NAMA: AMILATUL FIQOH KELAS: HKI 4B
UTS LEGAL DRAFTING DAN LEGAL OPINION
1. Ilmu hukum sebagai sui generis atau ilmu yang berdiri sendiri, karena memiliki karakteristik dan kedudukan yang unik dibandingkan dengan ilmu lainya. Ilmu hukum memiliki objek kajian yang khas seperti aturan hukum dan system hukum, berpacu pada norma norma, peraturan dan putusan hakim. Dimana objek kajian pada ilmu hukum berbeda dengan ilmu yang lain, yang berfokus pada kehidupan sosial dan aspek lain dalam kehidupan masyarakat. Metode penelitian dalam ilmu hukum juga melibatkan analisis normatif yang mengacu pada kajian Pustaka seperti norma atau digma. Dari sini meskipun terdapat usaha mengempiriskan ilmu hukum, tetapi mayoritas para ahli tetap menganggap ilmu hukum sebagai sui generis karena terdapat karakteristik yang unik didalam objek kajian, metode penelitian dalam ilmu hukum yang berbeda dengan ilmu lainya.
2. Perbedaan antara ilmu hukum normatif dan ilmu hukum empiris. Ilmu hukum normatif hanya mengacu pada kajian Pustaka (norma, digma, kajian), bahan hukum primer ( per uu, yurisprudensi), objek penelitianya norma dan berlandaskan moral.
Sedangkan ilmu hukum empiris membedakan fakta dan norma (berprespektif eksternal), berbicara gejala sosial, subjek ilmuan mengamati gejala hukum yang dapat ditangkap panca indra.
3. -kasus satu termasuk kedalam logical fallacy berupa argumentum ad hominem dimana menyatakan sebagai sesat pikir jika menolak atau menerima argumentasi karena keadaan terkait sosok yang menyampaikannya alih-alih nilai kebenarannya. menolak isi kesaksian karena keadaan saksi yang tidak mengetahui secara pasti kejadian yang sebenarnya. Hal ini bisa dilihat dengan merebaknya kampanye berbau Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA). Dimana disini masyarakat yang terbiasa menerima atau menolak argumentasi yang dianggap sesui dengan golonganya sehingga hal ini digunakan oleh para calon untuk mempengaruhi masyarakat untuk memilih mereka yang satu golongan dengan masyarakat tersebut.
-kasus dua termasuk kedalam logical fallacy yang berupa Argumentum ad Ignorantiam dimana disini Tindakan DPR yang memberhentikan Hakim Konstitusi, Aswanto, melalui rapat paripurna ke-7 Masa Sidang I Tahun 2022-2023 pada Kamis, 29 September 2022, memperlihatkan arogansi DPR dalam memaknai hukum dan konstitusi. Tindakan DPR itu secara nyata bertentangan dengan konstitusi dan melanggar UndangUndang Mahkamah Konstitusi, yang berujung pada pelemahan independensi Hakim Konstitusi.
Dimana disini Tindakan dpr tersebut sudah jelas salah dengan tambahan adanya pasal2 yang tercantum dan tidak ada pembenar.
4. – interpretasi hukum (penafsiran hukum)
-Interpretasi Literal: Hakim mengartikan dan menerapkan hukum berdasarkan kata kata dan frasa yang ada dalam teks undang undang dengan makna yang harfiah.
Contohnya, jika sebuah undang undang menyebutkan "umur minimal 18 tahun",
hakim akan menganggap bahwa hanya mereka yang berusia tepat 18 tahun yang memenuhi syarat.
-Interpretasi Teleologis: penafsiran terhadap undang undang menyesuaikan dengan tujuan pembentukanya yaitu tujuan kemasyarakatan. Dalam hal ini hakim menggunakan penafsiran teologis harus disesuaikan dengan peraturan perUU dengan situasi sosial. Contohnya dalam menafsirkan ketentuan pasal 362 KUHP tentang pencurian, hakim harus memperluas makna kalimat “barang” dlm pasal tsb dengan berbagai macam benda yang dimiliki, baik berwujud maupun tidak.
-Interpretasi Historis: hakim memahami hukum dengan mengkaji pada sejarah pembentukan hukum tsb. Misalnya, untuk mengetahui sistem pemilu serentak yang diatur dalam undang undang pemilu, maka hakim harus mengetahui sejarah penyusunan undang undang beserta ratio legis-nya
-interpretasi sosiologis: hakim menerapkan hukum dengan mempertimbangkan faktor sosial dan keadaan masyarakat yang menghasilkan keputusan sesuai dengan kesejahteraan masyarakat.
– kontruksi hukum (membuat hukum)
-kontruksi argumentum analogi: Hakim menggunakan analogi untuk menghubungkan kasus yang sedang dihadapinya dengan kasus serupa yang telah diputuskan sebelumnya.jadi kasus serupa atau sejenis diperlakukan sama. Contohnya, jika terdapat kasus serupa yang telah diperiksa dan diputuskan oleh pengadilan, hakim dapat menggunakan putusan tersebut sebagai pedoman untuk memutuskan kasus yang serupa.
- kontruksi argumentum a cantrario: metode penemuan hukum yang memberikan kesempatan kepada hakim untuk melakukan penemuan hukum dengan pertimbangan jika undang undang menetapkan hal tertentu untuk peristiwa tertentu, berarti peraturan itu terbatas pada peristiwa tersebut.
-Metode Penyempitan Huku: kadang peraturan perUU ruang lingkupnya terlalu umum atau luas, maka perlu dipersempit untuk dapat diterapkan terhadap suatu peristiwa tertentu. Dalam menyempitkan hukum dibentuklah pengecualian-pengecualian atau penyimpangan penyimpangan baru dari peraturan-peraturan yang sifatnya umum diterapkan terhadap peristiwa atau hubungan hukum yang khusus dengan penjelasan atau konstruksi dengan member ciri-ciri.