• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Macam Jenis Padi dan Jarak Tanam Sistem Jajar legowo Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi (Oryza sativa L.)

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Kajian Macam Jenis Padi dan Jarak Tanam Sistem Jajar legowo Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi (Oryza sativa L.) "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Macam Jenis Padi dan Jarak Tanam Sistem Jajar legowo Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi (Oryza sativa L.)

Study of Types of Rice and Planting Spacing of Jajar Legowo System Against Growth and Production of Rice (Oryza sativa L.)

Ana Amiroh*), Mokhamad Riswanto dan Suharso

Fakultas Pertanian Universitas Islam Darul ‘Ulum Lamongan Jl. Airlangga No:03 Sukodadi Lamongan Jawa Timur

Korespondensi: [email protected]

Diterima 27 Juli 2020 / Disetujui 10 Agustus 2020

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mertani, Kecamatan Karanggeneng, Kabupaten Lamongan.

Ketinggian tempat ± 5 meter dpl. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2019.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial, yang terdiri dari dua faktor dan setiap faktor terdiri dari 3 level yaitu : Jenis Padi dan Jarak Tanam Sistem Jajar Legowo. Faktor pertama, Macam Jenis Padi terdiri dari 3 level yaitu Padi Merah, Padi Hitam , Padi Putih. Faktor kedua, Jarak Tanam Sistem Jajar Legowo terdiri dari 3 level yaitu Konvensional, Jajar Legowo 2:1, Jajar Legowo 4:1. Parameter pengamatan pertumbuhan dan produksi meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai, panjang malai, berat gabah per petak perlakuan (gabah basah dan kering), dan berat 1000 bulir. Hasil dari pengamatan dan perhitungan menggunakan analisa sidik ragam dapat diambil simpulan bahwa perlakuan jenis padi dan jarak tanam sistem jajar legowo terhadap jumlah malai pada pengamatan umur 67 hst dan 74 hst, panjang malai pada pengamatan umur 60 hst, 67 hst dan 74 hst. Didapat pada perlakuan jenis padi dan jarak tanam sistem jajar legowo terhadap parameter pengamatan tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai, berat gabah per petak perlakuan dan berat 1000 bulir. Perlakuan benih padi merah dan jarak tanam sistem jajar legowo 2:1 menghasilkan nilai yang lebih baik dibanding perlakuan lainnya.

Kata Kunci : Jenis Padi, Jarak Tanam, Jajar legowo.

ABSTRACT

This research was conducted in Mertani Village, Karanggeneng District, Lamongan Regency. Place height ± 5 meters above sea level. The research was conducted from March to June 2019. This study used Factorial Randomized Block Design (RBD), which consisted of two factors and each factor consisted of 3 levels, namely Rice Type and Jajar Legowo System Planting Distance. The first factor, the type of rice consists of 3 levels, namely Red Rice, Black Rice, White Rice. The second factor, Jajar Legowo System Planting Distance consists of 3 levels namely Conventional, Jajar Legowo 2: 1, Jajar Legowo 4: 1. The parameters of observation of growth and production included plant height, number of tillers, panicle number, panicle length, grain weight per treatment plot (wet and dry grain), and weight of 1000 grains. The results of observations and calculations using variance analysis can be concluded that there the treatment of rice types and spacing of the jajar legowo system to the number of panicles at the age of 67 days and 74 days, panicle length at the age of 60 days, 67 days and 74 days. . There were the treatment of rice types and spacing of the jajar legowo system with respect to the parameters of observation of plant height, number of tillers, number of panicles, weight of grain per plot of treatment and weight of 1000 grains. The treatment of red rice seeds and the spacing of the jajar legowo 2: 1 system produced better values than other treatments.

Keywords: Rice Type, Planting Spacing, Jajar legowo.

(2)

PENDAHULUAN

Tanaman padi (oryza sativa L.) merupakan tanaman yang menjadi makanan pokok dari sebagian penduduk dunia.

Indonesia merupakan penyokong utama dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Oleh karena itu kebijakan ketahanan pangan menjadi fokus utama dalam pembangunan pertanian (Purwono, 2007).

Petani biasanya menggunakan sistem tanam tegel dengan jarak 20 x 20 cm atau lebih rapat lagi. namun, pada saat ini telah dikembangkan dengan penanaman system penanaman yang baru yaitu sistem jajar legowo. Menurut Pahruddin,(2004) sistem tanam jajar legowo dengan pemberian barisan tanam padi untuk mengetahi pengaruh sebagai tanaman pinggir.

peningkatan hasil produksi padi dengan penggunaan varietas padi yang unggul.

Varietas padi yang unggul memberikan manfaat untuk perkembangan usaha pertanian, diantaranya yaitu pertumbuhan tanaman menjadi seragam serta lebih mudah beradaptasi terhadap lingkungan.

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Desa Mertani, Kecamatan Karanggeneng, Kabupaten Lamongan. Ketinggian tempat ± 5 meter dpl.

penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2019.

Bahan dan Alat

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jenis Tanaman Padi Merah, Padi Hitam dan Padi Putih serta menggunakan pupuk Petroganik, Urea, NPK Phonska, pestisida dan bahan-bahan penting lainnya. Alat yang digunakan yaitu traktor, handsprayer, cangkul, sabit,

meteran, tali rafia, papan nama, alat tulis, dan alat- alat pendukung lainnya.

Metode Penelitian

Metode penelitian menggunakan sistem Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial, yang terdiri dari dua faktor dan pada setiap faktor terdiri dari 3 level yaitu : Jenis Padi dan Jarak Tanam Sistem Jajar Legowo. Faktor pertama, Macam Jenis Padi terdiri dari 3 level yaitu Padi Merah, Padi Hitam, Padi Putih. Faktor kedua, Jarak Tanam Sistem Jajar Legowo terdiri dari 3 level yaitu Konvensional, Jajar Legowo 2:1, Jajar Legowo 4:1.

Pelaksanaan Penelitian Pengolahan Lahan

Sebelum lahan di olah digenangi air hingga rata dengan ketinggian air 7 cm diatas permukaan tanah untuk memudahkan pengolahan. Kemudian dilakukan pembajakan dan perataan tanah.

Kedalaman lapisan olah lahan berkisar 10- 30 cm. Diratakan sehingga pada saat diberikan air dipetakan sawah akan merata.

proses pengolahan lahan bertujuan untuk memper kecil tingkat pertumbuhan gulma serta memberikan pertumbuhan padi yang optimal.

Setelah dilakukan pengolahan lahan , kemudian dibuat petakan sesuai dengan perlakuan, ukuran masing-masing petak 2 x 2 meter dan diantara petak dan ulangan dibuatkan saluran air sekaligus sebagai pembatas antar petak dan ulangan.

Penyemaian

Membuat persemaian, luas persemaian kira-kira 1/10 dari areal lahan persawahan untuk penyemaian. Lahan persemaian dibajak dan diratakan ,kemudian bedengan dibuat sepanjang 17 m, lebar 1,5 m dan tinggi 15 cm. Sebelum penyemaian, menaburi pupuk Urea dan NPK Phonska masing-masing 10 gr/m2. Benih disemai dengan kerapatan 75 gr/m2.

(3)

Pemindahan Bibit

Pemindahan bibit dilakukan pada umur 23 hari dipersemaian. Pemindahan dilakukan secara langsung dengan tangan dan diikat sesuai dengan keinginan, kemudian di letakkan ditiap petak lahan.

Penanaman

Bibit ditanam dalam larikan dengan jarak tanam konvensional (20 x 20 cm), Jajar Legowo 2:1 (20 x 10 cm x 40 cm), Jajar Legowo 4:1 (20 x 10 cm x 40 cm), , setiap rumpun ditanam 2 batang bibit dengan kedalaman 3 cm.

Pemupukan

Pengaplikasian pupuk dilakukan dengan cara ditebar secara merata pada petakan.

Pada saat pengaplikasian pupuk, air pada lahan dikeringkan hingga macak-macak.

Pemupukan dilakukan tiga kali sesuai dengan masing-masing perlakuan.

Pemupukan dilakukan mulai umur 7 hst.

Dengan interval 14 hari. Pupuk Petroganik diberikan 100% pada awal sebelum penanaman. Pupuk Urea diberikan tiga kali yaitu 30% dosis pada umur 7 hst, 40% dosis lagi saat umur 21 hst, 30% dosis lagi saat umur 35 hst dan Pupuk NPK Phonska diberikan 100% pada umur 25 hst.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan dengan mengganti tanaman yang tidak bisa tumbuh secara baik atau mati yang di lakukan ketika umur tanaman 7 hari setelah tanam, dengan tujuan agar pertumbuhan tanaman lebih seragam.

Pengairan

Pemberian air pada saat tanam sampai 3 hari setelah tanam dengan kondisi air cukup.

4 hari setelah tanam sampai 10 hari setelah tanam, dengan kondisi air setinggi 5 cm. 11 hari setelah tanam sampai memanjang berbunga dan air dibiarkan mengering

sendiri selama 5 hari, setelah kering pemberian air setinggi 5 cm dan kemudian dibiarkan lagi mengering sendiri, dan pada fase berbunga sampai 10 hari sebelum panen sampai petakan di keringkan.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara manual menggunakan tangan untuk mencabut gulma disekitar tanaman padi secara langsung atau menggunakan alat tradisional lainya. Penyiangan dilakukan setiap 1 minggu sekali apabila dalam waktu kurang dari 1 minggu sudah tumbuh gulma di sekitar tanaman padi, maka dapat dilakukan penyiangan, jadi penyiangan dapat di lakukan setiap saat, di karenakan keberadaan gulma dapat memberikan pengaruh pada tanaman yang kita budidayakan.

Pengendalian OPT

Pengendalian hama penyakit tanaman dilakukan dengan menggunakan pestisida berupa fungisida dan insektisida dilakukan apabila terjadi serangan hama dan penyakit.

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan prinsip pengendalian secara terpadu.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan apabila kandungan air pada gabah sekitar 23 – 25

% dan 95 % semua butir padi telah menguning. Kegiatan pemanenan dilakukan dengan memotong mengunakan sabit yang kemudian di lanjutkan dengan perontokan dengan mesin perontok. Pada saat Pemanenan dilakukan pemisahan pada petak perlakuan satu dengan lainnya, yang bertujuan agar mengetahui hasil produksi dari tiap petak perlakuan.

Pengeringan

Pengeringan yang dilakukan adalah dengan penjemuran bulir padi (gabah)

(4)

dibawah terik matahari dengan cara dihamparkan diatas terpal.

Pengamatan dan Pengolahan Data Pada fase pertumbuhan dan produksi yang diamati meliputi: tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai, panjang malai, berat gabah per petak perlakuan (gabah basah dan kering) dan berat 1000 bulir.

Pengamatan dilakukan pada umur 14 hari dengan interval 7 hari sekali. Hasil data dari penelitian dianalisa dengan menggunakan

analisa sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji BNT 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman

Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata dan sangat nyata pada perlakuan jenis padi dan jarak tanam sistem tanam jajar legowo terhadap tinggi tanaman pada umur pengamatan 14 hst, 28 hst, 42 hst, dan 56 hst. Terdapat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman Padi

Perlakuan Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) pada Pengamatan Umur

14 hst 28 hst 42 hst 56 hst

Padi Merah 41,29 a 56,02 a 79,04 a 94,71

Padi Hitam 37,31 b 53,91 b 78,38 ab 92,71

Padi Putih 34,73 c 52,91 b 74,69 c 90,40

BNT 5% 1,64 1,63 3,22 tn

Konvensional 36,71 b 53,44 b 75,44 b 90,27 b

Jajar Legowo 2:1 39,00 a 55,53 a 79,80 a 95,24 a

Jajar Legowo 4:1 37,62 ab 53,87 b 76,87 ab 92,31 ab

BNT 5% 1,64 1,63 3,22 3,60

Tabel 1. dapat dilihat bahwa parameter pengamatan tinggi tanaman menunjukkan tidak terjadi interaksi perlakuan jenis padi dan jarak tanam sistem tanam jajar legowo.

Hasil pertumbuhan tinggi tanaman yang baik terdapat pada perlakuan padi merah dan jarak tanam sistem jajar legowo 2:1. Menurut Nursanti (2009) menyatakan bahwa Apabila jarak tanaman semakin rapat yang digunakan maka proses tinggi tanaman akan semakin cepat dikarena tanaman saling bersaing untuk mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak.

Berdasarkan karakteristik tinggi tanaman perlakuan yang memiliki tinggi tanaman pendek dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti, lingkungan dan genetik dari

jenis padi, bahan tanam, iklim, esensil, genotip atau karateristik tanaman tersebut.

Dengan jarak tanam yang cukup jauh, maka intensitas sinar matahari yang menembus kanopi (tajuk) tanaman ke bagian bawah tanaman diatas permukaan tanah akan semakin banyak. Apabila jumlah energi yang tersedia Semakin besar maka akan mempercepat proses fotosintesis.

Untuk mendapatkan berat kering yang maksimal, tanaman sangat memerlukan intensitas cahaya yang cukup. Dengan diterapkannya sistem tanam jajar legowo dapat memberikan efek terhadap tanaman pinggir (bordereffect), sinar matahari dapat dimanfaatkan lebih banyak untuk proses fotosintesis, intensitas cahaya yang cukup

(5)

selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi, sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan komponen-komponen hasil dan pengisian gabah. agar tanaman padi dapat tumbuh dengan optimal dan baik pada kondisi lahan tersebut. karena adanya kerenggangan pada baris tanaman dilahan yang lebih terbuka memberikan dampak yang baik penanggulangan seranggan hama dikarenakan tingkat kelembapan lebih

rendah, perkembangan penyakit juga dapat berkurang.

Jumlah Anakan

Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara perlakuan jenis padi dan jarak tanam sistem tanam jajar legowo terhadap jumlah anakan pada setiap umur pengamatan. Terdapat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata Jumlah Anakan per rumpun Perlakuan

Rata-rata Jumlah Anakan per rumpun pada Pengamatan Umur

42 hst 56 hst

Konvensional 13,16 b 15,16 b

Jajar Legowo 2:1 14,11 a 16,16 a

Jajar Legowo 4:1 13,56 b 15,56 b

BNT 5% 0,50 0,53

Tabel 2. dapat dilihat bahwa parameter pengamatan jumlah anakan terdapat perbedaan sangat nyata pada perlakuan jarak tanam sistem jajar legowo namun pada perlakuan jenis padi tidak menujukkan perbedaan nyata. Hasil pertumbuhan jumlah anakan yang baik terdapat pada perlakuan jarak tanam sistem jajar legowo 2:1.

Menurut Husnah (2010), jumlah anakan akan maksimal apabila tanaman memiliki sifat genetik yang didukung pemupukan

yang cukup dan keadaan lingkungan yang baik. Selanjutnya Hata (2010), mengatakan bahwa jumlah anakan maksimum juga ditentukan oleh jarak tanam, sebab jarak tanam menentukan radiasi matahari, hara mineral serta budidaya tanaman itu sendiri.

Jarak tanam yang lebar persaingan sinar matahari dan unsur hara sangat sedikit dibanding dengan jarak tanam yang rapat.

Tabel 3. Rata-rata Jumlah Malai Tanaman Padi.

Perlakuan Rata-rata Jumlah Malai pada Pengamatan Umur 60 hst

Padi Merah 10,87 b

Padi Hitam 10,16 a

Padi Putih 9,67 c

BNT 5% 0,50

Konvensional 8,98 c

Jajar Legowo 2:1 11,33 a

Jajar Legowo 4:1 10,38 b

BNT 5% 0,50

(6)

Jumlah Malai

Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata dan sangat nyata pada pengamatan umur 60 hst dan terdapat interaksi antara perlakuan jenis padi dan jarak tanam sistem tanam jajar legowo terhadap jumlah malai pada pengamatan umur 67 hst dan 74 hst. Terdapat pada Tabel 3. dan Tabel 4.

Tabel 3. dapat dilihat bahwa parameter pengamatan jumlah malai menunjukkan perbedaan nyata dan sangat nyata pada perlakuan jenis padi dan jarak tanam sistem tanam jajar legowo terhadap jumlah malai.

Hasil terbaik ditunjukkan oleh perlakuan jenis padi merah dan jarak tanam sistem jajar legowo 2:1.

Tabel 4. Rata-rata Jumlah Malai Tanaman Padi.

Perlakuan Rata-rata Jumlah Malai pada Pengamatan umur

67 hst 74 hst

Padi merah + konvensional 11,67 f 13,80 ef

Padi merah + jajar Legowo 2:1 15,80 a 18,53 a

Padi merah + jajar Legowo 4:1 15,00 ab 17,20 b

Padi hitam + konvensional 11,60 f 13,67 ef

Padi hitam + jajar Legowo 2:1 13,67 cd 15,87 c

Padi hitam + jajar Legowo 4:1 12,80 de 15,67 d

Padi putih + konvensional 10,53 g 12,53 f

Padi putih + jajar Legowo 2:1 14,20 bc 16,80 bc

Padi putih + jajar Legowo 4:1 12,33 ef 14,33 e

BNT 5% 1,06 1,31

Tabel 4. menunjukkan bahwa pengamatan parameter jumlah anakan menunjukkan interaksi antara perlakuan jenis padi dan jarak tanam sistem tanam jajar legowo terhadap jumlah malai. Hasil terbaik ditunjukkan oleh perlakuan jenis padi merah dan jarak tanam sistem jajar legowo 2:1.

Hal ini terjadi karena faktor lingkungan yang sangat mendukung, yakni suhu, cuaca, dan penyinaran cahaya matahari. Selain itu faktor genetik dari masing-masing jenis padi juga mempengaruhi pertumbuhan jumlah malai. Dengan demikian perlakuan jenis padi dan jarak tanam sistem jajar legowo menunjukkan interaksi antar perlakuan tersebut.

Produksi tanaman padi ditunjukan oleh jumlah malai per rumpun atau persatuan luas dan kepadatan malai. Umumnya jumlah malai per rumpun ditentukan pada fase vegetatif, fase vegetatif yang akan

mengakibatkan bertambahnya anakan yang terbentuk, akan tetapi presentasi anakan yang menghasilkan malai cenderung akan turun pula. Hal ini disebabkan faktor kesuburan tanah dan pemakaian pupuk yang dapat mempengaruhi jumlah anakan yang menghasilkan malai. Jumlah bulir dalam satu malai tergantung pada kegiatan selama fase reproduksi. Kegiatan fotosintesis pada saat ini sangat mempengaruhi jumlah gabah atau malai (Sutoro, 2015).

Panjang Malai

Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara perlakuan jenis padi dan jarak tanam sistem tanam jajar legowo terhadap panjang malai pada pengamatan umur 60 hst, 67 hst dan 74 hst.

Terdapat pada Tabel 5.

(7)

Tabel 5. Rata-rata Panjang Malai Tanaman Padi.

Perlakuan Rata-rata Panjang Malai (cm) pada Pengamatan Umur

60 hst 67 hst 74 hst

Padi merah + konvensional 21,80 b 26,80 bc 30,80 bc

Padi merah + jajar Legowo 2:1 23,87 a 28,87 a 32,87 a Padi merah + jajar Legowo 4:1 22,20 b 27,13 b 31,13 b

Padi hitam + konvensional 19,40 de 24,40 e 28,40 ef

Padi hitam + jajar Legowo 2:1 21,13 c 26,13 cd 30,13 cd Padi hitam + jajar Legowo 4:1 20,53 c 25,53 d 29,53 d

Padi putih + konvensional 18,60 f 23,60 f 27,60 g

Padi putih + jajar Legowo 2:1 19,47 d 24,47 e 28,47 e Padi putih + jajar Legowo 4:1 18,80 ef 23,87 f 27,73 fg

BNT 5% 0,66 0,69 0,70

Tabel 5. dapat dilihat menunjukkan bahwa pengamatan parameter panjang malai menunjukkan interaksi pada perlakuan jenis padi dan jarak tanam sistem jajar legowo. Hasil terbaik ditunjukkan oleh perlakuan padi merah dan jarak tanam sistem jajar legowo 2:1.

Panjang malai merupakan parameter yang menentukan tinggi rendahnya produktifitas suatu galur varietas. Panjang malai berkorelasi erat kaitannya dengan tinggi tanaman dan berpengaruh terhadap produksi (Anonim, 2009). Sebuah malai padi terdiri dari 8-10 buku-buku yang menghasilkan cabang primer dan selanjutnya menghasilkan cabang sekunder,pada malai padi muda biasanya akan tumbuh memanjang dari 1 cm

panjangnya yang kemudian sel produksi terus berkembang pada saat malai mencapai 20 cm atau lebih panjangnya.

Komponen panjang malai merupakan faktor pendukung utama untuk potensi hasil karena semakin panjang malai besar peluangya jumlah gabah dalam satu nanaman padi tersebut.

Berat Gabah Per Petak Perlakuan

Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sangat nyata antara perlakuan jenis padi dan sistem tanam jajar legowo terhadap berat gabah basah dan kering per petak perlakuan.

Terdapat pada Tabel 6. dan Tabel 7.

Tabel 6. Rata-rata Berat Gabah Basah per Petak Perlakuan.

Perlakuan Rata-rata Berat Gabah Basah per Petak Perlakuan (kg)

Padi merah 2,71 a

Padi hitam 2,50 b

Padi putih 2,61 a

BNT 5% 0,11

Konvensional 2,46 b

Jajar legowo 2:1 2,83 a

Jajar legowo 4:1 2,53 b

BNT 5% 0,11

(8)

Tabel 6. dapat dilihat bahwa pengamatan parameter berat gabah basah menunjukkan perbedaan sangat nyata pada perlakuan jenis padi dan jarak tanam sistem jajar legowo. Hasil terbaik ditunjukkan oleh perlakuan padi merah dan jarak tanam sistem jajar legowo 2:1.

Hal ini disebabkan pada masa awal penanaman sampai fase pertumbuhan banyak tanaman yang hidup sehingga

pertumbuhan antara tanaman satu dengan tanaman yang lainya dalam penyerapan unsur hara dan cahaya tidak terlalu tinggi yang menyebabkan pembagian hasil fotosintesis untuk pengisian bulir malai menjadi lebih maksimal.

Menurut Hatta, 2012 apabila Jarak tanam yang tepat akan memberikan pertumbuhan, jumlah anakan, dan jumlah hasil yang maksimum terhadap potensi hasil per ha.

Tabel 7. Rata-rata Berat Gabah Kering per Petak Perlakuan.

Perlakuan Rata-rata Berat Gabah Basah per Petak Perlakuan (kg)

Padi merah 2,21 a

Padi hitam 2,07 b

Padi putih 2,16 a

BNT 5% 0,08

Konvensional 2,07 b

Jajar legowo 2:1 2,27 a

Jajar legowo 4:1 2,10 b

BNT 5% 0,08

Tabel 7. dapat dilihat bahwa pengamatan parameter berat gabah kering menunjukkan perbedaan sangat nyata pada perlakuan jenis padi dan jarak tanam sistem jajar legowo. Hasil terbaik ditunjukkan oleh perlakuan padi merah dan jarak tanam sistem jajar legowo 2:1 Faktor paling penting yang mempengaruhi hasil produksi adalah anakan dan jumlah malai yang terbentuk.

Menurut Yuhelmi, 2002 bahwa agar diperoleh hasil panen yang tinggi harus mempunyai luas daun bendera yang lebar yang berfungsi untuk menangkap cahaya yang masuk ke tanaman dan digunakan untuk proses fotosintesis untuk menghasilkan cadangan makanan yang berupa beras.

Tabel 8. Rata-rata Berat 1000 Bulir

Perlakuan Rata-rata Berat 1000 Bulir (g)

Padi merah 43.89 a

Padi hitam 41.11 b

Padi putih 42.89 a

BNT 1,72

Konvensional 41.78 b

Jajar legowo 2:1 44.22 a

Jajar legowo 4:1 41.89 b

BNT 1,72

(9)

Berat 1000 Bulir

Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata antara perlakuan jenis padi dan sistem tanam jajar legowo terhadap berat 1000 bulir. Terdapat pada Tabel 8.

Tabel 8. dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan nyata antara perlakuan jenis padi dan sistem tanam jajar legowo terhadap berat 1000 bulir. Hasil terbaik ditunjukkan oleh perlakuan padi merah dan jarak tanam sistem jajar legowo 2:1.

Hal ini dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran bulir sangat ditentukan oleh faktor genetik, sehingga berat 1000 bulir yang dihasilkan sama. Bahan kering dalam bulir diperoleh dari fotosintesis yang selanjutnya dapat digunakan untuk pengisian bulir sesuai dengan pendapat Rahimi (2011) yang menyatakan bahwa rata-rata bobot bulir sangat ditentukan oleh bentuk dan ukuran bulir pada suatu varietas. Apabila tidak terjadinya perbedaan ukuran bulir maka yang berperan adalah faktor genetik.

Tanaman mampu memanfaatkan faktor yang tersedia , seperti cahaya matahari, air dan CO2 dengan baik untuk proses pertumbuhan dan pembentukan hasil bulir padi, dikarena kompetisi yang terjadi relatif kecil (Wahyuni, 2004). Perbedaan kondisi lingkungan terjadi akibat penggunaan sistem alur dan sistem sebar, sehingga menghasilkan jarak tanam dan populasi tanaman yang berbeda, telah mempengaruhi kondisi lingkungan mikro di sekitar tanaman yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman padi sesuai dengan potensi genetis masing-masing varietas (Kriswantoro, dkk. 2018)

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa perlakuan benih padi merah dan jarak tanam sistem jajar legowo 2:1 menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman yang lebih baik.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Teman dan mahasiswa fakultas pertanian Unisda Lamongan yang telah banyak membantu untuk kepentingan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Teknologi Padi Dan

Kedelai Hibrida.

http://www.google.com/produktifitasp adihibrida. Pada tanggal (03 Juli 2019).

Hatta, M. 2010. Pengaruh tipe jarak tanam terhadap anakan, komponen hasil, dan hasil dua varietas padi pada metode SRI. J. Floratek 6 (2): 104 – 113.

Hatta, M. 2012. Uji jarak tanam sistem legowo terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas padi pada metode SRI. Jurnal Agrista 16 (2): 87 – 93.

http://www.gerbangpertania

n.com/2011/06/dosis-dan- cara- pemupukan-padi.html. Diakses 27 Juli 2013.

Husnah, Y. 2010. Pengaruh penggunaan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah (Oryza sativa L) varietas IR dengan metode SRI(System of rice intensification).

Jurnal SAGU 9 (1): 21-27

Haris Kriswantoro, Etty Safriyani, Purwaningsih dan Siti Herlinda 2018.

Karakteristik Agronomis Tiga Varietas Padi (Oryza sativa L.) pada Dua Sistem Tanam Benih di Lahan Pasang Surut. J. Agron. Indonesia, 46(2):140-144

Linda Deviana Cristanti, dkk. 2013.

Pertumbuhan Padi Hitam Dan

(10)

Serangan Beberapa Herbivor Di Sawah Padi Organik Kecamatan Kepanjen. Jurnal Biotropika 1(5):221-225

Nursanti, R. 2009. Pengaruh Umur Bibit dan

Jarak Tanam Terhadap

Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Buru Hotong (Setaria italica (L.) Beauv). Skripsi. Program Studi Agronomi. Fakultas Pertanian.

Institut Pertanian Bogor. Hal 27-28.

Pahruddin, A, Maripul dan Rido, P. 2004.

Cara Tanam Padi Sistem Legowo Mendukung Usaha Tani di Desa Bojong, Cikembar Sukabumi. Buletin Teknik Pertanian 9 (1).

Purwono dan Heni, P. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.

Penebar Swadaya: Jakarta.

Rahimi, Z. Zuhry, E. Nurbaiti. 2011.

Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.) Varietas BatangPiaman dengan Metode System of Rice Intensification (SRI) di Padang Marpoyan Pekanbaru.

Jurnal. Fakultas Pertanian.

Universitas Riau. Hal 7.

Sutoro, dkk. 2015. Keragaman Malai Anakan dan Hubungannya dengan Hasil Padi Sawah (Oryza sativa). Bul.

Plasma Nutfah 21(1):9–16

Wahyuni, S.U.S. Nugraha dan Soejadi.

2004. Karakteristik Dormansi dan Metode Efektif Untuk Pematahan Dormansi Benih Plasmanutfah Padi.

Jurnal Peneltian Tanaman Pangan.

Hal 12.

Yuhelmi,R. 2002. Pengaruh Interval Penyiraman Terhadap Beberapa Varietas PadiGogo dari Kabupaten Kuantan Singingi dan Siak Sri Indrapura. Skripsi. Fakultas

Pertanian Universitas Riau. Hal 10- 12.

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan berbagai varietas tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, luas daun, panjang tongkol, berat bersih tongkol per tanaman,