• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISASI BAHAN TAMBANG ACARA 1-PREPARASI SAMPEL BUBUK

N/A
N/A
Delvan Rando

Academic year: 2024

Membagikan "KARAKTERISASI BAHAN TAMBANG ACARA 1-PREPARASI SAMPEL BUBUK"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISASI BAHAN TAMBANG ACARA I: PREPARASI SAMPEL BUBUK

Disusun Oleh:

DELVAN RANDO D111 23 1065

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN GOWA

2024

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Praktikum ... 2

1.3 Manfaat Praktikum ... 2

1.4 Ruang Lingkup Praktikum ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Sampel Batuan ... 3

2.2 Preparasi Sampel ... 4

2.3 Metode Pengambilan Sampel ... 5

2.4 Alat-alat Preparasi Sampel ... 10

2.5 Standarisasi Pengambilan dan Preparasi Sampel ... 18

2.6 Analisis Ukuran Butir ... 19

2.7 Sifat ketergerusan mineral ... 20

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM ... 22

3.1 Alat dan Bahan ... 22

3.2 Tahapan Kegiatan Praktikum ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

4.1 Hasil dan Pembahasan... 34

BAB V PENUTUP ... 34

5.1 Kesimpulan ... 34

5.2 Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 36

LAMPIRAN ... 38

(3)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Double roll crusher ... 12

Gambar 2 Jaw crusher ... 13

Gambar 3 Ball mill ... 14

Gambar 4 Siever ... 15

Gambar 5 Hammer crusher ... 16

Gambar 6 Mortar baja ... 22

Gambar 7 Agate mortar ... 23

Gambar 8 Ayakan ... 24

Gambar 9 Alat tulis ... 24

Gambar 10 papan scanner ... 25

Gambar 11 Kertas koran ... 25

Gambar 12 (a) Kantong sampel ukuran 9 × 13 cm dan (b) ukuran 6 × 8 cm ... 26

Gambar 13 Masker ... 26

Gambar 14 Spidol permanen ... 27

Gambar 15 Handphone ... 27

Gambar 16 Sampel batuan ... 28

Gambar 17 Alkohol ... 28

Gambar 18 Tisu ... 29

Gambar 19 Kertas HVS ... 29

Gambar 20 Menyiapkan alat dan bahan ... 30

Gambar 21 Membersihkan mortar baja dn agate mortar ... 30

Gambar 22 Melakukan penggerusan ... 31

Gambar 23 Melakukan penggerusan sampai halus ... 31

Gambar 24 Melakukan pengayakan ... 32

Gambar 25 Menimbang sampel ... 32

Gambar 26 Membersihkan alat ... 33

Gambar 27 Sampel limonit wolo ... 34

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tabel skala Wenworth ... 20

(5)

DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN

Simbol atau singkatan Arti

WITA Waktu Indonesia Tengah

UU Undang-Undang

SD Sekolah Dasar

SLTP Sekolah lanjutan Tingkat Pertama

SLTA Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

D-1 Diploma satu

D-2 Diploma dua

D-3 Diploma tiga

S-1 Sarjana

Dr Doctor

ST Sarjana Teknik

MT Master Teknik

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat mengikuti praktikum hingga selesai. Penyusun juga bersyukur karena telah menyelesaikan laporan praktikum Karakterisasi Bahan Tambang yang berjudul Preparasi Sampel Bubuk. Tujuan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Karakterisasi Bahan Tambang.

Laporan ini juga merupakan hasil dari praktikum yang penyusun lakukan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi diri lebih lanjut terkait pengetahuan tentang preparasi sampel yang telah dipraktikkan. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis dan Pengolahan Bahan Galian, Gedung Geologi, Departemen Teknik Pertambangan, pada tanggal 21 September 2024. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penyusun sampaikan kepada Bapak Dr. Sufriadin, S.T., M.T., selaku dosen mata kuliah Karakterisasi Bahan Tambang, serta kepada para asisten laboratorium yang telah memberikan bimbingan, baik secara teknis maupun nonteknis, sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Penyusun berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

Penyusun menyadari adanya berbagai kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk memperbaiki segala kekurangan serta kesalahan yang terdapat dalam laporan ini, demi mencapai kesempurnaan dan tercapainya sasaran yang diharapkan pada pembuatan laporan selanjutnya.

Gowa, Maret 2023

Penyusun

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batuan sendiri merupakan kumpulan mineral-mineral yang terkandung dalam batuan, bisa terdiri dari satu atau lebih mineral, batuan dan mineral sendiri merupakan sumber daya alam yang kegunaannya salah satunya ialah sebagai bahan baku industri. Batuan sendiri terbentuk dari magma yang membeku yang kemudian mengalami beberapa proses sehingga menjadi batuan. Petrologi adalah salah satu cabang studi geologi yang membahas batuan-batuan pembentuk kulit bumi, yang mencakup aspek pemberian nama (deskripsi) dan aspek genesa-interpretasi (Karyadi dan Yanti, 2020).

Mineral menurut L.G Berry dan B. Mason (1959) adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur. Sedangkan menurut UU Republika Indonesia Nomor 4 Tahun 2009, mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu, serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas ataupun dalam bentuk yang padu (Zikri, 2018).

Mineral didapat dari bahan pangan, dan untuk mengetahui kandungan mineral dalam bahan pangan tersebut diperlukan sebuah analisis. Proses analisis diawali dengan preparasi atau persiapan sampel. Preparasi sampel merupakan hal paling penting dalam suatu analisis karena membutuhkan waktu paling lama diantara langkah yang lain dan tidak jarang banyak kesalahan terjadi dalam proses preparasi sampel. Setiap langkah dalam preparasi sampel harus benar-benar diperhatikan karena preparasi sampel yang salah dapat menyebabkan kesalahan dalam interpretasi data yang diperoleh (Noviantia, dkk., 2014).

Preparasi sampel dapat dilakukan dengan beberapa tahapan mulai dari proses pengeringan sampel, pengecilan ukuran butir, mixing (pencampuran), dan sampai pada dividing (pembagian) sampel. Oleh karena itu, praktikum kali ini dilakukan agar kita mampu mengetahui tahapan preparasi sampel secara langsung dan mengetahui cara penggunaan alat preparasi sampel. Selain itu dengan adanya

(8)

praktikum ini kita mampu mengetahui bagaimana ukuran sampel yang dapat digunakan untuk analisis di laboratorium.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai dari praktikum ini adalah:

1. Praktikan dapat mengetahui tahapan-tahapan dalam preparasi sampel.

2. Mampu membedakan sifat ketergerusan suatu mineral.

1.3 Manfaat Praktikum

Manfaat yang ingin dicapai dari praktikum ini adalah:

1. Praktikan dapat mengetahui tahapan-tahapan dalam preparasi sampel.

2. Praktikan dapat membedakan sifat ketergerusan suatu mineral

1.4 Ruang Lingkup Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 21 September 2024 pukul 07.50-17.00 WITA bertempat di Laboratorium Analisis Pengolahan Bahan Galian, Gedung Geologi, Departemen Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin. Praktikum karakterisasi bahan tambang ini membahas tentang tahapan-tahapan dalam preparasi sampel, di mana para praktikan melakukan preparasi sampel dari tahap penggerusan, penyaringan, hingga penimbangan massa dari bubuk sampel serta membedakan sifat ketergerusan suatu mineral

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sampel Batuan

Mineral adalah bagian terpenting sebagai penyusun batuan, dan batuan adalah penyusun utama kerak bumi. Tanpa batuan, tentu tidak ada bumi, dan tanpa bumi, tidak ada lagi tempat untuk berpijak bagi seluruh mahkluk hidup. Batuan adalah satu kesatuan benda padat yang menyusun kerak bumi. Batuan terdiri atas satu jenis atau lebih mineral. Berdasarkan proses pembentukannya, batuan dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis utama, yaitu batuan beku, yang terbentuk dari pendinginan dan pembekuan magma; batuan sedimen, yang terbentuk dari pengendapan material di permukaan bumi; serta batuan metamorf, yang terbentuk melalui perubahan tekanan dan suhu tinggi terhadap batuan yang sudah ada sebelumnya (Mulyaningsih, 2018).

Batuan adalah sekumpulan mineral-mineral yang menjadi satu. Batuan bisa terdiri dari satu macam mineral saja atau campuran beberapa mineral. Batuan beku terbentuk oleh pembekuan magma. Batuan beku dibagi menjadi batuan plutonic dan batuan vulkanik. Batuan plutonik atau intrusif terbentuk ketika magma mendingin dan terkristalisasi perlahan didalam kerak bumi. Batuan sedimen terbentuk karena endapan dari hasil pelapukan materialmaterial batuan. Material hasil lapukan ini bisa berupa zat organik maupun mineral. Batuan metamorf terbentuk dari hasil ubahan/alterasi dari mineral dan batuan lain karena pengaruh tekanan dan temperatur. Tekanan dan temperature yang mempengaruhi pembentukan batuan ini sangat tinggi dibandingkan pada pembentukan batuan beku dan sedimen sehingga mengubah mineral asal menjadi mineral lain (Zuhdi, 2019).

Pengenalan mineral dalam batuan biasanya dilakukan dengan metode mikroskopis menggunakan cahaya terpolarisasi. Jenis cahaya ini dapat dihasilkan melalui penggunaan dua prisma polarisasi atau polarisator, yang bekerja dengan cara memfilter dan memisahkan gelombang cahaya menjadi komponen yang terpolarisasi. Proses ini melibatkan pengaturan sudut antara kedua prisma, sehingga cahaya yang keluar menjadi lebih terarah dan memiliki satu arah getaran tertentu.

(10)

Beberapa mineral memiliki kemampuan untuk memutar sumbu cahaya terpolarisasi dengan sudut putar yang khas untuk masing-masing jenis mineral (Zuhdi, 2019).

2.2 Preparasi Sampel

Preparasi sampel adalah proses pengurangan massa dan ukuran dari gross sampel hingga mencapai massa dan ukuran yang sesuai untuk analisis di laboratorium.

Preparasi sampel adalah langkah yang dilakukan sebelum sampel diinjeksikan ke dalam sistem kromatografi. Sampel merupakan bagian dari objek penelitian yang dianggap mewakili gambaran keseluruhan populasi. Tujuan dari preparasi sampel adalah untuk meminimalkan keberadaan pengotor yang dapat mengganggu proses analisis dengan mengeliminasi komponen-komponen yang tidak relevan selain analit (Syahbani, dkk., 2022).

Preparasi sampel adalah bagian penting dari proses analisis. Teknik preparasi sampel merupakan langkah yang diperlukan untuk menyiapkan sampel agar siap dianalisis menggunakan instrumen yang sesuai. Secara umum, proses analisis terdiri dari minimal lima langkah: sampling (pengambilan sampel), preservasi sampel (penyimpanan sampel), preparasi sampel (penyiapan sampel), analisis (pengukuran), interpretasi data (analisis data), dan pembuatan laporan analisis. Kesalahan pada salah satu tahap dalam proses analisis dapat menyebabkan kesalahan hasil analisis, yang berakibat pada data hasil analisis yang tidak valid.

Teknik preparasi sampel dilakukan dengan tujuan khusus untuk memisahkan analit dari matriks sampel yang kompleks, memekatkan analit sehingga diperoleh konsentrasi yang lebih tinggi, serta mengubah analit menjadi senyawa lain yang dapat dianalisis menggunakan instrumen yang tersedia (Syahbani, dkk., 2022).

Metode preparasi sampel dilakukan dengan menghancurkan batuan menggunakan mortar. Batuan tersebut dihancurkan hingga menjadi sangat halus atau berbentuk serbuk, sehingga hasil pengujian batuan dapat diperoleh dengan akurat. Setelah itu, dilakukan pengujian menggunakan SEM-EDX dan FTIR, serta analisis data untuk menentukan kandungan dan jenis mineral yang terdapat dalam sampel batuan (Hulungo, dkk., 2022).

(11)

2.3 Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel batuan dilakukan dengan stratified random sampling, di mana lokasi sampel ditentukan berdasarkan formasi satuan yang ada pada peta geologi regional. Pengambilan titik sampel di lokasi penelitian dilakukan secara acak (random), dengan total 5 titik pengambilan sampel yang memiliki jarak antar titik sekitar 50 meter, terutama di daerah perbukitan. Sampel yang diambil adalah sampel batuan segar dengan berat rata-rata sekitar dua kilogram per sampel.

Masing-masing sampel dimasukkan ke dalam kantong sampel dan diberi kode.

Setelah itu, sampel dibawa ke laboratorium untuk dianalisis lebih lanjut (Panggabean dan Tambing, 2022).

Sampel harus dipilih sedemikian rupa sehingga setiap unsur dalam populasi memiliki kesempatan dan peluang yang sama untuk terpilih, serta peluang tersebut tidak boleh bernilai nol. Selain itu, pengambilan sampel secara acak (random) harus menggunakan teknik yang tepat, yang sesuai dengan karakteristik populasi dan tujuan penelitian. Menurut Teken (1965), suatu teknik pengambilan sampel yang ideal memiliki beberapa sifat sebagai berikut (Triyono, 2018):

1. Mampu menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya mengenai seluruh populasi yang diteliti.

2. Dapat menentukan presisi hasil penelitian dengan menghitung simpangan baku (standard deviation) dari taksiran yang diperoleh.

3. Bersifat sederhana sehingga mudah dilaksanakan.

4. Mampu memberikan informasi sebanyak mungkin dengan biaya yang minimal.

Dalam menentukan teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam suatu penelitian, seorang peneliti perlu mempertimbangkan keseimbangan antara biaya, tenaga, dan waktu di satu sisi, serta tingkat presisi yang diharapkan di sisi lain. Sering muncul pertanyaan mengenai berapa besar ukuran sampel (sample size) yang harus diambil untuk memperoleh data yang representatif. Ada empat faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan besarnya sampel dalam suatu penelitian, yaitu (Triyono, 2018):

1. Derajat keseragaman (degree of homogeneity) dalam populasi berpengaruh terhadap ukuran sampel. Semakin seragam populasi, semakin kecil sampel

(12)

yang dapat diambil. Jika populasi sepenuhnya homogen, satu elemen saja sudah cukup mewakili penelitian. Sebaliknya, jika populasi sangat heterogen, hanya pencatatan lengkap yang dapat memberikan gambaran yang representatif.

2. Tingkat presisi yang diinginkan dalam penelitian memengaruhi ukuran sampel. Semakin tinggi tingkat presisi yang diharapkan, semakin besar jumlah sampel yang harus diambil. Oleh karena itu, sampel yang lebih besar cenderung menghasilkan estimasi yang lebih mendekati nilai sebenarnya (true value). Dalam sensus lengkap, tingkat presisi ini menjadi sangat penting, karena nilai taksiran statistik akan sama dengan nilai parameter.

Dengan kata lain, terdapat hubungan negatif antara ukuran sampel yang diambil dan besarnya kesalahan (error).

3. Rencana analisis sangat penting dalam menentukan ukuran sampel.

Terkadang, meskipun ukuran sampel sudah memenuhi tingkat presisi yang diinginkan, jumlah tersebut mungkin masih kurang untuk memenuhi kebutuhan analisis. Sebagai contoh, jika seorang peneliti ingin menghubungkan tingkat pendidikan responden dengan penggunaan alat kontrasepsi, tingkat pendidikan dapat dikelompokkan sebagai berikut: (a1) belum sekolah, (a2) belum tamat SD, (a3) tamat SD, (a4) belum tamat SLTP, (a5) tamat SLTP, (a6) belum tamat SLTA, (a7) tamat SLTA, (a8) pernah kuliah, (a9) tamat D-1, (a10) tamat D-2, (a11) tamat D-3, dan (a12) tamat S-1. Sementara itu, jenis alat kontrasepsi dibagi menjadi: (b1) spiral, (b2) kondom, (b3) pil, dan (b4) vasektomi. Dengan hanya 150 responden, kemungkinan tidak cukup untuk memastikan bahwa tidak ada sel dalam matriks yang memiliki isi kurang dari 5 atau bahkan kosong.

4. Tenaga, waktu, dan biaya merupakan faktor penting dalam menentukan ukuran sampel. Jika diinginkan tingkat presisi yang tinggi, maka jumlah sampel yang harus diambil juga harus besar. Namun, jika dana, waktu, dan tenaga yang tersedia sangat terbatas, maka tidak mungkin untuk mengambil sampel yang besar, yang berarti tingkat presisi yang dicapai akan menurun.

Sebelum membahas berbagai teknik pengambilan sampel, penting untuk memahami beberapa konsep berikut ini terlebih dahulu (Triyono, 2018):

(13)

1. Populasi

Populasi (universe) adalah jumlah keseluruhan unit analisis yang karakteristiknya akan diprediksi. Populasi dapat dibedakan menjadi populasi sampling dan populasi sasaran. Misalnya, jika seorang peneliti mengambil rumahtangga sebagai sampel, tetapi yang diteliti hanya anggota rumahtangga (seperti ayah atau suami), maka seluruh rumahtangga dalam wilayah penelitian tersebut disebut populasi sampling. Sementara itu, seluruh suami atau ayah di wilayah penelitian itu disebut sebagai populasi sasaran (target population).

2. Unit Sampling

Unsur-unsur yang diambil sebagai sampel disebut sebagai unsur sampling, dan ini merupakan unit-unit yang akan dianalisis lebih lanjut. Unsur sampling diambil dengan menggunakan kerangka sampling (sampling frame).

3. Kerangka Sampling

Kerangka sampling adalah daftar yang mencakup semua unsur sampling dalam populasi sampling. Kerangka sampling dapat berupa daftar mengenai jumlah penduduk, jumlah bangunan, atau mungkin berupa peta yang menggambarkan unit-unit tersebut secara jelas. Sebuah kerangka sampling yang baik harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:

a. Mencakup seluruh unsur sampel

b. Tidak ada unsur sampel yang dihitung lebih dari sekali c. Selalu diperbarui (up to date)

d. Memiliki batas-batas yang jelas, seperti batas wilayah atau rumahtangga e. Dapat dilacak di lapangan.

Pada dasarnya, terdapat dua jenis metode pengambilan sampel, yaitu (Triyono, 2018):

2.3.1 Probability sampling

Probability sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik sampel probability sampling meliputi:

1. Simple random sampling

(14)

Simple random sampling dinyatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Simple random sampling adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling. Maka setiap unit sampling sebagai unsur populasi yang terpencil memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel atau untuk mewakili populasinya. Cara tersebut dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Teknik tersebut dapat dipergunakan bila jumlah unit sampling dalam suatu populasi tidak terlalu besar. Cara pengambilan sampel dengan simple random sampling dapat dilakukan dengan metode undian, ordinal, maupun tabel bilangan random. Untuk penentuan sample dengan cara ini cukup sederhana, tetapi dalam prakteknya akan menyita waktu.

Apalagi jika jumlahnya besar, sampelnya besar.

2. Proportionate stratified random sampling

Proportionate stratified random sampling biasa digunakan pada populasi yang mempunyai susunan bertingkat atau berlapis-lapis. Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Kelemahan dari cara ini jika tidak ada investigasi mengenai daftar subjek maka tidak dapat membuat strata.

3. Disproportionate stratified random sampling

Disproportionate stratified random sampling digunakan untuk menentukan jumlah sampel bila populasinya berstrata tetapi kurang proporsional.

4. Cluster sampling (area sampling)

Cluster sampling (area sampling) juga cluster random sampling. Teknik ini digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster. Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas. Kelemahan teknik ini dapat dilihat dari tingkat error samplingnya. Jika lebih banyak di bandingkan dengan pengambilan sampel berdasarkan strata karena sangat sulit memperoleh cluster yang

(15)

benar-benar sama tingkat heterogenitasnya dengan cluster yang lain di dalam populasi.

2.3.2 Nonprobability sampling

Nonprobability sampling adalah teknik yang tidak memberi peluang/ kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Jenis teknik sampling ini antara lain:

1. Sampling sistematis merupakan metode pemilihan sampel di mana anggota populasi yang telah diberi nomor dipilih secara berurutan sesuai dengan aturan tertentu. Karena sampel dipilih berdasarkan pola atau urutan yang sistematis, teknik ini dikenal dengan istilah sampling sistematis.

2. Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.

Teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok.

3. Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu sesuai sebagai sumber data. Dalam teknik sampling aksidental, pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu. Peneliti langsung saja mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui.

4. Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling, didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian atau permasalahan penelitian.

5. Sampling jenuh adalah metode pengambilan sampel di mana seluruh anggota populasi dijadikan sampel. Teknik ini biasanya digunakan ketika ukuran populasi relatif kecil, yaitu kurang dari 30 orang. Sampling jenuh sering disebut sebagai sensus, karena semua anggota populasi terlibat sebagai sampel..

(16)

6. Snowball sampling

Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang awal mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel. Dan begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel makin lama makin banyak. Ibaratkan sebuah bola salju yang menggelinding, makin lama semakin besar.

2.4 Alat-alat Preparasi Sampel

Preparasi sampel merupakan salah satu tahap krusial dalam analisis laboratorium, terutama pada tahap eksplorasi. Kegiatan ini adalah langkah pertama sebelum analisis kandungan mineral, sehingga harus dilaksanakan dan dikendalikan dengan baik untuk memperoleh hasil akhir analisis yang berkualitas tinggi, dengan fokus pada presisi dan akurasi nilai. Untuk mencapai nilai yang presisi dan akurat, seluruh proses dari awal hingga akhir analisis setiap sampel di laboratorium perlu dijaga agar tidak terpengaruh atau terkontaminasi oleh sumber atau sampel lain. Mobile Sample Preparation Unit (MSPU) adalah salah satu desain yang dapat digunakan di area terpencil tempat kegiatan eksplorasi dilakukan, memungkinkan pengumpulan dan pemrosesan sampel material secara efisien tanpa perlu mengangkutnya ke laboratorium. Dengan kemampuan mobilitas yang tinggi, MSPU dilengkapi dengan peralatan untuk mempersiapkan sampel langsung di lokasi, sehingga mempercepat proses eksplorasi dan pengambilan keputusan (Sihombing, dkk., 2023).

2.4.1 Double roll crusher

Double Roller Crusher adalah mesin yang digunakan untuk menghancurkan batuan alam menjadi ukuran lebih kecil sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Untuk memasukkan batuan ke dalam crusher, biasanya digunakan alat bernama feeder.

Sementara itu, untuk mendistribusikan agregat hasil penghancuran, digunakan conveyor dalam proses kerja double roller crusher (Satria dan Safaruddin, 2022).

Berikut adalah beberapa komponen utama yang terdapat pada Double Roller Crusher, yang berperan penting dalam proses penghancuran material serta mendukung kinerja mesin secara optimal (Satria dan Safaruddin, 2022):

(17)

1. Motor (penggerak)

Motor adalah perangkat yang berfungsi mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Motor listrik dapat ditemukan pada berbagai peralatan rumah tangga, seperti kipas angin, mesin cuci, pompa air, dan penyedot debu. Proses perubahan energi listrik menjadi energi mekanik terjadi dengan cara mengubah energi listrik menjadi medan magnet, yang dikenal sebagai elektromagnet.

2. Gearbox

Gearbox banyak digunakan dalam industri atau permesinan karena memiliki peran penting dalam mentransfer tenaga dari penggerak, seperti mesin diesel atau dinamo motor listrik, ke mesin yang akan digerakkan. Ada dua alasan utama mengapa gearbox memegang peran penting dalam dunia permesinan. Pertama, fungsi utama gearbox adalah mengurangi kecepatan putaran yang dihasilkan oleh dinamo motor atau mesin diesel. Kedua, gearbox berfungsi untuk meningkatkan tenaga putaran yang dihasilkan oleh dinamo atau mesin diesel tersebut.

3. Rubber kopling

Rubber kopling adalah komponen yang berfungsi menghubungkan dua shaft untuk menyalurkan gerakan atau torsi. Sesuai dengan materialnya, rubber kopling terbuat dari karet yang memiliki ketahanan cukup kuat dan baik. Dalam penggunaannya, disarankan untuk menggunakan pelumas agar gerakannya lebih lancar. Cara kerja rubber kopling cukup sederhana, yaitu menghubungkan shaft yang digerakkan dengan shaft penggerak pada ujung kopling. Saat shaft mulai berputar, terjadi sedikit hentakan di kopling, dan pada saat itulah rubber kopling berfungsi untuk meredam hentakan tersebut sehingga shaft tidak mudah rusak.

4. Bearing

Bantalan (Bearing) adalah salah satu elemen mesin yang memiliki peran penting, dengan fungsi utama menumpu poros agar dapat berputar tanpa menghasilkan gesekan yang berlebihan. Dalam sistem kerja pompa, bantalan sangat diperlukan karena menjadi salah satu komponen kunci yang mendukung perputaran poros pompa.

(18)

5. Wobbler feeder

Wobbler feeder berfungsi sebagai alat pengumpan sekaligus pemisah batubara. Saat material melewati wobbler feeder, material dengan ukuran di bawah 2,5 inci akan masuk ke celah wobbler bar dan turun ke hopper di bawahnya, kemudian menuju belt conveyor. Sementara itu, bongkahan batu kapur akan diarahkan ke double roller crusher untuk dihancurkan.

Gambar 1 Double roll crusher (Sumarjono, dkk., 2024)

Prinsip kerja mesin pemecah batu adalah menghancurkan batu berukuran besar menggunakan metode tertentu melalui beberapa tahapan, sehingga menghasilkan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan. Berikut adalah cara kerja mesin pemecah batu (Satria dan Safaruddin, 2022):

1. Batu yang diangkut dari tambang oleh pekerja dimasukkan ke dalam mesin melalui wadah di bagian atas yang disebut hopper. Dari hopper, batu dialirkan oleh feeder atau mesin pengumpan menuju mulut mesin penghancur.

2. Mesin pemecah batu akan menghancurkan batu menjadi serpihan kecil berupa kerikil dengan berbagai ukuran yang bercampur menjadi satu.

3. Setelah batu dihancurkan menjadi kepingan kecil dengan ukuran bervariasi, batu dialirkan ke sabuk conveyor dan menuju mesin vibrating screen atau ayakan getar. Mesin ini akan mengklasifikasikan batu berdasarkan ukuran yang diinginkan. Selanjutnya, batu ditumpuk dan diangkut oleh pekerja atau

(19)

alat berat, sebelum dipindahkan ke truk untuk dikirim ke lokasi pemesan atau proyek pembangunan.

2.4.2 Jaw crusher

Jaw Crusher merupakan salah satu alat yang digunakan untuk memperkecil ukuran material, alat tersebut biasanya digunakan untuk peremukan tahap pertama (primary crushing). Proses peremukan (crushing) adalah salah satu tahapan dalam pengolahan bahan galian yang bertujuan untuk mengurangi atau memperkecil ukuran material. Tahapan ini penting untuk mempersiapkan material agar lebih mudah diolah pada proses selanjutnya, seperti penggilingan atau pemisahan.

Dengan mengurangi ukuran material, efisiensi pemrosesan dan pemulihan sumber daya dapat ditingkatkan.. Pengecilan ukuran material tersebut menggunakan berbagai macam peralatan misalnya; jaw crusher, gyratory crusher, roll crusher, impact crusher (crushing), ball mill, rod mill (grinding) (Sumarjono, dkk., 2024).

Gambar 2 Jaw crusher (Sumarjono, dkk., 2024)

2.4.3 Ball mill

Ball mill adalah mesin yang digunakan untuk menggiling material dengan mengubah struktur bentuk objek besar menjadi lebih kecil. Mesin ball mill

(20)

dibedakan menjadi dua jenis, yaitu ball mill vertikal dan ball mill horizontal. Jenis- jenis ball mill dibedakan berdasarkan bentuk mesin dan cara pengolahan bahan.

Ball mill vertikal umumnya berbentuk tabung yang berdiri secara vertikal, di mana proses penggilingannya dilakukan dengan menggunakan baling-baling pengaduk untuk menggiling objek. Sementara itu, ball mill horizontal berbentuk tabung yang berorientasi horizontal, dan cara kerjanya adalah memutar tabung untuk menggerakkan bola-bola penggiling dan objek yang ada di dalamnya. Dalam rancang bangun kali ini, penulis akan fokus pada desain ball mill vertikal.

Umumnya, ball mill berbentuk tabung vertikal dengan poros yang terletak di kedua sisi yang berlawanan, dan di dalamnya terdapat bola-bola penggiling. Media penggiling ini dapat terbuat dari berbagai material, seperti besi, zirconia, baja, stainless steel, keramik, atau karet (Suhendi, dkk., 2019)

Gambar 3 Ball mill (Sumarjono, dkk., 2024)

Alat ini beroperasi dengan poros yang dapat berputar pada sumbunya, sehingga mampu menghancurkan material di dalamnya melalui tumbukan dengan bola-bola penggiling. Saat mesin beroperasi, pengaduk berbentuk sekrup bergerak, dan bola-bola penggiling yang berada di sisi atas tabung akan jatuh tepat pada objek yang akan dihaluskan. Sistem ini menghasilkan reduksi ukuran objek yang berputar di dalam mesin, bersamaan dengan bola-bola penggiling. Selain berfungsi sebagai mesin penggiling, ball mill juga biasa digunakan sebagai mesin pengaduk atau

(21)

pencampur bahan. Mesin ini sering dimanfaatkan dalam proses pembuatan semen, pengadukan cat, penggilingan keramik, batu bara, dan berbagai aplikasi lainnya yang memerlukan material halus untuk bahan produksi atau untuk mencampurkan satu objek dengan objek lainnya (Suhendi , dkk., 2019).

2.4.4 Siever

Siever shaker digunakan agar memperoleh ukuran sampel batubara hingga mencapai 200 mesh yang akan digunakan untuk dianalisis di laboratorium.

Pengayakan dilakukan untuk memisahkan sampel berdasarkan ukuran partikel dengan menggunakan gaya mekanis. Arah, intensitas, dan jenis gaya yang digunakan bergantung pada metode pengayakan yang dipilih. Gerakan sampel dapat terjadi secara horizontal atau vertikal. Pada pengayak jenis keran, kedua jenis gerakan tersebut digabungkan. Sementara itu, pengayakan jet udara merupakan metode khusus, di mana sampel dipisahkan oleh hembusan udara yang keluar dari nosel berputar (Lucka, 2016).

Gambar 4 Siever (Syahbani, dkk., 2022) 2.4.5 Hammer Crusher

Hammer crusher beroperasi dengan cara berputar searah dengan aliran material yang masuk. Sebuah shaft yang dilengkapi dengan beberapa hammer (misalnya,

(22)

pada shaft dengan 12 hammer) akan memukul dan melemparkan material saat shaft berputar. Ketika hammer mengenai material, terjadi benturan dengan dinding crusher (impact wall), yang mempercepat proses pemecahan material. Selanjutnya, material yang telah dihancurkan akan turun ke bawah menuju saringan grate bar (Sarafuddin dan Syahrul, 2022).

Gambar 5 Hammer crusher (Sumarjono, dkk., 2024)

Bagian bawah hammer, terpasang grate bars yang jaraknya dari putaran (kecepatan) hammer menentukan ukuran maksimum produk yang dihasilkan oleh crusher. Hammer crusher cocok untuk menghancurkan material seperti batu kapur dan bahan mentah semen lainnya yang tidak memiliki tingkat kekerasan yang tinggi. Hammer crusher yang besar dapat menerima umpan material berbentuk bongkahan dengan diameter hingga 1200 mm. Mesin ini dilengkapi dengan satu rotor yang memiliki total 84 hammer, yang terdiri dari 12 shaft. Setiap shaft dilengkapi dengan 7 hammer, sehingga jumlah keseluruhan hammer mencapai 84.

Konfigurasi ini dirancang untuk meningkatkan efisiensi dalam proses peremukan material. Prinsip kerja hammer crusher adalah menghancurkan material batuan yang masuk ke dalam crusher dengan cara memukul dan menumbuk material

(23)

tersebut, sehingga material akan mengenai bagian impact wall dan akhirnya pecah (Sarafuddin dan Syahrul, 2022).

Bagian-bagian penting dari hammer crusher dalam proses peremukan adalah (Sarafuddin dan Syahrul, 2022):

1. Rotor

Peremukan material dimulai di unit rotor, di mana material langsung dipukul oleh hammer bars. Hammer yang terpasang terdiri dari beberapa buah dan tersusun dalam beberapa baris. Setiap hammer dalam satu baris dipasang pada sebuah hammer bolt yang diikat di ujung-ujungnya menggunakan snap ring. Sebuah hammer bar dipasang di antara center disc dan end disc terluar, tempat di mana snap ring diikat. Keseluruhan rangkaian bagian rotor dirakit menjadi satu pada rotor shaft yang dapat berputar, terhubung dengan drive unit di salah satu ujungnya.

2. Hammer

Berfungsi sebagai alat untuk memecahkan material dengan cara berputar dan memukulnya. Terdapat sejumlah hammer yang terpasang pada tiga pasak dan tersusun berderet di rotor, dengan total 84 hammer (terdiri dari 12 shaft, di mana masing-masing shaft memiliki 7 hammer). Hammer ini digerakkan oleh motor listrik.

3. Breaker Plate

Merupakan lempengan baja yang berfungsi sebagai bidang tumpuan material. Arah geraknya berlawanan dengan hammer crusher dan berfungsi sebagai pemantul material agar kembali menuju hammer untuk dipukul berulang kali hingga hancur.

4. Grate Bars

Merupakan saringan yang berfungsi sebagai tempat keluarnya material hasil proses peremukan oleh hammer. Pada grate bars terdapat celah-celah di antara besi (bar) yang memungkinkan material lolos sesuai dengan ukuran celah tersebut. Dengan demikian, material yang keluar dari saringan melalui jarak antara bar akan memiliki ukuran maksimum 8 mm. Grate Bars berbentuk dua lengkungan yang disatukan membentuk satu bagian setengah lingkaran.

(24)

2.5 Standarisasi Pengambilan dan Preparasi Sampel

Standarisasi dalam pengambilan sampel yang telah ditetapkan harus diperhatikan oleh petugas lapangan yang bertanggung jawab dalam pengambilan sampel.

Metode pengambilan sampel yang berbeda dapat menyebabkan variasi dalam kondisi sampel yang diambil. Perbedaan kadar yang terjadi disebabkan oleh material yang telah mengalami pengadukan. Preparasi sampel memainkan peran yang sangat penting dalam menyiapkan sampel untuk analisis kadar. Kurangnya ketelitian dalam proses persiapan sampel, seperti pencampuran yang tidak merata, dapat menyebabkan sampel tidak mencerminkan kadar rata-rata (Asnur, dkk., 2016).

Preparasi sampel adalah langkah yang sangat krusial dalam suatu analisis, karena biasanya memakan waktu paling lama dibandingkan dengan langkah- langkah lainnya. Proses ini juga rentan terhadap berbagai kesalahan. Oleh karena itu, setiap tahap dalam preparasi sampel perlu diperhatikan dengan seksama, karena kesalahan dalam tahap ini dapat mengakibatkan kesalahan dalam interpretasi data yang dihasilkan. Salah satu metode analisis mineral adalah Spektroskopi Absorpsi Atom (AAS). AAS adalah metode analitik yang mengandalkan absorpsi radiasi UV atau cahaya tampak oleh atom-atom bebas dalam keadaan gas. Metode ini banyak digunakan dalam analisis bahan pangan (Noviantia, dkk., 2014).

Dari tahapan preparasi diatas, khususnya pengolahan sampel kering adalah meliputi kegiatan penimbangan, pengeringan, penghancuran, pencampuran, dan pembagianPreparasi sampel adalah merupakan tahap awal dari kegiatan analisis dan secara umum ada dua tahapan besar dalam preparasi yaitu (Sihombing, dkk., 2023):

1. Pengolahan sampel basah

2. Pengolahan sampel kering sampai sampel tersebut berupa bubuk halus atau pulp

3. Pengelolaan sampel

(25)

2.6 Analisis Ukuran Butir

Analisis sampel tanah dilakukan dalam dua tahapan. Pertama, analisis mineral liat menggunakan metode FTIR (Fourier Transform Infrared) untuk mengetahui komposisi mineral liat dalam tanah. Sebelum melakukan analisis, beberapa contoh tanah perlu dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Klasifikasi butiran adalah proses di mana sampel diayak untuk menentukan distribusi ukuran butir melalui analisis saringan (sieve analysis). Dalam metode ini, digunakan alat ayakan ASTM.

Sampel yang telah dipreparasi dan dikeringkan seberat 100gram ditempatkan di ayakan paling atas. Selanjutnya, saringan digetarkan, dan butiran akan tertinggal pada masing-masing saringan sesuai dengan ukuran dan prosentasinya, kemudian ditimbang. Susunan ayakan yang digunakan mencakup saringan dengan nomor 4, 8, 10, 18, 40, 60, 80, 100, dan 200, dengan ukuran lubang ayakan dalam milimeter sebagai berikut: 25.2, 19, 9.5, 4.8, 2.00, 1.00, 0.50, 0.335, 0.250, 0.180, 0.125, 0.063, dan lebih dari 0.063 (Isra, dkk., 2019).

Distribusi ukuran butir dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk jenis agen transportasi, gelombang, pasang surut, angin lokal, dan badai episodik.

Masing-masing faktor ini memiliki karakteristik spasial dan temporal yang unik.

Distribusi ukuran butir diketahui menggunakan metode granulometri. Pemisahan ukuran butir dilakukan menggunakan saringan dengan ukuran, yaitu lebih dari 2 mm, 1,4 mm, 1 mm, 0,5 mm, 0,250 mm, 0,150 mm, 0,090 mm, 0,063 mm, dan kurang dari 0,063 mm. Klasifikasi ukuran butir dilakukan berdasarkan sistem klasifikasi Wentworth (1922) (Nugroho dan Basit, 2014).

Ukuran butir sedimen berbeda-beda di setiap lokasi. Selain itu, ukuran butir juga berhubungan dengan asal sumber sedimen. Butir yang lebih kasar diinterpretasikan sebagai hasil penggerusan oleh gelombang di area muara sungai dan kawasan mangrove, yang kemudian tertransportasi ke bagian depan dasar perairan Kecamatan Brebes, di mana ukuran butir cenderung semakin halus.

Sebaliknya, ukuran butir yang berada di dekat laut lepas dan jauh dari muara sungai cenderung lebih kasar. Hal ini menunjukkan bahwa sumber sedimen berasal dari laut dan mengalami proses transportasi sebelum akhirnya terendapkan sebagai sedimen di masing-masing lokasi (Gemilang, dkk., 2017).

(26)

Tabel 1 Tabel skala Wenworth

Ukuran Butir (mm) Nama Butir Nama Batuan

>256 Bongkah Breksi

64-256 Berangkal Konglomerat

4-64 Kerakal Batupasir

2-4 Kerikil Batupasir

1-2 Pasir sangat kasar Batupasir

½-1 Pasir kasar Batupasir

¼-1/2 Pasir sedang Batupasir

1/8-1/4 Pasir halus Batupasir

1/16- 1/8 Pasir sangat halus Batupasir

1/256- 1/16 Lanau Batu lanau

<1/256 Lempung Batu lempung

Sumber: Zuhdi (2019)

2.7 Sifat ketergerusan mineral

Ketergerusan mineral adalah sifat fisik yang menggambarkan sejauh mana mineral dapat tergerus atau terkikis oleh proses alamiah seperti angin, air, atau gesekan dengan material lain. BHGI (Hardgrove Grindability Index) adalah parameter yang menunjukkan tingkat kemudahan batubara untuk digerus. Nilai HGI yang lebih tinggi mengindikasikan bahwa batubara tersebut lebih mudah untuk digerus (rapuh). Selain itu, parameter HGI juga dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat kekerasan batubara. Semakin rendah nilai HGI, semakin keras batubara tersebut (Sepfitrah, 2016).

Hardgrove Grindability Index ialah suatu nilai ukur yang diketahui untuk menunjukkan mengenai mudah atau sulitnya batubara untuk digerus. Nilai Hardgrove Grindability Index dari suatu batubara, ditentukan oleh organik batubara seperti jenis maceral dan lain-lain. Secara umum semakin tinggi peringkat batubara, maka semakin rendah nilai Hardgrove Grindability Index. Nilai Hardgrove Grindability Index juga bisa dipengaruhi oleh inherent moisture, ash, fixed carbon, dan nilai kalori (Karlinove, 2020).

Hardgrove Grindability Index (HGI) merupakan ukuran banyaknya energi yang digunakan untuk menggerus batubara. Ketergerusan adalah indeks yang

(27)

menunjukkan kemudahan relatif batubara untuk dihancurkan dibandingkan dengan batubara yang dijadikan sebagai standar. Metode Hardgrove (ASTM D-409) telah diterima sebagai metode standar untuk mengukur ketergerusan batubara menggunakan mesin Hardgrove. Selain itu, terdapat metode uji untuk menentukan Hardgrove Grindability Index pada kokas minyak bumi (ASTM D-5003), yang mungkin dapat diterapkan pada batubara yang sangat keras jika metode uji standar (ASTM D-409) tidak memberikan reproduktivitas dan pengulangan yang memadai.

Modifikasi metode uji yang sesuai untuk kokas minyak bumi mungkin diperlukan (Manalu, dkk., 2019).

Menurut Muchidin (2006), terdapat empat kelompok zat mineral yang mempengaruhi nilai HGI, yaitu lempung dan sulfat, oksida-oksida, kuarsa dan silikat, serta pirit dan sulfida lainnya, juga karbonat-karbonat. Mineral oksida- oksida, kuarsa, dan silikat, yang merupakan mineral paling keras, cenderung menurunkan nilai HGI. Sebaliknya, mineral paling lunak seperti lempung dan sulfat, justru meningkatkan nilai HGI (Manalu, Nugroho, & Devy, 2019).

(28)

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan merupakan suatu benda yang digunakan untuk mengerjakan sesuatu untuk mencapai maksud tertentu. Alat merupakan benda yang digunakan, namun tidak habis meskipun berkali-kali dipakai atau alat yang bisa digunakan terus menerus dalam waktu yang lama, bahkan bisa digunakan lagi saat dibutuhkan.

Sementara, bahan adalah benda yang digunakan, namun dapat habis jika digunakan terus menerus. Praktikum kali ini menggunakan beberapa alat dan bahan untuk menunjang jalannya praktikum. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut.

3.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut:

1. Mortar baja

Mortar baja digunakan untuk menggerus sampel yang masih besar dan kasar pada tahap penggerusan. Mortar baja dapat dilihat pada gambar 6 dibawah ini.

Gambar 6 Mortar baja

(29)

2. Agate mortar

Agate mortar digunakan untuk menggerus sampel menjadi lebih halus.

Agate mortar dapat dilihat pada gambar 7 di bawah ini.

Gambar 7 Agate mortar 3. Neraca

Neraca digunakan untuk menimbang massa dari sampel secara akurat dan presisi. Neraca dapat dilihat pada gambar 8 di bawah ini.

Gambar 8 Neraca 4. Ayakan

(30)

Ayakan digunakan untuk menyaring atau memisahkan ukuran butir sampel.

Ayakan dapat dilihat pada gambar 9 di bawah ini.

Gambar 9 Ayakan 5. Alat tulis

Alat tulis digunakan untuk mencatat data-data yang didapatkan saat mengidentifikasi sampel. Alat tulis dapat dilihat pada gambar 10 di bawah ini.

Gambar 10 Alat tulis 6. Papan scanner

(31)

Papan scanner digunakan sebagai penggalas kertas untuk menulis. Papan scanner dapat dilihat pada gambar 11 di bawah ini.

Gambar 11 papan scanner 7. Kertas koran

Kertas koran digunakan sebagai penggalas alat pada saat praktikum.Kertas koran dapat dilihat pada gambar 12 di bawah ini.

Gambar 12 Kertas koran 8. Kantong sampel

(32)

Kantong sampel digunakan untuk menyimpan sampel setelah dipreparasi.

Terdapat dua jenis kantong sampel yang digunakan, yaitu kantong sampel ukuran 6 × 8 cm dan kantong sampel ukuran 9 × 13 cm. Kantong sampel dapat dilihat pada gambar 13 di bawah ini.

Gambar 13 (a) Kantong sampel ukuran 9 × 13 cm dan (b) ukuran 6 × 8 cm 9. Masker

Masker digunakan untuk melindungi hidung dari bubuk sampel ketika digerus maupun diayak. Masker dapat dilihat pada gambar 14 di bawah ini.

Gambar 14 Masker 10. Spidol permanen

a b

(33)

Spidol permanen digunakan untuk menulis nama sampel pada kantong sampel. Spidol permanen dapat dilihat pada gambar 15 di bawah ini.

Gambar 15 Spidol permanen 11. Handphone

Handphone digunakan untuk mendokumentasikan alat dan bahan yang digunakan serta lamgkah-langkah pada saat praktikum. Handphone dapat dilihat pada gambar 16 di bawah ini.

Gambar 16 Handphone 3.1.2 Bahan

(34)

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:

1. Sampel batuan

Sampel batuan digunakan sebagai bahan dalam preparasi sampel. Sampel batuan dapat dilihat pada gambar 17 di bawah ini.

Gambar 17 Sampel batuan 2. Alkohol

Alkohol digunakan untuk membersihkan alat-alat praktikum. Alkohol dapat dilihat pada gambar 18 di bawah ini.

Gambar 18 Alkohol 3. Tisu

(35)

Tisu digunakan untuk membersihkan alat sebelum maupun setelah digunakan. Tisu dapat dilihat pada gambar 19 di bawah ini.

Gambar 19 Tisu 4. Kertas HVS

Kertas digunakan untuk mencatat data-data yang didapatkan pada saat praktikum. Kertas HVS dapat dilihat pada gambar 20 di bawah ini.

Gambar 20 Kertas HVS

(36)

3.2 Tahapan Kegiatan Praktikum

Tahapan-tahapan pada praktikum kali ini adalah:

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan dibutuhkan dalam praktikum.

Gambar 21 Menyiapkan alat dan bahan

2. Membersihkan mortar baja dan agate mortar agar terhindar dari pengotor dengan menggunakan alkohol dan tisu.

Gambar 22 Membersihkan mortar baja dn agate mortar

(37)

3. Melakukan pengurangan ukuran butir dengan melakukan penggerusan dengan mortar.

Gambar 23 Melakukan penggerusan 4. Penggerusan dilakukan sampai sampel benar-benar halus.

Gambar 24 Melakukan penggerusan sampai halus

(38)

5. Setelah dilakukan penggerusan sampel kemudian diayak menggunakan ayakan dengan ukuran 200 mesh.

Gambar 25 Melakukan pengayakan

6. Masukkan sampel yang telah halus ke dalam kantong sampel, kemudian timbang menggunakan neraca hingga berat 20 gram.

Gambar 26 Menimbang sampel

(39)

7. Membersihkan alat yang telah digunakan.

Gambar 27 Membersihkan alat

(40)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan

Praktikum kali ini membahas mengenai preparasi sampel bubuk. Tahapan ini sangat penting untuk dilakukan sebelum menganalisis suatu sampel batuan di laboratorium, karena disetiap bagian dari setiap batuan tidak sama komposisi dan kandungannya. Mineral yang terdapat dalam setiap batuan juga memiliki sifat ketergerusan yang berbeda, mulai dari yang mudah digerus hingga batuan yang susah digerus.

Gambar 28 Sampel limonit wolo

Tahapan dalam preparasi sampel batuan dimulai dengan melakukan pengurangan ukuran dan massa batuan caranya yaitu dengan menghancurkan sampel menggunakan mortar baja, kemudian dilakukan penggerusan terhadap sampel hingga halus menggunakan mortar dan agate, kemudian diayak dengan menggunakan ayakan berukuran 200 mesh agar mendapatkan hasil yang maksimal untuk diuji di laboratorium, terakhir sampel yang telah didapatkan akan ditimbang menggunakan neraca hingga didapatkan 10 gram.

Hasil akhir dari proses ini adalah sampel bubuk yang siap digunakan untuk analisis laboratorium. Sampel yang telah diayak dengan ayakan ukuran 200 mesh mengandung partikel yang seragam, memungkinkan analisis yang lebih akurat dan

(41)

representatif terhadap keseluruhan sifat sampel batuan. Sampel yang digunakan dalam melakukan preparasi sampel ini adalah limonit wolo yang memiliki sifat ketergerusan yang sangat mudah digerus sehingga didapatkan massa dari sampel ini yaitu 10 gram.

Setelah praktikum selesai, praktikan diarahkan untuk membersihkan alat- alat yang digunakan selama praktikum. Selain itu, praktikan juga membersihkan ruangan laboratorium agar Kembali seperti semula. Praktikum telah berakhir dan semua praktikan diarahkan untuk Kembali pulang.

(42)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan kali ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Langkah pertama dalam praktikum ini adalah memastikan semua alat dan bahan yang diperlukan sudah siap. Setelah itu, batuan yang akan diuji perlu diperkecil ukurannya dengan hati-hati menggunakan palu geologi, lalu sampel tersebut dimasukkan ke dalam kantong sampel untuk menjaga kebersihannya. Sebelum melanjutkan proses, penting untuk membersihkan mortar baja dan agate mortar dengan alkohol dan tisu agar terhindar dari kontaminasi yang bisa mempengaruhi hasil penggerusan. Penggerusan dilakukan secara teliti menggunakan mortar hingga sampel mencapai ukuran yang sangat halus. Setelahnya, sampel diayak menggunakan ayakan berukuran 200 mesh untuk memastikan butiran yang dihasilkan seragam.

Sampel halus tersebut yang sudah diayak kemudian dimasukkan ke dalam kantong sampel dan ditimbang dengan cermat menggunakan neraca hingga mencapai berat 20 gram. Terakhir, bersihkan kembali semua alat yang telah digunakan agar siap untuk praktikum selanjutnya dan menjaga akurasi proses berikutnya.

2. Ketergerusan suatu mineral ditentukan oleh tingkatan kekerasan suatu mineral serta sifat dalam yang dimilikinya. Mineral yang memiliki sifat dalam yang kompak dan rapat maka akan sulit untuk digerus, sebaliknya mineral yang memiliki sifat dalam yang rapuh akan mudah untuk digerus.

5.2 Saran

Saran pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

1. Laboratorium diharapkan tetap mempertahankan kebersihan.

2. Diharapkan kerapihan alat-alat praktikum agar tetap konsisten.

(43)

3. Disarankan laboratorium agar menambah alat praktikum, contohnya ayakan.

5.2.2 Saran untuk Asisten

1. Asisten diharapkan mempertahankan keramahannya kepada praktikan 2. Asisten diharapkan untuk mempertahankan dan meningkatkan cara

menjelaskan mengenai materi praktikum

3. Asisten diharapkan tetap mempertahankan caranya dalam asistensi.

5.2.3 Saran untuk praktikan

1. Praktikan diharapkan belajar dengan baik agar tidak gares.

2. Praktikan diharapkan istirahat secukupnya sebelum praktikum agar pada saat praktikum tidak mengantuk.

3. Praktikan diharapkan bertanggungjawab untuk alat dan bahan yang

digunakan selama praktikum, dan tidak meninggalkan laboratorium dalam keadaan kotor.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Asnur, T. A., Widodo, S., & Anshariah. (2016). Perbandingan Kadar Aspal Hasil Pemboran Dengan Stockpile Pada Pt. Wijaya Karya Bitumen Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Geomine, 85-88.

Gemilang, W. A., Wisha, U. J., & Kusumah, G. (2017). Bed Sediment Distribution For Identification Of The Coastal Erosion In Brebes Subdistrict Using Granulometri Analysis. Jurnal Kelautan, 54-66.

Hulungo, C., Wenas, D., & Rondonuwu, A. (2022). Identifikasi Komposisi Mineral Batuan Teralterasi Menggunakan Spektroskopi SEM-EDX dan FTIR pada Daerah Menifestasi Panas Bumi di Desa Mototompiaan Kecamatan Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Jurnal FisTa: Fisika dan Terapannya, 8-12.

Isra, N., Lias, S. A., & Ahmad, A. (2019). Karakteristik Ukuran Butir Dan Mineral Liat Tanah Pada Kejadian Longsor (Studi Kasus: Sub Das Jeneberang).

62-73.

Karlinove, I. (2020). Analis Pengaruh Peringkat Batubara Terhadap Nilai Hardgrove Grindability Index. Skripsi.

Karyadi, R., & Yanti, R. F. (2020). Analisa Karakteristik Petrologi Batuan Beku Dan Metamorf Di Daerah Tanjung Kurung, Sumatera Selatan. 1-3.

Lucka, M. (2016). Sieve Analysis Different sieving methods for a variety of applications. 1-10.

Manalu, W. R., Nugroho, W., & Devy, S. D. (2019). Studi Pengaruh Tingkat Pemanasan Terhadap Nilai Hardgrove Grindability Index (Hgi) Pada Rank Batubara. 27-38.

Mulyaningsih, S. (2018). Pengantar Geologi Lingkungan Edisi 3. Yogyakarta:

AKPRIND PRESS.

Noviantia, Ramadhania, F., N.A, S., L.N, M., C, R. S., Rochmahb, W. S., & L. A, N. (2014). Preparasi Sampel Untuk Analisis Mineral.

Nugroho, S. H., & Basit, A. (2014). Sediment Distribution Based On Grain Size Analyses In Weda Bay, Northern Maluku. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 229-240.

Panggabean, B. D., & Tambing, F. S. (2022). Pengujian Unsur Mineral Pada Batuan Beku, Sedimen, Dan Metamorf Di Daerah Jayapura. Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Terapan, 150-156.

Sarafuddin, & Syahrul, H. (2022). Cara Kerja Dan Bagian-Bagian Pendukung Mesin Crusher (Limestone) Di PT. Semen Baturaja, Tbk. Jurnal Lintas Ilmu, 100-107.

(45)

Satria, D., & Safaruddin. (2022). Analisis Kerusakan Bearing Double Roller Crusher Pada Area Loading PT Semen Baturaja Tbk. Jurnal Lintas Ilmu, 31-37.

Sepfitrah. (2016). Analisis Proximate Kualitas Batubara Hasil Tambang Di Riau (Studi Kasus Logas, Selensen Dan Pangkalan Lesung). Jurnal Saintek STT Pekanbbaru , 18-26.

Sihombing, G., Priyanti, E., & Suryani, N. (2023). Perancangan Mobile Sample Preparation Unit Dengan Model Process Lay Out. IMTechno: Journal of Industrial Management and Technology, 1-6.

Suhendi , A., Sejati, A. W., & Wibowo, E. (2019). Design And Implementation Of Ball Mill Machine With Speed Controller Based On Pulse Width

Modulation. e-Proceeding of Engineering, 1282-1289.

Sumarjono, E., Misdayanti, P., & Fahrudinoor. (2024). Rounded, Distribusi Ukuran Produk Peremukan Jaw Crusher Material Berbentuk. Kurvatek, 95-100.

Syahbani, C. R., Ismail, R. M., & Arsdin, D. D. (2022). Preparasi Sampel. Jurnal Praktikum Mekanika Batuan, 1-8.

Triyono. (2018). Teknik Sampling dalam Penelitian.

Zikri, K. (2018). Geologi Umum. Padang: Geografi Universitas Negeri Padang.

Zuhdi, M. (2019). Buku Ajar Pengantar Geologi. Mataram: Duta Pustaka Ilmu.

(46)

LAMPIRAN

(47)
(48)

Gambar

Gambar 1 Double roll crusher (Sumarjono, dkk., 2024)
Gambar 2 Jaw crusher (Sumarjono, dkk., 2024)
Gambar 3 Ball mill (Sumarjono, dkk., 2024)
Gambar 4 Siever (Syahbani, dkk., 2022) 2.4.5  Hammer Crusher
+7

Referensi

Dokumen terkait