• Tidak ada hasil yang ditemukan

KANDUNGAN PROKSIMAT, ASAM AMINO, ASAM LEMAK, MINERAL, KOLESTEROL DAN TAURIN PADA KERANG BAMBU (Solen sp.) DARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KANDUNGAN PROKSIMAT, ASAM AMINO, ASAM LEMAK, MINERAL, KOLESTEROL DAN TAURIN PADA KERANG BAMBU (Solen sp.) DARI "

Copied!
43
0
0

Teks penuh

Struktur umum asam amino adalah satu atom C yang mengikat empat gugus yaitu gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH), atom hidrogen (H) dan satu gugus residu (R untuk Residu) atau disebut juga rantai samping. kelompok yang membedakan satu asam amino dengan asam amino lainnya (Winarno, 2008). Asam amino eksogen disebut juga asam amino esensial dan asam amino endogen disebut juga asam amino non esensial (Winarno, 2008). Asam amino sering disebut sebagai bahan penyusun dan dikenal sebagai hasil akhir metabolisme protein.

Asam amino esensial meliputi: histidin, adenin, treonin, valin, metionin, isoleusin, leusin, fenilalanin, lisin, triptofan. Asam amino histidin diperoleh dengan hidrolisis protein yang terdapat pada sperma suatu spesies ikan (kaviar). Histidin merupakan asam amino yang penting untuk perkembangan bayi, namun belum diketahui secara pasti apakah dibutuhkan oleh orang dewasa (Linder, 1992).

Gambar 1.1  Kerang bambu pada berbagai spesies dan ukuran di pantai Indonesia
Gambar 1.1 Kerang bambu pada berbagai spesies dan ukuran di pantai Indonesia

Asam amino non esensial

Taurin

Lemak

Asam Lemak

Asam lemak dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat kejenuhannya, yaitu asam lemak jenuh (SAFA) dan asam lemak tak jenuh (unsaturated Fatty Acid). Asam lemak yang paling banyak ditemukan adalah laurat, miristat, palmitat, dan stearat (Suharjo dan Kusharto, 1987). Asam lemak tak jenuh yang mengandung ikatan rangkap disebut asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA).

Asam lemak yang mengandung dua atau lebih ikatan rangkap disebut asam lemak tak jenuh ganda.

Fungsi Asam Lemak

Asam lemak merupakan senyawa pembentuk berbagai lipid, antara lain lipid sederhana, fosfogliserida, glikolipid, sphingolipid, ester kolesterol, lilin dan lain-lain, dan lebih dari 70 jenis asam lemak telah diisolasi dari berbagai sel dan jaringan (Girindra, 1987). Pembagian ini penting karena asam lemak jenuh memiliki titik leleh yang lebih tinggi dibandingkan asam lemak tak jenuh. Asam lemak tak jenuh umumnya terdapat dalam bentuk cis, sedangkan bentuk trans banyak ditemukan pada lemak susu ruminansia pada hewan darat dan pada lemak yang telah terhidrogenasi (Muchtadi et al. 1993).

Perbedaan ikatan kimia antara asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh dapat menyebabkan perbedaan sifat kimia dan fisika, diantaranya asam lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol darah. Semakin panjang rantai karbon dan semakin banyak jumlah ikatan rangkap, maka semakin besar kecenderungan penurunan kadar kolesterol darah (Muchtadi et al. 1993). Komponen asam lemak pada membran sel otak dan retina mempengaruhi fluiditas dan sifat yang berkaitan dengan aktivitas visual dan reseptor sel saraf serta inisiasi dan transmisi sel saraf.

Asam lemak esensial dalam tubuh digunakan untuk menjaga bagian struktural membran sel dan membuat bahan seperti hormon yang disebut eikosanoid. Eikosanoid membantu mengatur tekanan darah, proses pembekuan darah, lemak dalam darah dan respon imun terhadap luka dan infeksi serta risiko kanker (Haliloglu et al. 2004). Fungsi asam lemak esensial yang terdapat dalam tubuh sebagai fosfolipid antara lain menjaga keutuhan dan fungsi membran sel dan subsel, mengatur metabolisme kolesterol, serta merupakan prekursor senyawa yang mempunyai fungsi pengaturan fisiologis dalam tubuh dan diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan. bayi (Muchtadi dkk. 1993).

Kolesterol

Orang yang mengidap penyakit jantung koroner umumnya memiliki kadar LDL/VLDL yang lebih tinggi dan kadar HDL yang lebih rendah. Tingginya kadar LDL dan VLDL akan menyebabkan pengendapan kolesterol lemak, sisa-sisa sel yang rusak dan komponen lain di sepanjang pembuluh darah sehingga membentuk “gagak” yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah (Freeman dan Junge, 2005). Kolesterol yang terlalu banyak dalam darah dapat membentuk endapan pada dinding pembuluh darah sehingga menyebabkan penyempitan yang disebut aterosklerosis.

Jika penyempitan terjadi pada pembuluh darah jantung maka dapat menyebabkan penyakit jantung koroner dan jika terjadi pada pembuluh darah otak maka terjadi penyakit serebrovaskular (Almatsier, 2006).

Mineral

Mineral makro

Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh, yaitu 1,5-2% dari berat badan orang dewasa atau sekitar 1 kg. Menurut jumlah tersebut, 99% terdapat pada jaringan keras yaitu pada tulang dan gigi, terutama dalam bentuk hidroksiapatit, dan sisanya tersebar ke seluruh tubuh (Almatsier, 2006). Kalsium berperan dalam pembentukan gigi dan tulang, selain itu kalsium dalam sirkulasi darah dan jaringan berperan dalam transmisi impuls saraf, kontraksi otot, pembekuan darah, pengaturan permeabilitas membran sel dan aktivitas enzim (Winarno 2008) .

Natrium juga berfungsi menjaga keseimbangan asam basa tubuh, transmisi saraf, kontraksi otot, penyerapan glukosa, dan pengangkutan nutrisi lain melintasi membran (Almatsier, 2006). Sekitar 60% dari 20-28 mg magnesium dalam tubuh terdapat pada tulang dan gigi, 26% pada otot dan sisanya pada jaringan lunak dan cairan tubuh lainnya (Almatsier, 2006). Sebanyak sepertiga magnesium dalam jaringan keras berikatan dengan fosfat, sisanya terikat bebas pada permukaan struktur mineral (Suhardjo dan Kusharto, 1987).

Magnesium juga berperan dalam pencegahan kerusakan gigi, relaksasi otot, transmisi saraf dan berbagai aktivitas enzim (Sizer dan Whitney, 2002). Fosfor berperan dalam pengapuran tulang dan gigi, mengatur transfer energi, penyerapan dan pengangkutan nutrisi, merupakan bagian dari ikatan esensial tubuh dan mengatur keseimbangan asam basa (Almatsier, 2006). Kalium ditemukan dalam bentuk ionik di dalam sel tubuh, sedangkan natrium ditemukan dalam cairan di sekitar sel (Gaman dan Sherrington, 1992).

Kalium juga berperan dalam mengaktifkan reaksi enzim, termasuk piruvat kinase yang dapat menghasilkan asam piruvat dalam proses metabolisme karbohidrat (Winarno 2008). Kalium terdapat pada semua makanan yang berasal dari tumbuhan dan hewan, terutama pada makanan mentah atau segar (Almatsier, 2006).

Mineral mikro

Selenium juga berpartisipasi dalam sistem enzim yang mencegah pembentukan radikal bebas dengan mengurangi konsentrasi peroksida dalam sel, sedangkan vitamin E memblokir aksi radikal bebas setelah pembentukannya.

METODE PENELITIAN

  • Analisis kandungan asam amino
  • Analisis kandungan taurin
  • Analisis kolesterol dengan spektrofotometer
  • Analisis Mineral

Kita letakkan di selongsong kertas saring (tidak bergaris) yang dilapisi kapas, lalu tutup bagian atas sekamnya dengan kapas. Sekam dimasukkan ke dalam alat sokhlet yang dihubungkan dengan labu lemak 300 mL yang berisi batu didih, dikeringkan, dan diketahui beratnya. Pada pengujian kadar taurin, sampel ditimbang 0,5 gram dan dimasukkan ke dalam tabung takar 100 ml, kemudian ditambahkan aquades 80 ml dan reagen Carrez 1 ml lalu dikocok hingga homogen.

Hasil derivatisasi diambil sebanyak 40 μl kemudian diinjeksikan ke dalam HPLC untuk mengetahui kandungan taurin pada sampel. Fase gerak: 60% asetonitril dan buffer natrium asetat 1M Detektor: UV dengan panjang gelombang: 272 nm 3.5 Analisis asam lemak. Metode analisis yang digunakan mempunyai prinsip mengubah asam lemak menjadi turunannya yaitu metil ester sehingga dapat dideteksi dengan kromatografi.

Identifikasi masing-masing komponen asam lemak dilakukan dengan membandingkan waktu retensinya dengan waktu retensi standar pada kondisi analisis yang sama. Asam lemak diubah menjadi metil atau alkil ester lainnya sebelum disuntikkan ke dalam kromatografi gas (Fardiaz 1989). Lapisan isooctane bagian atas larutan dipindahkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 0,1 g Na2SO4 anhidrat menggunakan pipet dan dibiarkan selama 15 menit.

Asam lemak pada metil ester akan diidentifikasi dengan Flame Ionization Detector (FID) dan responnya akan dicatat melalui kromatogram (spot). c) Identifikasi menggunakan kromatografi gas Identifikasi asam lemak dilakukan dengan menyuntikkan metil ester ke dalam kromatografi gas GC Shimadzu 2010+. Sampel kerang pisau sebanyak 0,1 gram dimasukkan ke dalam tabung centrifuge ditambah 8 ml (etanol:petroleum benzene) dengan perbandingan 3:1 dan diaduk hingga homogen. Residu dilarutkan sedikit demi sedikit dengan kloroform sambil dituang ke dalam tabung timbang (sampai volume 5 ml) dan ditambahkan 2 ml asetat anhidrida, juga 0,2 ml H2SO4 pekat atau 2 tetes.

Kandungan mineral dalam sampel dihitung dengan memasukkan nilai serapan sampel ke dalam persamaan garis standar y = ax ± b, maka akan diperoleh nilai x yang merupakan konsentrasi sampel.

HASIL PENELITIAN

  • Analisis Proksimat
    • Pengujian Kadar Air
    • Pengujian Kadar Abu
    • Pengujian Kadar Protein
    • Pengujian Kadar Lemak
    • Pengujian Kadar Karbohidrat
  • Analisis Kandungan Asam Amino
  • Analisis Kandungan Asam Lemak
  • Analisis Mineral

Hasil pengujian kandungan karbohidrat total dengan selisihnya atau disebut juga dengan metode reduksi pada sampel basah sekam bambu (Solen sp.). Hasil pengujian kadar asam amino pada sampel basah sekam bambu (Solen sp.) menggunakan metode HPLC detektor Floruence (panjang gelombang: 350-450 nm) dengan standar asam amino (SIGMA-ALDRICH, AAS18-10X1ML, batch #SLBR6088V). Hasil pengujian kandungan taurin pada sampel basah sekam bambu (Solen sp.) menggunakan metode uji HPLC dengan detektor UV (panjang gelombang: 272 nm) dengan standar acuan taurin (SIGMA T0625-10G, Batch No.: 108K1305).

Hasil pengujian kadar asam lemak pada sampel basah sekam bambu (Solen sp.) menggunakan metode uji Gas Chromatography (GC) Shimadzu GC 2010+ dengan Flame Ionization Detector (FID). Hasil pengujian kadar kolesterol pada sampel basah kulit bambu (Solen sp.) dengan metode uji Shimadzu GC 2010+ Gas Chromatography (GC). Hasil uji kandungan mineral (K, Na, Ca, Mg, Se, Zn, Fe, P) pada sampel basah sekam bambu (Solen sp.) menggunakan metode uji Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) Shimadzu AA-680.

Tabel 4.2. Hasil Pengujian Kadar Abu  Parameter  Rata-rata berat
Tabel 4.2. Hasil Pengujian Kadar Abu Parameter Rata-rata berat

PEMBAHASAN

Pengujian kandungan lemak sekam bambu menggunakan metode Soxhletation untuk mengetahui adanya senyawa ester dari gliserol dan asam lemak. Berdasarkan hasil tersebut diketahui kandungan karbohidrat yang paling rendah adalah sekam bambu yang berasal dari Pamekasan yaitu 0,97%. Jadi hasil yang diperoleh dari keenam batok bambu yang mempunyai energi paling rendah adalah dari Pamekasan 58,96%.

Cangkang bambu (Solen sp.) merupakan salah satu moluska yang mengandung protein berkualitas tinggi dengan semua asam amino esensial dalam pakan untuk pemeliharaan dan pertumbuhan tubuh rendah lemak. Cangkang bambu asal Jambi memiliki kandungan asam amino tertinggi di antara cangkang bambu lima daerah lainnya. Taurin (asam 2-aminoethanesulfonic) merupakan asam amino non esensial yang mengandung sulfur dan ditemukan pada berbagai organisme hidup.

Kadar taurin tertinggi terdapat pada sekam bambu yang berasal dari Cirebon yaitu 1349,52 mg/kg. Berdasarkan data kolesterol di enam lokasi sekam bambu, kadar terendah terdapat pada sekam bambu asal Jambi, yaitu 33,54 mg/100 g. Unsur mikromineral tertinggi pada sekam bambu adalah selenium, disusul zat besi dan seng.

Mineral P tertinggi berasal dari sekam bambu Cirebon, Ca dari Sumenep, Na dari Cirebon, K dari Surabaya, Se dari Sumenep, Mg dari Cirebon, Fe dari Pamekasan dan Zn dari Pamekasan. Ketersediaan mineral pada cangkang bambu dari 6 lokasi penelitian menunjukkan bahwa cangkang tersebut mampu mengatasi defisiensi mineral terutama defisiensi unsur fosfor dan selenium.

KESIMPULAN

Proximate amino acid and mineral composition of wild and farmed freshwater clam (Egeria Radiata). Amino acid profile of strombus luhuanus and lambis lambis from waisarisa and suli waters, Maluku Privince, Indonesia. A brief overview of the biochemistry of its requirement and the clinical consequences of deficiency, Nutrition Research.

Gambar

Gambar 1.1  Kerang bambu pada berbagai spesies dan ukuran di pantai Indonesia
Tabel 1.1   Analisa proksimat kerang bambu (Solen spp.)
Tabel 4.1. Hasil Pengujian Kadar Air  Asal Kerang
Tabel 4.3. Hasil Pengujian Protein   Parameter  Rata-rata
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

ii KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil'alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Program dan

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata Reguler periode LXV,