A.258 E-ISSN: 2615-7721
P-ISSN: 2620-8512
Vol 2, No. 1 (2018)
Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis UNS Ke 42 Tahun 2018
“Peran Keanekaragaman Hayati untuk Mendukung Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia”
Kadar Flavonoid Total Tanaman Iler
(Plectranthus scutellayoides) dari Berbagai Daerah
Heru Sudrajad 1, Dian Susanti1 dan Yuli Widyastuti1
1 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Jl. Raya Lawu No. 11 Tawangmangu, Surakarta
Abstrak
Eksplorasi adalah kegiatan pelacakan, penjelajahan, mencari dan mengumpulkan jenis-jenis sumberdaya genetik tertentu (tumbuhan obat) untuk dimanfaatkan dan mengamankannya dari kepunahan. Khasiat tanaman obat erat hubungannya dengan kandungan senyawa aktif yang sangat dipengaruhi faktor genetik, lingkungan dan kultur teknis. Tanaman iler (Plectranthus scutellayoides) bermanfaat sebagai obat wasir, bisul, demam nifas, radang telinga dan haid tidak teratur. Kandungan kimia daun iler yaitu saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri. Tanaman iler di tanah air banyak macam varietas dan jenisnya. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dalam rangka mencari tanaman iler yang ada berpotensi untuk digunakan sebagai tetua dalam program pemuliaan untuk menghasilkan varietas unggul yang mempunyai kandungan senyawa bioaktif yang tinggi. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan satu faktor perlakuan yaitu daerah asal pengambilan tanaman iler yaitu Jawa Tengah (Tawangmangu), Jawa Barat (Citereup), Jawa Timur (Malang), Sumatra Barat (Medan) dan Irian Jaya (Jayapura). Hasil penelitian menunjukkan tanaman iler dari daerah Jawa barat (Citereup) diperoleh rata-rata kadar flavonoid total tertinggi yaitu 0,37 %. Hasil eksplorasi tanaman iler didapatkan 10 (sepuluh) jenis tanaman.
Kata kunci: Eksplorasi, Iler, Plectranthus scutellayoides
Pendahuluan
Eksplorasi adalah kegiatan pelacakan, penjelajahan, mencari dan mengumpulkan jenis-jenis sumberdaya genetik tertentu (tumbuhan obat) untuk dimanfaatkan dan mengamankannya dari kepunahan (Kusumo et al., 2002). Kegiatan eksplorasi diperlukan guna menyelamatkan varietas-varietas lokal dan kerabat liar yang semakin terdesak keberadaannya, akibat semakin intensifnya penggunaan varietas unggul baru, perusakan
A.259 E-ISSN: 2615-7721
P-ISSN: 2620-8512
Vol 2, No. 1 (2018)
habitat sumberdaya genetik tanaman untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan penyempitan lahan kehidupan tanaman obat akibat perluasan pembangunan industri-industri besar yang tidak mengenal belas kasihan. Sampai saat ini kajian tentang tumbuhan obat iler (Plectranthus scutellayoides) masih minim. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang intensif dalam rangka pelestarian sumber daya genetik tanaman Iler yang ada. Varietas lokal atau kerabat liar tumbuhan obat yang ada berpotensi untuk digunakan sebagai tetua dalam program pemuliaan untuk menghasilkan varietas unggul yang mempunyai kandungan senyawa bioaktif yang tinggi, regenerasi yang cepat, tahan terhadap hama penyakit dan toleran terhadap kondisi lingkungan tertentu (Prahasti dkk., 2014).
Khasiat tanaman obat erat hubungannya dengan kandungan senyawa aktif yang sangat dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan dan kultur teknis, walaupun dapat juga menyebabkan variasi morfologi, anatomi dan sitologi (De Oliveira et al, 2004). Ketinggian tempat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Unsur-unsur suhu udara, sinar matahari, kelembaban udara dan angin sangat berpengaruh terhadap proses pertumbuhan tanaman. Ketinggian tempat mempengaruhi perubahan suhu udara. Semakin tinggi suatu tempat, semakin rendah suhu udaranya atau udaranya semakin dingin begitu pula sebaliknya.
Oleh karena itu ketinggian suatu tempat berpengaruh terhadap suhu suatu wilayah. Faktor lingkungan akan mempengaruhi proses-proses fisiologi dalam tanaman. Semua proses fisiologi akan dipengaruhi oleh suhu dan beberapa proses akan tergantung dari cahaya. Suhu optimum diperlukan tanaman agar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh tanaman. Suhu yang terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan tanaman bahkan dapat mengakibatkan kematian bagi tanaman demikian pula sebaliknya. Sedangkan cahaya merupakan sumber tenaga bagi tanaman. (Anonim 2015).
Tanaman iler batangnya herba tegak dan merayap tinggi batang berkisar 30 cm sampai 150 cm, mempunyai penampang batang berbentuk segi empat dan termasuk katagori tumbuhaan basah yang batangnya mudah patah. Daun berbentuk hati dan pada setiap tepiannya dihiasi oleh jorong-jorong atau lekuk-lekuk tipis yang bersambungan dan didukung oleh tangkai daun dan memiliki warna yang beraneka ragam. Bunga berbentuk untaian bunga bersusun, bunganya muncul pada ujung tangkai batang. Iler bisa didapat disekitar sungai atau pematang sawah dan tepi-tepi jalan pedesaan sebagai tumbuhan liar (Haryanto, 2009).
Penyebaran tanaman iler meliputi Jawa Sumatra dan Sulawesi. Tanaman Iler dapat diperbanyak dengan menggunakan stek batang dan biji (Zuhud dkk., 2003). Tanaman iler tumbuh optimal didaerah berbukit dengan cahaya matahari penuh pada ketinggian 300 – 1800 m dpl. Iler banyak dibudidayakan sebagai tanaman hias dipekarangan atau ditanam sebagai
A.260 E-ISSN: 2615-7721
P-ISSN: 2620-8512
Vol 2, No. 1 (2018)
ornamen tanam. Jika ditanam di dataran tinggi, akan menghasilkan warna yang sangat kuat (Widiyastuti dkk. 2011).
Habitat tanaman iler dapat tumbuh liar di ladang, kebun-kebun sebagai tanaman hias.
Tanaman iler yang berkhasiat untuk pengobatan yaitu bagian daunnya yang berwarna merah kehitaman. Sedang tumbuhan iler yang daunnya berwarna-warni tidak berkhasiat untuk pengobatan, sekedar untuk tanaman hias saja (Anonim, 2011).
Tanaman iler bermanfaat sebagai obat wasir, obat bisul, obat demam nifas, radang telinga dan obat haid tidak teratur. Kandungan kimianya daun dan akar iler yaitu saponin, flavonoid dan polifenol, disamping minyak atsiri (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).
Tanaman iler di tanah air banyak sekali macam varietas dan jenisnya. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dalam rangka mencari tanaman iler yang ada berpotensi untuk digunakan sebagai tetua dalam program pemuliaan untuk menghasilkan varietas unggul yang mempunyai kandungan senyawa bioaktif yang tinggi.
Metodologi
Bahan yang digunakan adalah tanaman iler (Plectranthus scutellayoides) dari berbagai daerah, kapas, kantong kertas, kantong plastik, tali rafia, gunting tanaman. Bahan kimia yang dipakai untuk yaitu aseton, alkohol 99%, metanol dan aquadest sedangkan alat yang digunakan oven, timbangan. Metode survey dalam penelitian ini berupa eksplorasi lapangan. Tahapan penelitian eksplorasi ke daerah sentra tanaman iler. yang berasal Jawa Tengah (Tawangmangu), Jawa Barat (Citereup), Jawa Timur (Malang), Sumatra Barat (Medan) dan Irian Jaya (Jayapura).dengan membawa sampel seluruh bagian tanaman dan mengidentifikasi morfologinya. Kemudian daun tanaman iler dipisahkan bagian batang dan dikeringkan dalam oven suku 40oC. Setelah kering diserbuk dan diekstrak. Hasil ekdtrak daun iler dilakukan uji kandungan flavolonid total. Analisis kandungan bahan aktif dilakukan di laboratorium terpadu Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan satu faktor perlakuan yaitu daerah asal pengambilan tanaman iler. Pengamatan dilakukan terhadap kandungan flavonoid total dan tanaman iler.
Hasil dan Pembahasan
Hasil pengamatan kadar flavonoid total tanaman iler (Plectranthus scutellayoide) dari berbagai daerah disajikan pada tabel 1 sebagai berikut:
A.261 E-ISSN: 2615-7721
P-ISSN: 2620-8512
Vol 2, No. 1 (2018)
Tabel 1. Kadar flavonoid total tanaman iler (Plectranthus scutellayoide) dari berbagai daerah
Perlakuan Kadar flavonoid total (%)
Tawangmangu 1 (1200 m dpl) Tawangmangu 2 (1200 m dpl) Tawangmangu 3 (1200 m dpl) Citereup (130 m dpl)
Malang1 (800 m dpl) Malang 2 (800 m dpl) Medan 1 (100 m dpl) Medan 2 (1400 m dpl) Medan 3 (1200 m dpl) Jayapura (1700 m dpl)
0,31 ef 0,21 bcd 0,18 bc 0,37 f 0,27 de 0,25 cde 0,27 cde 0,10 a 0,17 b 0,24 bcde
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5 %
(a) (b) (c) (d) (e)
(f) (g) (h) (j) (j)
Gambar 1. (a) Tawangmangu 1 (1200 m dpl), (b) Tawangmangu 2 (1200 m dpl), (c) Tawangmangu 3 (1200 m dpl), (d) Citereup (130 m dpl), (e) Malang 1 (800 m dpl), (f) Malang 2 (800 m dpl), (g) Medan 1 (100 m dpl), (h) Medan 1 (100 m dpl), (i) Medan 3 (1200 m dpl), (j) Jayapura (1700 m dpl)
Dari data tabel 1 diatas menunjukkan bahwa semua tanaman iler dari berbagai daerah menunjukkan beda nyata terhadap kadar flavonoid total. Tanaman iler dari Citeureup pada ketinggian tempat 130 m dpl diperoleh rata-rata kadar flavonoid total tertinggi yaitu 0,37 % (gambar 1.d) disusul tanaman iler dari Tawangmangu pada ketinggian tempat 1200 m dpl dengan rata-rata kadar flavonoid total yaitu 0,31 %.(gambar 1.a)
Dari tabel tersebut diatas dapat dlihat bahwa dari hasil uji flavonoid total berbeda- beda. Hal ini bisa dikarenakan jenis sampel tanaman iler, tempat tumbuh serta ketinggian tempat yang tidak sama. Selain itu juga dikarenakan situasi dan kondisi tanaman saat di
A.262 E-ISSN: 2615-7721
P-ISSN: 2620-8512
Vol 2, No. 1 (2018)
panen atau diambil sampelnya tentunya umurnya juga tidak sama atau tidak diketahui.
Kandungan flavonoid total tanaman iler dari berbagai kedaerah dan ketinggian tempat tumbuh kemungkinan dipengaruh oleh bibit, tempat tumbuh, iklim, kondisi (umur dan cara) panen, serta proses panen dan preparasi akhir seperti pengeringan dan pengayakan (Mutiatikum dkk., 2010). Faktor lingkungan akan mempengaruhi proses-proses fisiologi dalam tanaman. Semua proses fisiologi akan dipengaruhi oleh suhu cahaya. Suhu optimum diperlukan tanaman agar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh tanaman. Sedangkan cahaya merupakan sumber tenaga bagi tanaman (Anonim. 2015)
Peningkatan flavonoid disebabkan karena sintesis flavonoid akan meningkat apabila tanaman terkena sinar matahari langsung. Senyawa-senyawa golongan flavonoid akan mengalami peningkatan karena pengaruh cahaya (Salisbury and Ross., 1992). Menurut penelitian Sudrajad (2017), menunjukkan bahwa rata-rata kadar flavonoid total tertinggi diperoleh pada penanaman tanaman iler di Tawangmangu dengan ketinggian 1200 m dpl dengan jarak tanam 30-60 m yaitu 0,24%.
Menurut Virkery, 1981 dalam Gulamahdi (2008), bahwa senyawa-senyawa golongan flavonoid dapat mengalami peningkatan karena pengaruh cahaya. Cahaya dalam Proses fotosintesis akan menghasilkan glukosa-6–fosfat sebagai prekursor pembentukan asetil CoA yang selanjutnya menghasilkan senyawa-senyawa flavonoid termasuk antosianin.
Peningkatan flavonoid disebabkan karena sintesis flavonoid akan meningkat apabila tanaman terkena sinar matahari langsung. Senyawa-senyawa golongan flavonoid akan mengalami peningkatan karena pengaruh cahaya (Gulamahdi, 2008).
Kesimpulan dan Saran
Hasil penelitian menunjukkan tanaman iler dari daerah Jawa barat (Citereup) diperoleh rata-rata kadar flavonoid total tertinggi yaitu 0,37 %. Dari hasil eksplorasi tanaman iler didapatkan 10 (sepuluh) jenis tanaman. Saran untuk dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari varietas tanaman iler terbaik.
Ucapan Terimakasih
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional serta segenap peneliti dan teknisi dengan biaya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sehingga penelitian ini dapat selesai dengan hasil yang seperti diharapkan.
A.263 E-ISSN: 2615-7721
P-ISSN: 2620-8512
Vol 2, No. 1 (2018) Daftar pustaka
Anonim, 2011. Khasiat Tanaman Iler Untuk Pengobatan. https://pondokibu.com/khasiat- tanaman-iler-untuk-pengobatan.html. Diakses 15 Februari 2018
Anonim. 2015. Pengaruh Ketinggian Tempat Berdasarkan Pertumbuhan Tanaman.
http://biosbetter.blogspot.co.id/2015/12/pengaruh-ketinggian-tempat berdasarkan.
html diakses 15 Maret2018)
De Oliveira, V.M., Forni-Martins, E.R., Magalhaes, P.M. dan Alves, M.N. 2004.
Chromosomal and Morphological Studies of Diploid and Polyploid Cytotypes of Stevia rebaudiana (Bertoni) Bertoni (Eupatorieae, Asteraceae). Genetics and Molecular Biology 27(2):215-222.
Gulamahdi., M., dkk. 2008. Peningkatan Laju Pertumbuhan dan Kandungan Flavonoid Klon Daun Dewa (Gynuram ppseudochina (L).DC) Melalui Periode Pencahayaan.
Buletin Agronomi (36) (1) 40-48.
Haryanto, S. 2009. Ensiklopedia Tanaman Obat Indonesia. Penerbit PALMALL Yogjakarta.
Kusumo, S., M. Hasanah, S. Moeljoprawiro, M.Thohari, Subandrijo, A. Hardjamulia, A.Nurhadi, dan H. Kasim. 2002. Pedoman Pembentukan Komisi Daerah Plasma Nutfah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Komisi Nasional Plasma Nutfah. Bogor. Hlm. 18.
Menteri Kesehatan, 2010. Peraturan Menteri Kesehatan No. 003/MENKES/PER/I/2010 tentang Saintifikasi Jamu dalam Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan, Menteri Kesehatan RI.
Mutiatikum, D., dkk. 2010. Standardisasi Simplisia dari Buah Miana (Plectranthus seutellaroides (L) R.Benth).yang Berasal dari 3 Tempat Tumbuh Menado, Kupang dan Papua. Buletin Penelitian Kesehatan Vol.38, No.1, 20; 1.
Prahasti E.A,Tukiran, Suyatno, dan N Hidayati. 2014. Eksplorasi tumbuhan obat di desa lebani waras kecamatan wrnginanom kabupaten gresik. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September. Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-003.
Sudrajad H., H Husniyati, D Susanti dan Fauzi, 2017. Pengaruh Ketinggian Tempat dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan kandungan Zat Aktif Ianaman Iler (Plectranthus Scutellayoide). Prosiding Pokjanas TOI ke-53 Fakultas Kedokteran UNISMA, 11-12 Oktober 2017. ISBN 978-602-51161-0-0
Salisbury, F.B.dan C.W.Ross, 1992. Fisiologi Tumbuhan. Edisi Keempat. ITB Press.
Bandung.
Syamsuhidayat, SS dan J.R Hutapea. 1991. Inventarisasi Tanaman Obat Indonesia 1.
Balitbangkes. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Widiyastuti, Y., dkk,. 2011. 100 Top Tanaman Obat Indonesia. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Badan Litbangkes, Kementerian Kesehatan RI.
Zuhud, E.A.M., dkk. 2003. Buku Acuan Umum, Tumbuhan Obat Indonesia Jilid VI.
Kerjasama Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dengan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya, Penerbit Dian Rakyat.Bogor.