• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tampilan Studi Pertumbuhan Tanaman Serai Wangi dengan Perlakuan Dosis Biochar (Cymoopogon nardus L ) pada Tanah Ultisol dalam Polybag

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Tampilan Studi Pertumbuhan Tanaman Serai Wangi dengan Perlakuan Dosis Biochar (Cymoopogon nardus L ) pada Tanah Ultisol dalam Polybag"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Pertumbuhan Tanaman Serai Wangi dengan Perlakuan Dosis Biochar (Cymoopogon nardus L ) pada Tanah Ultisol dalam Polybag

Hermanto1*),Nely Murniati2), Samsul Bahri3)

1*) Staff Pengajar Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Musi Rawas

Jl. Sultan Mahmud Baddarudin II, Air Kuti, Lubuk Linggau Tim. 1, Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan, 31625

2) Staff Pengajar Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Musi Rawas

Jl. Sultan Mahmud Baddarudin II, Air Kuti, Lubuk Linggau Tim. 1, Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan, 31625

3) Staff Pengajar Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Musi Rawas

Jl. Sultan Mahmud Baddarudin II, Air Kuti, Lubuk Linggau Tim. 1, Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan, 31625

* Penulis untuk korespondensi: [email protected]

Diterima 12 Februari 2022/ Disetujui 05 Maret 2022

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of biochar dose on the growth of citronella (Cymoopogon nardus L) on ultisol soil. This research was started from April to June 2020, using an experimental method with a non-factorial Randomized Block Design (RAK). The treatments were tested as follows: B0: Without Biochar/Control, B1: Dosage of Biochar rice husks 5 g.kg-1soil, B2: Dosage of Biochar rice husks 10 g.kg-1soil, B3: Dosage of Biochar rice husks 15 g.

kg-1soil, B4 : Dose of Biochar rice husk 20 g. kg-1 soil, B5 : Dose Biochar rice husk 25 g. kg-soil. The results showed that the administration of biochar at a dose of 25 g. kg-1 soil gave the best results on the growth of citronella plants.

Keywords : ultisol soil, citronella plant, biochar

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis biochar terhadap pertumbuhan tanaman serai wangi (Cymoopogon nardus L) pada tanah ultisol. Penelitian ini dimulai pada bulan April sampai dengan Juni 2020, menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial. Adapun perlakuan yang dicobakan sebagai berikut : B0 : Tanpa Biochar/ Kontrol , B1 : Dosis Biochar sekam padi 5 g. kg-1 tanah tanah, B2 : Dosis Biochar sekam padi g. kg-1 tanah tanah, B3 : Dosis Biochar sekam padi 15 g. kg-1 tanah tanah, B4 : Dosis Biochar sekam padi 20 g. kg-1 tanah tanah, B5 : Dosis Biochar sekam padi 25 g. kg-1 tanah tanah. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian biochar pada dosis 25 g. kg-1 tanah memberikan hasil yang paling baik pada pertumbuhan tanaman serai wangi.

.

Keywords: tanah ultisol, tanaman serai wangi, biochar

PENDAHULUAN

Serai wangi (Cymoopogon nardus L ) merupakan salah satu tanaman yang menghasilkan minyak atsiri dari kelompok Graminae atau rerumputan.

Tanaman serai wangi ini memiliki perbedaan dengan serai biasa dijadikan bumbu dapur, taman serai wangi ini pada bagian daunnya akan menghasilkan minyak atsiri atau yang lebih dikenal dengan citronela oil. Hasil rendemen minyak yang diekstrak dari proses penyulingan serai wangi berkisar antara 1,031,52 %, mengandung bahan aktif sitronela antara 44,92 - 85,73

% (Setiawan et.al. 2018 ; Feriyanto et al. 2013), citronela oil mengadung dua senyawa penting sitronela dan gereniol yang merupakan bahan utama dalam pembautan ester, farfum, dan kosemtik, selain itu juga berfungsi sebagai bahan pembautan insektisida, nematisida, anti jamur, anti bakteri dan hama gudang (Swasono et al.,2015).

Produksi nasional untuk tanaman serai wangi menunjukan angka yang terus meningkat, berdasarkan

data 5 tahun terakhir yakni pada tahun 2015 sebesar 1.371.50 ton, tahun 2016 sebesar 2.782.00 ton, tahun 2017 sebesar 3.253.00, 2018 sebesar 3.055.00 ton, 2019 sebesar 4.425.00 ton (Kementan, 2020). Sentra penghasil serai wangi diantaranya di Indonesia adalah Propinsi Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten dan Jawa Timur (Ditjenbun, 2016). Beberapa daerah yang mulai mengembangkan tanaman serai wangi diantaranya Palembang, Riau, Sulawesi dan Nusa Tenggara Barat (Sujianto et.al. 2018). Setiap 1 ton daun serai wangi bisa menghasilkan rendamen sekitar 0.7–

0.9%. Rendemen adalah perbandingan volume minyak (Kuantitas) yang dihasilkan dari hasil ekstraksi tanaman aromatik (Rochim 2009; Sujianto et.al. 2018).

Kebutuhan minyak serai wangi dunia 2.000 – 2.500 ton pertahun, RRC telah memasok 600-800 ton pertahun, artinya masih terbuka peluang pemenuhan permintaan minyak serai wangi dari Indonesia (Subagyono,2020)

(2)

Indonesia merupakan salah satu produsen minyak serai wangi dunia namun nilai ekspor kita masih rendah, hal ini disebabkan kualitas minyak serai wangi dari Indonesia , disamping itu pula pengembangan tanaman serai wangi hanya pada daerah sentra. Potensi pengembangan tanaman serai wangi ke arah penggunaan lahan suboptimal misalnya lahan kering belum banyak dilakukan.

Salah satu lahan kering yang pesebarannya cukup luas di indonesia yakni tanah ultisol. Bahri et.al (2020) menyatakan kendala utama usaha tani di lahan kering yakni masalah kesuburan tanah, kelangkaan air dan pH tanah, untuk mengatasi dapat menggunakan beberapa bahan amelioran tanah baik yang berasal dari sisa tanaman maupun yang berasal dari hewan ternak dalam bentuk pupuk hijau, pupuk kompos, dan biochar.

Lehman (2007) mengungkapkan biochar merupakan hasil pembakaran biomas residu tanaman dengan pembakaran minim oksigen (phyorilisis). Gani (2009) menyatakan Biochar dapat mengatasi beberapa masalah pada tanah dalam proses budidaya dan mengatasi masalah tanah misalnya mudah kehilangan unsur hara dan kelembaban tanah. Hasil penelitian Bahri et.al (2015, 2016) menunjukan perlakuan biochar berpengaruh sangat nyata terhadap pH dan K tersedia, walaupun berpengaruh tidak nyata terhadap C organik, N, P tersedia, dan KTK tanah ultisiol. Biochar memiliki sifat yang sukar hancur sehingga dapat dijadikan pembenah pada tanah kering. Biochar dihasilkan dari pembakaran minim oksigen (phyrolisis) dengan pemanfaatan limbah-limbah pertanian. Salah satu limbah yang cukup potensial untuk digunakan adalah sekam padi, limbah penggilingan padi jumlahnya 20-23

% dari gabah. Hasil penelitian Suswana (2019), pemberian biochar sebanyak 20 ton ha mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman padi.

BAHAN DAN METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian ini menggunakan Metode Eksperimental dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial, terdiri dari enam perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan yang akan dicobakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

B0 : Tanpa Biochar/ Kontrol

B1 : Dosis Biochar sekam padi 5 g. kg-1 tanah B2 : Dosis Biochar sekam padi 10 g. kg-1 tanah B3 : Dosis Biochar sekam padi 15 g. kg-1 tanah B4 : Dosis Biochar sekam padi 20 g. kg-1 tanah B5 : Dosis Biochar sekam padi 25 g. kg-1 tanah

Media tanah yang digunakan adalah menggunakan tanah ultisol. Tanah dibersihkan dari rumput atau kotoran, kemudian tanah dimasukkan kedalam polybag dengan ukuran 30 x 40 cm polybag berisikan 5 kg tanah. Aplikasi biochar dilakukan dengan cara mencampurkan biochar dengan didalam polybag, sesuai dosis masing-masing perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukan bahwa peralakuan biochar berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan tinggi tanman, volume akar, berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan, luas daun dan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun.

Tabel 1. Analsisis Keragaman Dosis Biochar terhadap Pertumbuhan Serai wangi

No Peubah

yang diamati

K KK

1 Pertambahan tinggi

tanaman (cm) 10,19 ** 3,58

2 Jumlah daun (helai) 0,88 tn 11,22 3 Jumlah anakan

(rumpun) 46,27 ** 1,83

4 Luas daun (cm2) 3,82 * 3,38 5 Berat basah

berangkasan (g) 8,45 ** 4,09 6 Volume akar (ml) 3,49 * 7,51 Ket : ** Berpengaruh Sangat Nyata , * Berpengaruh Nyata, tn tidak nyata

Hasil analisis keragaman Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian dosis biochar berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman, jumlah anakan perumpun dan berat berangkasan basah serta berpengaruh nyata terhadap luas daun dan volume akar. Namun berbeda tidak nyata dengan jumlah helai daun.

Pengaruh nyata sampai sangat nyata perlakuan dosis biochar (B) terhadap pertambahan tinggi tanaman, jumlah anakan, luas daun, berat basah berangkasan dan volume akar, hal ini diduga karena pemberian dosis biochar mampu memperbaiki struktur serta sifat fisik dan biologi tanah sehingga membantu dalam proses penyerapan hara dalam tanah dan membantu proses pertumbuhan pada tanaman serai wangi.

Tabel 2. Dosis Biochar terhadap Pertumbuhan Tanaman Serai Wangi Dosis

Biochar

Pertambahan Tinggi Tanaman

(cm)

Jumlah Daun (helai)

Luas Daun (cm²)

Jumlah Anakan (rumpun)

Berat Basah Berangkasan

(g)

Volume Akar (ml)

0 g. kg-1 tanah 19,47A 13,73 106,14a 3,47A 97,40A 12,13a

5 g. kg-1 tanah 20,60A 15,07 104,68a 3,60A 99,33A 13,93a

(3)

10 g. kg-1 tanah 21,27AB 14,93 107,90a 3,73B 105,20AB 13,80a

15 g. kg-1 tanah 22,00 B 14,67 110,92ab 3,80B 103,72A 14,33a

20 g. kg-1 tanah 22,93B 15,60 112,48b 4,13C 112,87B 14,73ab

25 g. kg-1 tanah 23,20B 16,47 115,49b 4,13C 115,60B 15,53b

KK 3,58 11,22 3,38 1,83 4,09 7,51

Keterangan: Angka-angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf yang sama dinyatakan tidak nyata pada taraf 5 % dan 1%

Hasil pengamatan pada tabel 2 diatas menunjukan bahwa pemberian biochar sekam padi dengan dosis 25 g.kg-1 tanah memberikan pengaruh terbaik untuk semua peubah. Pengaruh peningkatan dosis biochar yang diberikan menunjukan trend yang meningkat terhadap pertumbuhan tanaman serai wangi pada tanah ultisol yang dibudidayakan di dalam polybag. Pengaruh yang tersebut diduga bahwa biochar mampu memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Hal ini selaras dengan pernyataan Bahri et.al (2020) pemberian biochar mampu memperbaiki sifat fisik dan kimia pada tanah ultisol, pemberian biochar mampu memperbaiki bulk density tanah, kemampuan menahan air, serta menigkatkan pH, KTK tanah, dan C Organik tanah.

Lebih lanjut dijelaskan pula oleh Steiner (2007) biochar mampu memberikan respon positif terhadap stabilitas agregat tanah, KTK tanah, kandungan C-organik tanah, retensi air dan hara akibat peningkatan karbon tanah.

Hasil Uji BNJ dan tabulasi menunjukkan bahwa perlakuan pemberian dosis biochar 25 g.kg-1 tanah memberikan hasil terbaik pada semua peubah pertumbuhan tanaman. Hal ini menunjukan bahwa semakin banyak dosis biochar yang diberikan pada media mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga daya dukung tanah terhadap pertumbuhan tanaman meningkat. Krishnakumar et al., (2013) dan Chan (2007) yang menunjukkan bahwa aplikasi biochar mampu mengubah sifat tanah terutama terhadap sifat fisik seperti bobot isi tanah dan kimia seperti KTK, pH, N, P dan K tanah. Demikian juga hasil penelitian Major et al., (2012), Laird et al., (2010) dan Dume et al., (2016) yang menunjukkan bahwa biochar mengandung C-organik tinggi dan penambahan biochar akan meningkatkan pH tanah, electrical conductivity (EC) tanah, N-total tanah, ketersediaan P dan K tanah serta KTK tanah. Peningkatan C-organik tanah dan KTK tanah akan menurunkan resiko kehilangan unsur hara terutama mengurangi kehilangan N, P, K tanah sehingga pemberian biochar akan tetap menjaga ketersediaan N, P dan K tanah tetap tinggi.

Hasil Uji BNJ dan tabulasi menunjukan bahwa perlakuan tanpa biochar memberikan hasil terendah pada semua peubah yaitu pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, luas daun, berat basah berangkasan dan volume akar. Hal ini diduga bahwa pada media tanam tanpa pemberian biochar belum mampu mendukung pertumbuhan tanaman karena media tanam yang digunakan adalah tanah ultisol yang memiliki keterbatasan hara dan kendala sifat fisik dan kimia tanah.

Menurut (Subagyo et al., 2013) Tanah ultisol merupakan tanah kering masam yang sebagian besar berasal dari bahan induk batuan sedimen masam. Mayer.

R et.al (2015) Ultisol memiliki kandungan Al-dd yang sangat tinggi dan pH tanah yang sangat masam, sehingga menyebabkan rendahnya ketersediaan hara bagi tanaman.

Hal ini seperti yang tertera pada Soil Survey Staff (2014) bahwa salah satu ciri khusus tanah Ultisol yaitu apabila nilai kejenuhan basa < 35 %. Menurut Tan (1991) bahwa suatu tanah dianggap sangat subur jika kejenuhan basanya ≥ 80 %, kesuburan sedang jika kejenuhan basanya antara 80 dan 50%, dan tidak subur jika kejenuhan basanya ≥ 50%. Lebih lanjut Menurut Utomo (2011), faktor pembatas sifat fisik tanah terhadap pertumbuhan tanama porositas tanah, laju infiltrasi dan permeabilitas tanah rendah. Sedangkan pemantas pada sifat kimia tanah ultisol yakni pH yang rendah (masam) dengan kejenuhan Al tinggi yaitu >42%, kandungan bahan organik rendah yaitu >1,15%, kandungan hara rendah yaitu N berkisar 0,14%, P sebesar 5,80 ppm, kejenuhan basa rendah yaitu 29% dan KTK juga rendah yaitu sebesar 12,6 me/100 g. Oleh karena itu untuk menggunakan tanah utisol maka memerlukan perlakuan dialkukan perbaikan secara fisik, kimia dan biologi, sehingga tanah bisa mendukung pertumbuhan tanaman.

Pemanfaatan biochar uapaya yang cukup ramah lingkungan untuk meningkatkan kualitas tanah ( Jova G., et.al. 2021; Lahori et al., 2017). Bonanomi et al.

(2017) menegaskan biochar sebagai amandemen tanah yang terbukti mampu meningkatkan kualitas tanah serta mampu mempertahankan hara sehingga meningkatkan pertumbuhan tanaman.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian biochar berpengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman serai wangi dengan pemberian biochar pada dosis 25 g.kg-1tanah memberikan hasil yang paling baik pada pertumbuhan tanaman serai wangi.

DAFTAR PUSTAKA

Bahri. S, Budianta. D, dan Munandar. 2015. Perubahan C Organik, pH dan KTK Tanah Akibat Aplikasi Biochar dan Pupuk Kandang Ayam pada Tanah

(4)

Ultisol serta Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Tanaman Sorgum, Hal. 293-300 dalam Proseding Seminar Semirata BKS-PTN Barat.

Palangka Raya. 20-21 Agustus 2015

Bahri. S, Budianta. D, dan Munandar. 2016. Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah dengan Pemberian Biochar dan Pupuk Kandang Ayam pada Tanah Ultisol. Jurnal Klorofil. Volume XI No. 2 hal 77- 84.

Bahri, S, Novianto, Sumini, Holidi dan Wasir Ibrahim 2020. Pemanfaatan Limbah Pertanian Menjadi Biochar dan Kompos Sebagai Amelioran Tanah. Jurnal Adimas. 4 (1) Maret 2020. Hlm 1-6

Bahri, S. Merismon. Sutejo. 2020. Pemanfaatan Biochar dan Pupuk Kandang Ayam Pada Pertanaman Jagung Hibrida di Tanah Ultisol. Jurnal Galung Tropika, 9 (2) Agustus 2020, hlmn. 115 – 123 Bonanomi, G., Ippolito, F.., Cesarano, G., Nanni, B.,

Lombardi, N., Rita, A., Saracino, A. and Scala, F. 2017. Biochar as plant growth promoter:

Better off alone or mixed with organic amendments? Frontiers in Plant Science 8:

1570.

Chan, K.Y., van Zwieten, L., Meszaros, I., Downie, A., Joseph, S. 2007. Assessing the agronomic values of contrasting char materials on an Australian hard setting soil. Paper presented in International Agrichar Initiative (IAI) 2007 Conference, 27 April–2 May 2007, Terrigal, New South Wales, Australia.

Dume, B., Mosissa, T. and Nebiyu, A. 2016. Effect of biochar on soil properties and lead (Pb) availability in a military camp in South West Ethiopia. African Journal of Environmental Science and Technology 10(3): 77-85

Feriyanto Yuni Eko, Patar Jonathan Sipahutar, Mahfud, dan Pantjawarni Prihatini. 2013. Pengambilan Minyak Atsiri dari Daun dan Batang Serai Wangi (Cymbopogon winterianus) Menggunakan Metode Distilasi Uap dan Air dengan Pemanasan Microwave. Jurnal Teknik Pomits Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)

Kementan 2020. Produksi Tanaman Perkebunan Komoditas Serai Wangi.https://

www.Kementan.or.id/diakses september 2021

Krishnakumar, S., Kumar, S.R., Mariappan, N., Surendar, K.K. 2013. Biochar-boon to soil health and crop production. African Journal of Agricultural Research. 8(38): 4726-4739.

Gani, A. 2009.Potensi Arang Hayati “Biochar” sebagai Komponen Teknologi

Perbaikan Produktivitas Lahan Pertanian. Iptek Tanaman Pangan Vol. 4 (1) : 33-48.

Jova G, Widowati, Marwoto. 2021. Perbaikan Pertumbuhan dan Hasil Kedelai Hitam ( Glycine Max (L.) Merril) dengan Biochar dan Pupuk NPK Di Lahan Kering. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 8 No 1: 169-177, 2021

Lahori, A.H., Guo, Z., Zhang, Z., Li, R., Mahar, A., Awasthi, M., Shern, E., Sial, T.A., Kumbhar, F, Wang, P. and Jiang, S. 2017. Use of biochar as an amendment for remediation of heavy metal- contaminated soils: Prospects and challenges. Pedosphere 2: 991-1014.

Laird, D.A., P. Fleming, D.D. Davis, R. Horton, B.Q.

Wang, and D.L. Karlen. 2010. Impact of biochar amandement on quality of typical midwestern agricultural soil. Geoderma 158(3- 4):443-449.

Lehmann J., JP da Silva Jr, C. Steiner, T. Nehls, W.

Zech and B. Glaser. 2003. Nutrient Availability and Leaching in an Archaeological Anthrosol and a Ferralsol of the Central Amazon Basin: Fertilizer, Manure and Charcoal Amendments. Plant and Soil.

249 : 343–357.

Mayerni.R, Nia D, Armasnyah. 2015. Pengaruh Beberapa Dosis Kompos Titonia terhadap Pertumbuhan dan Hasil 2 Klon Tanaman Rami (Boemeria nivea) pada Tanah Ultisol. Hal. 79- 84 dalam Proseding Seminar Semirata BKS- PTN Barat. Palangka Raya. 20-21 Agustus 2015

Nurida, N.L., A. Dariah dan A. Rachman. 2014.

Peningkatan kualitas tanah dengan pembenah tanah biochar limbah pertanian. Jurnal tanah dan Iklim 37(2); 69-78.

Santos, F., Torn, M.S. and Bird, J.A. 2012. Biological degradation of pyrogenic organic matter in temperate forest soils. Journal Soil Biology and Biochemistry 51: 115-124

Setiawan, Gusmaini dan Hera Nurhayati. 2018.

Respons Tanaman Serai Wangi Terhadap Pemupukan NPKMg Pada Tanah Latosol.

Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.

Sukabumi.

Setiawan, Gusmaini dan Hera Nurhayati. 2018.

Respons Tanaman Serai Wangi Terhadap

(5)

Pemupukan NPKMg Pada Tanah Latosol.

Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Vol. 29 No. 2, 2018 : 69 – 78

Soil Survey Staff. 2014. Key to Soil Taxonomy Twelfth Edition. United States Department of Agriculture Natural Resources Concervation Service. USA.

Steiner et al., 2004. Slach and Charc: an alternative to slash and burn practiced in Amazon basin.

Springer Verlag, Berlin, Heidelberg, New York

Subayono, Kasdi. 2020. Serai Wangi Kaya akan Manfaat dan Peluang yang Menjanjikan.

Direktorat Jendral Perkebunan.

https://ditjenbun.pertanian.go.id diakses 2 November 2021

Sujianto, Sukamto dan Sholih Hadi. 2018. Prospek Ekonomi Pengembangan Tanaman Seraiwangi ( C Y Mbopogon Nardus L) Untuk Lahan Kering dan Konservasi Tanah.

https://www.researchgate.net/publication/3354 20373 (diakses 8 Novmber 2021)

Swasna. Suli, 2019. Pengaruh Biochar terhadap Pertumbuhan Padi dalam Sistem Aerobik.

Agrotech Res J, June 2019, 3(1): 44-49

Swasono. F. G., Mudji S., Ellis N. 2015. Pengaruh cekaman air dan kombinasi pupuk nitrogen dan kalium terhadap pertumbuhan dan kadar minyak atsiri tanaman serai wangi (cymbopogon nardus l.).Jurnal ProduksiTanaman, Volume 3, Nomor 7, Oktober 2015, hlm. 574 – 580

Tan, K. H. 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah.

Diterjemahkan oleh Didiek Hadjar Goenadi.

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa perlakuan pupuk kalium berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang daun, pertambahan lebar daun, pertambahan jumlah daun, pertambahan luas

dapat dilihat bahwa peubah tinggi tanaman, berat berangkasan basah, berat berangkasan kering dan indeks panen menunjukan pengaruh nyata, sedangkan pada peubah jumlah

Interaksi dosis pupuk P dan aplikasi inokulan CMA berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 2 MST, jumlah daun pada 8 dan 9 MST, bobot basah akar, bobot basah dan bobot

Terdapat interaksi antar faktor perlakuan terhadap jumlah daun panen (helai), berat basah tongkol tanaman panen (g/tanaman), berat basah berangkasan per satuan luas (ton/ha),

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis vermikompos berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 HST, jumlah polong, jumlah biji, berat berangkasan

Pada berat basah dan berat kering berangkasan tanaman jahe emprit dengan perlakuan ekstrak daun kamboja merah menunjukkan pengaruh yang sangat nyata, sedangkan ekstrak daun

Tabel 10, dapat diketahui bahwa pengaruh media terhadap berat berangkasan akar basah menunjukkan berbeda nyata, perlakuan M2 batu bata sebagai perlakuan terbaik yaitu 15, 06 gram,

Pengaruh C-organik terhadap biomassa kering tanaman jagung Kesimpulan Pemberian perlakuan biochar sekam padi pada Typic Kanhapludult dengan dosis tinggi memberikan pengaruh nyata