGA DALAM MASYARAKAT
MUSLIM PERKOTAAN
Pertama, masyarakat Padasuka memakai atribut yang menonjolkan warna serba hitam dan laki-laki memakai blangkon. Sosok Eko Bando (Ketua Komunitas Padasuka) dijadikan sebagai responden penelitian karena ia mengenal komunitas Padasuka sejak awal. Dengan demikian penulis mempunyai cara untuk mengetahui pola hubungan dan hubungan antara Kiai Syarif dengan anggota komunitas Padasuka, aktivitas komunitas Padasuka dan pandangan para anggotanya.
Responden dalam hal ini adalah Kiai Syarif beserta pengurus dan anggota komunitas Padasuka yang dipilih penulis melalui purposive sampling. Penggambaran sosok Kiai Syarif ini memberi kita informasi mengapa ia mendapat kedudukan istimewa di masyarakat Padasuka. Beliau mempunyai modal budaya, sosial, dan spiritual yang begitu kuat sehingga masyarakat Padasuka tidak bisa lepas dari sosok Kiai Syarifa.
Menurut Eko, hal ini dikarenakan komunitas Padasuka dilandasi oleh semangat dan semangat yang sama dalam bergerak. Namun dalam praktiknya, Eko merupakan ketua komunitas Padasuka yang ditunjuk langsung oleh Kiai Syarif. Secara struktur ruang sosial budaya masyarakat tempat tumbuh dan berkembangnya masyarakat Padasuka terlihat cukup menarik.
Masyarakat Padasuka meyakini nasionalisme ibarat cerita dalam Alquran tentang seorang nenek yang memintal benang. Dengan demikian, identitas yang digunakan masyarakat Padasuka merupakan bentuk reproduksi budaya lokal dalam menghadapi globalisasi budaya dan Arabisme yang semakin marak di masyarakat.
INTEGRASI AGAMA DAN BUDAYA
KAJIAN TENTANG TRADISI MAULOD DALAM MASYARAKAT ACEH
Bentuk konkrit adat dan budaya dalam kehidupan masyarakat Aceh diterapkan tidak hanya dalam bidang sosial, ekonomi, dan politik, tetapi juga dalam bidang hukum (Nurdin). Pemahaman dan pengamalan ajaran Islam pada masyarakat Aceh sebagaimana disebutkan sangat kental dengan konsep integrasi dan akomodasi Hadih maja, pengamalan Agama dan budaya tersebut di atas mencerminkan pandangan masyarakat Aceh mengenai hubungan antar agama yang disebut hukom, dan kebudayaan yang dikenal dengan adat.
Tradisi ini menjadi tontonan dan daya tarik tersendiri bagi warga Aceh maupun mancanegara. Dahulu, dalam masyarakat Aceh, pada malam tanggal 12 Rabiul Awal, mereka disambut dengan pembakaran lilin atau lampu kecil yang diletakkan di depan rumah dan memegang kenduri (jerami) sambil membacakan hikmah Nabi Muhammad SAW. kitab al-Barzanji. Dahulu masyarakat Aceh mengamalkan maulod dalam tiga tingkatan yaitu (Soelaiman). Pada tingkat meunasah atau gampong dilakukan pada saat awai (awal) maulod yaitu pada bulan Rabiul Awal; (2) Pada tingkat perumahan dilaksanakan pada tanggal teungoh (tengah) maulod bulan Rabiul Akhir; (39 Di rumah ulee balang (keturunan raja) yang disebut maulod akhe (akhir) atau maulod tulot di bulan Jumadil Awal.
Sebagai makanan atau sajian maulod, masyarakat Aceh sudah sejak lama menyiapkannya dengan cara yang sederhana. Tujuan dari ceramah sirah nabawiyyah ini adalah sebagai ibrah bagi masyarakat Aceh dalam menata kehidupannya dan meneladani sifat-sifat Nabi Muhammad SAW. Seperti tradisi lainnya, pola integrasi Islam dan budaya terlihat jelas pada perayaan Maulod yang dilakukan masyarakat Aceh.
Belum cukup, perayaan maulod diadakan dalam tiga bulan yaitu pada bulan Rabiul Awal (mulod awai), Rabiul Akhir (mulod teungoh) dan pada bulan Jumadil Awal (mulod akhe). el Harakah Jurnal Kebudayaan Islam Vol.18 No.1 Tahun 2016 el Harakah Jurnal Kebudayaan Islam Vol.18 No.1 Tahun 2016 Nilai-nilai yang muncul dari tradisi maulod di masyarakat yaitu. pertama, ketaatan; kepada Allah dalam arti mengikuti dan mencintai Rasulullah adalah perintah Allah yang harus ditaati; kedua, cinta; merayakan maulod adalah bagian dari kecintaan kepada Nabi; ketiga, ketulusan; Mengorbankan harta, tenaga dan waktu merupakan wujud keikhlasan; keempat, kebersamaan; kehadiran masyarakat secara bersama-sama dalam meunasah merupakan wujud solidaritas yang memperkuat tatanan sosial; kelima, persaudaraan: undangan dari setiap meunasah, gampong dan permukiman mempererat ikatan sosial; keenam, kesetaraan; Semangat kesetaraan terlihat ketika maulod tidak memandang status sosial dan ekonomi; orang tua dan anak-anak semuanya hadir. Tradisi Baayun Mulud di Banjarmasin, Jurnal Al-Banjari, Vol. http://jurnal.iain-antasari.ac.id/index.
THE CONTINUITY AND DISCONTINUITY OF VISITING SHEIKH YUSUF TOMB TRADITION
IN KOBBANG GOWA-SOUTH SULAWESI
Second, what is the motivation behind visiting the grave of Sheikh Yusuf Kobbang Gowa, South Sulawesi. Third, why can visits to the tomb of Sheikh Yusuf in Kobbang Gowa survive within the growing community? The research method used in this study is qualitative to observe the tradition of visiting the grave of Sheikh Yusuf Kobbang Gowa.
The main focus of this research is the Tomb of Sheikh Yusuf Visitors and Tomb Guards. The name of the street was given by the Gowa County Government due to the existence of Sheikh Yusuf's tomb at this location. Yunus Daeng Liong, the tradition of visiting Sheikh Yusuf's tomb has been going on for a long time since this Kobbang was built.
According to Al Rashid (2005), the practice or ritual pilgrimage tomb of Sheikh Yusuf has undergone many changes. Other pilgrims, Andi Herlina, come from Soppeng with her family (son and daughter) to pray at Sheikh Yusuf's grave. This shows how great the expectations of the pilgrims to convey their wishes to the tomb of Sheikh Yusuf.
The tradition of pilgrimage to the grave of Sheikh Yusuf can be considered a preservation of tradition. Therefore, the economic value can be considered as one of the factors of the tradition of pilgrimage to the tomb of Sheikh Yusuf, which has survived to this day.
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG MAKAM RAJA DAN WALI GORONTALO
Tulisan ini berfokus pada persepsi masyarakat terhadap makam para wali atau raja Gorontalo yang meliputi makam para wali Syekh Syarif bin Abdul Aziz, Sultan Amai dan Raja Ilato Ju Panggola, dengan submasalah: 1) Apa makna dan tujuannya? ziarah ke makam para wali dan raja Gorontalo? Syekh Syarif bin Abdul Aziz adalah seorang tokoh spiritual atau bisa juga dikategorikan sebagai wali yang datang ke Gorontalo untuk mengembangkan Islam. Karena itu, Syekh Syarif bin Abdul Azis suatu kali memutuskan untuk berkunjung ke Gorontalo untuk bertemu dengan orang tersebut.
Namun riwayat hidup Syekh Syarif bin Abdul Aziz secara lengkap, menurut DK, belum ditemukan. Usman, gaya keagamaan di Gorontalo yang dikembangkan sampai sekarang oleh Syekh Syarif adalah gaya tarekat. Dan hal ini dapat dikatakan sebagai wujud keberhasilan Syekh Syarif bin Abdul Aziz dalam pengembangan tarekat Qadiriyah di Gorontalo.
Jadi, baik makam wali Syekh Syarif bin Abdul Aziz, Sultan Amai, dan Raja Ilato Ju Panggola masih ada di tempat itu. Hal serupa juga terjadi pada pengunjung makam Sultan Amai dan Syekh Syarif bin Abdul Aziz, mereka percaya dengan berziarah dan mendoakan almarhum dapat membawa keberkahan dalam hidupnya. Kedatangan mereka di Masjid Hunto juga dijadikan sebagai ziarah ke makam Sultan Amai dan Syekh Syarif bin Abdul Aziz selaku pembawa dan pengembang Islam di Gorontalo.
Ziarah ke makam wali Syekh Syarif bin Abdul Aziz dan Sultan Amai pun mendapat reaksi beragam dari masyarakat. Menurut Syamsuri, ziarah ke makam wali Syekh Syarif bin Abdul Aziz dan Sultan Amai ini cukup bervariasi.
BISNIS ORANG SUNDA
STUDI TEOLOGI DALAM ETIKA BISNIS ORANG SUNDA
Dalam kerangka penelitian yang merupakan rangkuman hasil penelitian penulis khususnya pada aktivitas etika bisnis pengusaha kota bandung yang dilakukan pada sejumlah perusahaan besar milik masyarakat kota bandung, ternyata masih perlu dilakukan. diikuti secara lebih mendalam. Dari sudut pandang tersebut, penelitian ini dilakukan dan tinjauan ringkasan ini mengambil beberapa elemen penting dari temuan terkait etika bisnis dari perspektif teologis. Penelitian ini awalnya ingin menelusuri topik etika bisnis pengusaha Bandung pada perusahaan daerah milik masyarakat Bandung yang fokusnya mencerminkan nilai-nilai etika dalam perilaku pengelolaan bisnis, namun perlu juga dikembangkan aspek lain yaitu aspek teologis.
Etika yang dipaparkan dalam penyertaan perilaku saat ini dijadikan kerangka kajian kontemporer terhadap aktivitas umat Islam yang lebih relevan, yaitu pada persoalan etika bisnis. Dalam tinjauan pustaka, pembahasan mengenai etika bisnis khususnya di Jawa Barat yaitu masyarakat Bandung dirasa masih kurang. Penulis mencoba merekonstruksi teori berdasarkan tinjauan literatur mengenai etika bisnis ini, dengan mengambil rumusan teologis sebagai penentuan urutan data yang ditemukan agar sejalan dengan pemikiran keagamaan masyarakat Bandung yang sebenarnya adalah Asy’arisme dalam konteks etika bisnis. bidang iman.
Menurut Frederick, etika bisnis dapat dianalogikan dengan ungkapan “etika bisnis adalah penerapan aturan etika umum pada perilaku bisnis” (Frederick dkk, 1988: 52). Etika bisnis harus inklusif dalam praktik perilaku bisnis yang dianggap sebagai aturan main, sehingga menjadi cerminan kebijakan umum dalam pengambilan keputusan bisnis. Aspek terpenting dalam etika bisnis adalah pentingnya kejujuran, kepribadian, dan keandalan moral sebagai ukuran privasi penting bagi seseorang untuk menjadi perantara di pasar bisnis.
Anang Abdulkohar, dan tokoh lainnya, namun saat ini konstruksi teoritis etika bisnis atau kegiatan bisnis dalam koridor Islam masih terasa lemah pada tataran praktis. Harus ada penemuan konseptualisasi teoritis tentang keunikan etika bisnis Kota Bandung secara umum yang menyangkut masyarakat sebagai dunia usaha.
PEDOMAN UMUM
PENULISAN DAFTAR PUSTAKA
UCAPAN TERIMA KASIH