• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Jurnal(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PERJANJIAN KERJASAMA PENGELOLAAN PARIWISATA TANAH LOT ANTARA PEMERINTAH

DAERAH KABUPATEN TABANAN DENGAN DESA PAKRAMAN BERABAN DALAM PERSPEKTIF KEADILAN

DAN KEPASTIAN HUKUM

Oleh :

I Kadek Yudhi Pramadita1 Abstract

The author of this journal aims to analyze the cooperation agreement between the tourism management Tanah Lot Tabanan District Government with Pakraman Beraban not provide the right balance for the parties to the agreement and a cooperation agreement tourism management Tanah Lot justice for Pakraman Beraban. Jurnal was prepared using methods using a normative juridical research approaches legislation and approach to the concept. Based on the survey results revealed that the cooperation agreement tourism management Tanah Lot between the Regional Government of Tabanan regency with Pakraman Beraban not provide the right balance for the parties to the treaty because Tabanan regency has a higher position than Pakraman Beraban, so that the rights granted to the village pakraman not the same, the imbalance is also due Tabanan District Government want to manage the DTW Tanah Lot, in accordance with Article 12 Paragraph 3 of the Law of regional governments.

Further, management cooperation agreement Tanah Lot tourism fair is to revise the substance of the agreements II in chapters 8 and 9 Paragraph (1), by applying the principle of legal equality and the principle of balance.

Keywords: Cooperation Agreement, Tourism Management, Balance of Rights, justice

Abstrak

Penuls jurnal n bertujuan untuk menganalss perjanjan kerjasama pengelolaan parwsata Tanah Lot antara Pemerntah Daerah Kabupaten Tabanan dengan Desa Pakraman Beraban tdak memberkan kesembangan hak bag para phak dalam perjanjan tersebut serta perjanjan kerjasama pengelolaan parwsata Tanah Lot yang berkeadlan bag Desa Pakraman Beraban. Jurnal n dsusun menggunakan metode peneltan yurds normatf dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konsep. Berdasarkan hasl peneltan dketahu bahwa Perjanjan kerjasama pengelolaan parwsata Tanah Lot antara Pemerntah Daerah Kabupaten Tabanan dengan Desa Pakraman Beraban tdak memberkan kesembangan hak bag para phak dalam perjanjan tersebut karena Kabupaten Tabanan memlk kedudukan yang lebh tngg dar

1 Program Stud Magster (S2) Kenotaratan Unverstas Brawjaya, Malang, Jawa Tmur, Emal:

[email protected]

(2)

Desa Pakraman Beraban, sehngga hak yang dberkan kepada Desa pakraman tdak sama, Ketdaksembangan tersebut juga dkarenakan Pemerntah Daerah Kabupaten Tabanan ngn mengelola sendr DTW Tanah Lot tersebut, yang sesua dengan Pasal 12 Ayat 3 UU Pemerntah daerah. Selanjutnya, Perjanjan kerjasama pengelolaan parwsata Tanah Lot yang berkeadlan adalah dengan melakukan revs terhadap substans perjanjan kerjasama II pada pasal 8 dan 9 Ayat (1), dengan menerapkan asas persamaan hukum dan asas kesembangan.

Kata kunc: Perjanjian Kerjasama, Pengelolaan Pariwisata, Keseimbangan Hak, Berkeadilan

I. PENDAHULUAN

Kebudayaan Bal merupakan salah satu dar kebudayaan Nusantara yang sangat unk dengan jat dr yang khas. Jat dr tersebut merupakan rajutan fsk, kelembagaan, dan gaya berfkr lokal, terpadu dengan sstem kepercayaan, komuntas, dan flosof. Nla-nla universal, sepert keharmonsan, relgus, apresas estetk, soldartas dan kesembangan merupakan cr utama kebudayaan Bal yang ddukung oleh sebagan besar penduduknya yang menganut agama Hndu. Konsep sprtual yang kuat sehngga membuat Bal terkenal d seluruh duna.

Kebudayaan merupakan bagan kehdupan masyarakat Bal. Budaya masyarakat Bal menjad daya tark yang palng domnan dalam perkembangan parwsata d Bal. Hal n dapat terwujud karena masyarakat Bal selalu memperkenalkan, melestarkan dan menngkatkan mutu objek dan daerah tujuan wsata (selanjutnya dsebut DTW), mempertahankan norma-norma dan nla-nla budaya agama dan kehdupan alam Bal. Bal ddentkkan dengan kebudayaan dan adat yang

dmlk oleh masyarakatnya. Salah satu utama penyangga kebudayaan d Bal, yatu Desa Pakraman2, yang sebelumnya dsebut Desa Adat3.

Dalam lngkungan masyarakat adat Bal, dkenal sebaga “Desa Adat” yang mengorgansr masyarakat secara bulat. Eksstens desa adat betul-betul kuat dan sangat domnan.

Bahkan hampr menjangkau seluruh aspek kehdupan. Desa adat semakn

2 Nama Desa Pakraman berdasarkan Peraturan Daerah Provns Bal Nomor 3 Tahun 2001 tentang Desa Pakraman . Dalam Pasal 1 angkat (4) dsebutkan “Desa Pakraman adalah kesatuan masyarakat hukum adat d Provns Bal yang mempunya satu kesatuan trads dan tata krama pergaulan hdup masyarakat umat Hndu secara turun temurun dalam katan kahyangan tiga atau kahyangan desa yang mempunya wlayah tertentu dan harat kekayaan sendr serta berhak mengurus rumah tangganya sendr”

3 Nama Desa Adat berdasarkan Peraturan Daerah Provns Daerah Tngkat I Bal Nomor 6 Tahun 1986 tentang Kedudukan, Fungs Peranan Desa Adat Sebaga Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Dalam Provns Daerah Tngkat I Bal yang dalam Pasal 1 huruf (e) dsebutkan “Desa Adat sebaga Desa Dresta adalah kesatuan masyarakat hukum adat d Provns Daerah Tngkat I Bal yang mempunya satu kesatuan trads dan tata karma pergaulan hdup masyarakat umat Hndu secara turun temurun dalam katan kahyangan tiga (kahyangan desa) yang mempunya wlayah tertentu dan harta kekayaan sendr serta berhak mengurus rumah tangganya sendr”.

(3)

berpegangan kepada suatu sarana yang menyebabkan semakn bulat yang dsebut Pura Kahyangan Tiga. Pura Khayangan Tiga melput Pura Dalem, Pura Puseh dan Pura Desa.4

Desa Pakraman d Bal adalah satu masyarakat hukum yang memlk otonom asl, yatu kewenangan untuk mengatur atau mengurus rumah tangganya sendr, kekuasaan mana terlahr dar desa tu sendr, tdak dar kekuasaan lan yang lebh tngg.

Dengan otonom desa yang dmlk oleh Desa Pakraman, maka Desa Pakraman tdak saja mengurus peran- peran sosal budaya dan keagamaan, melankan juga peran ekonom dalam menyejahterakan masyarakat dengan berpedoman pada awig-awig5. Awig- awig Desa Pakraman merupakan

4 Tjok Raka Dherana, Pembinaan Awig-awig Desa, (Jakarta: Parsada Hndu Dharma Pusat, 1974), hlm. 8, tap desa d Bal mengandung tga unsur kahyangan tga, konkrtsas tempat pemujaan sang hyang wd wasa, Tuhan Yang Maha Esa yang manfestas dalam Tri Sakti, Tri Murti – karang desa, sebaga konkrtsas proyeks dar adanya bhuwana yang tunduk dbawah kekuasaan hukum tertoral bale agung karma adat sebaga suatu kesatuan hdup yang terorgansr secara rap dalam wlayah kesatuan terrtoral bale agung, secara selungsung sabhayantaka bersama-sama melaksanakan panca yadnya dan seluruh aspek kehdupan masyarakat untuk mahayu hayuning bhuwana atas landasan eths agama Tri Pramana : Bayu, Sabda,dan Idep.

Kahyangan tiga dmula oleh sejak Empu Kuturan abad X d setap desa d Bal.

5 Pasal 1 angka 11, Peraturan Daerah Provns Bal Nomor 3 tahun 2001 tentang Desa Pakraman dsebutkan : Awig-awig adalah aturan yang dbuat oleh karma desa dan atau banjar pakraman yang dpaka sebaga pedoman dalam pelaksanaan Tri Hita Karana sesua dengan desa mawacara dan dharma agama d Desa Pakraman/ banjar pakraman masng-masng

patokan tngkah laku, bak tertuls maupun tdak tertuls, yang dbuat oleh karma Desa Pakraman berdasarkan rasa keadlan dan kepatuhan yang hdup dalam masyarakat. Dengan fungs dan otonom yang dmlk Desa Pakraman yang dpayung oleh awig-awig sehngga sampa saat n, Desa Pakraman tetap ekss dalam hubungan antara karma (anggota Desa Pakraman) dengan tuhan, antara karma desa dengan sesame karma desa dan antara karma desa dengan lngkungannya, termasuk dalam pengelolaan harta kekayaan Desa Pakraman serta pengelolaan kekayaan budaya masyarakat Bal.

Bal sebaga destnas wsata yang sudah terkenal bak d dalam neger maupun luar neger. Sesua dengan Pasal 23 Ayat (1) huruf c Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Keparwsataan (selanjutnya dsebut UU Keparwsataan) menjelaskan bahwa Pemerntah maupun Pemerntah Daerah memlk kewajban untuk memelhara, mengembangkan, dan melestarkan aset nasonal yang menjad daya tark wsata.

Pengelolaan daya tark wsata yang dlakukan oleh Desa Pakraman dapat damat pada pola kehdupan masyarakat adat dengan agama Hndu Bal, adat dan budayanya yang menyatu padu dalam suasana yang harmons. Ikatan n terwadah dalam nsttus tradsonal yang dsebut lembaga adat, yatu desa adat, banjar subak sekaa dan sebaganya lembaga

(4)

n merupakan bass atau nsttus budaya yang bersfat budaya, agama dan ekonom.

Salah satu objek wsata yang terkenal d Bal adalah Tanah Lot, DTW Tanah Lot terletak d Kabupaten Tabanan, Kecamatan Kedr, Desa Adat Beraban. DTW Tanah Lot mula dkenal sebaga objek wsata andalan d Kabupaten Tabanan oleh wsatawan mancanegara dan domestk sejak tahun 1970-an. Tanah Lot mulanya dkelola swadaya oleh masyarakat dengan sarana dan prasarana yang sangat mnm dan hanya dkunjung oleh wsatawan lokal pada har-har lbur saja. Namun sekarang Tanah Lot sudah berkembang menjad objek wsata yang amat terkenal dan selalu rama dkunjung tdak hanya har lbur saja, tetap d har-har basa dengan sarana pendukung yang sudah lebh bak.

DTW Tanah Lot merupakan termasuk tanah ayahan desa oleh Desa Pakraman Beraban, namun dambl alh oleh Pemerntah Daerah Kabupaten Tabanan, ketdakadlan dalam penyelenggaraan pengelolaan obyek wsata Tanah Lot terjad karena phak yang berhak adalah Pemerntah Daerah Kabupaten Tabanan, tetap juga sebaga akbat domnas Pemerntah Daerah Kabupaten Tabanan dalam penyelenggaraan pengelolaan obyek wsata Tanah Lot.

Berdasarkan ketentuan Pasal 25 Peraturan Daerah Provns Bal Nomor 2 tahun 2012 tentang Keparwsataan

Budaya Bal (selanjutnya dsebut Perda Keparwsataan Budaya Bal) menjelaskan bahwa :“Desa pakraman dan/ atau lembaga tradsonal lannya dapat bekerjasama dengan pemerntah daerah melakukan usaha-usaha untuk mencegah aktvtas keparwsataan yang tdak sesua dengan keparwsataan budaya Bal”.

Ketentuan Pasal 25 Perda Keparwsataan Budaya Bal, merupakan penjabaran dar ketentuan Pasal 1 angka 3 UU Keparwsataan yang menjelaskan bahwa “Parwsata adalah berbaga macam kegatan wsata dan ddukung berbaga fasltas serta layanan yang dsedakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerntah dan Pemerntah Daerah”.

Berdasarkan Pasal 1 angka 3 UU Keparwsataan tersebut, masyarakat, dalam hal n Desa Pakraman yatu Desa Pakraman Beraban, dber hak oleh peraturan perundang-undangan untuk memberkan pelayanan serta menyedakan fasltas d dalam obyek wsata kepada wsatawan, bak karena obyek wsata tersebut berada d dalam wlayah Desa Pakraman, maupun karena obyek tu merupakan mlk Desa Pakraman. Pemerntah Daerah dan Desa Pakraman dapat menyelenggarakan pengelolaan obyek wsata secara bersama-sama tanpa mengedepankan hegemoni6 kekuasaan pemerntah.

6 hegemoni merupakan sebuah teor yang dkemukakan oleh Gramsci yang menekankan kepemmpnan cultural yang dlaksanakan oleh kelas penguasa. Hegemon merupakan pemaksaan yang dlakukan oleh eksekutf untuk menekan rakyat dalam menjalankan

(5)

Pengabaan kedudukan dan fungs dar Desa Pakraman dalam pengelolaan obyek wsata demkan tu secara berlarut-larut dapat menjad sumber konflk yang berkepanjangan antara desa Pakraman dengan Pemerntah Daerah. Untuk mencapa keberhaslan serta memberkan keadlan dalam pengelolaan obyek wsata dbutuhkan kerja sama antara Pemerntah Daerah dengan Desa Pakraman sebagamana yang dtentukan dalam Pasal 5 huruf c UU Keparwsataan yang menyatakan bahwa “keparwsataan dselenggarakan dengan prnsp member manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadlan, kesetaraan dan proporsonaltas”.

Berbeda dar ketentuan dalam Pasal 5 huruf c, kerjasama yang dlakukan Pemerntah Daerah dengan Desa Pakraman yang dsn penuls lebh menekankan pada kerjasama yang dlakukan Pemerntah Daerah Kabupaten Tabanan dengan Desa Pakraman Beraban, dmana untuk memnmalsr konflk yang terjad dalam pengelolaan obyek wsata, sesua juga dengan ketentuan Peraturan Pemerntah Nomor 50 tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah (selanjutnya dsebut PP Tata Cara Pelaksanaan kerjasama Daerah) dmana dalam Pasal 2 huruf c menyatakan bahwa

kebjakan tertentu d suatu wlayah, dalam buku I Wayan Wesna, Pertarungan Politik Hukum Negara Dan Politik Kebudayaan, (Denpasar: Udayana Uneversty Press, 2010), hlm 46 .

“kerjasama daerah dlakukan dengan prnsp snerg”. Pengertan snerg yang dmaksud dalam Pasal 2 huruf c adalah suatu upaya untuk mewujudkan keharmonsan antara Pemerntah, masyarakat dan phak swasta untuk melakukan kerjasama dem mewujudkan kesejahteraan dalam masyarakat. Demkan juga dalam Pasal 2 huruf d yang menyatakan bahwa: “kerjasama daerah dlakukan dengan prnsp salng menguntungkan”.

Salng menguntungkan dsn adalah pelaksanaan kerjasama daerah harus dapat memberkan keuntungan bag masng-masng phak dan dapat memberkan manfaat bag masyarakat.

Berdasarkan ketentuan Pasal 2 huruf c dan Pasal 2 huruf d PP Tata Cara Pelaksanaan kerjasama Daerah, kerjasama antara Pemerntah Daerah dengan Desa Pakraman dapat memberkan keadlan dan kepastan hukum dalam pengelolaan obyek wsata. Kerjasama tersebut juga bermanfaat dalam mencegah hegemon Pemerntah Daerah dalam memposskan Desa Pakraman dalam penyelenggaraan pengelolaan obyek wsata.

Desa Pakraman Beraban d dalam perjanjan kerjasama bak yang I maupun II tdak mendapatkan hak yang sepantasnya dalam perjanjan tersebut.

DTW Tanah Lot tu terdapat Pura Luhur Tanah Lot yang perlu dadakan odalan (upacara keagamaan) setap enam bulan sekal serta perlu djaga

(6)

dan dlestarkan kesucan dar Pura Luhur Tanah Lot tersebut, sehngga merugkan dan tdak memberkan keadlan bag Desa Pakraman Beraban dan perjanjan kerjasama tersebut tdak mencermnkan keadlan dan kesembangan yang selaras dengan hukum perjanjan.

Dar latar belakang masalah yang telah dpaparkan penuls tersebut datas menark untuk membuat karya lmah dengan judul “Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Pariwisata Tanah Lot Antara Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan Dengan Desa Pakraman Beraban Dalam Perspektif Keadilan dan Kepastian Hukum”.

Dar latar belakang permasalahan yang telah durakan datas, maka dapat drumuskan permasalahan yang terjad pokok kajan adalah sebaga berkut:

1) Mengapa perjanjan kerjasama pengelolaan parwsata Tanah Lot antara Pemerntah Daerah Kabupaten Tabanan dengan Desa Pakraman Beraban tdak memberkan kesembangan hak bag para phak dalam perjanjan tersebut?

2) Bagamana perjanjan kerjasama pengelolaan parwsata Tanah Lot yang berkeadlan bag Desa Pakraman Beraban?

Orgnaltas peneltan n dar peneltan-peneltan terdahulu adalah:

pertama jurnal magster hukum udayana (udayana master law journal) berjudul kewenangan pemerntah

kabupaten badung dalam pengendalan perznan pembangunan sarana akomodas parwsata yang dtuls oleh Ar Artaya7, kedua dar jurnal lmu komunkas berjudul strateg publc relatons parwsata Bal yang dtuls oleh Kadek Dw Cahaya Putra8. Dar kedua jurnal datas berbeda dar peneltan n yang lebh memfokuskan kerjasama pengelolaan keparwsataan yang berspekktf keadlan dan kepastan hukum.

Peneltan hukum n mempunya 2 tujuan yakn Tujuan Umum dan Tujuan Khusus:

1) Tujuan Umum:

Untuk menganalss perjanjan kerjasama pengelolaan parwsata Tanah Lot antara Pemerntah Daerah Kabupaten Tabanan dengan Desa Pakraman Beraban tdak mengatur kesembangan hak bag para phak dalam perjanjan tersebut dan untuk menganalss perjanjan kerjasama

7 ARTAYA, Ar. KEWENANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN

BADUNG DALAM PENGENDALIAN

PERIZINAN PEMBANGUNAN

SARANA AKOMODASI

PARIWISATA. Jurnal Magister Hukum Udayana (Udayana Master Law Journal), vol.5 no.3 eds september 2016. <https://ojs.unud.ac.d/ndex.

php.jmhu/artcle/vew/23660>. Dakses tanggal: 24 jan. 2017. do:https://do.

org/10.24843/JMHU.2016.v05.03.p10.

8 PUTRA, Kadek Dw Cahaya. Strateg Publc Relatons Parwsata Bal. Jurnal ILMU KOMUNIKAS, vol.5 no.1 eds jun 2008. <https://ojs.uajy.ac.d/ndex.

php.jmhu/artcle/vew/217>. Dakses tanggal: 24 jan. 2017. do:https://do.

org/10.24002/jk.v51.217

(7)

pengelolaan Parwsata Tanah Lot yang mencermnkan berkeadlan bag Desa Pakraman Beraban.

2) Tujuan Khusus: untuk memaham perjanjan kerjasama pengelolaan parwsata Tanah Lot antara Pemerntah Daerah Kabupaten Tabanan dengan Desa Pakraman Beraban tdak mengatur kesembangan para phak dalam perjanjan tersebut dan untuk memaham perjanjan kerjasama pengelolaan Parwsata Tanah Lot yang mencermnkan berkeadlan bag Desa Pakraman Beraban.

II. METODE PENELITIAN Peneltan yang dgunakan dalam tess n adalah peneltan hukum9 normatf. Peneltan hukum normatf dsebut juga peneltan hukum doktrnal, dsebut juga peneltan perpustakaan atau stud dokumen.10 Peneltan hukum normatf adalah pemecahan masalah yang ddasarkan pada peraturan perundang-undangan dan lterature-lteratur yang berkatan dengan permasalahan yang dbahas beranjak dar adanya kesenjangan dalam Norma atau asas hukum, yang

9 Peter Madmud Marzuk, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm 35, mengatakan bahwa peneltan hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prnsp- prnsp hukum, maupun doktrn-dokrn hukum guna menjawab su hukum yang dhadap.

10 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, (Jakarta: Snar Grafka, 2002), hlm.

13. Dsebut peneltan hukum dokrner, karena peneltan n dlakukan atau dtujukan hanya pada peraturan –peraturan yang tertuls atau bahan-bahan hukum yang lan.

memlk crr dengan menggunakan landasan teorts dan bahan hukum yang terdr atas bahan hukum prmer dan bahan hukum sekunder.11 Pada peneltan hukum jens n, serng kal hukum dkonsepkan sebaga apa yang tertuls dalam peraturan perundang- undangan (law in books) atau hukum dkonsepkan sebaga kadah atau Norma yang merupakan patokan berprlaku manusa yang danggap pantas.12

Pendekatan yang dgunakan dalam peneltan n adalah Pendekatan perundang - undangan (statute approach)13 pendekatan

11 Bambang Sugono, Metodelogi Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafndo, 2009), hlm.

12 Amrudn dan Zanal Askn, 41 Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafndo Persada, 2006), hlm. 118

13 Johnny Ibrahm, Teori Dan Metode Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayumeda, 2005), hlm. 246 – 249. Pendekatan n menggunakan Pendekatan Perundang – undangan ( statute approach ) yang memlk cr – cr : 1) Comprehensive ( norma – norma hukum yang ada d dalamnya terkat antara satu dengan lan secara logs ), 2) All-inclusive ( kumpulan norma hukum tersebut cukup mampu menampung permasalahan hukum yang ada, sehngga tdak akan ada kekurangan hukum ), 3) Sistematic ( d sampng bertautan antara satu dengan yang lan, norma – norma hukum tersebut juga tersusun secara herarks ), Pendekatan Kasus ( cese approach ) dan Pendekatan Konsep ( conseptual approc ) . Selan pendekatan tersebut dalam peneltan hukum normatf juga dgunakan bebarapa pendekatan lan, yatu :), Pendekatan Analts ( analytical approach ), Pendekatan Perbandngan ( comparative approach ), Pendekatan Hstors ( historical approach ), Pendekatan Flsafat ( philosophical approach ), Pada hlm. 47, dsebutkan tentang kesmpulan dar metode peneltan hukum normatf adalah suatu prosedur peneltan lmah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logka kelmuan hukum dar ss normatfnya. Logka

(8)

konsep (conceptual approach) untuk menghaslkan konsep perbakan, pendapat ahl dar lteratur, jurnal, koran, dan artkel dar nternet sebaga bahan pendekatan untuk menganalsa.14 Melalu pendekatan n maka penuls menggal bahan-bahan hukum, bak yang dpublkaskan maupun yang tdak dpublkaskan dan untuk selanjutnya penuls menganalss dan menympulkan permasalahan tersebut berdasarkan bahan hukum yang dperoleh. Pendekatan n dlakukan dengan jalan menelusur bahan-bahan pustaka, bak lteratur, Undang- Undang, Peraturan-peraturan yang dkeluarkan Pemerntah dan teor-teor yang ada.

Sumber bahan hukum yang dpergunakan dalam peneltan n dapat dbedakan ke dalam dua kelompok yatu:

Menurut Peter Marzuk, bahan hukum prmer merupakan bahan hukum yang bersfat otortatf artnya mempunya otortas. Bahan-bahan hukum prmer terdr dar perundang- undangan, catatan-catatan resm atau rsalah pembuatan perundang- undangan dan putusan-putusan hakm.

Bahan hukum yang dgunakan dalam peneltan n, berupa Undang-Undang

kelmuan yang ajeg dalam peneltan hukum normatf dbangun berdasarkan dspln lmah dan cara - cara kerja lmu hukum normatf, yatu lmu hukum yang objeknya hukum tu sendr.

14 Metode peneltan dengan pendekatan perbandngan dsebut comparative approach yatu membandngkan pendapat ahl untuk melhat suatu masalah.

Dasar Negara Republk Indonesa Tahun 1945, UU Pemerntah Daerah, UU Keparwsataan, UU Desa, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tabanan Tahun 2016-2021, - P e r j a n j a n Kerjasama No 358/ DPBRB/XI/2011 tentang pengelolaan daya tark Tanah Lot dan Wawancara dengan phak dar Pemerntah Daerah yatu dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tabanan, Dnas Pendapatan Kabupaten Tabanan, Dnas Parwsata Kabupaten Tabanan, dan Bendesa Adat Desa Beraban untuk mendapatkan konfrmas dan klarfkas tentang perjanjan kerjasama tersebut yang tdak mencermnkan kesembangan.

Bahan hukum sekunder berupa bahan hukum yang terdr dar doktrn-doktrn yang ada dalam buku- buku, jurnal hukum, nternet dan majalah hukum yang relevan dengan permasalahan yang dtelt.

Peneltan n dlakukan dengan metode pengumpulan bahan hukum yurds, melalu stud kepustakaan dan stud dokumentas. Metode penelusuran bahan hukum n dlakukan dalam bentuk kajan terhadap lteratur, dokumen-dokumen, karya lmah dan berta pada nternet.

Teknk analss bahan, yatu menganalss data dar bahan hukum prmer dan sekunder untuk kemudan data yang dperoleh tersebut dolah dan dsusun secara sstemats serta durakan, sehngga dperoleh

(9)

gambaran yang jelas dan lengkap tentang obyek peneltan sehngga dperoleh analss yang mendalam tentang perjanjan kerjasama pengelolaan parwsata Tanah Lot antara Pemerntah Daerah Kabupaten Tabanan dengan Desa Pakraman Beraban dalam perspektf keadlan dan kepastan hukum. Data yang dperoleh kemudan dplh dan dolah dengan menganalss secara kualtatf yatu dengan menghubungkan antara data yang ada, yang berkatan dengan pembahasan dan selanjutnya dsajkan secara deskrptf. Maksudnya data yang telah rampung tad dpaparkan dengan dserta analss sesua dengan teor yang terdapat pada buku-buku, lteratur dan peraturan perundang- undangan yang berlaku, guna mendapatkan kesmpulan sebaga akhr dar penulsan tess n.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Perjanjian Kerjasama

Pengelolaan Pariwisata Tanah Lot Antara Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan Dengan Desa Pakraman Beraban Tidak Memberikan Keseimbangan Hak Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Perjanjan kerjasama merupakan perjanjan tdak bernama yang datur d luar KUHPerdata, tetap terjad d dalam masyarakat. Lahrnya perjanjan kerjasama d dalam praktek adalah berdasarkan Pasal 1338 KUHPerdata.

Berdasarkan Pasal 1338 Ayat (1)

KUHPerdata, ketentuan n berbuny

“Semua persetujuan yang dbuat secara sah berlaku sebaga Undang-Undang bag mereka yang membuatnya”.

Perjanjan antara Pemerntah Daerah Kabupaten Tabanan dengan Desa Pakraman Beraban telah memenuh syarat perjanjan. Mengena syarat-syarat perjanjan yang telah djelaskan maka sesua dengan ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata dan ddukung Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah (selanjutnya dsebut UU Tata Cara Pelaksanaan Kerja sama Daerah). Pasal 1320 KUHPerdata mencakup empat syarat fundamental yang harus dpenuh agar perjanjan dapat dnyatakan sah.

Maka sesua dengan perjanjan yang dbuat antara Pemerntah Kabupaten Tabanan dengan Desa Pakraman Beraban bahwa, antara para phak telah sepakat untuk mengkatkan dr, n telah sesua dengan syarat perjanjan pada bagan pertama. Mengena kecakapan untuk membuat perjanjan, para phak telah memenuh syarat yang terdapat pada bagan kedua. In terbukt dar kedua belah phak yang salng bersepakat membuat perjanjan masng-masng antara Pemerntah Daerah Kabupaten Tabanan (N Putu Eka Wryastut/Bupat Tabanan) dengan Desa Pakraman Beraban (I Wayan Artawa/ Bendesa Adat Beraban) telah memenuh syarat sebaga badan hukum/ subyek hukum.

Untuk syarat ke tga, yatu mengena

(10)

suatu hal tertentu dapat djelaskan bahwa sesua dengan s perjanjan telah jelas yang menjad objek/ prestas adalah mengena pengelolaan objek wsata Tanah Lot. Prestas terdr atas memberkan sesuatu, berbuat sesuatu dan tdak berbuat sesuatu (Pasal 1234 KUHPerdata). Sedangkan yang terakhr tentang suatu sebab yang halal, dapat djelaskan adalah sebab yang dbenarkan oleh Undang- Undang, ketertban umum, kebasaan, kepatutan, dan kesuslaan. Jad jka dlhat dar hal tersebut d atas maka sesungguhnya perjanjan yang dbuat Pemerntah Kabupaten Tabanan dengan Desa Pakraman Beraban belum memenuh kepatutan, n dapat dlhat dar s perjanjan mengena hak dan kewajban masng-masng phak yang sesua analsa tdak sembang.

Dar suatu perjanjan tersebut maka akan tmbul suatu hak dan kewajban dar para phak yang membuatnya. Hak dartkan sebaga suatu tuntutan atau dapat juga dbuat oleh atau atas nama seseorang ndvdu atau kelompok pada beberapa konds atau kekuasaan. Hak merupakan segala sesuatu yang harus ddapatkan oleh setap orang yang telah ada sejak lahr dan bahkan sebelum lahr. Dengan hak yang dmlknya, seseorang dapat mewujudkan apa yang menjad kengnan dan kepentngannya.

Hak yang terkandung dalam suatu perjanjan kerjasama adalah hak nsb atau hak relatf yang memberkan wewenang kepada seseorang tertentu

atau beberapa orang tertentu untuk menuntut agar supaya seseorang atau beberapa orang lan tertentu memberkan sesuatu.

Kewajban merupakan suatu pemenuhan kepentngan yang daku dan dlndung oleh hukum. Hak dan kewajban merupakan suatu konsep kunc dalam yursprudens dan etka yang sama dmana hak bers tuntutan dan konds bak dan kewajban dharapkan untuk menyumbang menjad bak. Adanya hak pada seseorang berart bahwa a mempunya suatu kestmewaan tersebut adanya suatu kewajban pada seseorang berart bahwa dmnta darpadanya suatu skap atau tndakan yang sesua dengan kestmewaan yang ada pada orang lan.

Perjanjan kerjasama II tdak terdapatnya suatu kesembangan antara hak dan kewajban yang dperoleh Desa Pakraman Beraban dalam pengelolaan DTW Tanah Lot. Ketdaksembangan tersebut merupakan suatu pelanggaran atas apa yang dmlk oleh masyarakat Desa Pakraman Beraban.

Suatu kewajban bag Pemerntah Kabupaten Tabanan, sebaga phak yang memlk kewenangan untuk dapat melakukan kerjasama yang ddasar atas Peraturan Pemerntah Nomor 50 tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah.

Kewajban yang dsertakan dalam s perjanjan seharusnya tdak merugkan masyarakat Desa Pakraman Beraban yang pada kenyataannya Pemerntah

(11)

Daerah Kabupaten Tabanan kut mendapatkan hasl dar Pengelolaan Objek wsata Tanah Lot, namun tdak ada tanggung jawab untuk kut memelhara dan membantu kelangsungan pembangunan nfrastruktur dan pemelharaan pura sebaga tmbal balk dar mendapat bagan berupa pembagan hasl pengelolaan objek wsata Tanah Lot.

Sehngga dalam perjanjan tersebut mencermnkan sesua asas dalam perjanjan.

3.1.1 Faktor Yang Menyebabkan Tidak diberikan Keseim- bangan Hak Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian

Dalam suatu perjanjan kerjasama, kesembangan antara hak dan kewajban dar para phak merupakan hal yang utama sebaga dasar pertmbangan lahrnya perjanjan kerjasama tersebut. Pelaksanaan hak dan kewajban haruslah berjalan sembang. Artnya, para phak tdak boleh terus menuntut hak tanpa memenuh kewajban.

Kesembangan dalam suatu perjanjan merupakan suatu konds antara hak dan kewajban tersebut djalankan dengan sama oleh para phak dalam perjanjan. Dalam perjanjan terdapat faktor yang mempengaruh kesembangan tersebut adalah kedudukan phak yang tdak setara sehngga tmbul ketdaksetaraan prestas yang djanjkan tmbale balk.

Dalam perjanjan kerjasama II Pemerntah daerah Kabupaten Tabanan memlk kedudukan yang lebh tngg dar Desa Pakraman Beraban, sehngga hak yang dberkan kepada Desa pakraman tdak Sama dengan apa yang dperoleh Pemerntah Daerah Kabupaten Tabanan.15 Ketdaksembangan tersebut juga dkarenakan Pemerntah Daerah Kabupaten Tabanan ngn mengelola sendr DTW Tanah Lot tersebut, yang sesua dengan Pasal 12 Ayat 3 UU Pemerntah daerah. Dalam Pasal 12 Ayat 3 UU Pemerntah Daerah tersebut terdapat suatu kewenangan dar pemerntah daerah dalam pengelolaan parwsata.16 Sehngga pemerntah Daerah Kabupaten Tabanan ngn mengelola sendr DTW Tanah Lot tersebut, padahal DTW Tanah Lot tersebut berada d kawasan Desa Pakraman Beraban. Dalam areal DTW Tanah Lot tersebut terdapat pura-pura yang perlu djaga, dlestarkan kesucan pura dan dlaksanakan piodalan (upacara) setap enam bulannya yang dlaksanakan oleh Pengempon

15 Hasl wawancara dengan bagan hukum DPRD kabupaten Tabanan pada har kams, tanggal 2 maret 2017

16 Pasal 12 Ayat 3 UU Pemerntah Daerah menjelaskan bahwa Urusan Pemerntah plhan sebagamana dmaksud dalam pasal 11 ayat (1), melput :

a. Kelautan dan perkanan b. Parwsata

c. Pertanan d. Kehutanan

e. Energ dan sumber daya mneral f. Perdagangan

g. Perndustran, dan h. transmgras

(12)

pura dan masyarakat Desa Pakraman Beraban.

Dar pembahasan tersebut Desa Pakraman Beraban tdak memperoleh perlndungan hukum yang semestnya.

Perlndungan hukum adalah tndakan yang memberkan perlndungan terhadap hak asas manusa terhadap ke sewenang-wenangan penguasa yang tdak sesua dengan aturan hukum, agar masyarakat dapat menkmat semua hak yang dberkan oleh hukum.

Desa Pakraman Beraban dalam perjanjan tersebut dkatakan dalam poss yang mnor atau poss rendah, sehngga hak dan kewajban Desa Pakraman tersebut berbeda dengan apa yang dperoleh oleh Pemerntah Daerah Kabupaten Tabanan yang dalam perjanjan memlk poss sebaga penguasa. Selan Desa Pakraman Beraban, Pemerntah Daerah Kabupaten Tabanan juga kut memelhara, membantu kelangsungan pembangunan nfrastruktur dan pemelharaan pura sebaga tmbale balk dar mendapat bagan berupa hasl dar pengelolaan objek wsata Tanah Lot.

3.2 Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Pariwisata Tanah Lot yang Berkeadilan bagi Desa Pakraman Beraban Perjanjan menjad suatu hal yang pentng serng dengan pertumbuhan dan perkembangan ekonom saat n. Dalam perjanjan kerjasama pengelolaan parwsata

Tanah Lot antara Pemerntah Daerah Kabupaten Tabanan dengan Desa Pakraman Beraban Nomor 12 tahun 2011 tentang Pengelolaan Daya Tark Wsata Tanah Lot yang dbuat tertuls dan telah dtanda tangan oleh kedua belah phak. Selanjutnya perjanjan kerjasama yang telah dsepakat tersebut akan menjad Undang-Undang bag mereka yang membuatnya.

Perjanjan tersebut dalam hal n adalah ekspres persetujuan kengnan dengan dsesuakan berguna untuk dhormat.

Dalam penerapan konsep keadlan adalah para ndvdu d hadapan yang lannya berhak atas kedudukan mbale berupa kesetaraan atau ketdaksetaraan tertentu. Keadlan merupakan suatu dasar dan oleh aturan hukum berart semata-mata bukanlah legaltas formal menjamn keteraturan dan konsstens dalam pelaksanaan peraturan tetap keadlan yang berdasarkan pada pengenalan supremas nla keprbadan seseorang dan nsttus menyedakan bngka kerja untuk ekspres yang penuh.17 Keadlan dalam perasaan yang palng luas terdr dar tata tertb hubungan manusa berdasarkan prnsp umum keadlan yang dterapkan.

Keadlan merupakan suatu yang abstrak, subjektf karena keadlan menyangkut nla ets yang danut oleh masng-masng ndvdu. Keadlan berlawanan dengan pelanggaran hukum, penympangan, ketdaktetapan,

17 Morrs Gnsberg, Keadilan Dalam Masyarakat, (Bantul: Pondok Edukas, 2003), hlm . 35

(13)

ketdakpastan, keputusan yang tdak terduga, tdak dbatas oleh peraturan, skap memhak dalam penerapan aturan, aturan yang memhak atau sewenang- wenang melbatkan dskrmnas yang tdak berdasar yatu dskrmnas yang berdasarkan perbedaan yang tdak relevan. Keterkatan antara keadlan dan ketdakadlan dalam pemberan gant rug dengan prnsp ‘perlakukan hal-hal yang serupa dengan cara yang serupa dan hal-hal yang berbeda dengan cara yang berbeda’ terletak pada keyaknan moral bahwa mereka yang dkena hukum juga memlk hak mbale balk agar orang lan tdak menmpakan tndakan tertentu yang merugkan mereka. Struktur hak dan kewajban semacam n yang mencegah terjadnya kerugan yang besar dalam masyarakat sosal. Dalam teor keadlan dapat memerksa apakah hak dan kewajban yang dterma dalam suatu masyarakat dalam prnsp keadlan formal untuk membershkan dar elemen-elemen kesewenangan, dskrmnas yang tak berdasarkan pada perbedaan yang relevan.

Dengan mempertmbangkan keadlan yang seharusnya dberkan pada Desa Pakraman Beraban maka penuls berpendapat bahwa seharusnya drevs substans perjanjan kerjasama II tersebut, yang terdapat pada pasal 8 dan 9 Ayat (1), sebaga berkut:

Pasal 8 Baya

(1) Baya pengelolaan Daya Tark Wsata Tanah Lot terdr dar

baya operasonal manajemen dan pembangunan;

(2) Baya operasonal manajemen danggarkan setap tahun berdasarkan rapat badan pengelolaan dan dtetapkan dengan keputusan ketua umum badan pengelola;

(3) Perubahan baya operasonal manajemen dlakukan sekurang- kurangnya 6 (enam) bulan sekal berdasarkan rapat badan pengelola;

(4) Penggunaan baya operasonal manajemen sebagamana dmaksud pada ayat (1) dgunakan untuk gaj/upah pengurus dan/atau karyawan/karyawat manajemen operasonal, honor pengurus badan pengelola, baya rutn dan baya lan-lan yang sah.

Pasal 9

Pembagan hasl

(1) Bahwa dar hasl pendapatan bruto setelah dkurang dengan baya-baya sebagamana dmaksud dalam pasal 8, maka para phak sepakat mengatur hasl pembagan sebaga berkut :

a. Pemerntah Daerah Kabupaten Tabanan sebesar 50% (lma puluh persen);

b. Desa Pakraman Beraban sebesar 25% (dua puluh lma persen);

c. Pura Luhur Tanah Lot sebesar 10,5% (sepuluh koma lma persen);

(14)

d. Pura-pura terkat d kawasan tempat daya tark wsata Tanah Lot sebesar 7,5% (tujuh koma lma persen); dan

e. Desa Pakraman se-kecamatan Kedr 6, 5% (enam koma lma persen).

Sehngga memberkan keadlan bag Desa Pakraman Beraban yang mempunya tugas yang berat dalam menjaga kesucan, kelestaran DTW Tanah Lot. Tugas tu pun dlaksanakan sendr oleh masyarakat Desa Pakraman Beraban dan Pengempon pura. Dan juga fungs dasar dar perjanjan kerjasama adalah memenuh kebutuhan hukum para phak yang membuat perjanjan, tdak sekedar hanya mengatur, namun juga memberkan keleluasaan dan kebebasan sepenuhnya kepada para phak untuk menentukan apa yang menjad kebutuhan mereka sebaga dasar penstrukturan mater perjanjan yang dbuat. Latar belakang atau raso perjanjan adalah tujuan perjanjan, yatu pertukaran yang adl.

Pertukaran yang adl terjad apabla dalam hubungan tersebut terwujud perjanjan yang bers prestas dengan mbangan kontrak prestas. Pertukaran kepentngan (prestas-kontra prestas) merupakan kerangka dasar perjanjan yang menentukan wujud pertukaran hak dan kewajban yang proporsonal.

IV. KESIMPULAN

1. Perjanjan kerjasama pengelolaan parwsata Tanah Lot antara Pemerntah Daerah Kabupaten

Tabanan dengan Desa Pakraman Beraban tdak memberkan kesembangan hak bag para phak dalam perjanjan tersebut karena Kabupaten Tabanan memlk kedudukan yang lebh tngg dar Desa Pakraman Beraban, sehngga hak yang dberkan kepada Desa pakraman tdak sama, Ketdaksembangan tersebut juga dkarenakan Pemerntah Daerah Kabupaten Tabanan ngn mengelola sendr daerah tujuan wsata Tanah Lot tersebut, yang sesua dengan Pasal 12 Ayat 3 UU Pemerntah daerah.

2. Perjanjan kerjasama pengelolaan parwsata Tanah Lot yang berkeadlan adalah dengan melakukan revs terhadap substans perjanjan kerjasama II pada pasal 8 dan 9 Ayat (1), dengan menerapkan asas persamaan hukum dan asas kesembangan.

DAFTAR PUSTAKA Buku

Amrudn dan Zanal Askn, 2006, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafndo Persada, Jakarta.

Bambang Sugono, 2009, Metodelogi Penelitian Hukum, Raja Grafndo, Jakarta

Bambang Waluyo, 2002, Penelitian Hukum dalam Praktek, Snar Grafka, Jakarta.

(15)

I Wayan Wesna, 2010, Pertarungan Politik Hukum Negara Dan Politik Kebudayaan, Udayana Uneversty Press, Denpasar.

Johnny Ibrahm, 2005, Teori Dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Bayumeda, Malang.

Morrs Gnsberg, 2003, Keadilan Dalam Masyarakat, Pondok Edukas, Bantul.

Tjok Raka Dherana, 1974, Pembinaan Awig-awig Desa, Parsada Hndu Dharma Pusat, Jakarta.

Wrta Gradh, 1977, Peranan Otonomi Desa Adat dalam Pembangunan, Kertha Patrka, Denpasar

Peter Madmud Marzuk, 2007, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta.

Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Dasar 1945

Ktab Undang-Undang Hukum Perdata

Peraturan Daerah Provns Daerah Tngkat I Bal Nomor 6 Tahun 1986 tentang Kedudukan, Fungs Peranan Desa Adat Sebaga Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Dalam Provns Daerah Tngkat I Bal

Peraturan Daerah Provns Bal Nomor 3 Tahun 2001 tentang Desa Pakraman

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerntahan Daerah.

Jurnal:

ARTAYA, Ar. KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN

BADUNG DALAM

P E N G E N D A L I A N P E R I Z I N A N P E M B A N G U N A N

SARANA AKOMODASI

P A R I W I S A T A . J u r n a l Magister Hukum Udayana (Udayana Master Law Journal), vol.5 no.3 eds september 2016. <https://ojs.

unud.ac.d/ndex.php/jmhu/

artcle/vew/23660>. Dakses tanggal:24 jan.2017.do: https://

do.org/10.24843/JMHU.2016.

v05.03.p10.

PUTRA, Kadek Dw Cahaya.

Strateg Publc Relatons Parwsata Bal. Jurnal ILMU KOMUNIKAS, vol.5 no.1 eds jun 2008. <https://ojs.uajy.ac.d/

ndex.php/jk/artcle/vew/217>.

Dakses tanggal:24 jan.2017.do:

http://do.dx.do.org/10.24002/

jk.v51.217.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hukum adat Bal, anak perempuan/daha tua bukanlah ahl wars, hal n sejalan dengan sstem kekerabatan yang berlaku dalam masyarakat adat Bal, yatu