• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEORI HOMEOSTASIS DAN INTEGRASI SISTEM

N/A
N/A
Rafika Dinillah

Academic year: 2024

Membagikan "KAJIAN TEORI HOMEOSTASIS DAN INTEGRASI SISTEM "

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN TEORI

HOMEOSTASIS DAN INTEGRASI SISTEM CASE BASED LEARNING

Dosen Pengampu:

Dr. Rusdi, M.Biomed

Disusun Oleh:

Rafika Dinillah (1304621021)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2023

(2)

PENDAHULUAN

Tubuh manusia merupakan suatu sistem kendali yang sangat kompleks, terorganisir dan saling terkoordinasi untuk menjaga kondisi tubuh agar selalu stabil dan seimbang secara fisiologis. Jika terjadi gangguan fisiologis, tubuh dengan cepat merespons dan berusaha mengembalikannya ke keadaan normal melalui mekanisme umpan balik negatif dan positif.

Misalnya saja jika terjadi penurunan tekanan darah, maka reseptor sensorik akan mengirimkan sinyal ke pusat kendali di otak. Pusat kendali ini akan mengirimkan sinyal saraf ke dinding arteri untuk mempersempitnya. Ketika terjadi peningkatan tekanan darah, sistem ini diaktifkan.

Konsep ini dikenal sebagai homeostatis.

Siagiain (2004) menulis bahwa homeostasis adalah keseimbangan yang rumit dan dinamis. Homeostasis berasal dari bahasa Yunani homeo (sama) dan statis (menjaga situasi).

Istilah homeostasis pertama kali diperkenalkan oleh Cannon W.B. (1926) merupakan upaya menjaga kondisi lingkungan stabil dalam/intraseluler/internal (lingkungan interiorur).

Homeostatis adalah caranya Tubuh kita dapat menjaga kestabilan dan mengatur seluruh organ agar berfungsi dengan lancar Bagus. Homeostatis ini sangat penting bagi kelangsungan hidup sel dan jaringan, karena keduanya akan berfungsi secara efisien ketika kondisi internal ini dipertahankan dengan baik. Karena sel membutuhkan pasokan nutrisi, oksigen, dan membuang limbah sisa hasil metabolism berupa karbondioksida.

Homeostasis adalah proses konstan mengatur lingkungan keseimbangan dinamis di dalam (tubuh organisme). Ada 2 jenis keadaan konstan atau tunak dalam homeostatis, yaitu:

1. Keseimbangan sistem tertutup-Statis: Dimana keadaan internal tidak berubah seperti botol tertutup.

2. Sistem Terbuka-Kesetimbangan Dinamis : Dimana keadaan internal tetap meskipun sistem terus berubah, misalnya seperti kolam di dasar air terjun.

Contoh singkat homeostatis adalah:

Pada saat cuaca panas, sistem kulit akan merespon dengan mengeluarkan keringat melalui kelenjar keringat pada epidermis kulit untuk mencegah suhu darah meningkat, pembuluh

(3)

darah akan melebar untuk melepaskan panas ke lingkungan sekitar, hal ini juga menyebabkan kulit menjadi panas. berubah merah.

Homeostasis dihadapkan oleh mekanisme fisiologis yang mengontrol fungsi tubuh dan mengawasi organ tubuh. Sebagian besar mekanisme ini dikendalikan oleh sistem saraf dan endokrin dan tidak mencakup perilaku sadar. Tubuh melakukan penyesuaian pada detak jantung, laju pernapasan, tekanan darah, suhu tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit, sekresi hormon, dan tingkat kesadaran yang semuanya dimaksudkan untuk berkontribusi pada homeostatis.

1. Dasar-Dasar Homeostasis

Cannon W.B. (1926) berpostulasi tentang 4 dasar homeostasis, yaitu:

1) Peran sistem saraf dalam mempertahankan kesesuaian lingkungan dalam dengan kehidupan

2) Adanya kegiatan pengendalian yang bersifat tonik 3) Adanya pengendalian yang bersifat antagonistic

4) Suatu sinyal kimia dapat mempunyai pengaruh yang berbeda di jaringan tubuh yang berbeda.

Selain itu Cannon W.B. (1926) juga menyatakan beberapa parameter yang diatur homeostatis, yaitu faktor lingkungan yang mempengaruhi sel dan yang mana dibutuhkan oleh sel, serta sekresi internal.

2. Jenis Homeostasis

Homeostasis yang ada di dalam tubuh manusia terbagi atas homoestasis fisiologis serta homeostasis psikologis.

a. Homeostasis Fisiologi

Sistem yang mengendalikan homeostasis fisiologis yang ada di dalam tubuh manusia adalah system endokrin dan saraf otonom dengan mekanisme prosesnya dapat melalui empat cara, yaitu :

1. Pengaturan Dasar

Sistem ini terjadi secara otomatis pada orang sehat. Misalnya : proses pengendalian berbagai fungsi organ dalam tubuh.

2. Kompensasi

(4)

Tubuh akan cenderung bereaksi terhadap kelainan yang terjadi di dalamnya. Misalnya jika lingkungan tiba-tiba menjadi dingin maka pembuluh darah tepi akan mengalami penyempitan dan merangsang pembuluh darah bagian dalam untuk meningkatkan aktivitas (misalnya menggigil) yang dapat menghasilkan panas sehingga suhu tubuh tetap stabil, pelebaran pupil hingga meningkatkan persepsi penglihatan di dalam. peristiwa ancaman. pada tubuh, dan peningkatan keringat untuk mengontrol kenaikan suhu tubuh.

3. Umpan Balik Negatif

Proses ini merupakan penyimpangan dari kondisi normal. Dalam keadaan tidak normal, tubuh secara otomatis akan melakukan mekanisme umpan balik untuk menyeimbangkan penyimpanan yang terjadi.

4. Umpan Balik untuk Memperbaiki Ketidakseimbangan Fisiologis

Misalnya, jika seseorang mengalami hipoksia, maka detak jantung akan meningkat untuk membawa cukup darah dan oksigen ke sel-sel tubuh.

b.Homeostasis Psikologis

Homeostasis psikologis terlibat pada keadaan emosional yang seimbang dan kesehatan mental. Proses ini berasal dari pengalaman hidup dan interaksi dengan orang lain serta dipengaruhi oleh norma dan budaya masyarakat. Contohnya adalah mekanisme pertahanan diri (coping) seperti menangis, tertawa, berteriak, memukul dan lain sebagainya.

3. Sistem Kontrol Homeostasis

Untuk menjaga homeostatis, tubuh harus mampu mendeteksi penyimpangan yang terjadi pada faktor lingkungan internal yang perlu dijaga dalam rentang yang sempit. Tubuh juga harus mampu mengendalikan berbagai sistem tubuh yang bertanggung jawab untuk menyesuaikan faktor-faktor tersebut. Misalnya, untuk menjaga konsentrasi CO2 dalam cairan ekstraseluler pada tingkat optimal, tubuh harus mampu mendeteksi perubahan konsentrasi CO2, dan kemudian secara tepat mengubah aktivitas pernapasan, sehingga konsentrasi CO2 kembali ke tingkat yang diinginkan.

Sistem kendali yang beroperasi untuk mempertahankan homeostatis dapat dikelompokkan menjadi dua kelas, yaitu

1) Kontrol Intrinsik

(5)

Pengendalian intrinsik (intrinsik berarti “di dalam”) ada di dalam atau melekat pada organ yang bersangkutan. Misalnya, ketika otot yang aktif menggunakan O2, dan mengeluarkan CO2, untuk menghasilkan energi yang diperlukan untuk melakukan aktivitas kontraktilnya, konsentrasi O2, turun dan CO2 meningkat di otot. Dengan bekerja langsung pada otot polos di dinding pembuluh darah yang mensuplai otot tersebut, perubahan kimia lokal ini menyebabkan otot polos menjadi rileks dan pembuluh darah terbuka lebih lebar untuk mengakomodasi peningkatan aliran darah ke otot. Mekanisme lokal ini berperan dalam menjaga kadar O2 dan CO2 yang optimal di lingkungan cairan internal yang mengelilingi sel otot.

2) Kontrol Ektrinsik

Pengendalian ekstrinsik (ekstrinsik artinya “luar”), yaitu mekanisme pengaturan yang dimulai dari luar suatu organ untuk mengubah aktivitas organ tersebut. Pengendalian ekstrinsik terhadap berbagai organ dan sistem dilakukan oleh sistem saraf dan endokrin, dua sistem kendali utama tubuh. Pengendalian ekstrinsik memungkinkan pengaturan beberapa organ sekaligus untuk mencapai tujuan bersama; Sebaliknya, kendali intrinsik berfungsi melayani organ tempat ia beroperasi.

4. Homeostasis dan Pengaturan Umpan Balik

Homeostatis dipertahankan melalui mekanisme umpan balik yang diatur oleh tubuh itu sendiri. Mekanisme ini terdiri dari 3 komponen:

1) Sensor, yang mendeteksi gangguan homeostatis (akibat impuls saraf atau perubahan kadar hormon).

2) Pusat kendali di sistem saraf pusat yang menerima sinyal dari sensor dan mengatur respon tubuh terhadap gangguan homeostasis (dengan memulai mekanisme efektor).

3) Efektor yang berfungsi mengembalikan homeostatis.

Ada 2 jenis feedback atau umpan balik dalam konsep homeostasis yang dijelaskan sebagai berikut.

1) Umpan balik positif yang menjauhkan sistem dari homeostatis dengan mendorong perubahan dalam system. Contoh: Jantung akan memompa dengan frekuensi dan kekuatan yang lebih tinggi (lebih dari biasanya) ketika seseorang dalam keadaan syok. Ingat:

naikkan sesuatu untuk kembali ke homeostatis).

(6)

2) Umpan balik negatif yang berfungsi mengembalikan homeostatis dengan memperbaiki defisit yang terjadi pada sistem. Contoh : Ketika terjadi peningkatan kadar glukosa, maka tubuh akan menurunkan (Ingat: mengurangi sesuatu untuk mengembalikan ke homeostatis) kadar glukosa ke nilai normal dengan cara meningkatkan produksi insulin oleh pankreas, sehingga dapat mengembalikan keadaan glukosa menjadi normal. dan mengembalikan homeostatis.

5. Mekanisme Homeostasis

Mekanisme yang diusulkan untuk homeostatis diwakili oleh sistem pengaturan di mana lima komponen penting harus bekerja sama dalam satu putaran refleks: sensor, setpoint, pendeteksi kesalahan, pengontrol, dan efektor (Modell, 2015). Variabel yang diatur (dirasakan) memiliki sensor di dalam sistem untuk mengukur perubahan nilainya, contohnya adalah konsentrasi glukosa darah. Di sisi lain, variabel terkontrol (tidak diatur) yang nilainya diubah untuk mempertahankan variabel yang diatur dalam kisaran yang sempit, contohnya adalah peran glukoneogenesis, glikolisis, dan glikogenolisis dalam konsentrasi glukosa darah (Kotas, 2015).

Peran pengontrol adalah menafsirkan sinyal kesalahan dan menentukan keluaran efektor sehingga homeostatis dapat dicapai kembali. Jadi, di dalam tubuh, pengontrol biasanya adalah sel endokrin dan neuron sensorik di sistem saraf otonom, medula, dan hipotalamus. Efektor menghasilkan respon yang memaksa variabel kembali ke kisaran normal. Reseptor memantau perubahan lingkungan, stimulus, yang ditransmisikan ke pusat integrasi (misalnya, otak dalam kasus sistem saraf pusat, atau kelenjar dalam sistem endokrin). Jika penentuannya adalah stimulus berbeda dari setpoint, maka akan dihasilkan respon dan dikirim ke organ efektor. Sistem yang memanfaatkan komponen-komponen ini dikenal sebagai sistem umpan balik negatif, meskipun tidak berlaku sebaliknya: umpan balik negatif tidak berarti sistem tersebut berfungsi homeostatis (Modell, 2015).

Umpan balik negatif mengacu pada respons yang berlawanan dengan stres: tindakan kompensasi akan meningkatkan nilai jika nilainya menjadi terlalu rendah atau menurun jika menjadi terlalu tinggi. Pengendalian antisipatif (feedforward) ada untuk meminimalkan gangguan terhadap prediksi perubahan lingkungan ketika mengantisipasi perubahan (Ramsay, 2014). Dalam jenis umpan balik ini, kontrol tidak aktif ketika ada gangguan pada

(7)

sistem, melainkan sebelum gangguan itu terjadi, sebagai persiapan menghadapi dampak gangguan yang mungkin terjadi. Yang terakhir, meskipun tidak sesering putaran umpan balik negatif, umpan balik positif, yang mana stimulus diperkuat dan bukannya dikurangi, juga diperlukan dalam beberapa kasus. Salah satu contoh umpan balik positif yang paling terkenal terjadi selama persalinan ketika pelepasan oksitosin merangsang kontraksi rahim yang memaksa kepala bayi menekan leher rahim, yang merangsang pelepasan lebih banyak oksitosin yang bersiklus hingga persalinan selesai.

6. Kontribusi Berbagai Sistem bagi Homeostasis

Setiap sistem organ menjalankan fungsi spesifik bagi tubuh, dan setiap sistem organ biasanya dipelajari secara independen. Namun, sistem organ juga bekerja sama untuk membantu tubuh mempertahankan homeostatis. Misalnya, sistem kardiovaskular, saluran kemih, dan limfatik membantu tubuh mengontrol keseimbangan air. Sistem kardiovaskular dan limfatik mengangkut cairan ke seluruh tubuh dan membantu merasakan kadar zat terlarut dan air serta mengatur tekanan. Jika kadar air terlalu tinggi, sistem saluran kemih akan memproduksi urin yang lebih encer (urin dengan kandungan air lebih tinggi) untuk membantu menghilangkan kelebihan air. Jika kadar air terlalu rendah, urin akan diproduksi lebih pekat sehingga air dapat disimpan. Sistem pencernaan juga berperan dengan variabel penyerapan air. Air dapat hilang melalui sistem integumen dan pernafasan, namun kehilangan tersebut tidak secara langsung mempengaruhi pemeliharaan cairan tubuh dan biasanya berhubungan dengan mekanisme homeostatis lainnya.

Demikian pula, sistem kardiovaskular, integumen, pernapasan, dan otot bekerja sama untuk membantu tubuh mempertahankan suhu internal yang stabil. Jika suhu tubuh meningkat, pembuluh darah di kulit membesar sehingga memungkinkan lebih banyak darah mengalir di dekat permukaan kulit. Hal ini memungkinkan panas menghilang melalui kulit dan ke udara sekitarnya.

Kulit juga bisa mengeluarkan keringat jika tubuh menjadi terlalu panas; ketika keringat menguap, membantu mendinginkan tubuh. Nafas yang cepat juga dapat membantu tubuh menghilangkan panas berlebih. Bersama-sama, respons terhadap peningkatan suhu tubuh ini menjelaskan mengapa Anda berkeringat, terengah-engah, dan wajah menjadi merah saat Anda berolahraga keras. (Nafas berat saat berolahraga juga merupakan salah satu cara tubuh mendapatkan lebih banyak oksigen ke otot Anda, dan membuang karbon dioksida ekstra yang diproduksi oleh otot.)

(8)

Sebaliknya, jika tubuh terlalu dingin, pembuluh darah di kulit berkontraksi, dan aliran darah ke ekstremitas (lengan dan kaki) melambat. Otot berkontraksi dan rileks dengan cepat, yang menghasilkan panas untuk membuat Anda tetap hangat. Rambut di kulit Anda terangkat, memerangkap lebih banyak udara, yang merupakan isolator yang baik, di dekat kulit Anda.

Respons terhadap penurunan suhu tubuh ini menjelaskan mengapa Anda menggigil, “merinding”, dan ekstremitas dingin dan pucat saat kedinginan.

Sebagai group organ dan jaringan tubuh yang melakukan fungsi bersama dalam menjalankan aktifitas esensial maupun tugas pokok terkait kebutuhan tubuh sebagai makhluk hidup. Sistem menunjang ciri khas manusia. Adapun ciri khas manusia meliputi: 1) Multiseluler, 2) Membutuhkan makanan, 3) Bernafas, 4) Tumbuh dan berkembang, 5) Bereaksi terhadap rangsangan, 6) Bergerak, 7) Mengeluarkan zat sisa, 8) Bereaksi terhadap rangsan, 9) Beradaptasi dengan lingkungan (homeostasis), dan 10) Berkembangbiak (DNA). Terdapat sebelas system tubuh utama, kontribusi terpenting system-sistem tersebut dalam homeostasis dijelaskan sebagai berikut.

(9)

Gambar 1. Organ-organ yang bekerja sama dikelompokkan ke dalam sistem organ.

1) Sistem Saraf

Sistem saraf adalah sistem koordinasi berupa penghantaran impuls saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impuls saraf dan pemberi tanggapan rangsangan (Feriyawati, 2005).

Susunan sistem saraf terbagi secara anatomi yang terdiri dari saraf pusat (otak dan medula spinalis) dan saraf tepi (saraf kranial dan spinal) dan secara fisiologi yaitu saraf otonom dan saraf somatic (Bahrudin, 2013).

2) Sistem Respirasi

(10)

Merupakan suatu struktur dan susunan yang sangat kompleks dan rumit sehingga menjadikan sistem ini nampak istimewa dalam menopang kehidupan manusia. Sistem respirasi bertujuan untuk mendapatkan oksigen dari udara ke jaringan tubuh dan membuang karbondioksida (Guyton et al.,2006). Pertukaran antar keduanya ini sangat penting sebab seluruh tubuh akan membawa oksigen dari respirasi sel untuk memproduksi ATP atau energi yang dibutuhkan dan dimanfaatkan manusia dalam beraktivitas sehari- hari. Menurut Tortora & Derrickson (2014) dalam bukunya Principles of Anatomy &

Physiology 14th edition, sistem respirasi manusia dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu (1) sistem respirasi atas, yaitu hidung, nasal cavity, faring dan struktur terkait, dan (2) sistem respirasi bawah, yaitu laring, trakea, bronchial dan paru-paru.

3) Sistem Sirkulasi

Merupakan sistem transportasi yang membawa berbagai zat, misalnya nutrisi, O , CO ,₂ ₂ zat sisa, elektrolit dan hormon dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya.

4) Sistem Pencernaan

Memecah makanan menjadi molekul kecil nutrisi yang dapat diserap ke dalam plasma untuk didistribusikan ke seluruh sel. Sel-sel ini juga memindahkan air dan elektrolit dari lingkungan luar ke lingkungan dalam. Sistem ini mengeluarkan sisa-sisa makanan yang belum tercerna ke lingkungan luar melalui feses.

5) Sistem Urinaria

Merupakan sistem yang penting untuk mengekskresi atau membuang sisa-sisa metabolisme makanan dan minuman yang dihasilkan tubuh khususnya senyawa nitrogen seperti urea dan kreatinin, bahan asing dan produk sisanya. Sampah atau sisa-sisa metabolisme ini selanjutnya difilter dan disekresikan oleh ginjal dalam bentuk urin melewati ureter menuju kandung kemih untuk disimpan sementara dan akhirnya secara periodik akan dikelurakan melalui uretra. Sistem urinaria terdiri dari dua buah ginjal, dua ureter, satu kandung kemih, dan satu uretra.

6) Sistem Otot

Menggerakan tulang yang menempel padanya. Dari sudut pandang homeostatis murni, sistem ini memungkinkan individu untuk bergerak lebih dekat ke makanan dan menjauh dari bahaya. Selain itu, panas yang dihasilkan oleh kontraksi otot penting untuk mengatur suhu. Karena berada di bawah kendali kesadaran, individu mampu menggunakan otot

(11)

rangka untuk melakukan berbagai gerakan sesuai keinginan. Gerakan-gerakan tersebut, mulai dari gerakan yang diperlukan, misalnya untuk menjahit hingga gerakan kuat yang diperlukan untuk mengangkat beban, tidak selalu ditujukan untuk mempertahankan homeostatis. berkisar pada keterampilan motorik halus

7) Sistem Rangka

Memberikan dukungan dan perlindungan untuk jaringan lunak dan organ. Sistem ini juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan kalsium, suatu elektrolit yang konsentrasi plasmanya harus dijaga dalam kisaran yang sangat sempit. Bersama dengan sistem otot, sistem rangka juga memungkinkan pergerakan tubuh dan bagian-bagiannya.

8) Sistem Integumen

Berfungsi sebagai pelindung eksternal yang mencegah cairan internal keluar dari tubuh dan mikroorganisme asing masuk ke dalam tubuh. Sistem ini juga penting dalam mengatur suhu tubuh. Besarnya panas yang dikeluarkan dari permukaan tubuh ke lingkungan luar dapat diatur dengan mengatur produksi keringat dan mengatur aliran darah hangat ke kulit.

9) Sistem Imun

Mempertahankan tubuh dari serangan benda asing dan sel tubuh yang telah menjadi kanker. Sistem ini juga memudahkan jalur perbaikan dan penggantian sel-sel tua atau cedera.

10) Sistem Endokrin

Adalah sistem kontrol lain. Secara umum, kelenjar penghasil hormon pada sistem endokrin mengatur aktivitas yang mengutamakan daya tahan (durasi) dibandingkan kecepatan. Sistem ini sangat penting untuk mengontrol konsentrasi nutrisi dan, dengan mengatur fungsi ginjal, mengontrol volume dan komposisi elektrolit lingkungan internal.

11) Sistem Reproduksi

Sistem ini tidak penting untuk homeostatis, sehingga tidak penting untuk kelangsungan hidup individu. Namun, sistem ini penting untuk kelangsungan hidup suatu spesies.

Studi Kasus

(12)

Ikbal adalah seorang mahasiswa biologi yang akan melakukan pendakian di Gunung Everest yang memiliki ketinggian mencapai 8.800 mdpl. Kemudian sebelum pendakian berbagai persiapan telah dilakukan mulai dari kondisi fisik, Latihan fisik, perlengkapan keamanan, dan persiapan keamanan, dan persiapan lainnya. Kemudian saat hari pendakian tiba sesampainya di camp 3 ikbal merasa tubuhnya menggigil. Bagaimana mekanisme pemindahan panas tubuh?

Serta bagaimana mekanisme homeostatis tubuh pada suhu yang dingin?

Jawaban : Jaringan tubuh sangat peka terhadap pengaruh suhu jaringan yang menyimpang banyak dari suhu 37°C. Oleh karena itulah tubuh berusaha mempertahankan suhu tubuhnya meskipun suhu lingkungan banyak berubah. Hal ini diperoleh dengan menjaga keseimbangan antara panas yang hilang dari tubuh dengan panas yang diperoleh tubuh yang berasal dari perubahan yang terjadi didalam tubuh sendiri yang diterima dari luar. Pembuangan panas terutama lewat kulit dan saluran pernapasan, yang apabila terdapat kelebihan maka panas dibawah kulit akan terbuang. Ini dapat berlangsung dengan penghantaran langsung oleh jaringan- jaringan tubuh maupun bahan cair atau fluida yang ada didalamnya, disamping yang utama yaitu diangkut oleh aliran darah. Kulit me-lepaskan panas dengan cara pemancaran (radiasi), konveksi, ataupun penghantaran (konduksi) bila keadaan memungkinkan.

Konduksi meliputi pemindahan panas secara langsung antara dua zat yang berbeda suhunya. Panas lebih cenderung bergerak dari daerah yang bersuhu tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah. Pada umumnya suhu tubuh melebihi suhu udara atau air dikelilingnya, jadi biasanya kita mengira bahwa tubuh mengalami kehilangan panas yang tetap melalui penghantar dingin. Tetapi, apabila suhu lingkungan melebihi suhu tubuh penghantar dapat menimbulkan kenaikan panas tubuh. Pemancaran pemindahan panas melalui gerakan zat yang dipanaskan (misalnya: udara, air) akan sangat mempengaruhi tingkat penghantaran pertukaran panas tubuh.

Sebagai contoh bila udara dingin diedarkan dengan cepat pada permukaan tubuh, maka kehilangan panas akan terjadi dalam jumlah yang lebih tinggi daripada jika udara panas tetap menutupi kulit.

Radiasi merupakan proses fisik dimana panas dipancarkan melalui gelombang elek tromagnetik. Gelombang ini sering dipancarkan oleh sumber energi dalam bentuk gelombang cahaya yang nampak. Waktu membentur, benda gelombang ini dapat diserap dan diubah menjadi panas, sebagai contoh tubuh menjadi panas ketika dibentur oleh sinar matahari. Tetapi, meskipun

(13)

demikian tubuh memancarkan gelombang elektromagnetik dan dapat kehilangan panas karena radiasi, jadi proses radiasi tergantung pada kondisi lingkungan tersebut. penguapan (evaporasi) merupakan perubahan bentuk fisik dari cair ke gas. Karena proses penguapan terjadi penyerapan panas oleh zat cair, maka proses tersebut cenderung mendinginkan lingkungan sekitar. Jadi penguapan air dari permukaan tubuh menyebabkan perpindahan panas dari kulit ke lingkungan.

Mekanisme untuk mempertahankan keseimbangan suhu tubuh adalah dengan meningkatkan laju metabolisme, yaitu dengan kontraksi otot (refleks menggigil). Pada keadaan menggigil terjadi aktivasi sinkron hampir semua kelompok otot bahkan otot antagonis saling berkontraksi sehingga efisiensi mekanik nol dan energi panas yang dihasilkan relatif tinggi.

Dengan mekanisme ini laju metabolik dapat meningkat 2-4 kali dibandingkan dengan laju metabolik istirahat. Sedangkan kegiatan otot dinamik biasa dapat meningkatkan laju metabolik sebesar 10 kali lipat atau lebih. Pada subjek wanita dan pria yang direndam sampai batas leher di dalam air yang berputar dan bersuhu 12°C terjadi refleks menggigil yang bervariasi cukup luas, V02 rata-rata selama menggigil 1,39 liter/ menit (berkisar 0,87-2,16). V02 selama menggigil ini berkorelasi signifikan dengan V02 maksimum selama kerja fisik. V02 selama menggigil berkisar sekitar 46% dari V02 maksimum.10 Walaupun sumber untuk mempertahankan suhu inti cukup efektif, usaha tersebut dapat mempengaruhi jaringan perifer. Pada keadaan yang ekstrem dapat terjadi jelas dingin lokal, pada pemaparan dingin yang lama pula suhu inti dapat turun.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Bahrudin, M., (2013). Neurologi Klinis. Edisi Pertama, Malang, Universitas Muhammadiyah Malang Press.

Felix., Leo, W.S. (2022). Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Sistem Saraf Pusat dengan Metode Backward Chaining dan Certainty Factor. Jurnal Infra, 10(1).

Feriyawati, L. (2005). Anatomi Sistem Saraf dan Peranannya dalam Regulasi Kontraksi Otot Rangka. USU Repository 2006.

Guyton, A.C. (2006). Textbook of Medical Physiology, W.B. Saunders Company, Philadelphia.

Hafid, Muh. Anwar (2020) Ilmu Dasar Keperawatan : Konsep Sistem Tubuh Homeostasis, Gugus Fungsional, Ikatan Kimia, Cairan Tubuh dan Metabolisme. PT. Remaja Rosdakary.

Kotas ME, Medzhitov R. (2015) Homeostasis, inflammation, and disease susceptibility. Cell. https://doi.org/10.1016/j.cell.2015.02.010.

Kukus, Yondry., Wenny, S., Fransiska, L. (2009). Suhu Tubuh: Homeostasis Dan Efek Terhadap Kinerja Tubuh Manusia. Jurnal Biomedik, 1(2): 107-118.

Modell H, Cliff W, Michael J, McFarland J, Wenderoth MP, Wright A. (2015). A physiologist's view of homeostasis. Adv Physiol Educ.

https://doi.org/10.1152/advan.00107.2015.

Ramsay, D. S., & Woods, S. C. (2014). Clarifying the roles of homeostasis and allostasis in physiological regulation. Psychological Review, 121(2), 225–

247. https://doi.org/10.1037/a0035942.

Tortora and Derrickson. (2014). Principles of Anatomy and Physiology. Wiley. New York, USA.

Referensi

Dokumen terkait