• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Pengembangan Kurikulum Kel 4 IPA4C (2)

N/A
N/A
Nida Ni'matul Maula

Academic year: 2023

Membagikan "Jurnal Pengembangan Kurikulum Kel 4 IPA4C (2)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN IPA MADRASAH TSANAWIYAH DI PONOROGO

Nida Ni’matul Maula*, Sri Wulan Ika Pamuji Rahayu, Yuda Bekti Utama

IPA.C, Kelompok 4, Jurusan Tadris IPA, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Ponorogo,

*nidamaula190@gmail.com

ABSTRAK

Salah satu unsur dan pedoman yang memudahkan pelaksanaan pendidikan dalam mencapai tujuannya yaitu adanya kurikulum. Kurikulum menjadi unsur penting dalam pendidikan, karena mengatur semua proses pendidikan mulai dari perencanaan hingga evaluasi. Kurikulum akan mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman. Salah satu kurikulum yang telah diterapkan di Indonesia adalah kurikulum 2013. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui tugas kepala sekolah dan waka kurikulum dalam pelaksanaan kurikulum, serta faktor penghambat dalam mengimplementasikan kurikulum terutama dalam pembelajran IPA. Metode yang digunakan adalah wawancara kepada kepala sekolah dan salah satu guru IPA. Kemudian data yang diperoleh dianalisis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian diketahui bahwa implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran IPA Madrasah Tsanawiyah di Ponorogo belum sepenuhnya sesuai dengan standar. Hal ini dikarenakan di Madrasah Tsanawiyah ini sarana prasarana masih kurang mendukung sehingga proses pembelajaran masih menggunakan metode- metode sederhana.

Kata Kunci : Kurikulum 2013, Pembelajaran IPA

PENDAHULUAN

Kurikulum sebagai perencanaan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam semua aspek kegiatan pendidikan. Kurikulum merupakan sebuah perencanaan yang disusun untuk dijadikan pedoman dalam suatu kegiatan belajar mengajar yang di dalamnya berisi tujuan, isi, bahan pelajaran, serta metode pembelajaran yang digunakan demi tercapainya tujuan pendidikan. Mengingat pentingnya peran kurikulum dalam pendidikan, sehingga dalam penyusunannya harus mengacu pada pondasi yang kokoh dan kuat. Ibarat sebuah bangunan apabila tidak menggunakan pondasi atau landasan yang kuat, maka akan mudah rubuh jika diterpa guncangan atau angin. Sama halnya kurikulum, apbila tidak menggunakan dasar atau pondasi yang kuat maka akan dengan mudah terombang-ambing dan akan berdampak pada peserta didik (Aziz, 2018). Pengembangan kurikulum menjadi salah satu usaha demi meningkatkan kualitas pendidikan.

Kurikulum akan berubah seiring dengan perkembangan zaman demi memenuhi tuntunan pendidikan. Selain itu, perubahan kurikulum juga bertujuan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan menciptakan generasi bangsa yang memilki sumber daya manusia dengan kualitas yang baik dapat bersaing dengan negara lain (Martin dan Simanjorang, 2021). Salah satu

(2)

kurikulum yang telah diterapkan di Indonesia adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan sekarang dan yang akan datang.

Kurikulum 2013 dibuat dengan tujuan untuk mengembangkan potensi berpikir reflektif siswa dalam memecahkan masalah-masalah sosial di masyarakat. Kurikulum 2013 dikembangkan menyempurnakan pola pikir dari pembelajaran pasif menjadi pembelajaran lebih kritis, model pengajaran yang semula berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa dan jalan satu arah awal menuju pembelajaran interaktif (Marjito dan Juniardi, 2019). Mata pelajaran dalam kurikulum ini berbasis sains dimana memperkenalkan sistem pusat siswa (student center) untuk memberdayakan siswa untuk lebih mengamati, bertanya, menalar dan mempresentasikan apa yang mereka ambil dari pembelajaran. Mata pelajaran kurikulum 2013 lebih fokus pada fenomena alam, seni sosial dan budaya. Hal ini berbeda dengan kurikulum sebelumnya, dimana kurikulum sebelumnya lebih menekankan pada paha siswa, dengan hasil afektif, psikomotor, dan kognitif yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau dikenal dengan KTSP (Qomariyah, dkk, 2021). Dalam pelaksanaannya, kurikulum 2013 lebih banyak menekankan aspek yang berbeda salah satunya yaitu pada mata pelajaran IPA. Pembelajaran IPA menjadi pelajaran yang dianggap sulit bahkan dihindari peserta didik. Hal ini yang menyebabkan pemahaman konsep peserta didik terhadap pembelajaran IPA menjadi kurang baik. IPA identik dengan pelajaran yang hanya dipenuhi dengan rumus matematis dan tidak memiliki manfaat kehidupan sehari-hari (Nurvitasari dan Supriyadi, 2019).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tugas kepala sekolah dan waka kurikulum dalam pelaksanaan kurikulum, serta faktor penghambat dalam mengimplementasikan kurikulum terutama dalam pembelajaran IPA.

METODE

Penelitian ini dilakukan di bulan Maret 2023, di salah satu Madrasah Tsanawiyah daerah Kabupaten Ponorogo. Metode pengambilan data dilakukan melalui wawancara dan observasi.

Wawancara dilakukan kepada waka kurikulum dan salah satu guru IPA. Kemudian data yang diperoleh dianalisis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.

PEMBAHASAN

(3)

Kurikulum merupakan salah satu hal sangat penting dalam proses pembelajaran dalam sekolah. Beberapa kurikulum pendidikan telah diterapkan dalam proses pendidikan di semua jenjang. Kurikulum diartikan sebagai seperangkat atau rencana yang memuat isi dan bahan pelajaran dan cara yang digunakan untuk pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.

Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 terkait Sistem Pendidikan Nasional terdapat dua dimensi kurikulum, pertama yaitu rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, dan yang kedua yaitu cara yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Definisi kurikulum juga dihubungkan dengan beberapa dimensi misal dimensi ide, dimensi rencana, dimensi aktifitas dan dimensi hasil. Perlu diketahui bahwa kurikulum bersifat berubah-

ubah mengikuti perkembangan zaman.

Sepanjang sejarah sejak 1945 kurikulum pendidikan di Indonesia telah mengalami perubahan. Perubahan ini adalah konsekuensi logis dari perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena, kurikulum sebagai keseluruhan rencana pendidikan harus dikembangkan secara dinamis sesuai kebutuhan dan juga perubahan masyarakat. Seluruh kurikulum nasional disusun berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaannya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya (Lufita, 2018). Salah satu yang masih baru sebelum sebelum ini adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah (scientific appoach). Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampila

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang telah diterapkan sejak tahun pelajaran 2013/2014. Kurikulum ini merupakan pengembangan dari kurikulum yang telah ada sebelumnya.

Hal yang menonjol dari kurikulum 2013 ini adalah adanya peningkatan soft skill dan hard skill yang terdiri dari sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kurikulum 2013 berupaya untuk lebih mengimplementasikan nilai-nilai yang tercermin pada sikap dapat sesuai dengan keterampilan yang diperoleh peserta didik melalui pengetahuan yang diterima di sekolah. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di salah satu MTs daerah Ponorogo sudah menggunakan kurikulum 2013 sejak diterapkannnya oleh pemerintah yaitu tahun 2013 sampai sekarang tahun 2023.

(4)

Berdasarkan observasi ke Madrasah Tsanawiyah pada bulan Maret tahun 2023 yang pembelajarannya menggunakan kurikulum 2013. Sekolah tersebut melakukan penekanan pada proses orientasi siswa terhadap pendekatan ilmiah guna mencapai tujuan siswa mampu memahami pembelajaran terkhusus pembelajaran IPA sekaligus penerapannya. Kurikulum 2013 sangat ber peran penting di Madrasah Tsanawiyah ini pasalnya sekolah ini terletak di pucuk bukit yang mungkin dari segi teknologi belajar masih kurang. Namun dengan adanya kurikulum ini dapat membantu siswa lebih mudah untuk mencapai tujuan belajar.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan ada beberapa kelemahan dan kelebihan penerapan kurikulum 2013. Kelemahan kurikulum 2013 adalah siswa harus bisa mencapai KKM.

Dalam hal ini guru tidak mudah untuk memberi pemahaman kepada siswa karena siswa dituntut untuk mencapai KKM sedangkan kemampuan setiap siswa itu berbeda-beda. Kelebihannya siswa dapat mengeksplor lebih luas, dan siswa menjadi lebih aktif karena kurikulum 2013 dibuat dengan tujuan untuk mengembangkan potensi berpikir reflektif siswa dalam memecahkan masalah- masalah sosial di masyarakat. Dalam pelaksanaan kurikulum tentunya ada yang berperan penting di dalamnya yaitu kepala sekolah dan waka kurikulum.

Menurut Hamalik (2016:238) implementasi kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan pada tahap sebelumnya, kemudian diuji cobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan, sambil senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional, serta fisiknya.

Implementasi ini juga sekaligus merupakan penelitian lapangan untuk keperluan validasi sistem kurikulum itu sendiri. Implementasi kurikulum mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi. Pengembangan program mencangkup program tahunan, semester, bulanan, mingguan dan harian. Selain itu juga ada program bimbingan dan konseling atau program remedial pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan pengembangan program sekolah adalah proses pengembangan pembelajaran dengan metode- metode yang baru yang dapat menambah minat peserta didik. Implementasi yang terakhir ialah evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan secara rutin setiap tiga bulan sekali .

Pengembangan pembelajaran adalah proses pengembangan interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dalam penerapannya, di Madrasah Tsanawiyah ini kepala madrasah berperan mengordinasikan, menggerakkan, dan menyelaraskan kunci sukses yang menentukan keberhasilan implementasi

(5)

kurikulum. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor penentu yang dapat menggerakan semua sumber daya sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap dan memantau proses terjadinya perubahan perilaku peserta didik pada lingkungan sekolah tersebut.

Berdasarkan hasil observasi kami pada bulan Maret 2023 di Madrasah Tsanawiyah di Ponorogo Kepala sekolah tanggung jawabnya melakukan pengawasan terlaksananya sistem kurikulum yang diterapkan di madrasah tersebut dan rutin melakukan evaluasi pembelajaran bersama para dewan guru dan pengawas yang dilaksanakan secara rutin setiap satu 3 bulan.

Implementasi kurikulum 2013 di madrasah ini tidak terlepas dari faktor penghambat mulai dari sarana prasarana yang kurang memadai, kurangnya pemahaman guru atas materi yang akan disampaikan, hingga sulitnya peserta didik dalam menerima materi pelajaran dan masih banyak faktor penghambat lainnya yang dihadapi oleh kepala sekolah dan para guru. Faktor penghambat ini harus bisa diatasi dengan benar agar pengimplementasian kurikulum 2013 ini bisa berjalan secara efektif dan sesuai dengan apa yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Agama.

Kepala madrasah menjelaskan bahwasanya proses adaptasi pengembangan kurikulum 2013 di madrasah Tsanawiyah ini memerlukan waktu hingga kurang lebih selama dua tahun dan akhirnya dapat diterima dan berjalan sebagaimana mestinya dalam menghadapi permasalahan sarana prasarana tersebut kepala sekolah menggunakan kemampuan bersosialisainya untuk menyukseskan implementasi kurikulum 2013 ini, saling berkomunikasi dan membangun jaringan kelembagaan dengan sekolah lain, melakukan seminar , studi banding, dan research kolaboratif. Kepala sekolah juga menjelaskan bahwasanya untuk mengatasi permasalah ini sering diadakan rapat bersama dewan guru tentang metode pengajaran contohnya menggunakan animasi yang didownload dan akan ditampilkan pada layar proyektor untuk dilihat bersama, membuatkan rangkuman pembelajaran kemudian dibagikan kepada siswa dan lain sebagainya.

Selain itu juga dilaksanakan MGMP sesama mata pelajar untuk merumuskan bagimana RPP yang baik untuk di terapkan. Selain kepala sekolah, yang berperan penting dari pelaksanaan kurikulum adalah wakil kepala kurikulum yang biasa disebut dengan waka kurikulum.

Peran wakil kepala kurikulum atau lebih dikenal dengan waka kurikulum adalah membantu kepala sekolah dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan sekolah. Dengan adanya peran waka kurikulum ini akan lebih mudah membantu kegiatan-kegiatan sekolah, karena seluruh kegiatan terkait bidang kurikulum sudah ada yang menangani yang dibantu oleh adanya

(6)

peran waka kurikulum di sekolah (Meilianawati, 2016). Sebagaimana yang disampaikan waka kurikulum salah satu MTs di daerah Kabupaten Ponorogo tugas waka kurikulum antara lain, merencanakan dan merumuskan penyusunan kurikulum, pembagian tugas-tugas guru dalam mata pelajaran, pembagian jam pelajaran, merencanakan pengelolaan kegiatan ekstra kurikuler, menyusun kalender pendidikan, serta menentukan buku pegangan dan mengadakan buku pelajaran untu guru atau siswa.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peran waka kurikulum dalam pelaksanaan kurikulum melakukan pertemuan di setiap ajaran baru terkait administrasi kurikulum.

Rapat diadakan bersama kepala sekolah dan seluruh tenaga pendidik lainnya. Dalam pertemuan tersebut waka kurikulum memimpin rapat dalam mengevaluasi pembelajaran yang telah berlalu atau tahun ajaran kemarin. Berdasarkan hasil observasi evaluasi kurikulum yang dilakukan pihak MTs di daerah Ponorogo yaitu supervisi. Evaluasi ini dapat berupa bimbingan dan pembinaan dari kepala sekolah kepada guru untuk memperbaiki proses pembelajaran. Pelatihan atau bimbingan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kinerja pendidik serta meningkatkan kemampuan profesional. Selanjutnya hasil dari evaluasi dapat dijadikan feed back atau umpan balik untuk merencanakan kegiatan pada tahun ajaran baru yang akan datang.

Pelaksanaan kurikulum 2013 lebih banyak menekankan aspek yang berbeda salah satunya yaitu pada mata pelajaran IPA. Berdasarkan hasil observasi kami pada bulan Maret di salah satu Madrasah Tsanawiyah yang ada di Ponorogo diperoleh data yang menunjukkan implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran IPA telah diterapkan di sekolah tersebut meskipun belum sepenuhnya sesuai dengan standar aturan Kementrian Agama. Hal ini dikarenakan di Madrasah Tsanawiyah ini sarana prasarana masih kurang mendukung sehingga proses pembelajaran masih menggunakan metode-metode sederhana. Salah satu contoh penerapan kurikulum 2013 pada pembelajaran IPA yaitu siswa diberikan tugas untuk membuat bagan anatomi tubuh dari bahan sederhana, melakukan uji asam basa menggunakan bahan alami, melakukan praktikum sederhana terkait gelombang optik menggunakan cermin,dan lain sebagainya. y869

Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan melalui wawancara salah satu ibu guru IPA dalam mengajar masih belum bisa mengunakan media proyektor dikarenakan jumlah proyektor belum tersebar diseluruh ruang kelas yang ada. Sehingga apabila ada materi yang membutuhkan penjelasan secara rinci atau memelukan pengamatan secara nyata ibu guru mengirim video pembelajaran melalui via WhatsApp. Mata pelajaran IPA adalah mata pelajaran yang sangat

(7)

memerlukan pengawasan secara khusus dikarenakan didalamnya terdapat materi-materi yang memerlukan pembuktian data dan percobaan secara nyata sedangkan alat – alat yang menunjang pembelajaran IPA belum tersedia di laboratorium (Erinosho,2013). Salah satu kompetensi inti mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam kurikulum 2013 adalah memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

Pembelajaran yang paling tepat diterapkan adalah pembelajaran melalui eksperime. Dengan demikian, sebagai penunjang pembelajaran untuk mencapai tujuan kurikulum 2013 (khususnya pada pembelajaran IPA), keberadaan perangkat laboratorium menjadi sangat penting. Hal ini merupakan salah satu kendala dalam proses implementasi kurikulum 2013 di sekolah.

Menurut Damayanti (2017) seorang guru profesional harus mampu mengembangkan persiapan mengajar yang baik, logis, dan sistematis, karena persiapan mengajar yang dikembangkan guru memiliki makna yang cukup mendalam bukan hanya kegiatan untuk memenuhi kelengkapan administratif, tetapi merupakan sikap dan keyakinan profesional guru mengenai apa yang terbaik untuk persiapan mengajar yang matang sebelum melaksanakan pembelajaran. baik persiapan tertulis maupun tidak tertulis. Sehingga guru-guru mengenai keterbatasan yang ada mengalihkan proses pembelajaran yang membutuhkan bantuan sarana dan prasarana khusus dengan cara-cara sederhana agar kegiatan belajar mengajar tetap kondusif dan berjalan sebagaimana mestinya.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tugas dari kepala sekolah adalah melakukan pengawasan terlaksananya sistem kurikulum yang diterapkan. Tugas dari waka kurikulum adalah membantu kepala sekolah dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan sekolah. Waka kurikulum juga bertugas untuk merencanakan dan merumuskan penyusunan kurikulum, pembagian tugas-tugas guru dalam mata pelajaran, pembagian jam pelajaran, merencanakan pengelolaan kegiatan ekstra kurikuler, menyusun kalender pendidikan, serta menentukan buku pegangan dan mengadakan buku pelajaran untu guru atau siswa.

Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran IPA di MTs tersebut belum sepenuhnya sesuai dengan standar. Hal ini dikarenakan di Madrasah Tsanawiyah ini sarana prasarana masih kurang mendukung sehingga proses pembelajaran masih menggunakan metode-metode sederhana.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, R. (2018). Implementasi Pengembangan Kurikulum. Vol VII (1).

Damayanti, C. Ani R, Suharto L. 2017. Pengembangan Model Pembelajaran IPA Terintegrasi Etnosains untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif.

Hamalik, O. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hamalik, O. (2019). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. PT Remaja Rosdakarya.

Journal of Innovative Sc: A Nigerian Example. International Journal for Cross-Disciplinary Subjects in Education (IJCDSE), 4 (2), 1137-1143. Penerapan K13 dalam pembelajaran.

Lufita, R., Rouf, A. (2018). Peranan Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013 di MIN 1 Jombang. Jurnal Sumbula. Vol 3 (2).

Marjito,. Juniardi,K. (2019). Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajran IPS Terpadu Di SMP Negeri Kota Singkawang. Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial. Vol 6 (2).

Martin, R., & Simanjorang,M. (2021). Pentingnya Peranan Kurikulum yang Sesuai dalam Pendidikan di Indonesia. Prosiding Pendidikan Dasar. Vol 1 (1).

Mastur. (2017). Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pelaksanaan Pembelajaran di SMP. Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan. Vol 4 (1).

Meilianawati, Tri. (2016). Peran Wakil Kepala Kurikulum Dalam Pelaksanaan Administrasi Kurikulum Di Madrasah (Studi Kasus Di Yayasan Tarbiyatul Islamiyah Salak Gembong Pati Tahun Pelajaran 2016/2017). Skripsi. Institut Agama Islam Negeri Kudus.

Nurvitasari, E., Supriyadi. (2019). Inventarisasi Sains Asli Suku Malind: Upaya Dalam Pengembangan Kurikulum IPA Konstektual Papua Berbaasis Etnosains. Jurnal Pendidikan Sains dan Matematika. Vol 7 (1).

Prasetyo, M. A. M. (2018). Desain Kurikulum IAIN Lhokseumawe (Studi Analisis Mata Kuliah: Filsafat Manajemen Jurusan Manajemen Pendidikan Islam). Idarah (Jurnal Pendidikan Dan Kependidikan), 2(2), 1–17.

Purwandari, Maulida. (2015). Identifikasi faktor Penghambat Pelaksanaan Kurikulum 2013 Di SD Negeri Jlaban Sentono Kulon Progo. Artikel Jurnal. Universitas Negeri Yogyakarta.

Qomariyah, dkk. (2021). Implementasi Kurikulum 2013 Pada Jenjang Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan. Vol 6 (2).

(9)

Siswanto, I., Thaib. (2015). Inovasi Kurikulum Dalam Pengembangan Pendidikan (Suatu Analisis Implementatif). Jurnal Edukasi. Vol 1 (2).

Spersz, V. (2017). Metode Analisis Untuk Peningkatan Kualitas.Hadi, K. (2015). Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Gisting Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2014/2015. Univeristas Lampung.

Widiasih, dkk. (2015). Pengembangan Perangkat Praktikum Berorientasi Lingkungan Penunjang Pembelajaran IPA SMP sesuai kurikulum 2013. Jurnal Pendidikan Indonesia. Vol 4(2).

Referensi

Dokumen terkait

Top ThrEE awarDS • ASSAf Science-for-Society Gold Medal Award, 2009 • Nutrition Society of South Africa award for outstanding contribu- tion to nutrition research, 2004 • GSK/Save