• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Jurnal(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN MAJELIS DESA PAKRAMAN BALI DALAM PELAKSANAAN INVESTASI KEPARIWISATAAN DI

WILAYAH DESA PAKRAMAN

1

Oleh:

Dewa Nyoman Gede Suatmaja2 Abstract

This description aims to examine the role of the village council (MDP) Bali in implementing tourism investment in the rural area.After doing some assessments in normative legal research methods, finally can be concluded as follows:

First, the trigged factor of implementation of tourism investment in rural area of pakraman are (a) The natural beauty and top valeu of its unique culture and social condition. (b) Government policies and regulation that support the implementation of tourism investments in rural areas of pakraman. (c) On the other side, desa pakraman with awigawig (local Rules) owned can be a controlling factor for the implementation of tourism investments in its territory.Second, MDP Bali unable to participate directly in the implementation of tourism investment in rural area of pakraman caused the implementation of tourism investment in the region is a matter of autonomy of desa pakraman concerned. MDP Bali can only play a role: (A). Providing a advices, suggestions and option to any interested parties; (B). encourage desa pakraman in controlling the investment in its region. The impetus is stipulated in MDP Bali decree No 050/Kep/PSM-1/

MDP Bali/III/2006, that any investment in the region of pakraman must receive a recommendatoin from desa pakraman.Third, Efforts can be made by MDP Bali in conflict resolution at that field of tourism investment within the region of pakraman is mediating the setllement of the conflict conducted by the parties.

Keywords: Pakraman Bali Assembly, Tourism Investmen, Pakraman Village Abstrak

Tulsan n bertujuan untuk mengkaj peranan Majels Desa Pakraman (MDP) Bal dalam pelaksanaan nvestas keparwsataan d wlayah desa pakraman.Setelah dlakukan pengkajan dengan metode peneltan hukum normatf, akhrnya dapat dsmpulkan sebaga berkut. Pertama, faktor penark pelaksanaan nvestas keparwsataan d wlayah desa pakraman melput (a) kendahan alam dan konds sosal budaya yang unk dan bernla tngg; (b) faktor kebjakan dan regulas pemerntah yang mendukung pelaksaaan nvestas d wlayah desa pakraman; dan (c) d ss lan desa pakraman dengan awig-awig yang dmlknya dapat menjad faktor pengendal bag pelaksanaan nvestas d wlayahnya. Kedua, MDP Bal tdak dapat berperan secara langsung dalam pelaksanaan keparwsataan d wlayah desa pakraman, sebab pelaksanaan nvestas d wlayah desa pakraman

1 Artkel n merupakan karya lmah mahasswa pada Program Stud Magster (S2) Ilmu Hukum Program Pascasarjana Unverstas Udayana, serta mengucapkan termakash kepada Prof. Dr. I Nyoman Srtha, SH.,MS dan Dr. I Ketut Sudantra, SH.,MH selaku Pembmbng Tess.

2 Mahasswa Program Magster Unverstas Udayana, Denpasar, Bal, e-mal: balbanana@hotmal.

com

(2)

merupakan urusan otonom desa pakraman yang bersangkutan. MDP Bal hanya dapat berperan: (a) member saran, usul dan pendapat kepada phak-phak yang berkepentngan; (b) mendorong desa pakraman untuk mengendalkan nvestas d wlayahnya. Dorongan tersebut dtuangkan dalam Keputusan MDP Bal Nomor 050/Kep/Psm-1/MDP Bal/III/2006 yang menegaskan bahwa setap nvestas d wlayah desa pakraman wajb mendapat rekomendas dar desa pakraman.

(3) Upaya yang dapat dilakukan oleh MDP Bali dalam penyelesaian konflik d bdang nvestas keparwsataan d wlayah desa pakraman adalah menjad mediator dalam penyelesaian konflik yang dilakukan oleh para pihak.

Kata kunc: Majels Desa Pakraman, nvestas keparwsataan, desa pakraman nla nvestas d sektor parwsata yang mengucur d daerah Bal. Penanaman nvestas keparwsataan terus menngkat melalu pembangunan- pembangunan fasltas-fasltas keparwsataan, sepert hotel, vlla, restoran, dan lan-lan. Pembangunan fasltas-fasltas keparwsataan dengan penamaman nvestas dalam sekala kecl maupun besar tdak hanya terjad d daerah-daerah perkotaan melankan juga telah merambah sampa d pelosok-pelosok desa.

Masfnyapertumbuhan nvestas parwsata tersebut pada tataran realtas terlhat dalam perubahan bentang lahan pulau Bal secara drasts. Daerah pessr, daerah bantaran sunga, perbuktan, dan pegunungan;

bahkan hutan yang berfungs sebaga daerah resapan ar pun tdak lepas dar sasaran lokas pembangunan fasltas parwsata. Perubahan fungs - fungs lahan yang sangat pesat, bukan saja menjad ancaman serus terhadap eksstens para petan yang sejak lama bergantung pada lahan pertanan sawah, tetap juga mengakbatkan perubahan struktur I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tdak dapat dbantah bahwa keparwsataan Bal menmbulkan dampak yang signifikan bagi kehdupan masyarakat Bal, bak yang berupa dampak postf maupun negatf.

Perkembangan keparwsataan Bal daku telah memberkan kontrbus yang besar bag kemajuan ekonom daerah, dtanda oleh menngkatnya berbaga kegatan ekonom, terbukanya peluang kerja dan kesempatan berusaha, menngkatkan penyerapan tenaga kerja, dan lan-lan. Dar hasl yang dberkan oleh kunjungan wsatawan yang terus menngkat, keparwsataan Bal juga member sumbangan yang signifikan bagi penerimaan devisa negara sehngga dapat dmanfaatkan oleh pemerntah untuk menngkatkan kesejahteraan rakyat.

Karena dyakn bahwa keparwsataan dapat mengantarkan masyarakat kearah masyarakat yang lebh maju dan sejahtera, maka pembangunan keparwsataan Bal terus dpacu. Hal n, antara lan tercermn dar semakn menngkatnya

(3)

pekerjaan yang rentan mencptakan masalah pengangguran.3

D sampng tu, masuknya berbaga kepentngan ke wlayah perdesaan sebaga akbat maraknya pembangunan fasltas keparwsataan rentan menmbulkan benturan-benturan kepentngan yang d beberapa tempat terbukti bereskalasi menjadi konflik.

Konds-konds d atas dapat dpandang sebaga dampak negatf dar keparwsataan Bal sebab berbaga konds d atas d sampng sangat potensal mengubah wajah Bal menjad destnas parwsata yang jauh dar nla-nla parwsata budaya, juga dapat mengubah nla- nla dan perlaku masyarakat Bal yang dkenal menjunjung tngg nla- nla kerukunan (suka dama) menjad masyarakat yang menjauh nla-nla tersebut.

Sejatnya, kehdupan sosal budaya masyarakat dan parwsata d Bal merupakan dua hal yang tdak dapat dpsahkan. Komponen sosal budaya masyarakat adalah modal utama dalam pengembangan parwsata Bal. D dalam jarngan komponen tersebut, budaya agrars dan sosal-relgus yang terwujud dalam tatanan kehdupan masyarakat Bal yang dwadah oleh berbaga organsas tradsonal, sepert subak, desa pakraman, banjar, dadia, dan

3 N. Sutawan, 1997. Strategi Pengembangan Subak sebagai Lembaga Irigasi Tradisonal di Bali. Dalam Ptana (edtor). Subak Sistem Tradisonal di Bali, sebuah Canang Sar.

Denpasar: Upada Sastra

kelompok-kelompok fungsonal (sekeha-sekeha) berfungs sebaga plar utama penyangga struktur sosal budaya yang ada. Artnya, faktor kunc keberhaslan pembangunan parwsata Bal terletak pada keberlangsungan dua pranata tradsonal tersebut.

Idealnya pengembangan parwsata Bal semestnya darahkan agar mampu mencptakan pola hubungan salng menguntungkan (smbotk mutualstk) antara elemen-elemen desa pakraman dengan ndustr parwsata. Dengan demkan parwsata dharapkan akan menjad bagan hdup dan mempunya makna/

memberkan manfaat bag kehdupan masyarakat desa pakraman tu sendr.4

Pengorgansasan kehdupan masyarakat Bal tdak dapat dpsahkan dar pengaruh desa pakraman sebaga organsas atau kesatuan masyarakat hukum adat d Bal yang mempunya fungs sosal relegus. Desa pakraman dapat dkatakan sebaga benteng budaya Bal, karena dalam desa pakramanlah segala aktvtas budaya tu tumbuh, berkembang dan bertahan.

Dewasa n, secara yurds kedudukan desa pakraman daku berdasarkan Peraturan Daerah Provns Bal Nomor 3 Tahun 2001 sebagamana telah dubah dengan peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2003 (selanjutnya dsebut Perda Desa Pakraman). Secara sosologs, desa pakraman sesungguhnya adalah

4 Tmothy, D.J., dan Boyd, S. W. 2003. Heritage Tourism. 1stEdton. England: Pearson Educaton Lmted.

(4)

unt kesatuan masyarakat yang sudah ada, hdup dan berkembang d Bal sejak masa pra-kerajaan dan tetap bertahan sampa sekarang.

Selama n, desa pakraman terbukt mempunya kemampuan untuk mempertahankan eksstensnya dtengah berbaga permasalahan dan tantangan yang telah dhadapnya sejak berabad-abad.Namun, serng dengan perkembangan jaman, permasalahan dan tantangan yang dhadap oleh desa pakraman semakn berat dan komplek, bak yang bersfat nternal maupun eksternal.Tantangan nternal antara lan berubahnya nla- nla, skap dan perlaku warga desa pakraman sebaga akbat dar tuntutan- tuntutan perkembangan poltk (lokal- nasonal), ekonom, sosal dan budaya.

Perkembangan-perkembangan tersebut tdak bsa dlepaskan dar pengaruh perkembangan zaman d era globalsas sekarang n. Tantangan yang bersfat eksternal, antara lan berupa serbuan nvestas ke wlayah desa pakraman yang dapat saja menmbulkan dampak kutan yang tdak dkehendak, sepert perubahan fungs lahan yang tdak terkendal, terjadnya berbaga macam konflik, baik konflik yang berdimensi nternal (antara sesama warga desa pakraman) ataupun yang berdmens eksternal (antara desa pakraman dengan nvestor dan atau pemerntah).

Sebelum tahun 2004, setap permasalahan dan tantangan yang terjad d desa pakraman dhadap sendr-sendr oleh desa pakraman yang bersangkutan dengan

berlandaskan kepada otonom yang dmlknya. Mengngat permasalahan dan tantangan yang dhadap desa pakraman semakn berat, tentu saja dewasa n dan ke depan, permasalahan dan tantangan tu tdak dapat lag dhadap sendr-sendr. Msalnya, permasalahan nvestas yang masuk wlayah desa pakraman.Permasalahan tersebut tdak dapat lag dhadap secara sendr-sendr oleh desa pakraman karena menyangkut kebjakan dan regulas dar pemerntah.

Sehubungan dengan penyele- saan permasalahan-permasalahan yang dhadap oleh desa pakraman, pada tahun 2004 telah dbentuk Majels Desa Pakraman (MDP) yang merupakan wadah tunggal desa pakraman seluruh Bal. Secara yurds, pembentukan MDP merupakan amanat Peraturan Daerah Provns Bal Nomor 3 Tahun 2001 tentang Desa Pakraman, tetap secara faktual baru bsa drealsaskan pada tahun 2004. Secara struktural, MDP mempunya susunan bertngkat, mula tngkat kecamatan terdapat MDP tngkat kecamatan yang lazm dsebut Majels Alt Desa Pakraman (MADP);

d tngkat kabupaten terdapat Majels Madya Desa Pakraman (MMDP); dan d tngkat provns terdapat Majels Utama Desa Pakraman (MUDP) Provns Bal.

Dengan mencermat perkem- bangan n, problem yurds yang muncul adalah bagamana MDP memankan perannya dalam penyelesaan masalah- masalah yang dhadap oleh desa pakraman, khususnya masalah yang

(5)

berkatan dengan nvestas d wlayah desa pakraman. Permasalahan- permasalahan yang perlu dtelt secara mendalam adalah berkatan dengan peranan MDP dalam pelaksanaan nvestas d wlayah desa pakraman serta upaya apa yang dapat dlakukan oleh MDP apabila terjadi konflik di bdang nvestas keparwsataan

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah durakan dapat d tark rumusan masalah adalah sebaga berkut:

1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruh pelaksanaan nvestas keparwsataan d wlayah desa pakraman?

2. Bagamana peran Majels Desa Pakraman (MDP) Bal dalam pelaksanaan nvestas keparwsataan d wlayah desa pakraman?

3. Upaya-upaya apakah yang dapat dlakukan oleh Majels Desa Pakraman (MDP) Bal dalam penyelasaian konflik di bidang nvestas keparwsataan d wlayah desa pakraman?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah durakan, tujuan peneltan n sebaga berkut:

1. Untuk menganalss faktor yang mempengaruh pelaksanaan nvestas keparwsataan d wlayah desa pakraman

2. Untuk menganalss peran MDP Bal dalam pelaksanaan nvestas keparwsataan d wlayah desa pakraman

3. Untuk menganalss upaya yang dapat dlakukan oleh MDP Bal dalam penyelesaian konflik di bdang nvestas keparwsataan.

II. METODE PENELITIAN Penulsan n dlakukan berdasarkan hasl peneltan yang menggunakan metode peneltan hukum normatf. Permasalahan yang dajukan dkaj berdasarkan norma- norma yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan.Jens pendekatan yang dgunakan dalam penulsan n adalah pendekatan undang-undang (statute aprroach) dan pendekatan konseptual (conceptual aprroach).5

Sebaga bahan hukum prmer dgunakan Peraturan Daerah Provns Bal Nomor 1 Tahun 2001 sebagamana telah dubah dengan peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2003. D sampng tu, untuk mengkaj peran Majels Desa Pakraman dalam peneltan n juga dkaj Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga Majels Desa Pakraman serta Keputusan Majels Desa Pakraman yang relevan.Sebaga bahan hukum sekunder, dalam penulsan n dgunakan beberapa lteratur yang relevan sebagamana dsebutkan pada bagan akhr tulsan n.

5 Peter Mahmud Marzuk, 2011, Penelitian Hukum, Edss Revs, Kencana Predana Group, Jakarta, hlm 136 & hlm. 177.

(6)

Pembahasan dan penyajan dalam penulsan n dlakukan secara deskrptf analts, yatu dengan menggambarkan peran normatf Majels Desa Pakraman Bal dalam pelaksanaan nvestas d wlayah desa pakraman dserta analss- analss berdasarkan argumentas yang dbangun berdasarkan norma, teor dan konsep yang relevan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Faktor yang Mempengaruhi

Pelaksanaan Investasi Kepariwisataan Di Wilayah Desa Pakraman

Secara umum konsep parwsata yang dkembangkan d Bal ddasarkan pada falsafah budaya dan adat stadat sebaga daya tark keparwsataan Beberapa potens yang dmlk oleh Desa Pakraman dalam menunjang parwsata adalah adanya struktur pola menetap d kawasan parwsata yang dlandas oleh konsep Tri hita karana, Tri mandala, Tri angga, dan Hulu teben. Konsep-konsep n menamplkan corak yang unk dan khas dalam tatanan kehdupan masyarakat Bal.

Dalam perkembangan parwsata Bal, faktor yang mempengaruh pelaksanaan nvestas dalam bdang parwsata pada umumnya adalah karena daya tark Bal sebaga destnas parwsata yang tersohor d seluruh duna.Sebagamana dketahu, keterkenalan Bal sebaga salah satu destnas parwsata duna dsebabkan

karena faktor alamnya yang ndah, penduduknya yang ramah, dan budaya Bal yang unk dan mempunya nla tngg. Faktor lannya adalah faktor kebjakan pemerntah yang

wellcome”: terhadap nvestas keparwsataan, melalu kebjakan dan regulas yang mendukung nvestas keparwsataan dar Pemerntah Pusat maupun Pemerntah Daerah.

Sebaga salah satu contoh, dapat dkemukakan perkembangan keparwsataan d Desa Pakraman Ubud. Perkembangan keparwsataan d daerah n secara hstors telah d awal sejak pemerntahan Raja Ubud pada tahun 1920-an. Ketertarkan wsatawan untuk datang dan ada beberapa dantaranya bermukm d Ubud disebabkan karena alam fisik Ubud yang ndah dan asr ddukung oleh karakter masyarakat yang ramah tamah dengan budayanya yang unk dan bernla tngg. Sepert dketahu, Ubud sejak dulu sampa sekarang dkenal sebaga daerah sen yang sangat terkenal sampa manca negara.

Perkembangan keparwsataan Ubud semakn mantap dengan dtetapkannya Ubud sebaga Daerah Kawasan Wsata melalu SK Bupat Ganyar No 29 Tahun 1988 tertanggal l0 Februar 1988 dan SK Gubernur Bal No 20 Tahun 1993. Regulas n kemudan menyebabkan semakn menngkatnya pembangunan fasltas keparwsataan d Ubud, sepert restoran, pondok wsata, sampa hotel berbntang,.

Pembangunan fasltas – fasltas

(7)

keparwsataan tersebut tentu saja memerlukan nvestas, bak dalam skala kecl, sedang dan besar. Berkut n dtamplkan data perkembangan fasltas keparwsataan d Desa Pakraman Ubud.

Tabel 1

Perkembangan Sarana Kepariwisataan Desa PakramanUbud , 2005- 2014

No. Fasilitas Kepariwistaan 2005 2010 2014

1 Hotel Berbintang 3 3 5 7

2 Hotel Berbintang 1 3 3 6

3 Pondok wisata 466 486 501

4 Pondok Melati 211 221 241

5 Restaurant/café 278 280 295

Tabel 2

Sarana dan Prasarana Kepariwisataan Pendukung di Desa PakramanUbud

No Nama Jenis Sarana Jumlah Unit

1 Seni Tari dan Tabuh 78

2 Museum 3

3 Gallery Sedang dan Kecil 21

4 Art shop / Kedai seni 163

5 Travel agent sedang dan kecil 28

6 Transportasi privat 568

7 Rumah Therapy / massage 32

8 Pasar Umum 1

9 Istana 1

10 Pura 6

Berkatan dengan pelaksanaan nvestas keparwsataan d wlayah (palemahan) desa pakraman, secara normatf desa pakraman mempunya wewenang untuk menentukan pelaksanaan nvestas keparwsataan d wlayahnya. Sesua dengan pengertan desa pakraman yang drumuskan dalam Pasal 1 angka (4) Perda Desa Pakraman, maka desa pakraman sebaga kesatuan masyarakat hukum adat yang mempunya wlayah tertentu

berhak mengurus rumah tangganya sendr. Dengan dakunya bahwa desa pakraman “berhak mengurus rumah tangganya sendr”, maka hal tu berart bahwa desa pakraman mempunya otonom mengurus drnya sendr, termasuk dalam menentukan peruntukan wlayah (palemahan) desa pakraman.

Kewenangan desa pakraman dalam mengurus wlayahnya kemudan secara spesifik disinggung lagi dalam Pasal 6 Perda Desa Pakraman yang menentukan bahwa, “Desa pakraman mempunya wewenang…turut serta menentukan setap keputusan dalam pelaksanaan pembangunan yang ada d wlayahnya terutama yang berkatan dengan Tri Hita Karana”. Berdasarkan ketentuan n berart bahwa desa pakraman dapat mempengaruh pelaksanaan nvestas keparwsataan di wilayahnya. Lebih spesifik lagi, desa pakraman dapat menolak ataupun menerma pelaksanaan nvestas keparwsataan d wlayahnya. Hanya saja, Perda Desa Pakraman tdak menjelaskan lebh lanjut bagamana cara pelaksanaan ketentuan Pasal 6 tersebut.

Dlhat dar mekansme yang lazm berlangsung d desa pakraman, setap keputusan desa pakraman selalu dambl berdasarkan musyawarah mufakat seluruh anggota desa pakraman (kerama desa), musyawarah mana dpmpn oleh Bendesa (Kepala Desa Pakraman). Acara musyawarah kerama desa pakraman tersebut

Sumber; Dnas Parwsata Kabupaten Ganyar Tahun 2014

Sumber; Data dolah dar DIPARDA Kab. Ganyar dan Profill DeaaPakramanUbud, 2014

(8)

dlakukan secara melembaga dalam suatu paruman desa atausangkepan desa. Dalam paruman desa tersebut, setap permasalahan dbcarakan/

dmusyawarahkan secara demokrats untuk kemudan dapat dambl keputusan. Setap keputusan paruman desa yang mempunya kekuatan mengkat semua kerama desa dsebut pararem, yang mempunya kekuatan sama dengan awig-awig.

Setap keputusan desa pakraman, juga tdak bsa lepas dar awig-awig desa pakraman. Menurut Tjok Istr Putra Astt, awig-awig tdak lan dar patokan-patokan tngkah laku yang dbuat oleh masyarakat yang bersangkutan berdasarkan rasa keadlan dan kepatutan yang hdup dalam masyarakat yang bersangkutan6 Berdasarkan Pasal 1 Perda Desa Pakraman, awig-awig adalah: “…

aturan yang dbuat oleh krama desa pakraman dan atau krama banjar pakraman yang dpaka sebaga pedoman dalam pelaksanaan Tri Hita Karana sesua dengan desa mawacara dan dharma agama di desa pakraman/ banjar pakraman masng-masng”.

Dengan demkan, awig-awig desa pakraman juga dapat mempengaruh pelaksanaan nvestas keparwsataan d wlayah desa pakraman. Apabla awig-awig desa pakraman melarang dlakukannya pembangunan fasltas keparwsataan d wlayahnya, maka pelaksanaan nvestas keparwsataan

6 Tjok Istr Putra Astt, 2005, Pemberdayaan Awig-awig Menuju Ajeg Bali, Lembaga Dokumentas dan Publkas Fakultas Hukum Unverstas Udayana, hlm. 9.

d wlayah desa pakraman tdak mudah untuk dlakukan., bahkan akan mendapat penolakan dar masyarakat desa pakraman. Sebalknya, apabla awig-awig desa pakraman member peluang dlakukannya pembangunan fasltas keparwsataan d wlayah desa pakraman maka peluang pelaksanaan nvestas d wlayah tu sangat besar.

3.2. Peran MDP Bali dalam Pelaksanaan Investasi Kepariwisataan Di Wilayah Desa Pakraman

Dar uraan d atas sudah jelas mengena peranan desa pakraman dalam pelaksanaan nvestas keparwsataan d wlayah desa pakraman, yatu dapat menolak atau menerma pelaksanaan nvestas tersebut.Hal tu sesua dengan otonom desa pakraman yang berhak mengurus wlayahnya (palemahan) sendr.

Sehubungan dengan adanya Majels Desa Pakraman sebaga wadah tunggal desa pakraman seluruh Bal, maka pentng dpaham peran MDP dalam pelaksanaan nvestas d wlayah desa pakraman.

Untuk melhat peran yang dapat dmankan oleh MDP Bal dalam pelaksanaan nvestas keparwsataan d wlayah desa pakraman, maka terlebh dahulu harus dpaham mengena tugas dan wewenang MDP.

Setelah tu baru dapat dpaham mengena peran MDP. Berdasarkan Pasal 16 Perda Desa Pakraman, MDP mempunya tugas: (a) mengayom adat stadat; (b) memberkan saran, usul

(9)

dan pendapat kepada berbaga phak, bak perorangan, kelompok/lembaga termasuk pemerntah tentang masalah- masalah adat; (c) melaksanakan setap keputusan-keputusan paruman dengan aturan-aturan yang dtetapkan; (d) membantu penyuratan awig-awig; dan melaksanakan penyuluhan adat stadat secara menyeluruh. Untuk dapat mengemban tugas-tugas berat tersebut, Perda Desa Pakraman memberkan beberapa wewenang kepada MDP, yatu: (a) memusyawarahkan berbaga hal yang menyangkut masalah-masalah adat dan agama untuk kepentngan desa pakraman; (b) sebaga penengah dalam, kasus-kasus adat yang tdak dapat dselesakan pada tngkat desa;

dan (c) membantu penyelenggaraan upacara keagamaan d kecamatan, kabupaten/kota, dan provns.

Menurut Wayan P. Wnda, MDP mempunya peran yang strategs, yatu: (1) memperkuat kelembagaan desa pakraman yang dapat dlakukan dengan bekerja sama dengan Pemerntah dalam usaha melestarkan

“jwa desa pakraman” sekalgus “jwa Bal”; (2) sebaga meda komunkas antar-kerama desa pakraman dan antar-desa pakraman yang ada d Bal;

(3) menjadi filter terhadap pengaruh luar desa pakraman; (4) secara proaktf membangun komunkas dan hubungan bak dengan organsas lan d luar desa pakraman dalam mewujudkan kedamaan Bal7

7 Wayan P. Wnda, 2011, “Peran Strategs MDP Bal dalam Menjawab Tantangan Bal Masa Depan”, dalam Himpunan Hasil-hasil Pesamuan Agung III MDP Bali, Majels utama Desa Pakraman (MDP) Bal, hlm. 15-16.

Dar rangkaan ketentuan normatf d atas, jelas MDP tdak dapat secara langsung berperan dalam pelaksanaan nvestas keparwsataan d wlayah desa pakraman. Pelaksanaan nvestas apapun d wlayah desa pakraman sepenuhnya merupakan kewenangan desa pakraman, sebab keberadaan MDP tdak menadakan otonom desa pakraman. Sesua tugas MDP sebagamana dtentukan dalam Pasal 16 ayat (1) Perda Desa Pakraman, MDP Bal dapat berperan dalam pelaksanaan nvestas d wlayah desa pakraman dengan member saran, usul dan pendapat kepada phak-phak yang berkepentngan, dalam hal n desa pakraman, nvestor ataupun kepada pemerntah tentang pelaksanaan nvestas. Hal n dapat dlakukan sebab nvestas d wlayah desa pakraman juga menyentuh masalah adat, yatu menyangkut wlayah (palemahan) desa pakraman sebaga benteng budaya Bal.

D sampng tu, sesua dengan ketentuan pasal 16 ayat (2) Perda Desa pakraman, MDP Bal juga dapat berperan secara tdak langsung dalam menghadap masalah pelaksanaan nvestas d wlayah desa pakraman, yatu dengan memusyawarahkan masalah tersebut untuk dambl sebuah keputusan yang pada glrannya dapat menjad pedoman bag seluruh desa pakraman d Bal. Sesua dengan Pasal 21 Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga MDP, terdapat tga forum pertemuan MDP sebaga sarana untuk mengambl keputusan, yatu (1)

(10)

Paruman (Paruman Agung, Paruman madya, Paruman Alt), (2) Pesamuan dan (3) Pesangkepan (Pasal 21).

Dalam pasal 22 ayat (4) dsebutkan bahwa keputusan yang mengkat seluruh desa pakraman d Bal dambl dalam forum pertemuan pada level Paruman Agung. Dalam praktek, keputusan-keputusan strategs MDP yang menyangkut masalah-masalah adat dambl dalam forum musyawarah yang dnama Pesamuan Agung, Hal tu dapat dlhat dalam buku Hmpunan Hasl-hasl Pesamuhan Agung MDP Bal yang dterbtkan oleh Majels Utama Desa Pakraman (MDP) Bal tahun 2010 ataupun yang dterbtkan tahun 20119

Berkatan dengan pelaksanaan nvestas d wlayah desa pakraman, MDP Bal telah mengambl suatu keputusan yang strategs melalu Pesamuan Agung I MDP Bal yang dselenggarakan tanggal 3 Maret 2006. Keputusan yang dtuangkan dalam Keputusan MDP Bal Nomor 050/Kep/Psm-1/MDP Bal/III/2006 menyatakan sebaga berkut:

1. Setap nvestas d wewidangan/

wawengkon (wlayah) desa

8 Majels Utama Desa Pakraman (MDP) Bal, 2004, Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga Majels Desa Pakraman, hlm. 12-13.

9 Buku Hmpunan hal-hasl Pesamuhan Agung MDP Bal yang terbt tahun 2010 bers (1) Keputusan MDP Bal Nomor 050/Kep/Psm- 1/MDP Bal/III/2006 tentang Hasl-hasl Pesamuan Agung I MDP Bal; (2) Keputusan MUDP Bal Nomor 01/Kep/Psm-2/MDP Bal/X/2007 tentang Hasl-hasl Pasamuan Agung II MDP Bal; sedangkan buku terbtan 2011 bers Keputusan Majels Utama Desa Pakraman Bal Nomor 01/Kep/Psm-3/MDP Bal/x/2010 tentang Hasl-hasl Pesamuan Agung III MDP Bal.

pakraman patut mendapat rekomendas desa pakraman, selan persetujuan dar nstans terkat lannya.

2. rekomendas dberkan oleh bendesa berdasarkan keputusan parumankrama desa pakraman10 Dalam Keputusan MDP Bal Nomor 050/Kep/Psm-1/MDP Bali/III/2006 tidak secara spesifik dsebutkan dasar pertmbangan dkeluarkannya keputusan tersebut, kecual hanya secara umum dsebutkan bahwa keputusan tersebut dpandang perlu dbuat karena semakn kompleksnya permasalahan adat dan hukum adat Bal. Tetap secara tersrat dapat dpaham bahwa keputusan tersebut dlatarbelakang oleh suatu kekhawatran tdak terkendalnya pelaksanaan nvestas d wlayah desa pakraman, kekhawatran mana dapat dterjemahkan dar frasa ”semakn kompleksnya permasalahan adat..”

sebagamana dtuangkan dalam konsderan menmbang dar keputusan tersebut.

Mengena tujuan dkeluarkannya keputusan tersebut, secara eklplst dsebutkan dalam konsderan maupun dalam dktum, yatu untuk djadkan pedoman bag segenap prajuru desa ataupun jajaran MDP Bal dalam menghadap masalah-masalah adat11.

10 Majels Utama Desa Pakraman(MUDP) Bal, 2007, Himpunan Hasil-hasil Pesamuhan Agung I dan II MDP Bali, hlm. 20.

11 Konsderan pont “menmbang Keputusan Majels Utama Desa Pakraman (MDP) Bal Nomor 050/Kep/Psm-1/MDP Bal/III/2006, dalam Majels Utama Desa Pakraman (MUDP) Bal, bd, hlm. 3

(11)

Sfat yang lunak dar keputusan n, yatu hanya sebaga pedoman, dapat dpaham sebab MDP tdak boleh menadakan otonom desa pakraman. Agar putusan tersebut mengkat desa pakraman maka mash perlu dtuangkan lebh lanjut dalam awig-awig desa pakraman.

Sesungguhnya, tdak ada hal baru dar keputusan n. Keputusan n hanya menegaskan kembal bahwa desa pakraman mempunya otonom terhadap wlayahnya, sehngga berhak mengurusnya sendr. Melalu keputusan n MDP Bal mengngatkan desa pakraman d seluruh Bal bahwa berdasarkan otonom yang dmlk setap desa pakraman dapat mengendalkan pelaksanaan nvestas d wlayahnya.

Agar pelaksanaan nvestas d wlayah desa pakraman dapat dkendalkan oleh desa pakraman tu sendr sehngga tdak merugkan desa pakraman, maka pelaksanaan nvestas tersebut haruslah mendapatkan persetujuan dar desa pakraman. Persetujuan desa pakraman tersebut dwujudkan dalam bentuk rekomendas desa pakraman yang dtandatangan oleh bendesa.

3.3. Upaya Yang Dapat Dilakukan Majelis Desa Pakraman untuk Menyelesaikan Konflik di Bidang Investasi Kepariwisataan

Dengan masuknya nvestas keparwsataan d wlayah desa pakraman, tdak dapat dhndar hadrnya berbaga kepentngan d

wlayah desa pakraman. Berbaga kepentngan tersebut dapat saja salng berbenturan dan bereskalas menjad konflik. Dengan mengutip Boulding, I Made Wdnyana menyatakan bahwa konflik adalah “...Suatu situasi dar persangan dmana para phak menyadar adanya ketdakcocokan potensal dar poss-poss yang akan datang, dan dmana setap phak mengngnkan untuk menepat poss yang tdak sesua dengan kengnan- kengnan dar phak lannya”. 12

Berkaitan dengan konflik sebaga akbat pelaksanaan nvestas d wlayah desa pakraman, konflik dapat terjad antara desa pakraman d satu phak melawan nvestor atau pemerntah dphak lan. D sampng itu, konflik juga dapat terjadi antara desa pakraman yang satu dengan yang lannya atau antara banjar yang satu dengan banjar lannya dalam satu desa pakraman. Dalam perspektf Comaroff dan Roberts bentuk konflik ini disebut konflik intrahouse13. Akbat masuknya aktvtas-aktvtas keparwsataan d suatu wlayah desa pakraman, dapat juga menimbulkan konflik antara ndvdu dalam desa pakraman, bahkan konflik antara individu anggota desa pakraman melawan kelompoknya (banjar atau desa pakraman),

12 I Made Wdnyana, 2009, Alternatif Penyelesaian Sengketa (ADR),FkahatAneska- BANI, Jakarta,hlm.52.

13 Valerne J.L Krekhoff, 2001, “Medtas (Tnjauan dar Seg Amtropolog Hukum)”, dalam T.O Ihrom (Penyuntng), Antropologi Hukum Sebuah Bunga Rampai, Yayasan Obor Indonesa,Jakarta,hlm.225.

(12)

Penyebab konflik pun dapat beragam. Dalam hal konflik antara desa pakraman melawan nvestor, konflik antara lain dapat terjadi karena perbedaan pendapat dalam mempersepskandan menykap pelaksanaan kesepakatan kerja sama antara desa pakraman dan nvestor;

pelaksanaan nvestas yang tdak sesua dengan peraturan adat, ketdakpuasan terhadap realsas dar komtmen yang sudah dcapa oleh desa pakraman dan nvestor, serta kepentngan nternal masyarakat d desa pakraman yang tdak dakomodas oleh phak nvestor, dan lain-lain. Konflik yang terjadi antara desa pakraman satu dengan lannya dapat terjad, msalnya, muncul kepermukaan sebagai konflik batas wilayah. Konflik antar-individu anggota desa pakraman ataupun ndvdu anggota desa pakraman melawan kelompoknya (banjar atau desa pakraman) potensal terjad sebaga akbat perbedaan perseps terkat hak dan kewajban kerama desa sebaga dampak masuknya kegatan parwsata d wlayah desa pakraman yang bersangkutan. Msalnya, seorang anggota desa pakraman tdak mampu lag menunakan kewajbannya hadr untuk ngaturangayah secara fisik d banjar atau desa karena bekerja d hotel atau restoran sehngga dkenakan sanks oleh banjar atau desa pakraman.

Berbagai macam konflik yang terjad terkat dengan pelaksanaan nvestas keparwsataan d wlayah desa

pakraman dealnya dapat dselesakan sendr oleh desa pakraman melalu mekanisme penyelesaian konflik secara adat yang terseda, msalnya penyelesaan melalu paruman/sangkep d tngkat banjar atau desa pakraman.

Pada umumnya, penyelesaian konflik melalu mekansme adat dapat secara efektif menyelesaikan konflik antar- ndvdu dalam kelompok banjar atau desa pakraman, tetap kurang efektf menyelesaikan konflik yang terjadi dmana kelompok (banjar atau desa pakraman) yang terlibat dalam konflik.

Oleh karena tu, karena komplekstas konflik, bisa saja konflik-konflik yang menyangkut nvestas keparwsataan tdak dapat dselesakan d tngkat desa pakraman. Dalam stuas demkan, MDP dapat berperan dalam menyelesaikan konflik sesuai dengan landasan normatf yang datur dalam Perda Desa Pakraman. Berdasarkan ketentuan pasal 16 ayat (2) Perda Desa Pakraman, MDP mempunya wewenang “sebaga penengah dalam kasus-kasus adat yang tdak dapat dselesakan pada tngkat desa”.

Walaupun masalah sengketa nvestas adalah persoalan perdata, tetap sepanjang konflik tersebut menyangkut desa pakraman sebaga phak yang berkonflik, maka konflik tersebut dapat dkategorkan sebaga kasus adat, sehngga MDP dapat berperan sebaga penengah.

Dlhat dar perspektf model penyelesaan sengketa yang dkenal sebaga Alternative Dispute

(13)

Resolution (ADR), peran yang dapat dlakukan oleh MDP berdasarkan wewenangnya tu berada pada tataran peran sebaga medator. Bentuk penyelesaannya dsebut medas, yatu proses penyelesaan sengketa antara para pihak yang berkonflik dengan menggunakan bantuan phak ketga yang netral sebaga penengah. Phak ketga yang menjad penengah tu hanya berkedudukan sebaga fasltator untuk merundngkan kepentngan- kepentngan para phak, sedangkan keputusan tetap dambl oleh para phak14. Secara yurds formal, model penyelesaan melalu medas datur dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbtrase dan Alternatf Penyelesaan Sengketa.

IV. PENUTUP 4.1 Simpulan

Berdasarkan uraan sebelumnya, akhrnya dapat dsmpulkan sebaga berkut:

1. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruh pelaksanaan nvestas keparwsataan d wlayah desa pakraman. D satu ss, faktor kendahan alam dan konds sosal budaya yang unk dan bernla tngg dapat menjad faktor penark pelaksanaan nvestas keparwsataan d suatu wlayah desa pakraman.

D sampng tu, faktor kebjakan dan regulas pemerntah yang “wellcome” terhadap

14 Ibid., hlm.111.

nvestas keparwsataan sema- kn menyebabkan maraknya pelaksanaan nvestas keparw- sataan d wlayah desa pakraman.

D ss lan, desa pakraman dengan awig-awig (peraturan adat) yang dmlk dapat menjad faktor pengendal pelaksanaan nvestas keparwsataan d wlayah desa pakraman yang bersangkutan.

2. Majels Desa Pakraman (MDP) Bal tdak dapat berperan secara langsung dalam pelaksanaan nvestas keparwsataan d wlayah desa pakraman sebab pelaksanaan nvestas d suatu wlayah desa pakraman merupakan otonom desa pakramanyang bersangkutan.

Melalu mekansme yang ada (paruman desa), desa pakraman dapat saja menerma atau menolak nvestas yang masuk d wlayahnya tanpa memerlukan campur tangan MDP Bal. Tetap secara normatf, MDP dapat berperan memberkan saran, usul- usul dan pendapat kepada para phak yang berkepentngan (desa pakraman, nvestor, pemerntah) terhadap pelaksanaan nvestas keparwsataan d wlayah desa pakraman tetap saran dan usul tersebut tdak mengkat.

Peran strategs yang sudah dlakukan oleh MDP Bal adalah mengeluarkan keputusan yang tujuannya mendorong desa

(14)

pakraman seluruh Bal untuk mengendalkan nvestas d wlayahnya masng-masng, yatu dengan menentukan bahwa setap nvestas d wlayah desa pakraman wajb mendapat rekomendas dar desa pakraman. Dorongan tersebut tertuang dalam Keputusan MUDP Bal Nomor 050/Lep/Psm-1/MDP Bal/III/2006.

3. Upaya yang dapat dlakukan oleh MDP Bal untuk menyelesakan konflik di bidang investasi keparwsataan, terutama nvestas d wlayah desa pakraman adalah peran sebaga penengah (medator) antara para pihak yang berkonflik. Hal itu sesua wewenang yang dberkan oleh Pasal 16 ayat (2) Perda Desa Pakraman.

4.2 Saran

Sebaga penutup tulsan n, akhrnya dkemukakan beberapa saran sebaga berkut.

1. Kepada Pemda Bal dsarankan untuk membuat pengaturan secara eksplst tentang hak- hak dan kewajban nvestor dan desa pakraman dalam pelaksanaan nvestas d wlayah desa pakraman. D sampng tu, Pemda Bal menngkatkan pelathan dan penddkan sumber daya manusa d bdang keparwsataan

2. Kepada MDP Bal dsarankan

agar mengoptmalkan pember- dayaan desa pakraman agar aspras masyarakat dpat tersalur dengan bak terkat dengan pelaksanaan nvestas keparwsataan d wlayah desa pakraman. Dengan begtu diharapkan, konflik yang terjadi antara masyarakat dan nvestor dapat dhndar.

3. Kepada Investor dsarankan bahwa dalam melakukan penanaman modal (nvestas) d wlayah desa pakraman hendaknya tdak saja berpatokan pada hukum formal tetap juga harus memperhatkan awig-awig desa pakraman sebaga aturan- aturan lokal yang mengatur hubungan antara desa pakraman dan lngkungan wlayahnya.

DAFTAR PUSTAKA

AsttTjok Istr Putra, 2005, Pemberdayaan Awig-awig Menuju Ajeg Bali, Lembaga Dokumentas dan Publkas Fakultas Hukum Unverstas Udayana.

Majels Utama Desa Pakraman (MDP) Bal, 2004, Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga Majelis Desa Pakraman.

Majels Utama Desa Pakraman (MDP) Bal. 2007. Hmpunan Hasl- hasl Pasamuhan Agung I dan II MDP Bal.

Marzuk Peter Mahmud, 2011, Penelitian Hukum, Eds Revs,

(15)

Kencana Prenada Group, Jakarta.

N. Sutawan, 1997. Strategi Pengembangan Subak sebagai Lembaga Irigasi Tradisional di Bali. Dalam Ptana (edtor).

Subak Sistem Tradisional di Bali, sebuah Canang Sari. Denpasar:

Upada Sastra

Tmothy, D.J., dan Boyd, S. W. 2003.

Heritage Tourism. 1stEdton.

England: Pearson Educaton Lmted.

WdnyanaI Made, 2009, Alternatif Penyelesaian Sengketa (ADR), FkahatAneska-BANI, Jakarta.

Wnda Wayan P, 2011, “Peran Strategs MDP Bal dalam Menjawab Tantangan Bal Masa Depan”, dalam Hmpunan Hasl-hasl Pesamuan Agung III MDP Bal, Majels Utama Desa Pakraman (MDP) Bal.

Valerne J.L. Krekhoff, 2001,

“Medas (Tnjauan dar Seg Antropolog Hukum)”, dalam T.O. Ihrom (Penyuntng), Antropologi Hukum Sebuah Bunga Rampai, Yayasan Obor Indonesa, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Sekalipun UUD 1945 tidak memberikan politik hukum atau arahan kebijakan mengenai status Undang- Undang pengesahan perjanjian international, praktik Mahkamah Konstitusi

(trademark), terdapat perbedaan sebagai berikut, domain name bukan merupakan hak milik yang dilindungi, sebagai akibatnya, walaupun telah diberikan, domain name masih

298 law in Indonesia for the case of foreign nationals who commit narcotics crime is carried out in accordance with legal procedures in force through the criminal justice