• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal nasional 1

N/A
N/A
Muhammad Alfazri

Academic year: 2025

Membagikan "Jurnal nasional 1"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Laut Khatulistiwa, Vol. 6. No. 3 (October, 2023), Hal. 145-149.

ISSN : 2614-6142 (Printed), 2614-8005 (Online)

http://jurnal.untan.ac.id/index.php/lk

Assifa et al., (2023) 145

Analisis Perubahan Garis Pantai di Pantai Santolo dan Sayang Heulang Kabupaten Garut Tahun 2015-2022

Analysis of Coastline Changes at Santolo and Sayang Heulang Beaches Garut Regency 2015-2022

Siti Rohmah Assifa, Ferry Dwi Cahyadi*, Agung Setyo Sasongko

Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Kampus Serang, Universitas Pendidikan Indonesia.

*E-mail : [email protected]

Received : 04 July 2023 ; Accepted : 03 October 2023

Published: 31 October © Author(s) 2023. This article is open access Abstract

One form of the dynamics of shoreline change is shoreline change. These changes are in the form of abrasion and accretion. One of the open waters or waters facing directly to the Indian Ocean is the Garut district. Santolo and Sayang Heulang beaches are one of the tourist beaches on the coast of Garut Regency. The purpose of this study is to determine shoreline changes and the factors that cause shoreline changes. The image used in this study uses Google Earth Pro satellite imagery. This study used digital shoreline analysis system (DSAS) analysis with the Net Shoreline Movement dan End Point Rate methods. The results of the research showed the occurrence of abrasion and accretion.

On Santolo Beach, the highest abrasion decreased by -97.29 meters with a rate of -13.89 m/year and the highest accretion increased by +51.15 meters with a rate of +7.30 m/year. Meanwhile, at Sayang Heulang Beach, the highest abrasion was -24.75 m with a rate of -3.53 m/year and the highest accretion was +36.11 meters with a rate of +5.15 m/year. The change factor due to abrasion is caused by sea waves and the change factor due to accretion is caused by human activities such as the addition of infrastructure on the shoreline and sedimentation of the Cilauteureun River Estuary.

Keywords : DSAS, Abrasion, Accretion

Abstrak

Salah satu bentuk dinamika perubahan garis pantai yaitu perubahan garis pantai yang terjadi secara berkelanjutan. Perubahan tersebut berupa abrasi dan akresi. Perairan terbuka atau perairan yang menghadap langsung ke Samudera Hindia salah satunya adalah kabupaten Garut.

Pantai Santolo dan Sayang Heulang merupakan salah satu pantai wisata di Pesisir Kabupaten Garut. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perubahan garis pantai dan faktor penyebab perubahan garis pantai. Citra yang digunakan pada penelitian ini menggunakan citra satelit Google Earth Pro. Penelitian ini menggunakan analisis digital shoreline analysis system (DSAS) dengan metode Net Shoreline Movement dan End Point Rate. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya abrasi dan akresi. Di Pantai Santolo terjadi abrasi tertinggi berkurang -97,29 meter dengan laju -13,89 m/tahun dan terjadi akresi tertinggi bertambah +51,15 meter dengan laju +7,30 m/tahun. Sedangkan di Pantai Sayang Heulang terjadi abrasi tertinggi -24,75 m dengan laju -3,53 m/tahun dan akresi tertinggi +36,11meter dengan laju +5,15 m/tahun. Faktor perubahan akibat abrasi di sebabkan oleh gelombang laut dan faktor perubahan akibat akresi disebabkan oleh aktivitas manusia seperti penambahan infrastruktur di bibir pantai dan sedimentasi Muara Sungai Cilauteureun.

Kata kunci : DSAS, Abrasi, Akresi

(2)

Assifa et al., (2023) 146

1. Pendahuluan

Indonesia merupakan salah satu Negara yang dikategorikan sebagai negara poros maritim dunia. Wilayah Indonesia memiliki luas perairan 5,8 juta km² dari 71% wilayah Indonesia. Selain itu, Indonesia mempunyai garis pantai sepanjang 95.181 km dan dikategorikan sebagai garis pantai terpanjang kedua di dunia (KKP, 2019).

Saat ini, pemanasan global menyebabkan perubahan iklim dan dampaknya dirasakan di seluruh dunia. Wujud nyata dari perubahan iklim yaitu semakin meningkatnya cuaca ekstrim, peningkatan suhu, kenaikan air laut dan perubahan pola hujan (Isdianto et al., 2019). Peningkatan permukaan air laut berasal dari dampak perubahan iklim sehingga naiknya permukaan laut menyebabkan banjir rob dan gelombang ekstrim menyebabkan perubahan garis pantai di wilayah pesisir.

Wilayah pesisir merupakan daerah perbatasan antara lautan dan daratan serta memiliki karakteristik ekosistem unik dan cenderung mendapatkan aktivitas manusia yang beragam. Selain itu, wilayah pesisir umumnya terdapat sumber daya alam yang dapat diperbaharui seperti hutan mangrove, terumbu karang, rumput laut dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti sumberdaya alam mineral, perlindungan dan sistem penyangga kehidupan serta pariwisata (Ekosafitri et al., 2017).

Salah satu perubahan yang terjadi di kawasan pesisir adalah perubahan garis pantai. Garis pantai memiliki kedudukan yang unik dan bersifat dinamis serta posisi yang dapat mengalami perubahan secara berkala.

Perubahan tersebut dapat dilihat dari proses pengkisan lahan atau abrasi dan proses penambahan lahan atau akresi. Secara umum faktor penyebab perubahan garis pantai dipengaruhi oleh faktor alami seperti angin, arus, pasang surut, dan faktor manusia seperti aktivitas industri, infrastruktur dan pariwisata (Aryastana et al., 2017).

Pariwisata di daerah pantai semakin berkembang salah satunya di wilayah pesisir Kabupaten Garut, Jawa Barat. Adanya aktivitas pariwisata di pesisir Kabupaten Garut berpotensi dapat menimbulkan perubahan garis pantai. Perubahan garis pantai dapat dipantau menggunakan teknologi

penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Teknologi ini dapat melihat perubahan garis pantai pada skala temporal.

Penelitian ini dilakukan di Pantai Santolo yang berada di Kecamatan Cikelet dan Pantai Sayang Heulang yang berada di Pameungpeuk.

Kedua pantai tersebut merupakan pantai di Kabupaten Garut yang digunakan untuk pariwisata. Kedua pantai ini juga berada di wilayah yang rentan terhadap tsunami dan banjir rob. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar perubahan garis pantai yang terjadi menggunakan teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengelolaan wisata pantai Santolo dan Sayang Heulang yang berkelanjutan di Kabupaten Garut.

2. Metode

2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Pantai Santolo dan Sayang Heulang (Gambar 1).

Pantai Santolo berada di Desa Pamalayan, Kecamatan Cikelet Garut sedangkan Pantai Sayang Heulang berada di Desa Mancagahar, Kecamatan Pameungpeuk Garut. Waktu kajian penelitian ini dari tahun 2015-2022.

2.2. Pengolahan Data

a. Digitasi On screen

Pada tahap ini dilakukan Digitasi On Screen pada Google Earth untuk mendapatkan data vektor garis pantai atau polyline. Dalam penentuan posisi garis pantai terdapat beberapa cara untuk menentukan posisi garis pantai seperti garis air pasang tinggi, garis pasang basah-kering, garis vegetasi, garis air tinggi rata-rata. Penelitian ini menggunakan Digitasi On Screen garis air tinggi (High water line). Kemudian disimpan dengan format *kml dan diubah kembali menjadi data shapefile (*shp) menggunakan toolbox ArcGIS. Data garis pantai yang sudah diperoleh kemudian dianalisis menggunakan Digital Shoreline Analysis System (DSAS). Citra satelit tahun 2015 dijadikan sebagai garis baseline untuk melihat perubahan garis pantai selama 7 tahun.

(3)

Assifa et al., (2023) 147

b. Koreksi Geometrik

Setelah dilakukan digitasi, selanjutnya koreksi radiometerik. Koreksi geometrik dapat dilakukan dengan dua cara yaitu koreksi radiometrik pada koordinat utama dan koreksi geometrik presisi (Wawan et al., 2022). Pada lokasi penelitian ini menggunakan cara koreksi geometrik sismateik dengan menggunakan Datum WGS 1984 UTM 48 South di aplikasi ArcMap 10.8.

c. Digital Shoreline Analysis System (DSAS) Perhitungan perubahan garis pantai dapat dilakukan dengan menggunakan Digital Shoreline Analysis System (DSAS). DSAS merupakan alat tambahan yang secara otomatis dapat menghitung perubahan garis pantai dengan media transek sebagai parameter pengukuran perubahan. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan nilai Net Shoreline Movement

(NSM) yang dinyatakan dalam satuan meter dan End Pont Rate (EPR) yang dinyatakan dalam satuan m/tahun. Hasil perhitungan ini menghasilkan jarak yang bernilai negatif (-) dan jarak bernilai positif (+). Nilai jarak bernilai positif artinya garis pantai mengalami penambahan daratan atau akresi sedangkan nilai jarak bernilai negatif artinya garis pantai mengalami pengurangan lahan atau abrasi (Istidianto et al., 2020).

d. Uji Akurasi

Uji akurasi dilakukan dengan cara Ground Check pada sampel lokasi penelitian untuk membuktikan terjadinya perubahan secara nyata. Ground check dilakukan setelah pengolahan data citra yang berfokus pada objek yang mengalami abrasi dan akresi dengan menggunakan acuan nilai Net Shoreline Movement (NSM).

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Perubahan Garis Pantai Tahun 2015 - 2022

3. Hasil dan Pembahasan

Hasil analisis DSAS Pantai Santolo dibagi ke dalam 2 zona. Pantai Santolo zona 1 mengalami perubahan abrasi dan akresi (Gambar 2). Hasil analisis DSAS diperoleh transek sebanyak 73 transek. Hasil nilai Net Shoreline Movement menunjukkan bahwa garis pantai mengalami abrasi tertinggi -18,41

meter dengan laju -2,63 m/tahun. Sedangkan hasil nilai Net Shoreline Movement yang mengalami akresi tertinggi +20,62 meter dengan laju +2,94 m/tahun (Tabel 1). Faktor penyebab perubahan garis pantai di Pantai

(4)

Assifa et al., (2023) 148 Santolo zona 1 akibat abrasi disebabkan oleh

gelombang laut. Gelombang di Pantai Santolo termasuk kategori tinggi yakni berkisar 2,5- 4m (BMKG, 2023). Gelombang laut dapat merambat ke segala arah dengan membawa energi (Suharyo dan Zinul, 2019). Sedangkan perubahan yang mengalami akresi disebabkan

oleh faktor sedimentasi di daerah dekat jetty.

Menurut Abdurrahman et al. (2021) mengemukakan bahwa garis pantai di daerah dekat jetty mengalami akresi karena adanya pengaruh dari sungai yang membawa sedimen.

Tabel 1. Nilai NSM dan EPR yang diperoleh Lokasi

Net Shoreline Movement

(m) End Point Rate

(m/tahun)

Abrasi Akresi Abrasi Akresi

Pantai Santolo zona 1 -18,41 +20,62 -2,63 +2,94 Pantai Santolo zona 2 -97,29 +51,15 -13,89 +7,30 Pantai Sayang Heulang -24,75 +36,11 -3,53 +5,15

Gambar 2. Perubahan Garis Pantai di Pantai Santolo zona 1

Gambar 3. Perubahan Garis Pantai di Pantai Santolo zona 2

(5)

Assifa et al., (2023) 149

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, perubahan garis pantai di Pantai Santolo dan Pantai Sayang Heulang secara umum mengalami perubahan abrasi dan akresi.

Faktor utama yang menyebabkan terjadinya perubahan akibat akresi adalah adanya transpor sedimen dari aliran Muara Sungai Cilauteureun sedangkan faktor utama yang menyebabkan terjadinya perubahan akibat abrasi adalah gelombang laut, kondisi pantai yang landai dan erosi pantai. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa garis pantai di Pantai Santolo dan Pantai Sayang Heulang dominan mengalami perubahan abrasi dibandingkan akresi.

Daftar Pustaka

Abdurrahman, U., N.S. Ningsih, T. Suprijo, A.

Tarya. 2021. Analisis Perubahan Garis Pantai Akibat Pembangunan Jetty di Wilayah Pantai Karangsong Indramayu Indonesia. Bulletin of Geology. 5(2): 628- 637.

Aryastana, P., I.M. Ardhanta, N.K.A. Agustini, 2017. Analisis Perubahan Garis Pantai dan Laju Erosi di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung dengan Citra Setelit SPOT. Jurnal Fondasi. 6(2): 100-111.

Badan Meteorologi Klimitologi dan Geofisika.

2023. Data Angin dan Tinggi Gelombang.

https://maritim.bmkg.go.id/ [Diakses pada 28 Juli 2023 pukul 13.00 WIB]

Ekosafitri, K.H., E. Rustiadi, F. Yulianda. 2017.

Pengembangan wilayah pesisir pantai utara

Jawa Tengah berdasarkan Infrastruktur Daerah: Studi Kasus Kabupaten Jepara.

Journal of Regional and Rural Development Planning. 1(2): 145-157.

Isdianto, A. dan O.M. Lutfhi. 2019. Persepsi dan Pola Adaptasi Masyarakat Teluk Popoh terhadap Perubahan Iklim. Jurnal Ilmu Kelautan. 5(2): 77-82.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2019.

https://kkp.go.id/artikel/12993-laut- masa-depan-bangsa-mari-jaga-bersama [Diakses pada 01 Juni 2023 pukul 09.00 WIB]

Suharyo, O.S. dan H. Zainul. 2019. Pemanfaatan Citra Satelit Resolusi Tinggi untuk Identifikasi Perubahan Garis Pantai Pesisir Utara Surabaya. Jurnal Kelautan. 12(1): 89- 96.

Wawan, D.T. Harjanti, Sulistyarini. 2022.

Analisis Perubahan Garis Pantai Menggunakan Metode DSAS di Desa Karimunting Kabupaten Bengkayang.

Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografis.

6(1): 121-131.

Gambar 4. Perubahan Garis Pantai di Pantai Sayang Heulang

Referensi

Dokumen terkait

1. Berdasarkan persamaan diketahui bahwa yang mempengaruhi perubahan garis pantai adalah besarnya abrasi dan akresi yang terjadi, arah datang gelombang, amplitudo

Hasil penelitian menunjukan terjadi perubahan garis pantai baik abrasi maupun akresi di setiap kecamatan yang berada di pesisir Kabupaten Kulon Progo.. Perubahan yang terjadi

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah/skripsi dengan judul “Studi Akresi dan Abrasi Berdasarkan Perubahan Garis Pantai di

Dengan adanya perubahan garis pantai yang disebabkan oleh akresi dan abrasi maka akan menimbulkan permasalahan batas wilayah laut Rangsang Barat yang diatur oleh

Hasil pengukuran perubahan garis pantai di Pulau Bengkalis cenderung mengalami abrasi pada wilayah kawasan hutan mangrove dan mengalami kemunduran garis pantai

Penelitian ini bertujuan untuk deteksi perubahan garis pantai di Ujung Pangkah Kabupaten Gresik yang disebabkan oleh adanya akresi dan abrasi dengan menggunakan

Penelitian ini bertujuan untuk deteksi perubahan garis pantai di Ujung Pangkah Kabupaten Gresik yang disebabkan oleh adanya akresi dan abrasi dengan menggunakan filter

Hasil dari penelitian ini adalah 1 kecenderungan perubahan garis pantai di Desa Berahan Kulon adalah akresi, sedangkan di Desa Berahan Wetan adalah abrasi, 2 kecepatan perubahan pada