JURNAL
PILOTING PPG TAHAP 3 TEMA
KONSELING KELOMPOK DALAM MENGHADAPI PERILAKU MEMBOLOS
DI SUSUN :
NAMA : HAPSARI, S.Pd NO. PESERTA : 611242038
BIDANG STUDI : BIMBINGAN DAN KONSELING ASAL INSTANSI : SMPN 1 AWAYAN
UNIVERSITAS PGRI PONTIANAK
Pendahuluan
Perilaku membolos siswa menjadi masalah serius yang dapat menghambat proses pembelajaran dan perkembangan siswa secara keseluruhan. Konseling kelompok muncul sebagai salah satu pendekatan yang efektif dalam mengatasi permasalahan ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penerapan konseling kelompok dalam mengatasi perilaku membolos siswa, dengan fokus pada identifikasi faktor penyebab, proses pelaksanaan, dan efektivitas intervensi. Melalui studi literatur dan analisis kasus, penelitian ini menyoroti pentingnya konseling kelompok sebagai wadah bagi siswa untuk berbagi pengalaman, memperoleh dukungan sosial, serta mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi.
Perilaku membolos sekolah merupakan fenomena yang kompleks dengan berbagai faktor penyebab, mulai dari masalah akademik hingga masalah pribadi. Konsekuensi dari perilaku membolos tidak hanya berdampak pada prestasi akademik siswa, tetapi juga dapat mengganggu perkembangan sosial dan emosional mereka.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku membolos siswa.
2. Menganalisis proses pelaksanaan konseling kelompok dalam mengatasi perilaku membolos.
3. Mengevaluasi efektivitas konseling kelompok dalam mengurangi perilaku membolos.
4. Mengembangkan model konseling kelompok yang relevan dengan konteks Indonesia.
Tinjauan Pustaka
Perilaku Membolos: Definisi, karakteristik, faktor penyebab (individu, keluarga, sekolah, lingkungan), dan dampak negatif.
Konseling Kelompok: Teori dasar, tahapan, manfaat, dan teknik-teknik yang dapat digunakan.
Penerapan Konseling Kelompok dalam Mengatasi Membolos: Studi kasus, efektivitas, tantangan, dan hambatan.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus sebagai desain penelitian.
Subjek penelitian adalah siswa yang memiliki perilaku membolos di suatu sekolah. Pengumpulan data dilakukan melalui:
Wawancara mendalam dengan siswa, guru, dan orang tua
Observasi terhadap dinamika kelompok konseling
Analisis dokumen (catatan konseling, laporan sekolah) Hasil yang Diharapkan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran yang komprehensif mengenai:
Profil siswa yang memiliki perilaku membolos
Faktor-faktor yang paling dominan menyebabkan siswa membolos
Proses konseling kelompok yang efektif
Perubahan perilaku siswa setelah mengikuti konseling kelompok
Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan konseling kelompok Pembahasan
Hasil penelitian akan dibahas secara mendalam, meliputi:
Analisis temuan penelitian
Implikasi bagi praktik konseling
Saran untuk pengembangan program konseling kelompok yang lebih efektif Kesimpulan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan program konseling kelompok yang lebih efektif dalam mengatasi perilaku membolos siswa. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat menjadi referensi bagi para guru, konselor, dan pihak sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas layanan konseling.
Saran
Pentingnya pelatihan: Guru dan konselor perlu mendapatkan pelatihan khusus dalam konseling kelompok.
Kerjasama lintas sektor: Perlu adanya kerjasama antara sekolah, keluarga, dan komunitas dalam mengatasi masalah perilaku membolos.
Evaluasi berkelanjutan: Program konseling kelompok perlu dievaluasi secara berkala untuk melihat efektivitasnya.
Variabel yang diteliti: Apa saja variabel yang Anda ukur dalam penelitian ini? Contoh:
frekuensi membolos, motivasi belajar, sikap terhadap sekolah, dukungan sosial, dll.
Kelompok penelitian: Siapa saja yang menjadi subjek penelitian Anda? (misalnya: siswa kelas 7, 8, atau 9; siswa laki-laki atau perempuan; siswa dengan latar belakang sosial ekonomi tertentu).
Desain penelitian: Bagaimana desain penelitian Anda? (misalnya: pre-test-post-test, kelompok kontrol, atau studi kasus).
Instrumen penelitian: Alat apa yang Anda gunakan untuk mengumpulkan data?
(misalnya: angket, wawancara, observasi).
Tujuan penelitian: Apa yang ingin Anda ketahui dari penelitian ini? (misalnya:
efektivitas konseling kelompok dalam mengurangi perilaku membolos, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan konseling kelompok, dll).
Contoh Tabel Hasil Penelitian
Berdasarkan informasi umum, berikut adalah contoh tabel yang dapat Anda adaptasi:
A. Layanan Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang
dialaminya melalui dinamika kelompok. Dinamika kelompok ialah suasana yang hidup, yang berdenyut, yang bergerak, yang ditandai dengan adanya interaksi antar sesama anggota kelompok (Prayitno dalam Vitalis, 2008:63).
Layanan konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis, terpusat pada pikiran dan perilaku yang disadari, dibina, dalam suatu kelompok kecil mengungkapkan diri kepada sesama anggota dan konselor, dimana komunikasi antar pribadi tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan diri terhadap nilai-nilai
kehidupan dan segala tujuan hidup serta untuk belajar perilaku tertentu ke arah yang lebih baik (Winkel dan Hastuti, 2004:198).
B. Tujuan Konseling Kelompok
Tujuan konseling kelompok antara lain (Prayitno dalam Vitalis, 2008:63):
1. Melatih siswa agar berani bicara dihadapan orang banyak 2. Melatih siswa dapat bertoleransi dengan temannya 3. Mengembangkan bakat dan minat masing-masing
4. Mengentaskan permasalahan-permasalahan yang dihadapi kelompok 5. Melatih siswa untuk berani melakukan sharing dalam kelompok
Tujuan konseling kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan berkomunikasinya. Melalui konseling kelompok hal-hal yang dapat menghambat atau mengganggu sosialisasi dan komunikasi siswa diungkap dan didinamikakan melalui berbagai teknik, sehingga kemampuan sosialisasi dan berkomunikasi siswa berkembang secara optimal (Tohirin, 2007:181).
C. Asas Konseling Kelompok
Menurut Prayitno (2004:13) adapun asas dalam bimbingan kelompok adalah:
a. Kerahasiaan
Segala sesuatu yang dibahas dan muncul dalam kegiatan kelompok hendaknya menjadi rahasia kelompok yang hanya boleh diketahui oleh AK dan tidak disebarluaskan ke luar kelompok.
b. Kesukarelaan
Kesukarelaan anggota kelompok sejak awal rencana pembentukan kelompok oleh konselor (PK).
c. Asas-asas lain
Dinamika dalam bimbingan kelompok semakin intensif dan efektif apabila semua AK secara penuh menerapkan asas kegiatan dan keterbukaan. Prayitno, dkk (2017:100) satu hal lagi yang perlu di persiapkan oleh guru BK/ Konselor ialah keterampilan memantapkan asas kerahasiaan kepada seluruh peserta
D. Materi Layanan Konseling Kelompok
Materi layanan konseling kelompok dapat mencakup hal-hal sebagai berikut (Prayitno dalam Vitalis, 2008:64):
Pemahaman dan pengembangan sikap, kebiasaan, bakat, minat, dan penyalurannya Pemahaman kelemahan diri dan penanggulangannya, pengenalan kekuatan diri dan perkembangannya
Perencanaan dan aktualisasi diri
Mengembangkan kemampuan berkomunikasi, menerima atau menyampaikan gagasan, ide, opini, perilaku, dan hubungan sosial
Mengembangkan hubungan dengan peer group, baik di sekolah maupun di luar sekolah Mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar, disiplin belajar, dan berlatih, serta melatih teknik-teknik penguasaan materi pelajaran
Pemahaman kondisi fisik, sosial, dan budaya dalam kaitannya dengan orientasi belajar di Perguruan Tinggi
Mengembangkan kecenderungan karier yang menjadi pilihannya Orientasi dan informasi karier, dunia kerja, dan prospek masa depan Pemantapan dalam mengambil keputusan dalam rangka perwujudan diri.
E. Teknik Layanan Konseling Kelompok
a. Teknik Umum (pengembangan dinamika kelompok)
Secara umum, teknik-teknik yang digunakan dalam penyelenggaraan layanan konseling kelompok mengacu kepada berkembangnya dinamika kelompok yang diikuti oleh seluruh anggota kelompok untuk mencapai tujuan layanan. Adapun teknik-teknik tersebut secara garis besar meliputi antara lain :
1. Komunikasi multi arah secara efektif dinamis dan terbuka
2. Pemberian rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan, diskusi, analisis, dan pengembangan argumentasi
3. Dorongan minimal untuk memantapkan respon aktivitas anggota kelompok
4. Penjelasan, pendalaman, dan pemberian contoh untuk lebih memantapkan analisis, argumentasi, dan pembahasan
5. Pelatihan untuk membentuk pola tingkah laku baru yang dikehendaki
F. Teknik Permainan Kelompok
Dalam layanan konseling kelompok dapat diterapkan teknik permainan baik sebagai sebagai selingan maupun sebagai wahana (media) yang memuat materi pembinaan tertentu.
Permainan kelompok yang efektif harus memenuhi cirri-ciri sebagai berikut : 1. Sederhana
2. Menggembirakan
3. Menimbulkan suasana rileks dan tidak melelahkan 4. Meningkatkan keakraban
5. Diikuti oleh semua anggota kelompok G. Fase-fase Proses Konseling Kelompok
Terdapat lima fase proses konseling kelompok (Winkel dan Hastuti dalam Vitalis, 2008:66):
a. Pembukaan
Diletakkan dasar bagi pengembangan hubungan antar pribadi (working relationship) yang baik, yang memungkinkan pembicaraan terbuka dan terarah dalam wawancara konseling. Jika konselor dan konseli bertemu untuk pertama kali, waktunya akan lebih lama dan isinya akan berbeda dibandingkan dengan pembukaan saat konseli dan konselor bertemu kembali untuk melanjutkan wawancara yang telah berlangsung sebelumnya.
b. Penjelasan masalah
Konselor mempersilahkan atau mengundang konseli untuk mengungkapkan alam perasaan, alam pikiran kepada konselor secara bebas. Konselor segera merespon pernyataan perasaan atau pikiran konseli dengan teknik yang sesuai, memiliki derajat emosional yang tinggi, semakin membuka dirinya.
c. Penggalian latar belakang masalah
Pada fase penggalian latar belakang masalah ini inisiatif ada pihak konselor untuk
memperoleh gambarn yang jelas, lengkap dan mendalam tentang masalah konseli. Fase ini disebut dengan analisis kasus, yang dilakukan menurut sistematika tertentu sesuai dengan pendekatan konseling yang diambil. Konselor disini mengambil sikap’’ekletik’’, karena sistematika analisis disesuaikan dengan jenis masalah, taraf perkembangan konseli, dan pengalaman konselor dalam menetapkan konseling tertentu.
d. Penyelesaian masalah
Berdasarkan data setelah diadakan analisis kasus, konselor dan konseli membahas bagaimana persoalan dapat diatasi. Meskipun konseli selama fase ini harus ikut berfikir, memandang dan mempertimbangkan, peran konselor di institusi pendidikan dalam mencari penyelesaian permasalahan pada umumnya lebih besar.
e. Penutup
Mengakhiri proses konseling dapat mengambil bentuk yang agak formal sehingga konselor dan konseli menyadari bahwa hubungan antar pribadi telah usai. Oleh karena itu biasanya konselor mengambil inisiatif dalam memulai fase penutup ini.
DOKUMENTASI LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL SMPN 1 AWAYAN
UMPAN BALIK REKAN SEJAWAT